Laporan Praktikum Fitokimia
Laporan Praktikum Fitokimia
Laporan Praktikum Fitokimia
PRAKTIKUM I
Tentang :
“MENCARI SENYAWA AKTIF (KUMIS KUCING)”
Dosen Pembimbing :
Nurhasanah, S.Si, M.Si
STIKES WDH
Tahun Ajaran 2020/2021
Laboratorium Farmakognosi
Program Studi S-1 Farmasi Klinik dan Komunitas
Jl. Pajajaran No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417
Orthosiphon Aristatus Folium (Daun Kumis Kucing)
Nama ilmiah
Nama Daerahnya
pg. 2
Deskripsi dan Tanaman Kumis Kucing
Kumis kucing termasuk terna tegak, pada bagian bawah berakar di bagian
buku-bukunya dan tingginya mencapai 2 meter. Batang bersegi empat agak beralur
berbulu pendek atau gundul. Helai daun berbentuk bundar atau lojong, lanset,
bundar telur atau belah ketupat yang dimulai dari pangkalnya, ukuran daun panjang
1 – 10 cm dan lebarnya 7.5mm – 1.5 cm. urat daun sepanjang pinggir berbulu tipis
atau gundul, dimana kedua permukaan berbintik-bintik karena adanya kelenjar yang
jumlahnya sangat banyak, panjang tangkai daun 7 – 29 cm. Ciri khas tanaman ada
pada bagian kelopak bunga berkelenjar, urat dan pangkal berbulu pendek dan jarang
sedangkan di bagian yang paling atas gundul. Bunga bibir, mahkota yang bersifat
terminal yakni berupa tandan yang keluar dari ujung cabang dengan panjang 7–29
cm, dengan ukuran panjang 13 – 27mm, di bagian atas ditutupi oleh bulu pendek
berwarna ungu dan kemudian menjadi putih, panjang tabung 10 – 18mm, panjang
bibir 4.5 – 10mm, helai bunga tumpul, bundar. Benang sari ukurannya lebih panjang
dari tabung bunga dan melebihi bibir bunga bagian atas. Buah geluk berwarna coklat
gelap, panjang 1.75 – 2mm. 2.3. gagang berbulu pendek dan jarang, panjang 1 mm
sampai 6 mm.
pg. 3
Kandungan Kimia Kumis Kucing
1. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam pelarut
polar seperti etanol, methanol, butanol, dan aseton (Markham, 1998). Flavonoid
merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol yang mempunyai sifat menghambat
pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Khunaifi (2010) menyatakan bahwa senyawa-
senyawa flavonoid umumnya bersifat antioksidan. Senyawa flavonoid dan senyawa
turunanya memiliki dua fungsi fisiologis yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi
serangan penyakit (sebagai antibakteri) dan anti virus bagi tanaman.
2. Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa
jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah (Robinson, 1995). Beberapa saponin bekerja sebagai
antibakteri dan digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid. Saponin
merupakan glukosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter.
Saponin bekerja sebagai antibakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel
bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri lisis (Ganiswara, 1995).
3. Terpenoid
Terpenoid ditemukan dalam tumbuhan sebagai minyak atsiri yang memberi bau
harum dan bau khas pada tumbuhan dan bunga. Selain itu, terpenoid juga terdapat
dalam jamur, invertebrate laut dan feromon serangga. Sebagian besar terpenoid
ditemukan dalam bentuk glikosida atau glikosil eter (Thomson, 1993).
pg. 4
Terpenoid digunakan oleh tumbuhan sebagai pelindung untuk menolak serangga
dan serangan bakteri. Terpenoid juga terdapat dalam damar, kulit batang dan getah.
Triterpenoid tertentu dikenal karena rasa pahitnya (Milyasari, 2010). Senyawa
terpenoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengganggu proses
terbentuknya membran atau dinding sel bakteri (Ajizah, 2004).
4. Alkaloid
pg. 5
Committee on Herbal Medicinal Products/HMPC (2010) menyebutkan tentang
manfaat daun kumis kucing yang telah melalui uji klinik yaitu sebagai diuretik,
peningkat sekresi empedu dari hati dan pengobatan batu ginjal. Ekstrak air daun
kumis kucing yang diberikan 5x100 ml sekali sehari selama 10-15 hari, dapat
meningkatkan volume urin serta meningkatkan eliminasi urea dan klorida pada 14
pasien dengan kondisi azotaemic ureamia.
Ekstrak daun kumis kucing juga dapat meningkatkan produksi empedu dan
eliminasi asam empedu dari kandung empedu pada sukarelawan sehat. Kumis kucing
telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai antihipertensi,
hipolipidemik, hipoglikemik rematik, antiinflamasi, antibakteri, dan antijamur, tetapi
belum ada studi farmakologi atau studi klinis yang mendukung tentang manfaat
kumis kucing tersebut (Committee on Herbal Medicinal Products, 2010)
Herba kumis kucing rasanya manis sedikit pahit, sifatnya sejuk. Berkhasiat
sebagai antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghilangkan panas dan lembap,
serta menghancurkan batu saluran kencing (Dalimartha, 2001). Di India kumis
kucing digunakan untuk mengobati reumatik. Para pengguna obat tradisional
memanfaatkan daun kumis kucing untuk menyembuhkan berbagai penyakit,
diantaranya adalah masuk angin, batuk, encok, dan susah buang air. Bahkan ektrak
daun kumis kucing yang dicampur dengan daun sambiloto (Andrographis paniculata)
dipakai sebagai obat sakit diabetes, tetapi sifatnya tidak konsisten (Rukmana, 1995).
Bagian yang digunakan biasanya adalah herba, baik yang segar maupun yang telah
dikeringkan (Dalimartha, 2001).
pg. 6
Hasil Penelitian Pengamatan
Pemerian : Serbuk hijau kecoklatan, Bau aromatik, rasa agak asin, agak pahit dan
pahit
pg. 7
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/73283516-Pemeriksaan-simplisia-secara-mikroskopik-kata-
pengantar-puji-syukur-kita-panjatkan-atas-kehadirat-allah-swt.html
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/natural/article/download/5017/4254
http://eprints.umm.ac.id/42979/3/jiptummpp-gdl-rullyclaud-51076-3-babii.pdf
https://balkotfarm.jakarta.go.id/jakarta-pusat/place/18/kumis-kucing
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/
353fd726b99e7d78936d153260d530d2.pdf
https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-kumis-kucing/
http://eprints.ums.ac.id/16862/2/BAB_I_.pdf
pg. 8