Bahan Tayang EPANET

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 52

Tekanan Hidrostatik

Teknan hidrostatik

p=ρ*g*h

p = tekanan
ρ = densitas fluida (air)
g = percepatan gravitasi
h = ketinggilan air di atas acuan

CONTOH:

ρ = 1000 kg/m³
g = 9.81 m/s²
h = 10 m
p = 1000 kg/m³ * 9.81 m/s² * 10m = 98 100 kg/(m*s²) = 98 100 N/m² = 98,1 kN/m²

Satuan:
p = 98100 N/m² = 98100 Pa = 0.981 bar = 32.819 feet air = 10,0034 m air

1
Tekanan Relatif dan Absolut
Tekanan Relatif
Tekanan yang dihitung terhadap tekanan atmosfer

Tekanan Absolut
Tekanan sebenarnya (dihitung terhadap nol)

pabs = pA + ρ*g*h

● Tekanan absolut : pabs


● Tekanan atmosferik : pA
● Tekanan hidrostatik : ρ*g*h

Persamaan Kontinuitas

Q = v/A= konstan

v = kecepatan, m/s
Q = debit, m³/s
A = luas penampang pipa, m²

Diameter besar,
kecepatan rendah Diameter kecil, kecepatan tinggi

2
Tipe Aliran
Aliran Laminer dan Turbulen
laminer

turbulen

EPANET berkaitan dengan kedua aliran

Bilangan Reynolds

● laminer: Re <2000

● transisi : 2000 <Re <4000

● turbulen Re> 4000

3
Viskositas
• Cairan dengan viskositas tinggi tahan deformasi (misal: madu)
• Viskositas air bergantung pada suhu.

Pada 20 ° C: ν = 1,01 * 10-6 m²/s


Pada 10 ° C: ν = 1,31 * 10-6 m²/s

EPANET:
Jika suhu air tidak di sekitar 20°C, dalam EPANET Anda hendaknya
mempertimbangkan memakai parameter “relative viscosity”

Viskositas
Viscositas Viscositas Viscositas Viscositas
Relatif Relatif Relatif Relatif
Suhu Suhu Suhu Suhu
terhadap terhadap terhadap terhadap
20°C 20°C 20°C 20°C
1 1.72 26 0.87 51 0.586 76 0.436
2 1.666 27 0.852 52 0.58 77 0.43
3 1.612 28 0.833 53 0.574 78 0.424
4 1.558 29 0.815 54 0.568 79 0.419
5 1.504 30 0.796 55 0.562 80 0.413
6 1.463 31 0.782 56 0.556 81 0.407
7 1.421 32 0.767 57 0.55 82 0.401
8 1.38 33 0.753 58 0.544 83 0.395 Suhu Viskositas
9 1.338 34 0.738 59 0.538 84 0.389 Air Relatif
10 1.297 35 0.724 60 0.532 85 0.383 °C 20°C
11 1.265 36 0.709 61 0.526 86 0.377
12 1.232 37 0.695 62 0.52 87 0.371 26 0.87
13 1.2 38 0.68 63 0.514 88 0.365
14 1.167 39 0.666 64 0.508 89 0.359 27 0.852
15 1.135 40 0.651 65 0.502 90 0.353
16 1.108 41 0.646 66 0.496 91 0.347
28 0.833
17 1.081 42 0.64 67 0.49 92 0.341
18 1.054 43 0.634 68 0.484 93 0.335
19 1.027 44 0.628 69 0.478 94 0.329
20 1 45 0.622 70 0.472 95 0.323
21 0.978 46 0.616 71 0.466 96 0.317
22 0.956 47 0.61 72 0.46 97 0.311
23 0.933 48 0.604 73 0.454 98 0.305
24 0.911 49 0.598 74 0.448 99 0.299
25 0.889 50 0.592 75 0.442 100 0.293

4
Persamaan Energi dalam Pipa

1 Z2

Z1

Gradien Energi Hidrolis


Gradien Hidrolis:
• Merupakan jumlah head pressure (p/γ) dan
head elevasi (z), yang dinyatakan dalam tinggi
kolom air dalam piezometer, digambarkan
dalam garis HGL (Hydraulic Grade Line).

Gradien energi:
• Merupakan penjumlahan gradien hidrolis dan
head kecepatan (v2/2g), yang dinyatakan dalam
tinggi kolom air dalam tabung pitot,
digambarkan dalam garis EGL (Energy Grade
Line).

5
Perubahan Energi dalam Pipa
• Dalam sistem jaringan, prinsip keseimbangan
hidrolis adalah bahwa aliran yang masuk harus sama
dengan aliran keluar.
• Keseimbangan energi dalam pipa dinyatakan bahwa
besarnya kehilangan tekanan dalam pipa harus
seimbang pada tiap-tiap titik, seperti yang
digambarkan pada Gambar berikut:

Major Losses - Kehilangan Tekanan Utama

6
Major Losses - Kehilangan Tekanan Utama

Major Losses - Kehilangan Tekanan Utama

7
Minor Losses - Kehilangan Tekanan Tambahan
• Disebabkan gerakan aliran air dalam pipa.
Meningkatnya turbulensi dapat menurunkan HGL pada
sistem.
• Besarnya kehilangan tekanan ini tergantung pada
bentuk fitting pada pipa, yang berpengaruh langsung
pada garis aliran dalam pipa.

Persamaan Minor Losses

Minor Losses - Kehilangan Tekanan Tambahan

8
Pemodelan dan Simulasi Jaringan Sistem Distribusi

Pengantar

Deskripsi Umum
Simulasi sistem distribusi merupakan proses pemodelan perilaku
sistem distribusi dengan pendekatan matematis untuk mendapatkan
kondisi yang hampir sama pada kondisi sebenarnya.

Proses simulasi dengan pemodelan sistem jaringan distribusi:


1) Memperkirakan respon sistem distribusi yang ada
terhadap kondisi yang cukup luas.
2) Dapat dilakukan antisipasi terhadap kondisi-kondisi yang
nantinya terjadi pada suatu sistem baik sistem yang telah
ada maupun yang direncanakan.
3) Mempermudah kita dalam melakukan evaluasi dan
pengembangan sistem jaringan
4) Mempermudah dalam pembuatan zona-zona pelayanan
didasarkan pada kondisikondisi tertentu yang akan lebih
mudah diperhitungkan dengan adanya model jaringan
distribusi yang akan kita buat

9
Deskripsi Umum

Sedangkan tujuan dari proses simulasi dengan pemodelan pada sistem distribusi
antara lain:
• Sebagai rencana induk jangka panjang, termasuk pengembangan dan rehabilitasi
• Sebagai studi pengamanan kebakaran
• Pengontrolan kualitas air
• Manajemen Energi
• Desain Sistem Distribusi
• Membantu dalam operasional sistem distribusi termasuk untuk training
operator, membantu mempercepat proses perbaikan

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi

10
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
Beberapa komponen yang perlu disiapkan
1) Peta dan data pipa jaringan distribusi zona atau sub-zona yang akan dibuat model
(panjang pipa, diameter pipa, dan jenis pipa). Untuk hasil yang lebih detil ditambah
dengan data tentang umur pipa dan kondisi pipa.
Peta jaringan ini meliputi bentuk jaringan, bentuk hubungan pipa, aksesoris yang terpasang, letak
tapping, letak dan kondisi valve atau katup (kondisi terbuka, tertutup atau terbuka berapa persen). Jika
data yang terkumpul akurat dan mendekati kondisi lapangan maka model yang akan kita buat dan
simulasikan akan mendekati kondisi nyata di lapangan.
2) Data tentang kebutuhan air
Kebutuhan air ini harus dilakukan analisa untuk menentukan kelayakan jaringan terhadap debit air yang
diperlukan oleh konsumen. Kebutuhan air yang harus didata meliputi kebutuhan air tiap-tiap titik
tapping sesuai dengan daerah layanan, sehingga model yang dibuat nantinya dapat mewakili
penyebaran kebutuhan air sesuai dengan jumlah pelanggan dan lokasi pelanggan.

Analisa kebutuhan air ini meliputi:


• Perhitungan analisa kebutuhan air jaringan eksisting.
• Perhitungan analisa kebutuhan air jaringan perencanaan, yang terdiri dari eksisting dan
kebutuhan air pelanggan baru.

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


Beberapa komponen yang perlu disiapkan (lanjutan…)

3) Menentukan batasan-batasan hidrolis yang akan menjadi batasan dalam analisa.

• Head loss maksimal yang diijinkan adalah 10 m/1000 m


• Kecepatan minimum dalam pipa 0,3 m/s
• Kecepatan maksimum dalam pipa 3,0 m/s
• Tekanan maksimum dalam pipa 50 m
• Tekanan minimum dalam pipa 5 m

• Rata-rata kerbutuhan air domestic (Qd) 150 L/org/hari.


• Rata-rata kerbutuhan air non-domestic (Qnd) 20% dari kebutuhan air domestik.
• Kehilangan air diasumsikan 20%
• Kebutuhan air hari maksimum (Qhm) diasumsikan 110%
• Kebutuhan air jam maksimum (Q jm) diasumsikan 150%

11
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
Beberapa komponen yang perlu disiapkan (lanjutan…)
4) Mengumpulkan data pengukuran lapangan untuk data kalibrasi model terhadap sistem
jaringan sebenarnya di lapangan.
Dilakukan jika kita mau melakukan evaluasi sistem jaringan dan diketahui bahwa model jaringan
eksisting yang kita buat sama dengan model jaringan eksisting yang ada di lapangan.

Representasi Model
KOMPONEN INPUT
Data Gambar

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Reservoir
• Berfungsi sebagai node batas untuk kontrol awal gradien hidrolis
suatu sistem distribusi sekaligus sebagai penyuplai air dengan
kapasitas besar dan HGL yang besar pula.
• Nilai gradient hidrolis (HGL) pada reservoir dapat di tentukan
dengan nilai konstan, dimana HGL ini diset untuk dapat melayani
seluruh area pelayanan yang mengambil air dari suplai reservoir
ini.
• Dalam pemodelan jaringan sistem distribusi, reservoir ini dapat
berupa:
 Sumber air, clear well, dan IPAM,
 Dapat berupa titik injeksi air/supplai air ke dalam sistem distribusi
jika dalam pemodelan tersebut sistem mendapatkan air dari supplai
pipa utama meskipun dalam kondisi sebenarnya di lapangan tidak
ada reservoir, dengan ketinggian HGL tertentu. Dalam hal ini
reservoir berfungsi sebagai titik acuan untuk mengontrol tekanan
dalam sistem.

12
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Tangki Storage
• Berfungsi sebagai node batas
• Yang membedakan dengan reservoir adalah HGL yang terjadi dalam
tangki ini berfluktuasi tergantung keluar masuknya air.
 Volume storage tank ini umumnya terbatas, sehingga pada kondisi
tertentu tangki ini dapat berisi penuh dan dapat kosong sama sekali.

Beberapa model tangki storage yang dapat ditemui di sistem


distribusi antara lain:
 Tangki yang terdapat pada sistem dengan kondisi langsung tersambung
pada sistem dengan permukaan yang bebas.
 Tangki storage yang berupa tangki tekan (hydropneumatic) tersambung
dengan system distribusi, disini air akan mengalami peningkatan HGL
karena adanya peningkatan tekanan dalam tangki.
 Elevated reservoir, dimana air masuk ke tangki storage dengan jalan
pemompaan, yang selanjutnya air akan masuk ke sistem distribusi
dengan cara gravitasi dengan HGL sesuai ketinggian elevated reservoir.

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Junction atau Node
Representasi pertemuan/penyambungan 2
atau lebih pipa (penyambungan umumnya
dilakukan dengan adanya fitting), dengan
komponen terpenting dalam junction adalah
elevasi.

• Elevasi merupakan faktor yang


menentukan dalam sistem pemodelan
jaringan distribusi, karena sangat
berpengaruh pada HGL yang terjadi pada
model yang dibuat.
• Penentuan elevasi dalam suatu junction
dapat dilihat pada gambar berikut:

13
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Junction atau Node

Contoh Peletakan Juction/node pada


suatu wilayah pelayanan distribusi

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Pembentukan Tapping (Skelenization)
• Apabila terletak pada pipa dengan sambungan tee
juga diambil setengahnya, begitu pula untuk
sambungan pipa cross. Sebagai ilustrasi dapat
dijelaskan dalam Gambar berikut:

Garis arsir merupakan pembebanan


tapping dengan diambil setengah jarak
antar tapping. Dari area dalam gambar
dapat ditentukan besar tapping, yaitu
dari jumlah pelanggan yang ada pada
area tersebut

14
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Pembentukan Tapping (Skelenization)

Sebagai contoh dalam


memodelkan pipa
pelayanan di lapangan
dengan model tapping
dalam suatu waste district

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Pembentukan Tapping (Skelenization)

15
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Pembentukan Tapping (Skelenization)

Setelah area pelayanan terbentuk maka


dapat dibentuk model tapping – tapping
dalam Waste District seperti terlihat pada
Gambar berikut

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Pipa
Diperlukan informasi data yang akurat mengenai jaringan pipa
yang telah ada, yaitu untuk jenis pipa, diameter, panjang pipa
dan minor losses pada pipa.
• Untuk jenis pipa dapat dilihat dari angka kekasaran pipa (dalam
persamaan Hazen William dinotasikan lambang C).
• Data diameter dan jenis pipa ini akan berpengaruh terhadap
headloss yang terjadi sepanjang pipa tersebut.
• Data mengenai panjang pipa yang menghubungkan antar node
berpengaruh terhadap headloss yang terjadi dalam pipa.
• Data minor losses merupakan data koefisien kehilangan tekanan
akibat aksesoris pipa dan lain-lain.
• Kehilangan tekanan minor akibat belokan, percabangan,
sambungan dan lain-lain (aksesoris) dalam hal simulasi
umumnya tidak dihitung secara detail, bahkan untuk beberapa
kehilangan tekanan di aksesoris diabaikan karena hf-nya terlalu
kecil.

16
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Pompa
• Data ini memperlihatkan kebutuhan daya pompa agar
sistem distribusi dapat berjalan dengan baik. Data yang
dimasukkan pada titik ini akan berpengaruh pada semua
tekanan pada semua node yang ada pada sistem jaringan
distribusi.
• Data yang dimasukkan berupa head pompa, efisiensi
pompa, serta daya pompa.

Valve
• Data masukan untuk elemen ini berupa jenis valve/katup,
besarnya bukaan valve (status valve). Data masukan
tersebut akan berpengaruh terhadap sistem hidrolis dalam
sistem distribusi. Pengontrolan valve ini disesuaikan dengan
kondisi lapangan.
• Peletakan valve juga disesuaikan dengan letaknya di
lapangan

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Valve (Lanjutan…)

Tipe valve dalam EPANET adalah :


• Pressure Reducing Valve (PRV)
• Pressure Sustaining Valve (PSV)
• Pressure Breaker Valve (PBV)
• Flow Control Valve (FCV)
• Trottle Control Valve (TCV)
• General Purpose Valve (GPV)

17
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Valve (Lanjutan…)

PRV membatasi tekananpada titik pada jaringan pipa.

EPANET menghitung tiga perbedaan status dari PRV, yaitu :


• Terbuka Sebagian (aktif) untuk mencapai tekanan itu pengaturan pada sisi hilir ketika
sisi hulu diatas pengaturan.
• Terbuka Penuh jika tekanan di hulu dibawah pengaturan.
• Tertutup jika tekanan di sisi hilir melebihi dari sisi hulu (aliran kebalikan tidak
dibolehkan)

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Valve (Lanjutan…)

PSV menjaga pengaturan tekanan pada titik yang spesifik pada jaringan pipa.

EPANET menghitung tiga kondisi yang ditetpkan untuk PSV, yaitu:


• Sebagian terbuka (aktif) untuk menjaga pengaturan pressure pada bagian sisi hulu
ketika tekanan di bagian hilir dibawah nilainya.
• Terbuka penuh jika tekanan di hilir diatas pengaturan
• Tertutup jika tekanan pada hilir melebihi pada hulu (misal aliran kebalikannya tidak
dibolehkan)

18
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Valve (Lanjutan…)

PBV memaksa tekanan spesifik yang hilang supaya muncul melalui valve.
Aliran melalui valve dapat dari arah sebaliknya.

PBV tidak berupa alat yang nyata, tapi dapat menggunakan situasi model dimana
penurunan tekanan yang terpisah diketahui dan nyata

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Valve (Lanjutan…)

FCV membatasi aliran dalam harga yagn spesifik.

Program membuat pesan peringatan jika aliran tidak dapat dijaga tanpa menambah
tekanan pada valve (aliran tidak dapat menjaga jika valve dibuka penuh)

19
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Valve (Lanjutan…)

TCV mensimulasikan tertutup sebagian dengan mengatur koefisien


kehilangan minor dari valve.

Hubungan antara derajat ketika valave tertutup dan akibat koefien head loss biasanya
tersedia dair pabrik valve.

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


KOMPONEN INPUT
Valve (Lanjutan…)

GPV digunakan untuk merepresentasikan link dimana pengguna mensuplai


aliran khusus – hubungan head loss selain dari formula standard hidrolis.

Dapat digunakan untuk memodelkan turbin, sumur bor, atau pengurangan/valve


pencegah aliran balik.

Setiap tipe valve memiliki perbedaan dari pengaturan parameternya yang menjelaskan
titik operasi.
• Tekanan utuk PRV,PSV, dan PBV;
• Aliran untuk FCV;
• Koefisien loss untuk TCV, dan
• Kurva hedloss untuk GPV)

20
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
KOMPONEN INPUT
Valve (Lanjutan…)

Aturan dalam menambahkan jenis valve dalam jaringan pipa :

• PRV dan PSV atau FCV tidak dapat secara langsung dihubungkan ke reservoir atau
tangki (gunakan pipa untuk membaginya menjadi dua)

• PRV tidak dapat dibagi ke node yang sama di hilirnya atau dalam rangkaian seri

• PSV tidak dapat dihubungkan ke sebuah node PRV di hilirnya.

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


ILUSTRASI
Perencanaan Distribusi

21
Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi
ILUSTRASI
Perencanaan Distribusi

Skema Tahapan dalam Pemodelan Sistem Distribusi


ILUSTRASI
Perencanaan Distribusi

22
Pemodelan dan Simulasi Jaringan Sistem Distribusi

EPANET 2.0

Tutorial Cepat-1

Default Setting
Menyesuaikan satuan dan konstanta yang dibutuhkan

Contoh ID Prefix
(sesuaikan dengan yang dipakai)

23
Default Setting
Menyesuaikan satuan dan konstanta yang dibutuhkan
Ubah ke LPS (Liter per Second)
Atau sesuaikan dengan yang biasa
dipakai

Suhu Viskositas
Isi sesuai suhu air rata-rata atau Air Relatif
pada umumnya °C 20°C
25 0,889
26 0.870
27 0.852
28 0.833
29 0,815
30 0,796

Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis


Langkah-1: Membuat File Baru

Tampilan Awal

24
Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis
Langkah-1: Membuat File Baru

Klik File > Save As… untuk menyimpan


dan memberi nama model yang akan
dibuat. Pada dialog box, akan muncul
nama file *Net.
Ubah nama file dengan Tutorial-1
kemudian simpan di folder yang anda
inginkan.

Tutorial-1

Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

25
Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

26
Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

27
Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

28
Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

L-1
L-2
L-3
L-4
L-5

Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

29
Membuat Analisa Jaringan dengan Steady-State Analysis

Pemodelan dan Simulasi Jaringan Sistem Distribusi

EPANET 2.0

Tutorial Cepat-2

30
Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Period Simulation

Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Period Simulation

31
Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Period Simulation

Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Period Simulation

32
Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Period Simulation

Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Period Simulation

33
Membuat Analisa Jaringan dengan Extended Period Simulation

Studi Kasus
EPANET

34
Latihan-1

Latihan-1

R1
J1
J2
J3
J4
J5
J6
T

35
Latihan-1

L1
L1
L2
L3
L4
L5
L6
L7
L8

Latihan-2: Perubahan Permintaan

36
Peta, Objek, dan Sketsa

EPANET 2.0

Latihan-1

37
38
Memuat Gambar Google Earth
Untuk mengerjakan latihan ini Anda harus mengunduh dan memasang program Google Earth.
http://earth.google.com/download-earth.html

39
Memuat Gambar Google Earth

Memuat Gambar Google Earth

40
Memuat Gambar Google Earth

41
42
Kualitas

EPANET 2.0

Latihan-2

43
Residu Klorin, Penuaan dan Pengenceran

Residu Klorin, Penuaan dan Pengenceran

44
Solusi

45
Solusi

Solusi

46
Solusi

Solusi

47
Solusi

Solusi

48
Solusi

49
Solusi

Solusi

50
Solusi

file jaringan yang sudah dibuat

51
52

Anda mungkin juga menyukai