Mini Riset Mahasiswa Nurina Fiddari

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Cooperative Learning Type Jigsaw

di Kelas V Mi Miftahul Huda

Nurina Fiddari
(UIN KH Achmad Siddiq Jember)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
November, 2022
A. Judul Penelitian:
“Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Cooperative Learning Type Jigsaw di Kelas
V Mi Miftahul Huda”

B. Latar Belakang
Proses pembelajaran disekolah menurut Seiawn (2017: 126) yaitu interaksi yang
terjadi anatara pendidik (guru) dengan peserta didik (siswa) dala kegiatan beajar mengajar
yang terjadi diekolah dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah ada untuk
menunjang kegiatn belajar mengajar agar berjalan dengn lancar. Kegiatan belajar
mengajar juga pasti didalamnya memiliki tujuan sesui dengan yang diharapkan oleh
masig-masng pendidik, oleh karena itu pada setiap proses pembelajaran diperlukan
evaluasi yang merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar yaitu untuk
meniai apakah pembelajaran yang sudh dilakukan berhasil sesuai dengan tujuan yang
sudah ditentukan atau belum.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar bisa ditentukan dari hasil pemikiran
siswa. Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran juga juga bisa dilakukan dengan
berbagai macam cara salah satunya dengan menentukan perencanaan pembelajaran
terlebih dahulu. Perencanaan pembelajaran menurut Nurudin dan Usman (2002: 86)
dikutik dari Ananda (2019: 8) yaitu sebuah proses pemetaan langkah-langkah untuk
mencapai tujuan yang mencakup unsur-unsur tujuan pembelajaran, materi pembelajaran,
bahan pembelajaran, metode pembelajaran, serta prosedur evaluasi yang dignakan setelah
proses pembeajaran berlangsung untk menilai pembelajaran yang sudah dilakukan.
Dengan penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan menggunakan
cara penyampaian yang menarik peserta didik akan semakin semangat untuk mempelajari
atau memahami apa yang dijelaskan oleh penddik (guru). Dengan cara itu akan menarik
peserta didik untuk mempelajari materi. Dibandingkan dengan pembelajaran yang
terkesan membosankan peserta didik akan lebih minat belajar dengan cara penyampaian
yangmenurut mereka asik atau pun menyenangkan. Mereka akan lebih giat dalam kegiatan
belajar mengajar.
IPS merupakan ilmu yang mempelajari tentang kegiatan sosial manusia dengan
mnusia lainnya, manusia dengan lingkungan, negara dengan negara lain dan sebagainya.
Ips merupakan suatu mata pelajaran yang menkaji tentang kehidupan sosial di masyarakat
dan lingkungannya yang dilakukan untuk kepentingan pendidikan dan membentuk sikap
yang menbentu para pelaku sosial atau manusia itu sendiri. Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial itu sendiri merupkan penyederhanaan dari dari ilmu sosial, ideologi negara, dan
ilmu lainnya serta masalah sosial yang disajikan secara ilmiah untuk tujuan pendidikan.
Ips juga merupakan konsep yang mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
sosial yang mendalam, membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik
juga telah menjadi bagian dari kurikulum dan wacana sistemik pendidikan di Indonesia
dan itu adalah program pendidikan sosial di jalur pendidikan sekolah. IPS sebagai mata
pelajaran di sekolah dasar (sd) ataupun di madrasah ibtidaiyah (Mi) pada hakikatnya
merupakan penggabungan utuh antara ilmu sosil dan ilmu lain yang bermakna untuk
mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah tingkat rendan (SD/MI).
Pembelajaran ips mengambil dari ilmu sosial, humaniora, maupun sains. Pembelajarannya
menggunakan cara mencerminkan kesadaran pribadi masyarakat sebgai makhluk sosial,
pengalaman budaya disetiap daerah, dan pengembangan pribadi masing-masing peserta
ddik. Lahirnya Ips sering dihubungkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat cepat, serta perkembangan masyarakat yang penuh dengan
perubahan sosial yang semakin kompleks dan cepat. Ips merupakan program mata
pelajaran yang didalmnya memiliki tujuan untuk melatih peserta didik agar mampu
mengenal dan menganalisis berbagai macam persoalan yang muncul di masyarakat.
Sebagai contoh pendidik (guru) menjelaskan tentang letak jawa timur, pendidik akan
menjelaskan kepada peserta didik tentang letak geografis jawa timur, sejarah-sejarah jawa
timur, peristiwa-peristia yang terjadi dijawa timur yang termasuk ke dalam sejarah
penjajahan, sosial budayanya dan masih banyak lagi.
Peran guru sangat berpengaruh dalam proses beljar mengajar pada saat disekolah.
Peran pendidik dalam pembelajaran ips sangat diharapkan mampu membangun
karakteristik peserta didik. Guru mata pelajaran ips harus mampu mengimlementasikan
yng sudah dimaksud dalam pemelajaran ips dengan cara guru itu sendiri. Dengan tuntutan
pendidik harus mampu menciptakan pembelajaran yang aktif, interktif, efektif serta
menyenagkan.
Pada masa sekarang ini pendidik harus mampu membuat invasi baru untuk
melaksanakan pembelajaran karena jika tidak peserta didik akan mudah bosan dengan
materi yang diajarkan. Oleh sebab itu, pendidik diharapkan mampu untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan semangat peserta didik untk
mempelajari materi. Agar peserta semakin giat dalam belajar harus dengan cara yang
menarik, agar mampu meninkatkan mina belajar peserta didik dan dengan cara itu
pemahaman peserta didik mengenai materi semakin meluas. Caranya yaitu dengan
menerapkan berbagai macam model pembelajaran, dengan strategi yang menarik, dengan
media pembelajaran yang dibuat semenarik mungkin. Diharapkan dengan cara itu mampu
menumbuhkan rasa ingin tahu dari pesera didik untuk lebih mendalami tentang materi
yang dibahas.
Salah satu cara agar proses belajar mengajar tersebut lebi menyenangkan yaitu
dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Pembelajaran kooperatif
tipe jgsaw adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar
mengajar dengan membentuk kelompok yang terdiri dari 4-6 orang dalam setiap
kelompok. Model jigsaw digunakan untuk belajar memperoleh materi baru yang
menimbulkan ketergantungan belajar, karena siswa menemukan hal-hal baru yang dapat
meningkatkan belajar siswa, siswa tertarik belajar dengan kelompok yang baru ditemukan,
dan siswa dapat berpindah antar kelompok. satu dengan kelompok lain. dengan cara
pengelompokan siswa dengan beberpa anggota yang di setiap kelompoknya bisa dengan 4-
6 orang. Guru memberikan pertanyaan untuk didiskusikan bersama dengan teman satu
kelomponya untuk mencari kesimpulan dari pertanyaan tersebut. Kesimpilan dapat
didapatkan dari pendapat masing-masing nggota kelompok yang dijadikan satu dan
mendapatkan kesimpulan yang mereka maksud. Dengan cara itu pendidik (guru) dapat
menumbukan sikap bertanggung jawab kepada peserta didik karena setiap kelompok
diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang sudah guru berikan dan
memahami materi tersebut kemudian didiskusikan didepan kelas didepan teman-
temannya.

C. Rumusan Masalah
Mini riset ini akan mengungkap beberapa permasalahan diantaranya: Bagaimana
penggunaan Cooperative Learning Type Jigsaw pada kelas 5 di Mi Miftahul Huda?;
Apakah dampak penggunaan model pembelajarn tersebut untuk pembelajaran pada kelas 5
di Mi Miftahul Huda?; Apa kendala yang dialami saat model tersebut dilakukan dalam
kegiatan belajar mengajar?

a. Tujuan Penelitian
Tujuan mini riset ini dilakukan untuk mengetahui berhasil tidaknya penerapan
model pembelajaran Cooperative Learning dengan Type Jigsaw pada mata pelajaran IPS
utnuk meningkatkan belajar dan hasil kerja peserta didik di Mi Miftahul Huda serta
peningkatan minat siswa untk belajar mata pelajaran ips.

b. Kajian Terdahulu yang Relevan


Senada dengan penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil
Belajar IPS Melalui Kooperatif Model Jigsaw oleh Salamah dan Giyat pada Jurnal Studi
Sosial Vol. 4 No. 2, Desember 2019 Hal 114-121. Juga ada dalam penelitian yang berjudul
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Murid
Kelas V SD Inpres Bertingkat Mamajang I Makassar oleh Sri Hastati. DIKDAS
MATAPPA: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar. Vol. 3 No. 1 April 2020. Dan yang terakhir
adalah penelitian dengan judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS oleh Ni
Putu Suryanita SP dan Ni Nyoman Kusmariyatni Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi
GuruVol. 2 No. 3, Oktober2019.

c. Konsep atau Teori yang Relevan


Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Kooperatif Model
Jigsaw oleh Salamah dan Giyat pada Jurnal Studi Sosial Vol. 4 No. 2, Desember 2019 Hal
114-121 menyatakan bahwa hasil dari penelitian yang sudah dilakukan adalah akan belajar
mencapai hasil yang optimal ketika guru berhasil memotivasi siswa untuk belajar.
Permasalahan yang dihadapi siswa Kelas VI di SD Negeri Kapugogo adalah hasil belajar
siswa berdasarkan keberadaan bahan alam dan kondisi sosial, rata-rata negara tetangga
adalah 68, Tingkat penyelesaian hanya 13,33% ketika proses belajar mengajar siswa
terlihat Pasif kurang semangat, metode pembelajaran yang digunakan guru selalu ceramah
dan Di antara tanya jawab, kegiatan belajar mengajar lebih fokus pada guru dan anak
biasanya pasif, keadaan ini membuat siswa malas untuk belajar. Jadi bisa Dari sini dapat
disimpulkan bahwa motivasi dan keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran IPS
tergolong rendah. Hal dapat diatasi dengan menerapkan model pembelajaran kolaboratif
Jigsaw. Rusia (2011) Pembelajaran kooperatif argumentatif adalah pembelajaran yang
berlangsung dengan bantuan siswa Belajar dan berkolaborasi dalam kelompok kecil yang
anggotanya duduk bersama empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
heterogen. Sanjaya (2006) berpendapat bahwa dalam model pembelajaran kolaboratif
Jigsaw, siswa memiliki banyak hal kesempatan untuk menyatakan pendapat dan
memverifikasi informasi yang diterima dan Dengan meningkatkan keterampilan
komunikasi, setiap anggota kelompok bertanggung jawab Keberhasilan dan kesempurnaan
kelompok merupakan bagian dari materi yang akan dipelajari.
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Murid Kelas V SD Inpres Bertingkat Mamajang I Makassar oleh Sri Hastati. DIKDAS
MATAPPA: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar. Vol. 3 No. 1 April 2020 Berdasarkan hasil
penelitian yang disajikan dalam di lapangan dapat disimpulkan bahwa Penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Teka-teki untuk belajar ilmu sosial, itu bisa digunakan untuk
meningkatkan hasil belajar IPS ada di sebelah:
1. Nilai hasil belajar meningkat mahasiswa pada setiap periode.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga bisa menyembuhkan
semangat, motivasi dan minat siswa, Keyakinan, interaksi siswa-siswa orang lain dan
interaksi antara siswa dan guru yaitu mengaktifkan semua siswa untuk memecahkan
pertanyaan Guru (peneliti) mengajukan pertanyaan tingkat sesuai dengan keterampilan
untuk menerima siswa awal Kembangkan pertanyaan yang menantang memberikan
inspirasi dan motivasi Minimalkan pandangan internal siswa yang negatif Pelajari ilmu
sosial, tawarkan peluang diberikan oleh siswa lain Tanggapan atas tanggapan temannya
dan Berikan kesempatan untuk membantu teman yang masih hilang untuk interaksi
berlangsung antara siswa dengan siswa lainnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa kelas IVA SD Negeri 4
Kampung Baru tahun pelajaran 2017/2018 dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran IPS Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar IPS secara klasikal yang dilaksanakan dari Siklus
I sampai dengan Siklus II. Nilai rata-rata dari 80,77 pada Siklus I meningkat menjadi
86,37 pada Siklus II, ketuntasan klasikal meningkat dari 58% pada Siklus I menjadi 73%
pada Siklus II, kualitas hasil belajar meningkat dari 0,16 menjadi 0 pada Siklus I, 46 pada
Siklus II.
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah:
1. Kepala sekolah hendaknya selalu memantau proses pembelajaran agar tercipta inovasi
pembelajaran yang dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran dan selanjutnya
mempengaruhi hasil pembelajaran;
2. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran ini sebagai metode pembelajaran
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar;
3. Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar; dan
4. peneliti lain yang tertarik dengan hasil penelitian ini dapat mencoba mengembangkan
penerapan model pembelajaran kolaboratif Jigsaw pada materi atau kompetensi lain,
serta menggunakan kekurangan penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam
merancang pembelajaran yang diperoleh. bahwa hasil penelitian semakin baik.

d. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu desain penelitian yang natural
dalam arti peneliti tidak berusaha memanipulasi lingkungan penelitian, tetapi menyelidiki
fenomena.
Alasan penggunaan metode penelitian kualitatif didasarkan pada pendapat Alsa (2003)
bahwa penelitian kualitatif biasanya digunakan ketika peneliti tertarik untuk mendalami
dan memahami suatu fenomena sentral seperti suatu proses atau peristiwa. Data yang
disajikan dalam penelitian kualitatif ini berupa kata-kata bukan rangkaian angka. Peneliti
menggunakan wawancara langsung dan tidak langsung untuk memperoleh informasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode
deskriptif. Alasan menggunakan metode ini adalah Anda ingin menangkap keadaan terkini
dari sekelompok orang, objek, ruang, sistem pemikiran atau kelas peristiwa dengan tujuan
memberikan deskripsi, gambar yang sistematis, faktual dan akurat. , atau membuat
deskripsi fakta, karakteristik, dan hubungan antar fenomena yang dapat diperbaiki. Kata
kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986: awalnya didasarkan pada pengamatan
kuantitatif. Pengamatan kuantitatif mengukur tingkat karakteristik tertentu. Untuk
menemukan sesuatu yang dapat diamati, pengamat perlu mengetahui apa yang menjadi
karakteristik dari objek tersebut. Untuk melakukan ini, pengamat mulai mencatat atau
menghitung dari satu, dua, tiga, dst.
Menurut Straus dan Corbin (1990), penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
metode penemuannya adalah penelitian yang dilakukan tanpa metode statistik atau
kuantifikasi. Penelitian kualitatif dalam hal ini adalah penelitian tentang kehidupan
manusia, cerita, perilaku, tetapi juga tentang fungsi organisasi, gerakan sosial atau timbal
balik. Penelitian kualitatif dari pengertian kedua menunjukkan bahwa penelitian dengan
menggunakan wawancara terbuka meneliti dan memahami sikap, keyakinan, perasaan dan
perilaku individu atau kelompok orang. Penulis lain menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan
menemukan wawasan atau pemahaman. fenomena dalam konteks tertentu. Jenis penelitian
yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif karena menjawab kebutuhan penelitian ini,
dimana penelitian ini menceritakan dan menggambarkan proses-proses yang terjadi,
apakah sesuai dengan responden dan apa yang terjadi di lapangan seperti yang peneliti
lihat. , atau berbanding terbalik dengan responden.

e. Rencana Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menguraikan tentang bagaimana penerapan
model pembelajaran kooperatif untuk pembelajaran pada mata pelajaran ips apakah bisa
dilakukan dengan maksimal untuk meningkatkan pembelajaran ips pada peserta didik
sehingga peserta didik minat dalam malakukan proses belajar mengajar agar tujuan pendidik
(guru) dapat terwujud. Dengan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan guru dapat
memksimalkan pembelajaran yang akan dilaksanakan, karena dengan cara itu bisa
meningkatkan rasa keingin tahuan peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan.

f. Waktu Pelaksanaan Penelitian


Waktu pelaksanaan penelitian yaitu pada waktu proses pembelajaran materi pelajaran ips
berlangsung.
KEGIATA WAKTU PELAKSANAAN
NO
N
1 Siklus 1 22
november
2022
2 Siklus II 22
november
2022
3 Siklus III 22 november
2022
4 Siklus IV 22
november
2022
5 Siklus V 22
november
2022

g. Pedoman Wawancara
Pertanyaan kepada kepala sekolah
1. Bagaimana model yang diterapkan bapak/ibu sebagai kepala sekolah untuk
meningkatkan mutu pendidikan disekolah ini?
2. Apa saja usaha yang sudah bapak/ibu lakukan untuk meningkatkan mutu sekolah ini?

Pertnyaan kepada guru kelas


1. Apa yang bapak/ibu ketahui tentang pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini?
2. Apa yang menjadi kendala dalam penerapannya pada mata pelajaran ips?
3. Apakah dengan diterapkannya model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan
minat belajar peerta didik?
4. Bagaimana cara bapak/ibuk menerapkan model tersebut dalam pembelajaran?
5. Bagaimana cara bapak/ibu mensiasati jika dengan cara tersebut peserta didik masih
kurang bersemangat dalam kegiatan belajar mengajar?
6. Usulan apa yang bapak.ibu berikan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw ini agar dapat dirasakan hasilnya?

Pertanyaan kepada peserta didik


1. Apakah dengan pembeajaran tersebut kamu jadi lebih semangat dalam belajar?
2. Apa yang menurutmu kurang dari pembelajaran yang sudah dilakukan oleh gurumu
dalam mengajar?

h. Hasil dan Temuan Penelitian


Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan Yakni, strategi
kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas pengajaran Implementasi infrastruktur
sekolah. Kepala sekolah harus mematuhi kebutuhan sarana prasarana sekolah, khususnya
mengenai kegiatan pembelajaran. Pelajaran di sekolah dilakukan secara acak, sehingga
memungkinkan terlaksananya pembelajaran Pengajaran dapat mencapai tujuan
pembelajaran dan mendukung hasil Peserta didik belajar, menetapkan standar dan
mengevaluasi upaya untuk mencapai kualitas Pendidikan.
Untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah bisa dimulai dari peningkatan kualitas
pendidik terlebih dahulu yang bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu : pertama,
mengikuti penataran (usaha untuk meningkatan keahlian guru dalam menyamakan
pengetahuan serta keterampilan para pendidik sesuai dengan kemajuan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dalam masing-masing bidang). Kedua, mengikuti kursus pendidikan
(yang meliputi kursus pendidikan bahasa arab dan inggris serta kursus komputer). Ketiga,
memperbanyak membaca (guru yng berprofesional harus banyak membaca tentang
bergabai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan sehingga
penidik/guru tidak kekurangan pengetahuan dan informasi yang muncul dan berkembang
di masyarakat). Keempat mengadakan studi komperratif/kunjungan ke skolah lain
(pentingnya seorang guru mengadakan kunjungan ke sekolah sehingga para guru akan
menambah wawasan pengetahuan, bisa bertukar informasi tenang kemajuan sekolah lain.
Dengan hal ini pesrmasalahan yang terjadi bisa disiasati dan tercapai sesuai dengan apa
yang diharapkan). Kelima, menjalin hubungan baik dengan wali santri (cara ini sangatlah
penting karena dengan ini guru dan wali murid dapat saling berkomunikasi dengan baik
untuk membicarakan kegiatan para peserta didik, untuk mengetahui dan menjaga peserta
didik sehingga pendidik mampu mengarahkan pada perbuatan yang positif).
Untuk meningkatkan kualitas mutu sekolah kedua yaitu peningkatan materi.
Peningkatan materi akan menambah lebih luas pengetahuan sehingga dapat
memungkinkan peserta didik dalam menjalankan dan mengamalkan pengetahuan yang
telah diperoleh dengn bik dan benar. Pendidik harus menguasai materi yang ditambah
sumber lain yang berkaitan dengan materi yang dibtuhkan, sehingga peserta didik akan
lebih tertrik untuk mempelajari materi.
Upaya peningkatan kualitas mutu sekolah yang ketiga yaitu peningkatan dalam
pemakaian metode pembelajaran. Yang dimaksud peningkatan metode disini yaitu
bagaimana cara menerapkan yang sesuai dengan materi yang isajikan, dan memperoleh
hasil yang memuaskan dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran harus
berfariasi sesuai dengan materi yang disampaikan sehingga peserta didik tidak monoton
yang harus berorientasi pada tujuan, mempergunakan berbagai metode untuk menciptakan
pembelajaran yang menarik.
Upaya peningkatan kualitas mutu sekolah yang keempat yaitu meningkatkan
sarana prasarana yang ada disekolah. Sarana adalah alat atau metode dan teknik yang
meningkatkan komunikasi dan interaksi pedagogis antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Upaya peningkatan berikut harus diperhatikan
untuk fasilitas ini:
1) Memahami dengan tepat bagaimana media pendidikan bekerja atau digunakan
2) Untuk memahami penggunaan media pengajaran yang benar dalam interaksi
belajar
mengajar
3) Membuat media harus sederhana dan mudah
4) Memilih media yang tepat tergantung tujuan dan isi materi yang ingin
disampaikan.
Semua fasilitas sekolah meliputi semua peralatan dan bahan yang digunakan
langsung dalam proses pengajaran di sekolah tersebut, misalnya: Gedung sekolah (school
building), meja kamar, kursi, alat peraga dan lain-lain. Sedangkan prasarana adalah semua
komponen yang secara tidak langsung mendukung proses belajar mengajar atau
pendidikan di sekolah, misalnya: Jalan sekolah, halaman sekolah, peraturan sekolah dan
segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah.
Upaya peningkatan mutu sekolah yang kelima yaitu peningkatan kualitas belajar
peserta didik. Hambatan untuk mengatasi kesulitan dalam belajar peserta didik dapat
diatasi dengan cara sebagai berikut : a) Memberi sanggahan kepada peserta didik agar
mereka berminat untuk belajar serta mempelajari dari segi bahasa maupun mimik wajah
dengan variasi metode pembelajaran. b) Memberikan motivasi belajar sebagai pendorong
peserta didik untuk menumbuhkan bakat peserta didik dalam dunia belajar. Motivasi dapat
berupa pemberian penghargaan kepada peserta didik yang memiliki prestasi bagus,
memberikan hukuman kepada peserta didik yang melanggar peraturan, dan mengadakan
lomba atau kompetisis untuk meningkatkan prestasi peserta didik.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melatih siswa
dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibentuk terdiri dari empat sampai enam siswa dan
bersifat heterogen. pembelajaran kooperatif adalah salah satu model pembelajaran yang
paling efektif dan untuk menyampaikan medan secara efektif untuk mengajar Guru praktis
diminta untuk memimpin kelas. Nah, karena cooperative learning bukan sekedar belajar
kelompok Pembelajaran kooperatif memberikan siswa kemampuan untuk bekerja
dijangkau dalam kelompok tujuan bersama. Menurut Soihatin, dkk (2007:4) model
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memberi kesempatan
kepada peserta didik bekerja sama dengan peserta didik lain untuk mengerjakan tugas
yang sudah diberikan pendidik dengan beberapa anggota yang berada dalam tim yang
beranggotakan empat atau lima orang siswa dengan beberpa kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu metode pembelajaran dengan bentuk
kelompok yang dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran dan semua tingkatan
pendidikan. Untuk meningkatkan belajar siswa dan meningkatkan keterampilan siswa
dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam model pembelajaran koopertif terdapt
dua kelompok yaitu kelompok asli dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu anggota
kelompok awal yang sudah ditentukan oleh pendidik (guru). Sedangkan kelompok ahli
adalah kelompok yang berasal dari masing-masing satu orang dari kelompok asli yang
berkumpul jadi satu kelompok untuk membahas materi yang sudah ditentukan.
Keberhasilan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini yaitu setiap peserta didik
tergantung pada anggota tim untuk mendapatkan informasi agar dapat maksimal saat
penilaian.
Kendala penerapan model pembelajaran kooperatif masalah-masalah ini
diantaranya (1) guru tidak menggunakan model pembelajaran inovatif, (2) siswa sulit
ditangkap materi yang diberikan guru, (3) pengalaman siswa kesulitan dalam
menyampaikan pikiran seseorang; dan (4) siswa mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan pikirannya mengetahui pendapat. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kemunculannya Guru tidak memiliki masalah ini dengan desain atau
strategi inovatif dapat memeriksa ide-ide siswa sehingga mereka menjadi terlihat Siswa
bingung ketika ditanya lagi kain diajarkan.
Model pembelajaran tersebut dapat meningkatan minat peserta didik dalam
memahami materi karena dalam proses pembelajarannya lebih variatif yang membuat
peserta didik lebih teratarik untuk belajar. Jika peserta diidk mulai bosan dengan
pembelajaran kita sebagai pendidik mencari cara agar mereka tidak bosan. Salah satunya
dengan penerapan ice breaking di sela-sela pembelajaran agar peserta didik tidak tidak
bosan dan bersemangat lagi untuk belajar.
Langkah-langkah digunakan dalam kegiatan pembelajaran model pembelajaran
kooperatif puzzle. Kegiatan pada awalnya: Tahap 1: Mengkomunikasikan dan memotivasi
tujuan siswa, yaitu melalui kegiatan apersepsi, Pertanyaan untuk memotivasi siswa dan
saya sendiri menyampaikan tujuan pembelajaran. Operasi Dasar, Langkah 2: menyajikan
informasi. Kegiatannya adalah guru Penyajian informasi kepada siswa sebagai
penyampaian materi dalam bentuk media selembar kertas dengan bahan kolaboratif,
logo/ikon kolaborasi, pengertian. Langkah 3 membagi siswa menjadi beberapa kelompok
untuk mempelajari Kegiatannya, guru membagi siswa beberapa kelompok yang terdiri dari
kelompok asli kemudian guru membagikan subbab tersebut kepada setiap anggota
kelompok Para siswa kemudian membentuk kelompok ahli yang sesuai dengan subbagian
untuk pembahasan yang diterima dan mengungkapkan pendapat tentang subbagian yang
disetujui, mengerjakan LKS dan mempresentasikan LKS. Langkah 4: Pimpin kerja
kelompok dan belajar. Kegiatan yaitu guru mengarahkan setiap kelompok mendiskusikan
materi/subbabnya. Setelah selesai Diskusi Kelompok Pakar Setiap anggota kembali ke
kelompok semula dan bergiliran mengajar rekan tim mereka subbab yang mereka
kendalikan dan semua anggota lainnya dengarkan baik-baik Hentikan prosesnya. Langkah
5: Evaluasi, yaitu dengan guru Bagikan kuesioner penilaian untuk dikerjakan siswa
terpisah. Langkah 6: harga yang Guru memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif
selama proses pembelajaran.

i. Pembahasan Hasil Penelitian


Tindakan guru saat menerapkan model kolaboratif Jenis puzzle untuk
meningkatkan hasil belajar siswa sembuh Itu menunjukkan bahwa Penerapan model
pembelajaran kooperatif puzzle meningkatkan hasil belajar siswa IPS kelas V Miftahul
Huda dapat meningkatkan minat belajar siswa. Keterbatasan diamati selama implementasi
model teka-teki tipe pembelajaran kooperatif seperti Konsekuensi: a) jika siswa sedang
berdiskusi, salah satu anggota kelompok mencoba menyela dan berdiskusi. dengan
anggota kelompok lainnya; b) masa transisi Grup biasanya dikemas; c. Siswa masih malu-
malu ketika menyampaikan informasi kepada kelompok.

j. Biodata Peneliti
Nama Lengkap : Nurina Fiddari
NIM : 202101040001
Program Studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Instansi : Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember
Alamat Rumah : Dsn. Tegalpare Rt 005 Rw 001 Ds. Wringinputih Kec.
Muncar
Kab. Banyuwangi
Tempat, Tanggal Lahir : Banyuwangi, 30 November 2022
Jenis Kelamin : Perempuan
No HP : 085745830916
Alamat Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : MA MIFTAHUL HUDA


Riwayat Organisasi : OSIS, Dewan Galang, Dewan Ambalan
k. Daftar Pustaka
Salamah, dan Giyat. Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPS Melalui Kooperatif
Model Jigsaw. Jurnal Studi Sosial Vol. 4 No. 2, Desember 2019 : Hal 114-121.
Hastati,S. Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Murid Kelas V SD Inpres Bertingkat Mamajang I Makassar. Makassar : DIKDAS
MATAPPA: Jurnal Ilmu Pendidikan Dasar. Vol. 3 No. 1 April 2020
Suryanita, NP dan Kusmariyatni NN. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Profesi Guru Vol. 2 No. 3, Oktober2019
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009), h. 54
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Media Citapustaka, 2015),
h. 41.
Lubis, NA, & Hasrul, H. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Jurnal As-Salam, Vol.1, No.
1 2016
Ahmad Yusuf, A, dkk. STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMAN 1 Purwosari Pasuruan)
Rahmawati, N. PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI MODEL EFEKTIF UNTUK
MENGEMBANGKAN INTERAKSI DAN KOMUNIKASI ANTARA GURU DAN
PESERTA DIDIK. Eksponen Volume 9 No. 2, September 2019, hal 10—19
Masluchah, Y dan Abdullah, H,H. Penerapan Model Koopertif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Surabaya : JPGSD. Volume 01 Nomor 02
Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai