Penyearah Terkendali

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 35

Laporan Praktikum

Elka Daya dan Penggerak Listrik

“Rangkaian Penyearah Terkendali Satu Fasa Gelombang Penuh”

Disusun Oleh :

Ginda Pingky R
(0920040079)
D4 – Teknik Otomasi 4C

Program Studi D4 – Teknik Otomasi

Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

2021
Ringkasan

Rangkaian penyearah atau rectifier merupakan suatu rangkaian yang dapat


mengubah tegangan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus searah (DC).
Komponen utama yang umumnya digunakan pada rangkaian ini yaitu dioda.
Penyearah terkendali merupakan suatu rangkaian elektronika daya yang dapat
mengubah tegangan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus searah (DC)
dengan nilai besaran yang dapat diatur. Komponen semikonduktor data yang
digunakan umumnya berupa SCR yang beroperasi sebagai sakelar, pengubah, dan
pengatur. Rangkaian penyearah terkontrol 1 fasa gelombang penuh mempunyai
prinsip kerja yang hampir sama dengan rangkaian penyearah tak terkontrol 1 phasa
setengah gelombang, hanya saja yang membedakan adalah pada rangkaian
penyearah tak terkontrol 1 phasa setengah gelombang menggunakan komponen
diode. Sedangkan pada rangkaian penyearah terkontrol 1 phasa gelombang penuh
menggunakan komponen thyristor. Rangkaian penyearah terkendali satu fasa
gelombang penuh menggunakan empat buah thyristor sehingga hasil outputnya
berupa gelombang penuh.

i
DAFTAR ISI

Ringkasan ......................................................................................................i
Daftar Isi ...................................................................................................... ii
Daftar Gambar ............................................................................................ iv
Daftar Tabel ................................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Tujuan Praktikum .............................................................................. 2
1.4 Manfaat Praktikum ............................................................................ 2
BAB 2 DASAR TEORI ................................................................................ 4
2.1 Rangkaian Penyearah ........................................................................ 4
2.2 Penyearah Terkendali (Controlled Rectifier) .................................... 5
2.3 Thyristor ......................................................................................... 10
2.3.1 Cara Kerja Thyristor ........................................................... 10
2.3.2 Jenis – Jenis Thyristor ........................................................ 11
BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 13
3.1 Tahap Identifikasi ............................................................................. 13
3.1.1. Identifikasi Masalah ............................................................. 13
3.1.2. Penetapan Masalah ............................................................... 13
3.1.3. Studi Literatur ...................................................................... 13
3.2 Analisa Perhitungan ......................................................................... 14

3.3 Blok Diagram Sistem ....................................................................... 16


3.4 Analisa Kebutuhan ........................................................................... 16
3.5 Flowchart Sistem............................................................................. 18
3.6 Rancangan Simulasi ......................................................................... 19
3.7 Data Pengukuran .............................................................................. 19
3.8 Perbandingan Hasil Praktikum dan Perhitungan .............................. 19

ii
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 21

4.1 Hasil Percobaan ................................................................................ 21


4.1.1 Analisa Hasil ........................................................................ 25
4.2 Pertanyaan dan Tugas Pada Jobsheet ............................................... 25
BAB 5 KESIMPULAN .............................................................................. 27
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 27
Daftar Pustaka .............................................................................................. 28

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penyearah Setengah Gelombang...........................................................4

Gambar 2.2 Penyearah Geombang Penuh 2 Dioda (Kiri) dan 4 Dioda (Kanan)........5

Gambar 2.3 Rangkaian Penyearah Terkontrol Satu Fasa Setengah Gelombang (kiri)
dan Gelombang Penuh (kanan). .............................................................................. 6

Gambar 2.4 Penyearah Terkendali Satu Fasa Setangah Gelombang ...................... 6

Gambar 2.5 Penyearah Terkendali Tiga Fasa Setengah Gelombang. ..................... 7

Gambar 2.6 Penyearah Terkendali Tiga Fasa Setengah Gelombang........................ 8

Gambar 2.7 Penyearah Terkendali Tiga Fasa Gelombang Penuh. ...........................9

Gambar 2.8 Struktur dan Simbol Thyristor ............................................................ 10

Gambar 3.1 Wiring Diagram Rangkaian ...............................................................19

Gambar 4.1 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 15............................................21

Gambar 4.2 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 15............................................21

Gambar 4.3 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 30............................................21

Gambar 4.4 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 30............................................22

Gambar 4.5 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 45............................................22

Gambar 4.6 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 45............................................22

Gambar 4.7 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 60 .......................................... 23

Gambar 4.8 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 60............................................23

Gambar 4.9 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 75 .......................................... 23

Gambar 4.10 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 75 ......................................... 23

Gambar 4.11 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 90 ........................................ 24

Gambar 4.12 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 90 ......................................... 24

iv
Gambar 4.13 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 100.........................................24

Gambar 4.14 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 100 ......................................... 24

v
DAFTAR TABEL

Gambar 3.1 Hasil Pengukuran Rangkaian..............................................................19

vi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rangkaian elektronika daya merupakan suatu rangkaian listrik yang dapat


mengubah sumber daya listrik dari bentuk gelombang tertentu (seperti bentuk
gelombang sinusoida) menjadi sumber daya listrik dengan bentuk gelombang lain
(seperti gelombang non sinusoida) dengan menggunakan perangkat semikonduktor
daya. Semikonduktor daya dalam rangkaian elektronika daya dioperasikan sebagai
sakelar (switching), pengubah (converting), dan pengatur (controlling) sesuai
dengan fungsi dan tujuan dari rangkaian elektronika daya yang diinginkan.

Rangkaian elektronika daya dapat diklasifikasikan dalam lima jenis, yaitu :

1. Penyearah tak-terkontrol,

2. Penyearah terkontrol (konverter AC-DC),

3. Pengatur tegangan arus bolak-balik (konverter AC-AC),

4. Pemangkas arus searah (chopper DC),

5. Inverter (konverter DC-AC),

Penyearah merupakan suatu rangkaian yang dapat mengubah tegangan arus


bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus searah (DC). Sementara itu penyearah tak-
terkontrol merupakan suatu rangkaian elektronika daya yang dapa mengubah
tegangan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus searah (DC) dengan nilai
besaran yang keluar tetap atau tidak dapat diatur. Berdasarkan sumbernya
penyearah tak terkontrol dibagi dua yaitu satu fasa dan tiga fasa. Penyearah tiga
fasa adalah pengubah tegangan sumber arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan
sumber arus searah (DC) menggunakan sumber listrik tiga fasa.

Secara prinsip pada rangkaian penyearah terdiri dari transformator, dioda,


dan kapasitor. Transformator berfungsi sebagai penyimpanan muatan sementara
waktu dan juga digunakan sebagai penyaring. Sementara dioda digunakan sebagai

1
penyearah arus listrik, pengaman arus dan tegangan listrik, serta pemblokir arus dan
tegangan listrik pada rangkaian penyearah.

Pada kehidupan sehari-hari banyak sekali peralatan rumah tangga atau


peralatan elektronika yang harus menggunakan arus listrik DC. Sedangkan, supply
tegangan dari penyedia menggunakan listrik AC. Pada umumnya kebanyakan
peralatan rumah tangga atau peralatan elektronika menggunakan sumber daya
listrik 220 Volt/50 Hz dari PLN. Hal ini yang membuat diperlukannya suatu
rangkaian yang dapat mengubah listrik AC menjadi listrik DC. Pada
perkembangannya digunakan sebagai suatu catu daya atau power supply.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan penyearah terkontrol satu fasa gelombang


penuh dan apa perbedaannya dengan penyearah tak-terkontrol satu fasa
gelombang penuh?

2. Bagaimana prinsip dasar penyearah terkontrol satu fasa gelombang penuh?

3. Bagaimana memahami karakteristik penyearah terkontrol satu fasa


gelombang penuh?

1.3 Tujuan Praktikum

1. Dapat mengetahui tentang penyearah terkontrol satu fasa gelombang penuh


dan tau perbedaannya dengan penyearah tak-terkontrol satu fasa gelombang
penuh

2. Dapat mengetahui prinsip dasar penyearah terkontrol satu fasa gelombang


penuh

3. Dapat memahami karakteristik penyearah terkontrol satu fasa gelombang


penuh

1.4 Manfaat Praktikum


1. Melatih mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah

2. Membuat mahasiswa menambah pengetahuan baru dan memperdalam


pengetahuan yang dimiliki

2
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa secara langsung melalui praktikum.

3
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 Rangkaian Penyearah

Rangkaian penyearah atau rectifier merupakan suatu rangkaian yang dapat


mengubah tegangan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus searah (DC).
Komponen utama yang umumnya digunakan pada rangkaian ini yaitu dioda. Hal
ini dikarenakan dioda hanya mengalirkan arus listrik ke satu arah dan
menghambat arus listrik dari arah sebaliknya. Sehingga ketika dioda dialiri arus
AC, maka hanya setengah gelombang saja yang dapat lewat pada dioda,
sedangkan setengahnya lagi akan diblokir. Pada dasarnya rangkaian penyearah
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyearah setengah gelombang (half wave
rectifier) dan penyearah gelombang penuh (full wave rectifier).

a. Penyearah Setengah Gelombang (half wave rectifier)

Gambar 2.1 Penyearah Setengah Gelombang

Penyearah setangah gelombang merupakan jenis penyearah yang paling


sederhana. Hal tersebut dikarenakan pada rangkaian ini hanya menggunakan satu
buah dioda untuk menghambat sinyal negatif dari sinyal AC dan hanya
melewatkan sinyal positifnya. Tujuan dari rangkaian penyearah setengah
gelombang yaitu untuk menyederhanakan komponen yang digunakan. Pada
rangkaian ini juga biasanya membutuhkan kapasitor yang cukup besar agar
mendapatkan hasil yang ideal.

b. Penyearah Gelombang Penuh (full wave rectifier)

4
Gambar 2.2 Penyearah Gelombang Penuh 2 Dioda (Kiri) dan 4 Dioda (Kanan)

Dalam menghasilkan penyearah gelombang penuh terdapat dua cara untuk


mendapatkannya. Dua cara tersebut yaitu dengan menggunakan 2 dioda atau 4
dioda. Pada rangkaian penyearah gelombang penuh menggunakan 2 dioda maka
harus menggunakan transformer CT. Sedangkan pada penyearah gelombang
penuh menggunakan 4 dioda tidak harus menggunakan transformer CT.

Penyearah gelombang penuh 4 dioda sering disebut Ful Wave Bridge


Rectifier dan juga merupakan jenis rectifier yang paling sering digunakan dalam
rangkaian Power Supply karena memberikan kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan jenis rectifier lainnya.

2.2 Penyearah Terkendali (Controlled Rectifier)

Penyearah terkendali merupakan suatu rangkaian elektronika daya yang


dapat mengubah tegangan arus bolak-balik (AC) menjadi tegangan arus searah
(DC) dengan nilai besaran yang dapat diatur. Komponen semikonduktor data yang
digunakan umumnya berupa SCR yang beroperasi sebagai sakelar, pengubah, dan
pengatur. Berdasarkan jenis sumber tegangan masukannya rangkaian penyearah
tak-terkendali dibedakan menjadi dua, yaitu penyearah terkendali satu fasa dan
penyearah terkendali tiga fasa.

a. Penyearah terkendali satu fasa

5
Gambar 2.3 Rangkaian Penyearah Terkontrol Satu Fasa Setengah Gelombang (kiri) dan Gelombang Penuh
(kanan)

Pada rangkaian penyearah tak-terkendali satu fasa ini dibagi menjadi dua
berdasarkan hasil keluaran gelombangnya, yaitu dan penyearah tak-terkendali satu
fasa setengah gelombang dan penyearah tak-terkendali satu fasa gelombang
penuh.

• Penyearah Terkendali Satu Fasa Setengah Gelombang

Gambar 2.4 Penyearah Terkendali Satu Fasa Setengah Gelombang

Gambar diatas memperlihatkan ketika penyearah terkendali dibebani


resistif. Selama setengah siklus positif tegangan masukan, anode SCR relatif
positif terhadap katode sehingga SCR terbias maju. Ketika SCR T1 dinyalakan
pada ωt = α, SCR T1 akan tersambung dan arus akan mengalir ke beban. Ketika
tegangan masukan mulai negatif pada ωt = β, anode SCR akan negatif terhadap
katodenya dan SCR T1 akan disebut terbias mundur dan aris tidak mengalir ke

6
beban waktu tegangan masukan mulai positif hingga thyristor dinyalakan pada ωt
= π disebut sudut delay atau penyalaan.

• Penyearah Terkendali Satu Fasa Gelombang Penuh

Gambar 2.5 Penyearah Terkendali Satu Fasa Gelombang Penuh

Pada rangkaian penyearah terkendali satu fasa gelombang penuh terdapat


tiga jenis rangkaian, yaitu penyearah terkendali satu fasa gelombang penuh
dengan CT, penyearah terkendali satu fasa gelombang penuh dengan hubungan
jembatan, dan semi penyearah terkendali satu fasa gelombang penuh

b. Penyearah terkendali tiga fasa

Gambar 2.5 Penyearah Terkendali Tiga Fasa Setengah Gelombang (kiri) dan Gelombang Penuh (kanan)

Penyearah terkendali tiga fasa adalah pengubah tegangan sumber arus


bolak-balik (AC) menjadi tegangan sumber arus searah (DC) menggunakan
sumber listrik tiga fasa. Salah satu kelebihan yang dimiliki oleh sistem penyearah
tiga fasa jika kita bendingkan dengan system penyearah satu fasa adalah sistem
penyearah 3 fasa mempunyai daya keluaran yang lebih besar. Pada rangkaian
penyearah tak-terkendali tiga fasa ini juga dibagi menjadi dua berdasarkan hasil

7
keluaran gelombangnya, yaitu penyearah tak-terkendali tiga fasa setengah
gelombang dan penyearah tak-terkendali tiga fasa gelombang penuh.

• Penyearah Terkendali Tiga Fasa Setengah Gelombang

Gambar 2.6 Penyearah Tak-Terkendali Tiga Fasa Setengah Gelombang

Gambar diatas merupakan rangkaian konverter setengah-gelombang tiga-


fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil penyearahan. Terdapat dua
proses pengaturan sudut picuan (α), yaitu: (a) operasi konduksi kontinyu ketika 0°
≤ α ≤ 30° atau 0 ≤ α ≤ π/6, dan (b) operasi konduksi diskontinyu ketika 30° ≤ α ≤
150° atau π /6 ≤ α ≤ 5π/6. Proses pemicuan pada SCR T1, T2, dan T3 dilakukan
secara serempak pada masing-masing fasa.

8
• Penyearah Terkendali Tiga Fasa Gelombang Penuh.

Gambar 2.7 Penyearah Terkendali Tiga Fasa Gelombang Penuh

Gambar diatas merupakan rangkaian konverter setengah-gelombang tiga-


fasa dengan beban resistif dan bentuk gelombang hasil penyearahan. Dalam
rangkaian ini terdapat dua grup/ kelompok SCR, yaitu: grup positif dan grup
negatif. SCR T1, T2, dan T3 merupakan grup positif, sedangkan SCR T4, T5, dan
T6 merupakan grup negatif. Grup SCR positif akan ON ketika tegangan sumber
berpolaritas positif dan Grup SCR negatif akan ON ketika tegangan sumber
berpolaritas negatif.

Proses pemicuan pada rangkaian ini dilakukan secara serempak masing-


masing T1 dan T5, T2 dan T6, serta T3 dan T4. Terdapat dua proses pengaturan
sudut picuan (α), yaitu: (a) operasi konduksi kontinyu ketika 0 ≤ α ≤ 60° atau 0 ≤ α
≤ π /3, dan (b) operasi konduksi diskontinyu ketika 60° ≤ α ≤ 120° atau π /3 ≤ α ≤
2 π /3. Proses pemicuan pada SCR T1, T2, dan T3 dilakukan secara serempak pada
masing-masing fasa.

9
2.3 Thyristor

Thyristor adalah salah satu komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor dan berfungsi sebagai saklar (switch) atau pengendali. “Thyristor”
berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “pintu”. Hal ini dikarenakan sifat dari
thytistor yang seperti pintu yaitu dapat membuka dan menutup untuk membuat aliran
listrik lewat. Pada umumnya thyristor memiliki dua hingga empat kaki terminal.
Beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT (Programmable Uni-
junction Transistor), UJT (Uni-Junction Transistor ), GTO (Gate Turn Off switch),
SCR (Silicon Controlled Rectifier), LASCR (Light Activated Silicon Controlled
Rectifier).

Gambar 2.8 Struktur dan Simbol dari thyristor

2.3.1 Cara Kerja Thyristor


Thyristor beroperasi ketika kolektor transistor Q1 terhubung pada base
transistor Q2 dan sebaliknya kolektor transistor Q2 terhubung pada base transistor
Q1. Rangkaian transistor tersebut menunjukkan adanya loop penguatan arus di
bagian tengah. Dimana diketahui bahwa 𝑰𝒄 = 𝛽 𝑰𝒃, yaitu arus kolektor adalah
penguatan dari arus base. Jika misalnya ada arus sebesar Ib yang mengalir pada
base transistor Q2, maka akan ada arus Ic yang mengalir pada kolektor Q2. Arus
kolektor ini merupakan arus base Ib pada transistor Q1, sehingga akan muncul
penguatan pada pada arus kolektor transistor Q1. Arus kolektor pada transistor Q1
adalah arus base bagi transistor Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama
sambungan PN dari thyristor ini di bagian tengah akan mengecil dan hilang,
sehingga tersisa lapisan P dan N dibagian luar.

Jika keadaan ini tercapai, maka struktur tersebut adalah struktur dioda PN
(anoda-katoda) yang sudah dikenal. Oleh karen itu dapat dikatakan bahwa

10
thyristor sedang dalam keadaan ON dan dapat mengalirkan arus dari anoda
menuju katoda seperti layaknya sebuah dioda.

2.3.2 Jenis – jenis Thyristor

a) SCR (Silion Controlled Rectifier)

SCR memiliki 3 buah terminal yang terdiri dari anoda, katoda, dan gate. SCR
tersusun atas 4 buah semikonduktor berpola PNPN dan terminal gate pada lapisan
positif (P). Ketika tidak ada arus listrik yang masuk maka SCR berada pada kondisi
OFF. SCR dalam kondisi ON ketika terminal gate mendapatkan input arus rendah,
dimana listrik akan mengalir dari anoda ke katoda. SCR akan tetap dalam kondisi ON
meski arus listrik di terminal gate dihilangkan. Untuk mengubah ke posisi OFF maka
arus yang mengalir dari anoda ke katoda harus diturunkan mencapai 0.

b) SCS (Silion Controlled Switch)

SCS memiliki 4 buah terminal yang terdiri dari anoda, katoda, gate, dan gate
anoda. SCS memiliki fungsi yang sama seperti SCR yakni sebagai saklar . Cara kerja
yang dimiliki SCS pun mirip dengan SCR, namun cara untuk mengubah SCS ke
posisi OFF yaitu dengan memberikan tegangan listrik pada gate atau gate anoda.
Sementara untuk mengubah ke posisi ON hanya dengan memberikan listrik DC dari
anoda ke katoda

c) TRIAC (Triode from Alternating Current)

TRIAC memiliki 3 buah terminal yang terdiri dari MI1, MI2, dan gate. Ketika
sedang dalam kondisi ON, jenis thyristor ini dapat mengalirkan listrik dari dua arah
sekaligus. Oleh karena itu, TRIAC memiliki nama lain Bidirectional Triode
Thyristor. Pada dasarnya cara kerja TRIAC mirip dengan SCR maupun SCS. Namun.
TRIAC memiliki kemampuan untuk mengontrol arus listrik dari dua arah sekaligus.
Sehingga TRIAC bisa dipakai sebagai saklar pada arus AC maupun DC. TRIAC akan
dalam posisi ON ketika gate dialiri arus listrik dan akan OFF ketika aliran listrik di
putus.

d) DIAC (Dioda Alternating Current)

DIAC memiliki 2 buah terminal. DIAC juga mampu menghantarkan listrik


dari dua arah sekaligus ketika tegangan mencapai level breakovernya. Sehingga

11
DIAC disebut juga Bidirectional Thyristor. DIAC akan ON jika tegangan yang
masuk sudah mencapai angka breakovernya. Ketika tegangan belum mencapai
angka breakovernya DIAC akan tetap pada posisi OFF. Ketika sudah ON
meskipun nantinya tegangan yang melewati batas minimal breakovernya turun
maka DIAC akan tetap ON. Untuk mengubah ke posisi OFF yaitu arus listrik
harus diputus atau nilainya diturunkan sampai mencapai 0.

12
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tahap Identifikasi

Mahasiswa akan melakukan praktikum secara daring menggunakan


software PSIM untuk mendapatkan nilai Io(dc), Is(rms), Io(rms), Is(rms), Vo(dc),
dan Vo(rms) pada rangkaian penyearah terkendali satu fasa setengah gelombang.
Selain melakukan percobaan menggunakan software PSIM, mahasiswa juga
melakukan perhitungan secara teori. Setelah diketahui nilai rms atau dc pada
perhitungan manual dan ketika menggunakan software PSIM maka akan melakukan
perhitungan persentase error diantara nilai keduanya.

3.1.1 Identifikasi Masalah

Pada saat melakukan praktikum terkadang ketelitian kita kurang. Selain itu
juga terkadang pembulatan nilai yang digunakan pada saat perhitungan secara teori
memiliki dampak yang cukup signifikan. Disisi lain terkadang kita lebih beraptokan
terhadap hasil yang dilakukan melalui simulasi. Hal tersebut dikarenakan software
lebih akurat dan teliti dibandingkan dengan melakukan perhitungan secara manual.

3.1.2 Penetapan Masalah

Pada tahap ini dapat di tetapkan bahwa permasalahan ketika menentukan


suatu hasil dari perhitungan manual dan menggunakan software. Pasti memiliki
perbedaan entah itu signifikan atau tidak. Faktor yang bisa jadi perbedaan ialah
ketika pada saat melakukan perhitungan manual lebih membulatkan angka
dibelakang koma, dari hasil itu dilanjut untuk mencari hasil yang lain, dan akhirnya
menjadi perbedaan hasil yang cukup signifikan dari perhitungan manual dengan
simulasi menggunakan software.

3.1.3 Studi Literatur

Untuk tahap ini, menentukan permasalahan yang sudah diketahui kemudian


diuraikan sesuai dengan metode – metode ilmiah yang berhubungan dengan
rangkaian penyearah terkendali satu fasa gelombang penuh. Dalam
mengumpulkan literatur – literatur sebagai bahan penunjang proses penyelesaian
masalah bisa didapatkan melalui buku, referensi, dan jurnal penelitian.

13
3.2 Analisa Perhitungan Secara Teori

• α = 15
𝑉𝑚
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 𝛼] Vm 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝜋 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
25 √2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 15]
𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 7,96 [1 + 0,965] 25 15 𝑠𝑖𝑛(30)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
√2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 15,64
1/12 𝜋 0,5
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67 √1 − +
𝜋 2𝜋

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67 √1 − 0,083 + 0,136

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 18,13

• α = 30
𝑉𝑚
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 𝛼] Vm 𝛼
𝜋 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
25 √2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 30]
𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 7,96 [1 + 0,866] 25 30 𝑠𝑖𝑛(60)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
√2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 14,84
1/6 𝜋 0,866
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67 √1 − +
𝜋 2𝜋

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67√1 − 0,166 + 0,138

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,42

• α = 45
𝑉𝑚
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 𝛼]
𝜋 Vm 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
25 √2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 45]
𝜋
25 45 𝑠𝑖𝑛(90)
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 7,96 [1 + 0,707] 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
√2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 13,58
1/4 𝜋 1
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67 √1 − +
𝜋 2𝜋

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67√1 − 0,25 + 0,159

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 16,84
14
• α = 60
𝑉𝑚
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 𝛼] Vm 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝜋 √1 − +
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) =
25 √2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 60]
𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 7,96 [1 + 0,5] 25 60 𝑠𝑖𝑛(120)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
√2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 11,94
1/3 𝜋 0,866
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67 √1 − +
𝜋 2𝜋

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67√1 − 0,33 + 0,138

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 15,88

• α = 75
𝑉𝑚
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 𝛼] Vm 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝜋 √1 − +
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) =
25 √2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 75]
𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 7,96 [1 + 0,258] 25 75 𝑠𝑖𝑛(150)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
√2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 10,02
5/12 𝜋 0,5
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67 √1 − +
𝜋 2𝜋

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67√1 − 0,417 + 0,136

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 14,98

• α = 90
𝑉𝑚
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 𝛼]
𝜋 Vm 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
25 √2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 90]
𝜋
25 90 𝑠𝑖𝑛(180)
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 7,96 [1 + 0] 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
√2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 7,96
1/2 𝜋 0
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67 √1 − +
𝜋 2𝜋

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67√1 − 0,5 + 0

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 12,49

15
• α = 100
𝑉𝑚
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 𝛼] Vm 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝜋 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
25 √2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = [1 + cos 100]
𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 7,96 [1 + (−0,174)] 25 100 𝑠𝑖𝑛(200)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = √1 − +
√2 𝜋 2𝜋
𝑉𝑜(𝑑𝑐) = 6,56
5/9 𝜋 −0,342
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67 √1 − +
𝜋 2𝜋

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 17,67√1 − 0,55 - 0,054

𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠) = 11,12

3.3 Blok Diagram Sistem

Varaic (Variable Dilakukannya


Transformator
Alternating proses penyearah
1 phasa
Current ) oleh Thyristor

Saat energi
menurun, beban Energi / tegangan
Keluaran
akan tetap tersimpan pada
menjadi DC
memperoleh kapasitor
aliran energi

3.4 Analisa Kebutuhan

1. Variac (Variable Alternating Current)

Diletakan paling awal sebelum komponen yang lainnya. Cara


kerjanya mengalirkan sumber tegangan 220V AC pada rangkaian penyearah
terkendali 1 phasa gelombang penuh.

2. Trafo 1 phasa

Diletakan setelah Variac atau disambungkan secara parallel setelah


Variac. Cara kerjanya menurunkan tegangan awal pada rangkaian ini ke 25V

3. Thyristor

16
Diletakan setelah trafo 1 phasa disambungkan secara seri. Cara
kerjanya menyearahkan tegangan yang semula AC menjadi DC.

4. Resistor

Diletakan secara parallel setelah diode. Cara kerjanya sebagai


penghambat arus yang masuk.

5. Ampermeter

Yang pertama diletakan diantara trafo – diode disambungkan secara


seri dan yang kedua diletakan secara seri diantara diode – resistor. Cara
kerjanya untuk mengukur arus yang terdapat pada rangkaian tersebut.

6. Voltmeter

Yang pertama diletakkan secara parallel diantara trafo – diode dan


yang kedua terletak setelah beban disambungkan secara parallel juga. Cara
kerjanya untuk mengukur tegangan yang ada pada rangkaian tersebut.

7. Osiloskop

Osiloskop akan muncul ketika running menggunakan software PSIM.


Cara kerjanya melihat gelombang dari rangkaian listrik tersebut.

17
3.5 Flowchart Sistem

Start

Input tegangan
pada Variac
220V AC

Input tegangan dari Variac ke


trafo dan disesuaikan dengan
tegangan pada Jobsheet 6

Sudut α disesuaikan
dengan permintaan
pada jobsheet 6

Thyristor Jika
menyearahkan kekurang
an
tegangan AC ke tegangan
DC

Beban menerima
tegangan DC

Stop

18
3.6 Rancangan Simulasi

Gambar 3.1 Wiring Diagram Rangkaian

3.7 Data Pengukuran


Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Rangkaian

Vo α Vo Vo Io (dc) Vo Vo Error Error


(rms) (dc) (dc) prak [A] (rms) (rms) Vo(dc) Vo(rms)
[Volt] Teori Prak teori prak (%) (%)
[Volt] [Volt] [Volt] [Volt]
25 15 15,64 15,68 0,0547 18,13 17,65 0,25 2,65
25 30 14,84 14,72 0,0513 17,42 17,37 0,81 0,28
25 45 13,58 13,12 0,0457 16,84 16,6 3,38 1,42
25 60 11,94 12,09 0,0422 15,88 15,97 1,25 0,57
25 75 10,02 9,79 0,0341 14,98 14,22 2,29 5,07
25 90 7,96 7,31 0,0255 12,49 11,85 7,79 5,12
25 100 6,56 6,07 0,0212 11,12 10,48 7,46 5,75

Vo α Vo Is (peak) Po
(rms) (ac) [A] (dc)
[Volt] [Volt] [W]
25 15 17,67 0,0615 1,086
25 30 17,67 0,0606 1,053
25 45 17,67 0,0579 0,961
25 60 17,67 0,0557 0,89
25 75 17,67 0,0496 0,705
25 90 17,67 0,0413 0,49
25 100 17,67 0,0365 0,383

3.8 Perbandingan Hasil Praktikum dan Perhitungan


3.7.1 Persentase Error Vo(dc) dan Vo(rms)
• α = 15
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
=| | 𝑥 100% =| | 𝑥 100%
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)


15,68 − 15,64 17,65 − 18,13
=| | 𝑥 100% = 0,25% =| | 𝑥 100% = 2,65%
15,64 18,13

19
• α = 30

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)


𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
=| | 𝑥 100% =| | 𝑥 100%
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)


14,72 − 14,84 17,37 − 17,42
=| | 𝑥 100% = 0,81% =| | 𝑥 100% = 0,28%
14,84 17,42

• α = 45
• (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐)
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
=| | 𝑥 100% =| | 𝑥 100%
• 𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)


13,12 − 13,58 16,6 − 16,84
=| | 𝑥 100% = 3,38% =| | 𝑥 100% = 1,42%
13,58 16,84
• α = 60
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
=| | 𝑥 100% =| | 𝑥 100%
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)


12,09 − 11,94 15,97 − 15,88
=| | 𝑥 100% = 1,25% =| | 𝑥 100% = 0,57%
11,94 15,88
• α = 75
• (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐)
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
=| | 𝑥 100% =| | 𝑥 100%
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)


9,79 − 10,02 14,22 − 14,98
=| | 𝑥 100% = 2,29% =| | 𝑥 100% = 5,07%
10,02 14,98
• α = 90
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
=| | 𝑥 100% =| | 𝑥 100%
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)


7,31 − 7,96 11,85 − 12,49
=| | 𝑥 100% = 7,79% =| | 𝑥 100% = 5,12%
7,96 12,49
• α = 100
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑝𝑟𝑎𝑘 − 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
=| | 𝑥 100% =| | 𝑥 100%
𝑉𝑜(𝑑𝑐)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖

𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑑𝑐) 𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 (%)𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)


6,07 − 6,56 10,48 − 11,12
=| | 𝑥 100% = 7,46% =| | 𝑥 100% = 5,75%
6,56 11,12
20
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

• α = 15

Gambar 4.1 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 15

Gambar 4.2 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 15

• α = 30

Gambar 4.3 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 30

21
Gambar 4.4 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 30

• α = 45

Gambar 4.5 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 45

Gambar 4.6 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 45

• α = 60

22
Gambar 4.7 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 60

Gambar 4.8 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 60

• α = 75

Gambar 4.9 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 75

Gambar 4.10 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 75

• α = 90

23
Gambar 4.11 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 90

Gambar 4.12 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 90

• α = 100

Gambar 4.13 Grafik dan Nilai Output rms pada α = 100

Gambar 4.14 Grafik dan Nilai Output DC pada α = 100

24
4.1.1 Analisa Hasil

Pada rangkaian terkendali satu fasa gelombang penuh dapat menghasilkan


output yang berubah-ubah sesuai nilai sudutnya, mulai dari 15° sampai 100°. Arus
akan mengalir dari trafo satu fasa yang dimana tegangan sekundernya sudah
dirubah sesuai ketentuan yaitu 25V melalui thyristor dan diatur besar sudutnya pada
kaki ketiga thyristor lalu menuju ke beban kemudian kembali lagi ke trafo satu fasa
itu tadi.

Thyristor pada rangkaian terkendali gelombang penuh satu fasa


menggunakan empat buah dan dapat kita atur besar sudut pada kaki ketiga thyristor
yang dimana kaki ketiga tersebut biasa diketahui sebagai gate. Dan untuk kaki satu
dan dua-nya sebagai anode dan katode.

Ketika sudut pada gate diatur mulai 15° – 100° nilai output Vo (dc) dam Io(dc) maka
nilai kedua output tersebut akan menurun. Begitupun pada nilai output Vo(rms) dan
Io(rms), jikai semakin besar nilai sudut yang diatur maka nilai output entah itu output
dc atau rms akan menurun begitupun sebaliknya jika besar sudut kecil maka nilai
output akan semakin besar.

4.2 Pertanyaan dan Tugas Pada Jobsheet

1. Hitung nilai rata-rata aritmatis tegangan DC dan arus DC!


• Rata-rata tegangan DC (dari α = 15 sampai α = 100) :
15,68+14,72+13,12+12,09+9,79+7,31+6,07
Rata-rata Vo(dc) = = 11,25 𝑉
7

• Rata-rata arus DC (dari α = 15 sampai α = 100) :


0,0547+0,0513+0,0457+0,0422+0,0341+0,0255+0,0212
Rata-rata Io(dc) = = 0,039 𝐴
7

2. Hitung daya input PAC dan daya output PDC!


• Daya output AC (PAC) dengan 𝜑 = 0,85 (𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑃𝐿𝑁)

25
𝑃𝐴𝐶 𝛼 = 15 = 𝑉𝑆 𝑥 𝐼𝐴𝐶 𝑥 cos 𝜑 = 25 x 0,0615 x 0,999 = 1,536 Watt
𝑃𝐴𝐶 𝛼 = 30 = 𝑉𝑆 𝑥 𝐼𝐴𝐶 𝑥 cos 𝜑 = 25 x 0,0606 x 0,999 = 1,513 Watt
𝑃𝐴𝐶 𝛼 = 45 = 𝑉𝑆 𝑥 𝐼𝐴𝐶 𝑥 cos 𝜑 = 25 x 0,0579 x 0,999 = 1,446 Watt
𝑃𝐴𝐶 𝛼 = 60 = 𝑉𝑆 𝑥 𝐼𝐴𝐶 𝑥 cos 𝜑 = 25 x 0,0557 x 0,999 = 1,391 Watt
𝑃𝐴𝐶 𝛼 = 75 = 𝑉𝑆 𝑥 𝐼𝐴𝐶 𝑥 cos 𝜑 = 25 x 0,0496 x 0,999 = 1,238 Watt
𝑃𝐴𝐶 𝛼 = 90 = 𝑉𝑆 𝑥 𝐼𝐴𝐶 𝑥 cos 𝜑 = 25 x 0,0413 x 0,999 = 1,031 Watt
𝑃𝐴𝐶 𝛼 = 100 = 𝑉𝑆 𝑥 𝐼𝐴𝐶 𝑥 cos 𝜑 = 25 x 0,0365 x 0,999 = 0,912 Watt

• Daya output DC (PDC)

𝑃𝐷𝐶 𝛼 = 15 = 𝑉𝐷𝐶 𝑥 𝐼𝐷𝐶 = 15,68 x 0,0547 = 0,856 Watt


𝑃𝐷𝐶 𝛼 = 30 = 𝑉𝐷𝐶 𝑥 𝐼𝐷𝐶 = 14,72 x 0,0513 = 0,755 Watt
𝑃𝐷𝐶 𝛼 = 45 = 𝑉𝐷𝐶 𝑥 𝐼𝐷𝐶 = 13,12 x 0,0457 = 0,599 Watt
𝑃𝐷𝐶 𝛼 = 60 = 𝑉𝐷𝐶 𝑥 𝐼𝐷𝐶 = 12,09 x 0,0422 = 0,510 Watt
𝑃𝐷𝐶 𝛼 = 75 = 𝑉𝐷𝐶 𝑥 𝐼𝐷𝐶 = 9,79 x 0,0341 = 0,333 Watt
𝑃𝐷𝐶 𝛼 = 90 = 𝑉𝐷𝐶 𝑥 𝐼𝐷𝐶 = 7,31 x 0,0255 = 0,186 Watt
𝑃𝐷𝐶 𝛼 = 100 = 𝑉𝐷𝐶 𝑥 𝐼𝐷𝐶 = 6,07 x 0,0212 = 0,128 Watt

3. Buat kesimpulan!
a) Antara rangkaian penyearah terkontrol 1 fasa gelombang penuh mempunyai
prinsip kerja yang hampir sama dengan rangkaian penyearah tak terkontrol
1 phasa gelombang penuh, hanya saja yang membedakan adalah pada
rangkaian penyearah tak terkontrol 1 phasa gelombang penuh menggunakan
komponen diode. Sedangkan pada rangkaian penyearah terkontrol 1 phasa
gelombang penuh menggunakan komponen thyristor.

b) Rangkaian penyearah terkendali 1 fasa gelombang penuh menggunakan


empat buah thyristor sehingga menghasilkan output gelombang penuh.
Besarnya sudut yang diatur pada gate thyristor mempengaruhi hasil output
yang dihasilkan pada rangkaian tersebut

c) Perbandingan nilai praktikum dengan nilai teori memiliki selisih dan error
persen yang cukup kecil sehingga dapat dikatakan praktikum berjalan
dengan baik.

26
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
a) Antara rangkaian penyearah terkontrol 1 fasa gelombang penuh mempunyai
prinsip kerja yang hampir sama dengan rangkaian penyearah tak terkontrol 1
phasa gelombang penuh, hanya saja yang membedakan adalah pada rangkaian
penyearah tak terkontrol 1 phasa gelombang penuh menggunakan komponen
diode. Sedangkan pada rangkaian penyearah terkontrol 1 phasa gelombang
penuh menggunakan komponen thyristor.

b) Rangkaian penyearah terkendali 1 fasa gelombang penuh menggunakan empat


buah thyristor sehingga menghasilkan output gelombang penuh. Besarnya sudut
yang diatur pada gate thyristor mempengaruhi hasil output yang dihasilkan pada
rangkaian tersebut

c) Perbandingan nilai praktikum dengan nilai teori memiliki selisih dan error
persen yang cukup kecil sehingga dapat dikatakan praktikum berjalan dengan
baik.

27
DAFTAR PUSTAKA
Angga, Rida. 2020. Diakses pada 27 Mei 2022. “Pengertian Rectifier,
Kegunaan Rectifier, dan Jenis-Jenis Rectifier”.
https://skemaku.com/pengertian-rectifier-kegunaan-rectifier-dan-jenis-jenis-
rectifier/.

Belajar Elektronika. Diakses pada 10 Mei 2022. “Penyearah Tiga 3-Fasa”.


https://abdulelektro.blogspot.com/2019/07/penyearah-tiga-3-fasa.html

Birolistrikdotcom. 2021. Diakses pada 1 Mei 2022. “Rumus Daya Listrik”.


https://www.birolistrik.com/714/rumus-daya-listrik/.

Dedi, Aco. 2019. Diakses pada 28 Mei 2022.“Penyearah Tak Terkendali”.


https://adrelektronikadaya.blogspot.com/2019/05/penyearah-tak-
terkendali.html.

Djatmiko, Istanto W. (2010). Bahan Ajar Elektronika Daya. Yogyakarta.


Universitas Yogyakarta
Evangelista, Claudia, Bella, Imanuel, Christabella. 2019. Penyearah Tidak
Terkontrol (Uncontrolled Rectifier). Makalah Praktikum.

Hasad, Andi. “STRUKTUR, KARAKTERISTIK DAN APLIKASI


THYRISTOR”. Bekasi: Universitas Islam
Kho, Dickson. “Pengertian Thyristor dan Jenis-jenis Thyristor”. Diakses pada
1 Mei 2022 dari https://teknikelektronika.com.
Nugraha, Anggara Trisna, Eviningsih, Rachma Prilian. 2022. Konsep Dasar
Elektronika Daya. Surabaya: Deepublish

Perdana, Farhan Naufal. 2020. Laporan Resmi : Praktikum Rangkaian Daya.


Laporan

Rezekibarokah. (2021). “Pengertian Thyristor, Fungsi dan Cara Kerjanya”.


Diakses pada 1 Mei 2022 dari https://rezekibarokah.com/pengertian-
thyristor/

28

Anda mungkin juga menyukai