Makalah Kelompok 6 Filsafat Pendidikan Islam - Parenialisme
Makalah Kelompok 6 Filsafat Pendidikan Islam - Parenialisme
Makalah Kelompok 6 Filsafat Pendidikan Islam - Parenialisme
Disusun oleh:
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Sari, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.
Kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pengertian Aliran Parenialisme 3
B. Tokoh-tokoh Aliran Parenialisme 5
C. Tujuan Pendidikan Menurut Parenialisme 8
D. Pandangan Parenialisme Terhadap Pendidikan 8
E. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Menurut Parenialisme 11
F. Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Parenialisme dalam Pendidikan
Islam 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aliran perenialisme?
2. Siapa tokoh-tokoh aliran perenialisme?
3. Bagaimana tujuan pendidikan menurut parenialisme?
4. Bagaimana pandangan perenialisme terhadap pendidikan?
1
5. Bagaimana metode pembelajaran pendidikan islam menurut perenialisme?
6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dalam aliran perenialisme?
C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Aliran Perenialisme.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Aliran Perenialisme.
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan.
4. Untuk mengetahui Pandangan Perenialisme terhadap Pendidikan.
5. Untuk mengetahui Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Menurut
Perenialisme.
6. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan dalam Aliran Perenialisme.
2
BAB II PEMBAHASAN
Istilah perenial biasanya muncul dalam wacana filsafat agama dimana agenda
yang dibicarakan adalah pertama, tentang Tuhan, wujud yang absolut, sumber dari
segala sumber. Kedua, membahas fenomena pluralisme agama secara kritis dan
kontemplatif. Ketiga, berusaha menelusuri akar-akar religiusitas seseorang atau
kelompok melalui simbol-simbol serta pengalaman keberagamaan
3
sifat yang menunjuk pada sistem filsafat yang memlki keabadian ajaran, apapun
namanya.
Berbeda dari Karl Japers, Charles B. Schmitt yang justru menganggap istilah
filsafat perenial sebagai suatu proper name yaitu nama suatu sistem filsafat tertentu
Schmitt menyebutkan bahwa sejak kemunculanpola-pola pemikiran filsafat
perenial pada zaman dahulu (masa para pemikir awal), baru pada abad ke-16, istilah
filsafat perenial dipakai sebagai nama sistem filsafat. Istilah perenial dari jenis ini
menurut Schmitt bermakna bahwa filsafat ni tetap bertahan terus sepanjang zaman
dan kesejatiannya dapat diwariskan dari generasi serta dapat melampaui
kecenderungan corak filsafat yang silih berganti.
Meminjam istilah Sayyed Hussein Nasr, filsafat perennial juga bisa disebut
sebagi tradisi dalam pengertian al-din, al-sunnah dan al-silsilah. Al-din dimaksud
adalah sebagai agama yang meliputi semua aspek dan percabangannya. Disebut al-
4
sunnah karena perennial mendasarkan segala sesuatu atas model-model sakral yang
sudah menjadi kebiasan turun-temurun di kalangan masyarakat tradisional. Disebut
al-silsilah karena perennial juga merupakan rantai yang mengaitkan setiap periode,
episode atau tahap kehidupan dan pemikiran di dunia tradisional kepada sumber
segala sesuatu, seperti terlihat secara jelas dalam dunia tasawuf. Dengan demikian
filsafat perenial adalah tradisi yang bukan dalam pengertian mitologi yang sudah
kuno yang hanya berlaku bagi suatu masa kanak-kanak, melainkan merupakan
sebuah pengetahuan yang benar-benar riil.
1. Plato
Plato lahir di Athena tahun 427 SM. kemudian beliau wafat pada
tahun 347 SM. Di umur menginjak 80 th. Ia tumbuh dalam lingkungan
keluarga bangsawan Athena yang kaya, yaitu keluarga bangsawan yang
telah mewarisi atau menjadi tonggak utama dalam bidang politik global
di Athena. Ayahnya Ariston berubah menjadi pewaris darah turunan raja
Athena, dan ibunya, Periction, berubah menjadi keturunan keluarga
Solon sendiri. Ia menjadi seorang legislator, penyair, pemimpin militer
manusia berdarah biru dan pendiri terkemuka demokrasi Athena. pada
saat yang sama ketika Platon sendiri berubah menjadi seorang filsuf
idealis. Ide-ide pentingnya tentang teknologi dan nilai serta norma
adalah manifestasi dari hukum yang bersifat abadi dan tersebar luas
secara ideal. Jadi baginya, disiplin sosial hanya akan terjadi bila gagasan
itu menjadi tolak ukur, prinsip normatif di dalam tatanan pemerintahan.
Standar Plato dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari pikirannya
5
pada motif keberadaan, terutama untuk mencari fakta standar. Jadi
penyebab atau tujuan diadakannya upaya pendidikan adalah untuk
memperluas kekuatan konsep manusia yang berasal dari temuan akan
kebenaran, dan bukan lagi kemampuan praktis. Ide ini timbul sebab dia
tidak konsisten dengan mayoritas sofis saat itu yang menganggap
mengajar siswa tidak penting.
2. Aristoteles
3. Augustino Steuco
6
4. Thomas Aquinas
5. Frithjof Schuon
7
C. Tujuan Pendidikan Menurut Parenialisme
Menurut Perenialisme yang telah dijelaskan sebelumnya, perenialisme
adalah paham yang menempatkan nilai pada supremasi kebenaran tertinggi
yang bersumber pada Tuhan. Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang
bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam
memperoleh dan merealisasikan kebenaran abadi. Aliran ini menilai bahwa
kebenaran itu bersifat universal dan konstan. Dalam membicarakan pendidikan
sasaran utama yang akan dicapai adalah “kepemilikan atas prinsip-prinsip
tentang kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi, tak terikat waktu dan
ruang”. Dengan menempatkan kebenaran supernatural sebagai sumber
tertinggi, oleh karena itu perenialisme selalu bersifat theosentris. Karena itu
menurut perenialisme, penyadaran nilai dalam pendidikan harus didasarkan
pada nilai kebaikan dan kebenaran yang bersumber dari wahyu dan hal itu
dilakukan melalui proses penanaman nilai pada peserta didik. Sedang
kebenaran hakiki dapat diperoleh dengan latihan intelektual secara cermat
untuk melatih kemampuan pikir dan latihan karakter untuk mengembangkan
kemampuan spiritual. Dalam ajaran Islam terdapat suatu pandangan yang
universal, yaitu bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang
terbaik dan termulia. Serta diciptakan dalam kesucian asal (fitrah), sehingga
setiap manusia mempunyai potensi benar.
Dalam Al Qur’an, Allah menyatakan bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk mengetahui kebenaran, sebagaimana dalam firman-Nya
Q.S. Al-Baqarah ayat 26: Artinya “Maka adapun orang-orang yang beriman,
mereka mengetahui bahwa itu benarbenar dari Tuhan mereka” (QS. Al
Baqarah: 26). Dan Q.S. Al-Baqarah ayat 144: Artinya: “Dan bahwasanya
orang-orang yang diberi kitab itu mengetahui bahwa yang demikian itu benar
dari Tuhan mereka” (QS. Al Baqoroh:144).
8
dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual, dan sosio-kultural. Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah
dengan jalan mundur ke belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai
atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh,
kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan. Peradaban-kuno (Yunani Purba)
dan abad pertengahan dianggap sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia
dari masa ke masa dan dari abad ke abad. Oleh karena itu, perenialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan
keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal yang dimaksud,
education as cultural regression. Perenialisme tidak melihat jalan yang
meyakinkan selain kembali kepada prinsip-prinsip yang telah sedemikian
membentuk sikap kebiasaan, bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan
dahulu dan kebudayaan abad pertengahan. Perenialisme tidak memiliki
kepercayaan diri bahwa zaman ini tidak akan berubah menjadi baik jika tidak
kembali pada nilai-nilai budaya lama yang dianggapnya ideal dan sudah mapan
(Ahmadi, 2014).
Perenialisme percaya bahwa seseorang harus megajarkan hal-hal yang
dianggap menjadi kemanfaatan abadi bagi semua orang di mana-mana. Mereka
percaya bahwa topic yang paling penting adalah mengembangkan seseorang.
Karena detail fakta berubah terus-menerus, ini tidak dapat menjadi yang paling
penting. Oleh karena itu, seseorang harus mengajarkan prinsipprinsip bukan
fakta. Karena orang adalah manusia, kita harus mengajarkan pertama tentang
manusia, bukan mesin atau teknik. Jika semuaya demikian, seorang harus
mengajarkan topik liberal, bukan topik-topik vokasiona.
Tentang pendidikan kaum Perenialisme memandang education as
cultural regression: pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa
lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah
memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan
abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai
kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal di atas, penganut Perenialisme
percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi.
9
Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang bahwa tujuan utama
pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam memperoleh dan
merealisasikan kebenaran abadi. Aliran ini menilai bahwa kebenaran itu
bersifat universal dan konstan. Maka jalan untuk mencapainya adalah melatih
intelek dandisiplin mental. Tujuan pendidikan tersebut terurai dalam format
kurikulum yang berpupada materi (contend based, subjectcentered) dan
mengutamakan disiplin ilmu sastra, matematika, bahasa, humaniora, sejarah
dan lain-lain (Assegaf, 2011).
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
pengembalian keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh, baik berupa teori maupun praktik bagi kebudayaan dan
pendidikan zaman sekarang. Maka, dapat dikatakan bahwa perenialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali, yaitu sebagai suatu proses
mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern atau modernistik) ini
terutama pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan kebudayaan pada
masa lampau. Prinsip mendasar pendidikan bagi aliran perennial ini adalah
membantu subjek-subjek didik menemukan dan menginternalisasikan
kebenaran abadi, karena memang kebenarannya sifat universal dan tetap.
Kebenaran-kebenaran seperti ini hanya dapat diperoleh subjek-subjek didik
melalui latihan intelektual yang dapat menjadikan pikirannya teratur dan
tersistematisasi sedemikian rupa. Hal ini semakin penting terutama jika
dikaitkan dengan persoalan pengembangan spiritual manusia. Aliran ini
meyakini bahwa pendidikan adalah transfer ilmu pengetahuan tentang
kebenaran abadi. Pengetahuan adalah suatu kebenaran sedangkan kebenaran
selamanya memiliki kesamaan. Oleh karena itu pula maka penyelengaraan
pendidikan pun di mana-mana mestilah sama. Pendidikan mestilah mencari
pola agar subjek-subjek didik dapat menyesuaikan diri bukan pada dunia saja,
tapi hendaklah pada hakikathakikat kebenaran. Penyesuaian diri pada
kebenaran merupakan tujuan belajar itu sendiri. Oleh karena itu, para
Perenialisme memandang, bahwa tuntutan tertinggi dalam belajar adalah
latihan dan disiplin mental. Para Perenialis percaya, bahwa pemikiran subek-
subjek didik akan menjadi nyata melalui pelatihan-pelatihan intelektual. Cara
10
mudah untuk mengajar subjeksubjek didik adalah dengan cara menumbuhkan
keinginan untuk belajar. Realisasi diri sangat tergantung pada disiplin diri,
sedangkan disiplin diri itu sendiri dapat diraih melalui disiplin eksternal.
Berdasarkan pemikiran ini, maka Perenialis sampai suatu kesimpulan, bahwa
belajar adalah upaya keras untuk memperoleh sesuatu ilmu pengetahuan
melalui disiplin tinggi dalam latihan pengembangan prinsip-prinsip rasional
(Muhmidayeli, 2005).
11
c. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode tradisional, yaitu menyampaikan suatu
pelajaran dengan jalan penuturan secara lisan pada peserta didik. Ciri metode
ini yang sangat menonjol adalah peran guru di dalam kelas tampak sangat
dominan, sehingga peserta didik hanya berperan sebagai obyek bukan sebagai
subyek pendidikan.
e. Metode Teladan
Dalam Al Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik.
Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting adalah
akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk
tingkah laku (behavioral). Metode ini baik digunakan dalam mewariskan
tradisi-tradisi masa lalu dengan meneladani budaya pada masa Nabi, sahabat
maupun orang-orang saleh yang hidup di masa lalu.
f. Metode Kisah
Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikana mempunyai daya
tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk
menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap
perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan
salah satu teknik pendidikan. Ia menggunakan berbagai jenis cerita; cerita
sejarah faktual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang
12
dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan
oleh contoh tersebut.
h. Metode Dialog
Semasa hidup, Nabi sering menghabiskan waktu bersama sahabat-
sahabat dan memanfaatkannya untuk menyampaikan ajaran Islam melalui
metode dialog. Metode ini hampir sama dengan metode tanya jawab, namun
metode tanya jawab lebih formal. Metode dialog banyak kita temukan dalam
hadits-hadits Nabi, seperti hadits riwayat Bukhori tentang sahabat Abu Hakim
yang bertanya pada Rasulullah “siapa orang yang paling patut aku berbuat baik
padanya?” lalu Nabi menjawab “ibumu”, Abu Hakim bertanya lagi dengan
pertanyaan yang sama dan dijawab Nabi dengan jawaban yang sama pula
hingga tiga kali daru ke empat kalinya dijawab Rasulullah “ayahmu”.
i. Metode Teladan
Dalam Al Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik.
Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting adalah
akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk
tingkah laku (behavioral).
j. Pemberian Motivasi
Diantara motivasi yang disebutkan Nabi, seperti yang tertuang dalam
hadits riwayat Abu Musa al Asy’ari, dari Nabi bersabda “Pada hari kiamat akan
13
datang sekelompok manusia dari kaum Muslimin dengan membawa dosa besar
sebesar gunung-gunung lalu Allah mengampuni dosa-dosa mereka”.
k. Metode Ancaman
Selain memberikan motivasi Nabi juga memberikan ancaman. Motivasi
dan ancaman adalah dua hal yang saling terkait satu sama lain. Hikmahnya
adalah bahwasanya orang yang tak terpengaruh dengan anjuran dari pahala atu
motivasi diharapkan akan terpengaruh dengan ancaman dan siksaan.
14
peserta didik.
d. Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu,
sehingga pengajaran bersifat verbalistis dan kurang praktis.
15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dengan demikian filsafat perenial adalah tradisi yang bukan dalam
pengertian mitologi yang sudah kuno yang hanya berlaku bagi suatu
masa kanak-kanak, melainkan merupakan sebuah pengetahuan yang
benar-benar riil.
2. Tokoh-tokoh parenialisme diantaranya: Plato, Aristoteles, Augustino
Steuco, Thomas Aquinas, Frithjof Schuon, dan Sayyed Hossein Nasr.
3. Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang bahwa tujuan utama
pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam memperoleh dan
merealisasikan kebenaran abadi.
4. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
pengembalian keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan
yang berpengaruh, baik berupa teori maupun praktik bagi kebudayaan
dan pendidikan zaman sekarang. Maka, dapat dikatakan bahwa
perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, yaitu
sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman
modern atau modernistik) ini terutama pendidikan zaman sekarang ini
perlu dikembalikan kebudayaan pada masa lampau.
5. Sedang metode pendidikan yang dianjurkan dengan menggunakan
metode dalam bentuk diskusi untuk menganalisis buku-buku yang
tergolong karya besar, terutama karya filosof terkemuka seperti Plato,
Aristotelels, dan lain sebagainya. Metode ini dikembangkan
berdasarkan keyakinan bahwa akal pikiran mempunyai kemampuan
analisis induktif dan sintesis deduktif. Dengan metode diskusi,
kecerdasan pikiran peserta didik dapat dikembangkan.
6. Parenialisme dalam Pendidikan ini memiliki kelebihan yaitu, Mudah
disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan. Selain itu para
pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau
bahan yang akan diajarkan dianggap sudah menyampaikannya. Adapun
kekurangan dari parenialisme dalam Pendidikan adalah Karena
mengutamakan bahan ajar, maka peran peserta didik sangat pasif karena
kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman peserta didik.
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17