Makalah Kelompok 6 Filsafat Pendidikan Islam - Parenialisme

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TEORI BELAJAR PARENIALISME


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Sari, M.Pd.

Disusun oleh:

1. A.F. Zikra R. Caniago 1212080001


2. Aisyah Amelia Nurjamil 1212080010
3. Danisha Jihan Agustina 1212080023
4. Meisya Santya Audila 1212080068

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Teori Belajar
Perenialisme” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Sari, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 20 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pengertian Aliran Parenialisme 3
B. Tokoh-tokoh Aliran Parenialisme 5
C. Tujuan Pendidikan Menurut Parenialisme 8
D. Pandangan Parenialisme Terhadap Pendidikan 8
E. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Menurut Parenialisme 11
F. Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Parenialisme dalam Pendidikan
Islam 14
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 16
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah perkembangan filsafat pada umumnya dimulai dari mitologi yang


berkembang di masyarakat Yunani Kuno. Sebelum filsafat berdiri dengan jati
dirinya yang asli sebagai filsafat, mitos merupakan filsafat itu sendiri yang
menurut penciptanya sama sekali bukan mitos, melainkan cara berpikir empiris,
logis dan realistis. Perkembangan filsafat mulai Yunani Kuno hingga zaman
modern dan pasca-modernisme mengantarkan kita pada zaman kegemilangan
pengetahuan bagi kehidupan manusia di dunia. Perkembangan tersebut
sesungguhnya merupakan bagian dari terbentuknya filsafat Pendidikan. Latar
belakang setiap perkembangan mengisyaratkan bahwa Pendidikan sangat
penting untuk kehidupan umat manusia (Salahudin, 2011).

Filsafat Pendidikan merupakan terapan dari filsafat umum. Filsafat


Pendidikan pada dasarnya menggunakan cara kerja filsafat dan akan
menggunakan hasil-hasil dari filsafat, yaitu berupa hasil pemikiran manusia
tentang realitas, pengetahuan dan nilai (Sadulloh, 2012).

Brubacher (1950) mengelompokkan filsafat Pendidikan pada dua


kelompok besar, yaitu filsafat Pendidikan “progresif”, dan filsafat pragmatism
dari John Dewey, dan romantic naturalism dari Roosseau. Yang kedua, didasari
oleh filsafat idealism, realisme humanism (humanism rasional), dan
supernaturalisme atau realisme religius. Filsafat-filsafat tersebut melahirkan
filsafat Pendidikan esensialisme, parenialisme, dan sebagainya.

Melalui makalah ini, akan dibahas mengenai Teori Belajar Parenialisme


dalam Filsafat Pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian aliran perenialisme?
2. Siapa tokoh-tokoh aliran perenialisme?
3. Bagaimana tujuan pendidikan menurut parenialisme?
4. Bagaimana pandangan perenialisme terhadap pendidikan?

1
5. Bagaimana metode pembelajaran pendidikan islam menurut perenialisme?
6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dalam aliran perenialisme?

C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Aliran Perenialisme.
2. Untuk mengetahui tokoh-tokoh Aliran Perenialisme.
3. Untuk mengetahui tujuan pendidikan.
4. Untuk mengetahui Pandangan Perenialisme terhadap Pendidikan.
5. Untuk mengetahui Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Menurut
Perenialisme.
6. Untuk mengetahui Kelebihan dan Kekurangan dalam Aliran Perenialisme.

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Parenialisme


Secara etimologis, perenialisme diambil dari kata perennial dengan mendapat
tambahan -isme, perenial berasal dari bahasa Latin yaitu perennis, yang kemudian
diadopsi ke dalam bahasa Inggris, berarti kekal, selama-lamanya atau abadi. Sedang
tambahan –isme di belakang mengandung pengertian aliran atau paham. Dalam
Oxford Advanced Learner’s Dictionary Of Current English perenialisme diartikan
sebagai “continuing throughout the whole year” atau “lasting for a very long time”
yang berarti abadi atau kekal. Jadi perenial-isme bisa didefinisikan sebagai aliran
atau paham kekekalan (Mu'ammar, 2014).

Istilah philosophia perennis (filsafat keabadian) barangkali digunakan untuk


pertama kalinya di dunia Barat oleh Augustinus Steuchus sebagai judul karyanya
De Perenni Philosophia yang diterbitkan pada tahun 1540. Istilah tersebut
dimasyhurkan oleh Leibniz dalam sepucuk surat yang ditulis pada 1715 yang
menegaskan pencarian jejak-jejak kebenaran di kalangan para filosof kuno dan
tentang pemisahan yang terang dari yang gelap, sebenarnya itulah yang dimaksud
dengan filsafat perenial.

Dalam pengertiannya yang lebih umum dapat dikatakan bahwa tradisi


dipandang juga sebagai prinsip-prinsip yang abadi yang terus mengalir sepanjang
sejarah manusia, karena ini adalah anugrah Tuhan pada semua manusia dan
memang merupakan hakikat insaniah manusia (Siregar, 2016).

Karena esensi aliran ini berupaya menerapkan nilai-nilai atau norma-norma


yang bersifat kekal dan abadi yang selalu seperti itu sepanjang sejarah manusia,
maka prenialisme dianggap sebagai suatu aliran yang ingin kembali atau mundur
kepada nilai-nilai keudayaan masa lampau. Kembali kepada masa lampau dalam
konteks aliran ini, bukanlah dalam pengertian bernostalgia dan sekedar mengingat-
ingat kembali pola kehidupan masa lalu,tetapi untuk membina kembali keyakinan
akan nilainilai asasi masa silam untuk menghadapi problema kehidupan manusia
saat sekarang dan bahkan sampai kapan pun dan dimana pun (Syam, 1986).

Istilah perenial biasanya muncul dalam wacana filsafat agama dimana agenda
yang dibicarakan adalah pertama, tentang Tuhan, wujud yang absolut, sumber dari
segala sumber. Kedua, membahas fenomena pluralisme agama secara kritis dan
kontemplatif. Ketiga, berusaha menelusuri akar-akar religiusitas seseorang atau
kelompok melalui simbol-simbol serta pengalaman keberagamaan

Philosophia Perenis yang arti harfiahnya adalah filsafat yang abadi.


Menyangkut kata “abadi” ini, ada dua macam interpretasi yang berbeda. Petama,
sebagai nama diri (proper name) dari suatu tradisi flsafat tertentu. Kedua, sebagai

3
sifat yang menunjuk pada sistem filsafat yang memlki keabadian ajaran, apapun
namanya.

Ada perbedaan pandangan diantara para tokoh berkenaan dengan awal


kemunculan filsafat perenial. Satu pendapat mengatakan bahwa istilah filsafat
perenial berasal dari Leibniz, karena istilah itu digunakan dalam surat untuk
temannya Remundo tertanggal 26 Agustus 1714, meskipun demikian Leibniz tidak
pernah menerapkan istilah tersebut sebagai nama terhadap sistem filsafat siapapun
termasuk sistem filsafatnya sendiri.

Jaspers tidak menerima filsafa perenal sebagai suatu sistem. Ia berpendapat


bahwa pada dasarnya ilsafat apapun bentuk dan jenisnya adalah perenial aau abadi.
Filsfat adalah kontemplasi yang berkelanjutan dan tanpa akhir terhadap misteri
wujud yang eternal yang merupakan satu dan hanya satu-satunya objek, dimana
para pemikir tiap-tiap zaman memberi konstribusi yang sama-sama validnya.
Pandangan Japers diperkuat oleh James Colins, yang dengan tegas menolak
pemakaian istilah filsafat perenial sebagai proper name dari suatu sistem filsafat
tertentu. Istilah filsafat perenial menurutnya adalah kata sifat, yaitufilsafat yang
perenial atau filsafat yang abadi.

Berbeda dari Karl Japers, Charles B. Schmitt yang justru menganggap istilah
filsafat perenial sebagai suatu proper name yaitu nama suatu sistem filsafat tertentu
Schmitt menyebutkan bahwa sejak kemunculanpola-pola pemikiran filsafat
perenial pada zaman dahulu (masa para pemikir awal), baru pada abad ke-16, istilah
filsafat perenial dipakai sebagai nama sistem filsafat. Istilah perenial dari jenis ini
menurut Schmitt bermakna bahwa filsafat ni tetap bertahan terus sepanjang zaman
dan kesejatiannya dapat diwariskan dari generasi serta dapat melampaui
kecenderungan corak filsafat yang silih berganti.

Steuco mengartikan filsafat perenial sebagai tradisi intelektual sintesis antara


teologi, filsafat kuno, dan agama kristen. Jadi tiak semata-mata berhubungan
dengan satu bentuk kebijaksanaan. Filsafat kuno yag dimaksud Steuco adalah
semua tradisi filsafat kuno yang sudah ada aebelum kemunculan Plato.

Selanjutnya, Aldous Huxley yang mengartikan filsafat perenial sebagai tradisi


filsafat yang terdiri atas tiga cabang utama yaitu metafisika, psiklogi, dan etika.
Ketiganya dianggap perenial karena sejak keberadaan mereka sudah tampak sejak
zaman dahulu serta bersifat universal an berlaku sepanjang masa yang selanjutnya
menuntun kita pada kesadaran akan ekistensi Allah sebagai dasar dunia dan
seisinya.

Meminjam istilah Sayyed Hussein Nasr, filsafat perennial juga bisa disebut
sebagi tradisi dalam pengertian al-din, al-sunnah dan al-silsilah. Al-din dimaksud
adalah sebagai agama yang meliputi semua aspek dan percabangannya. Disebut al-

4
sunnah karena perennial mendasarkan segala sesuatu atas model-model sakral yang
sudah menjadi kebiasan turun-temurun di kalangan masyarakat tradisional. Disebut
al-silsilah karena perennial juga merupakan rantai yang mengaitkan setiap periode,
episode atau tahap kehidupan dan pemikiran di dunia tradisional kepada sumber
segala sesuatu, seperti terlihat secara jelas dalam dunia tasawuf. Dengan demikian
filsafat perenial adalah tradisi yang bukan dalam pengertian mitologi yang sudah
kuno yang hanya berlaku bagi suatu masa kanak-kanak, melainkan merupakan
sebuah pengetahuan yang benar-benar riil.

B. Tokoh-tokoh Aliran Parenialisme


Perenialisme secara filosofi memiliki dasar pemikiran yang melekat pada
aliran filsafat klasik yang ditokohi oleh Plato, Aristoteles, Augustinus, dan
Aquinas: namun menurut Sayeed Husein Nasr, istilah filsafat perennial ini
pertama kali digunakan oleh Augustinus (1497-1548) dalam sebuah karyanya
yang berjudul De Perennia Philosophia yang diterbitkan pada tahun 1540 M.
Istilah menjadi lebih popular di tangan Leibniz yang digunakan dalam suratnya
kepada temannya Remundo yang ditulisnya pada tahun 1715 M. Perenialisme
dalam konteks Pendidikan ditokohi oleh Robert Maynard Hutchins, Mortimer
J. Adler, dan Sir Richard Livingstone.

1. Plato

Plato lahir di Athena tahun 427 SM. kemudian beliau wafat pada
tahun 347 SM. Di umur menginjak 80 th. Ia tumbuh dalam lingkungan
keluarga bangsawan Athena yang kaya, yaitu keluarga bangsawan yang
telah mewarisi atau menjadi tonggak utama dalam bidang politik global
di Athena. Ayahnya Ariston berubah menjadi pewaris darah turunan raja
Athena, dan ibunya, Periction, berubah menjadi keturunan keluarga
Solon sendiri. Ia menjadi seorang legislator, penyair, pemimpin militer
manusia berdarah biru dan pendiri terkemuka demokrasi Athena. pada
saat yang sama ketika Platon sendiri berubah menjadi seorang filsuf
idealis. Ide-ide pentingnya tentang teknologi dan nilai serta norma
adalah manifestasi dari hukum yang bersifat abadi dan tersebar luas
secara ideal. Jadi baginya, disiplin sosial hanya akan terjadi bila gagasan
itu menjadi tolak ukur, prinsip normatif di dalam tatanan pemerintahan.
Standar Plato dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari pikirannya

5
pada motif keberadaan, terutama untuk mencari fakta standar. Jadi
penyebab atau tujuan diadakannya upaya pendidikan adalah untuk
memperluas kekuatan konsep manusia yang berasal dari temuan akan
kebenaran, dan bukan lagi kemampuan praktis. Ide ini timbul sebab dia
tidak konsisten dengan mayoritas sofis saat itu yang menganggap
mengajar siswa tidak penting.

2. Aristoteles

Aristoteless lahir di Stageira, sebuah kota kecil di Semenanjung


Kalkidike di Trasia (Balka) pada tahun 384 SM dan menghembuskan
nafas terakhir di Chalcis pada 322 SM. Ayahnya, Nichomachuss,
menjadi praktisi kesehatan map pengadilan yang berurusan dengan
Amyintas II raja Makedonia. Sejak ia dilahirkan ia memperoleh
pengasuhan serta keilmuan langsung yang bersumber dariayahnya
sendiri hingga menginjak usia 18 th. Setelah ayahnya meninggal,
Aristoteles pindah ke Athena setelah itu ia belajar dengan Plato di
Akademi selama dua dekade. Ide-ide Plato berkembang ke arah sektor
fakta. Aristoteles mengorientasikan perkembangan proses bertanya
melalui media ilmu pengetahuan.

3. Augustino Steuco

Augustino Steuco lahir pada daerah pegunungan Umbriaa di lokasi


Gubbio sekitar tahun 1497 atau awal tahun 1512 atau 1513 dan hidup
sampai tahun 1517. Kemudian pada tahun 1518-1552 ia menggunakan
sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menjalani aktifitas kuliah di
perguruan tinggi Bologna. mulai dari sana kemudian dia menjadi amat
berminat pada bidang bahasa kemudian dia belajar banyak tentang
bahasa Aramm, Syria, Arabb dan Ethiopia serta Yunani. Augustino
Steuco merupakan salah satu lulusan Alkitab dan teolog. Pada sebagian
besar bidang ia mewakili sayap liberal para teolog Katolik dan
penelitian kitab suci pada abad ke-16. Karya-karyanya dalam bentuk
Cosmopedia (1545) dan De Perenni Philosophia.

6
4. Thomas Aquinas

Thomas Aquinas atau lebih akrab dipanggil Tomass of Aquino yang


lahir di Amerika Serikat Italia wilayah Rocca Siccaa yang berbatasan
dengan Napels pada abad 1224-1274 M berasal dari keluarga
bangsawan sendiri. Dia mempelajari banyak karya Aristoteles yang luar
biasa setelah itu juga berpartisipasi dalam perbedaan yang beragam. di
mana Thomas adalah orang yang ajarannya menjadi bagian dari kemudi
perenialisme. Karya Thomas yang paling terkenal adalah Sumaa Contra
Gentiless dan Summa Theologiae.Mirip dengan Plato juga Aristoteless,
tujuan sekolah yang diharapkan dengan bantuan Thomas Aquinas
adalah sebagai "upaya untuk mengenali kemampuan ini dalam diri pria
atau wanita untuk menjadi kebenaran" aktif dan benar-banar nyata.
tingkat hidup dan nyata yang terlihat berorientasi pada perhatian yang
ada pada setiap individu.

5. Frithjof Schuon

Dilahirkan di Basel, Swiss pada tahun 1907. Pernah belajar di


Prancis dan menjadi penulis tetap pada jurnal “Etades Traditionelles,
Connaissance des Religion, Comparative Religion”. Banyak karyanya
berkaitan dengan filsafat, diantaranya: The Transenden Unity of
Religion, Islam and The Perennial Philosophy, Language of the Self.

6. Sayyed Hossein Nasr

Dilahirkan di Tahera pada tahun 1933. Seorang filosof muslim yang


kaya akan wawasan keislaman dan karyanya yang sangat terkenal
adalah buku yang ditulis berdasarkan penelitian disertasinya yang
berjudul “Science and Civilization in islam”, dan masih banyak lagi
karya lainnya. Puncak ketokohannya diakui dunia ketika Sayyed Nasr
memperoleh pengakuan sebagai profesor dari Universitas Geogre
Washington dan masuk dalam kategori The Library of Living
Philosopher.

7
C. Tujuan Pendidikan Menurut Parenialisme
Menurut Perenialisme yang telah dijelaskan sebelumnya, perenialisme
adalah paham yang menempatkan nilai pada supremasi kebenaran tertinggi
yang bersumber pada Tuhan. Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang
bahwa tujuan utama pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam
memperoleh dan merealisasikan kebenaran abadi. Aliran ini menilai bahwa
kebenaran itu bersifat universal dan konstan. Dalam membicarakan pendidikan
sasaran utama yang akan dicapai adalah “kepemilikan atas prinsip-prinsip
tentang kenyataan, kebenaran, dan nilai yang abadi, tak terikat waktu dan
ruang”. Dengan menempatkan kebenaran supernatural sebagai sumber
tertinggi, oleh karena itu perenialisme selalu bersifat theosentris. Karena itu
menurut perenialisme, penyadaran nilai dalam pendidikan harus didasarkan
pada nilai kebaikan dan kebenaran yang bersumber dari wahyu dan hal itu
dilakukan melalui proses penanaman nilai pada peserta didik. Sedang
kebenaran hakiki dapat diperoleh dengan latihan intelektual secara cermat
untuk melatih kemampuan pikir dan latihan karakter untuk mengembangkan
kemampuan spiritual. Dalam ajaran Islam terdapat suatu pandangan yang
universal, yaitu bahwa manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk yang
terbaik dan termulia. Serta diciptakan dalam kesucian asal (fitrah), sehingga
setiap manusia mempunyai potensi benar.
Dalam Al Qur’an, Allah menyatakan bahwa manusia mempunyai
kemampuan untuk mengetahui kebenaran, sebagaimana dalam firman-Nya
Q.S. Al-Baqarah ayat 26: Artinya “Maka adapun orang-orang yang beriman,
mereka mengetahui bahwa itu benarbenar dari Tuhan mereka” (QS. Al
Baqarah: 26). Dan Q.S. Al-Baqarah ayat 144: Artinya: “Dan bahwasanya
orang-orang yang diberi kitab itu mengetahui bahwa yang demikian itu benar
dari Tuhan mereka” (QS. Al Baqoroh:144).

D. Pandangan Parenialisme Terhadap Pendidikan


Filsafat perenialisme dalam pendidikan lahir pada abad ke-20.
Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif.
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan
perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia

8
dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral,
intelektual, dan sosio-kultural. Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah
dengan jalan mundur ke belakang dengan menggunakan kembali nilai-nilai
atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh,
kuat pada zaman kuno dan abad pertengahan. Peradaban-kuno (Yunani Purba)
dan abad pertengahan dianggap sebagai dasar budaya bangsa-bangsa di dunia
dari masa ke masa dan dari abad ke abad. Oleh karena itu, perenialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan
keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal yang dimaksud,
education as cultural regression. Perenialisme tidak melihat jalan yang
meyakinkan selain kembali kepada prinsip-prinsip yang telah sedemikian
membentuk sikap kebiasaan, bahkan kepribadian manusia selain kebudayaan
dahulu dan kebudayaan abad pertengahan. Perenialisme tidak memiliki
kepercayaan diri bahwa zaman ini tidak akan berubah menjadi baik jika tidak
kembali pada nilai-nilai budaya lama yang dianggapnya ideal dan sudah mapan
(Ahmadi, 2014).
Perenialisme percaya bahwa seseorang harus megajarkan hal-hal yang
dianggap menjadi kemanfaatan abadi bagi semua orang di mana-mana. Mereka
percaya bahwa topic yang paling penting adalah mengembangkan seseorang.
Karena detail fakta berubah terus-menerus, ini tidak dapat menjadi yang paling
penting. Oleh karena itu, seseorang harus mengajarkan prinsipprinsip bukan
fakta. Karena orang adalah manusia, kita harus mengajarkan pertama tentang
manusia, bukan mesin atau teknik. Jika semuaya demikian, seorang harus
mengajarkan topik liberal, bukan topik-topik vokasiona.
Tentang pendidikan kaum Perenialisme memandang education as
cultural regression: pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses
mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan masa
lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah
memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, absolut, dan
abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai
kebudayaan ideal tersebut. Sejalan dengan hal di atas, penganut Perenialisme
percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi.

9
Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang bahwa tujuan utama
pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam memperoleh dan
merealisasikan kebenaran abadi. Aliran ini menilai bahwa kebenaran itu
bersifat universal dan konstan. Maka jalan untuk mencapainya adalah melatih
intelek dandisiplin mental. Tujuan pendidikan tersebut terurai dalam format
kurikulum yang berpupada materi (contend based, subjectcentered) dan
mengutamakan disiplin ilmu sastra, matematika, bahasa, humaniora, sejarah
dan lain-lain (Assegaf, 2011).
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
pengembalian keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh, baik berupa teori maupun praktik bagi kebudayaan dan
pendidikan zaman sekarang. Maka, dapat dikatakan bahwa perenialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali, yaitu sebagai suatu proses
mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman modern atau modernistik) ini
terutama pendidikan zaman sekarang ini perlu dikembalikan kebudayaan pada
masa lampau. Prinsip mendasar pendidikan bagi aliran perennial ini adalah
membantu subjek-subjek didik menemukan dan menginternalisasikan
kebenaran abadi, karena memang kebenarannya sifat universal dan tetap.
Kebenaran-kebenaran seperti ini hanya dapat diperoleh subjek-subjek didik
melalui latihan intelektual yang dapat menjadikan pikirannya teratur dan
tersistematisasi sedemikian rupa. Hal ini semakin penting terutama jika
dikaitkan dengan persoalan pengembangan spiritual manusia. Aliran ini
meyakini bahwa pendidikan adalah transfer ilmu pengetahuan tentang
kebenaran abadi. Pengetahuan adalah suatu kebenaran sedangkan kebenaran
selamanya memiliki kesamaan. Oleh karena itu pula maka penyelengaraan
pendidikan pun di mana-mana mestilah sama. Pendidikan mestilah mencari
pola agar subjek-subjek didik dapat menyesuaikan diri bukan pada dunia saja,
tapi hendaklah pada hakikathakikat kebenaran. Penyesuaian diri pada
kebenaran merupakan tujuan belajar itu sendiri. Oleh karena itu, para
Perenialisme memandang, bahwa tuntutan tertinggi dalam belajar adalah
latihan dan disiplin mental. Para Perenialis percaya, bahwa pemikiran subek-
subjek didik akan menjadi nyata melalui pelatihan-pelatihan intelektual. Cara

10
mudah untuk mengajar subjeksubjek didik adalah dengan cara menumbuhkan
keinginan untuk belajar. Realisasi diri sangat tergantung pada disiplin diri,
sedangkan disiplin diri itu sendiri dapat diraih melalui disiplin eksternal.
Berdasarkan pemikiran ini, maka Perenialis sampai suatu kesimpulan, bahwa
belajar adalah upaya keras untuk memperoleh sesuatu ilmu pengetahuan
melalui disiplin tinggi dalam latihan pengembangan prinsip-prinsip rasional
(Muhmidayeli, 2005).

E. Metode Pembelajaran Pendidikan Islam Menurut Parenialisme


Metode pendidikan yang dianjurkan dengan menggunakan metode dalam
bentuk diskusi untuk menganalisis buku-buku yang tergolong karya besar,
terutama karya filosof terkemuka seperti Plato, Aristotelels, dan lain
sebagainya. Metode ini dikembangkan berdasarkan keyakinan bahwa akal
pikiran mempunyai kemampuan analisis induktif dan sintesis deduktif. Dengan
metode diskusi, kecerdasan pikiran peserta didik dapat dikembangkan
(Mu'ammar, 2014).
Jika kita hubungkan dengan perenialisme dalam islam yang menjadikan
masa Nabi Muhammad sebagai masa paling ideal, maka metode yang sesuai
dengan perenialisme adalah metode-metode yang pernah digunakan nabi yaitu:
a. Metode diskusi
Metode diskusi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam
meyelesaikan masalah serta dapat memperluas pengetahuan. Proses diskusi
dapat dilakukan dengan cara bertukar pikiran/pendapat maupun dengan
bantahbantahan sampai akhirnya menemukan satu kesimpulan. Metode ini
baik digunakan dalam mengasah penalaran peserta didik.

b. Metode Problem Solving


Problem solving adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan
jalan dimana siswa dihadapkan pada suatu permasalahan dan dituntut untuk
mencari solusinya. Dalam mata pelajaran PAI metode baik digunakan dalam
meyajikan materi fikih. Yakni dengan menyajikan permasalahan khilafiah
ulama maupun permasalahan kontemporer yang tidak disebutkan hukumnya
secara eksplisit dalam AlQur’an dan Hadits.

11
c. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode tradisional, yaitu menyampaikan suatu
pelajaran dengan jalan penuturan secara lisan pada peserta didik. Ciri metode
ini yang sangat menonjol adalah peran guru di dalam kelas tampak sangat
dominan, sehingga peserta didik hanya berperan sebagai obyek bukan sebagai
subyek pendidikan.

d. Metode Tanya Jawab


Metode ini merupakan salah satu teknik mengajar yang dapat membantu
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan
karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana dapat mengerti dan
dapat mengungkap apa yang telah diceramahkan. Metode ini dapat digunakan
untuk melatih intelektual siswa, sehingg ia dapat memberikan pertanyaan
maupun jawaban atas pertanyaan guru.

e. Metode Teladan
Dalam Al Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik.
Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting adalah
akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk
tingkah laku (behavioral). Metode ini baik digunakan dalam mewariskan
tradisi-tradisi masa lalu dengan meneladani budaya pada masa Nabi, sahabat
maupun orang-orang saleh yang hidup di masa lalu.

f. Metode Kisah
Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikana mempunyai daya
tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk
menyenangi cerita itu, dan menyadari pengaruhnya yang besar terhadap
perasaan. Oleh karena itu Islam mengeksploitasi cerita itu untuk dijadikan
salah satu teknik pendidikan. Ia menggunakan berbagai jenis cerita; cerita
sejarah faktual yang menampilkan suatu contoh kehidupan manusia yang

12
dimaksudkan agar kehidupan manusia bisa seperti pelaku yang ditampilkan
oleh contoh tersebut.

g. Metode Nasehat Disertai Perumpamaan


Nasehat adalah kalimat-kalimat yang menyentuh hati yang dapat
mengarahkan manusia pada kehidupan yang lebih baik. Dalam menerangkan
nasehat yang hendak disampaikan, nabi membuat perumpamaan sesuatu yang
bisa dilihat oleh manusia agar nasehat beliau dapat mengena dalam hati orang-
orang yang mendengarnya. Seperti orang yang membaca Al Qur’an
diumpamakan seperti buah jeruk yang baunya harum dan rasanya enak.

h. Metode Dialog
Semasa hidup, Nabi sering menghabiskan waktu bersama sahabat-
sahabat dan memanfaatkannya untuk menyampaikan ajaran Islam melalui
metode dialog. Metode ini hampir sama dengan metode tanya jawab, namun
metode tanya jawab lebih formal. Metode dialog banyak kita temukan dalam
hadits-hadits Nabi, seperti hadits riwayat Bukhori tentang sahabat Abu Hakim
yang bertanya pada Rasulullah “siapa orang yang paling patut aku berbuat baik
padanya?” lalu Nabi menjawab “ibumu”, Abu Hakim bertanya lagi dengan
pertanyaan yang sama dan dijawab Nabi dengan jawaban yang sama pula
hingga tiga kali daru ke empat kalinya dijawab Rasulullah “ayahmu”.

i. Metode Teladan
Dalam Al Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang
kemudian diberi sifat dibelakangnya seperti sifat hasanah yang berarti baik.
Metode ini dianggap penting karena aspek agama yang terpenting adalah
akhlak yang termasuk dalam kawasan afektif yang terwujud dalam bentuk
tingkah laku (behavioral).

j. Pemberian Motivasi
Diantara motivasi yang disebutkan Nabi, seperti yang tertuang dalam
hadits riwayat Abu Musa al Asy’ari, dari Nabi bersabda “Pada hari kiamat akan

13
datang sekelompok manusia dari kaum Muslimin dengan membawa dosa besar
sebesar gunung-gunung lalu Allah mengampuni dosa-dosa mereka”.

k. Metode Ancaman
Selain memberikan motivasi Nabi juga memberikan ancaman. Motivasi
dan ancaman adalah dua hal yang saling terkait satu sama lain. Hikmahnya
adalah bahwasanya orang yang tak terpengaruh dengan anjuran dari pahala atu
motivasi diharapkan akan terpengaruh dengan ancaman dan siksaan.

F. Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Parenialisme dalam


Pendidikan Islam
1. Kelebihan Penerapan Perenialisme Dalam Pendidikan Islam
Dalam perumusan tujuan perenialisme sangat baik karena
mengutamakan pada pengembangan fitroh manusia sebagai makhluk pencari
kebenaran. Sehingga dapat mendekatkan peserta didik pada Allah swt. Prinsip
perenialisme yang lain adalah adanya pluralisme dalam hal kesamaan hakikat
kebenaran, walaupun pada tataran tradisi/riil berbeda. Sehingga tidak muncul
fanatisme terhadap kelompok dan menyalahkan kelompok lain. Sedang dari
segi pengembangan kurikulum, model subject centered mempunyai beberapa
kelebihan :
a. Mudah disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan.
b. Para pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu
atau bahan yang akan diajarkan dianggap sudah menyampaikannya.

2. Kekurangan Penerapan Perenialisme Dalam Pendidikan Islam


Kekurangan dari penerapan perenialisme lebih banyak ditemukan dari
segi pengembangan kurikulum, karena model subject centered mempunyai
beberapa kekurangan :
a. Karena pengetahuan diberikan secara terpisah-pisah
b. Isi kurikulum diambil dari kebudayaan masa lalu, terlepas dari bidaya
sekarang
c. Karena mengutamakan bahan ajar, maka peran peserta didik sangat
pasif karena kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman

14
peserta didik.
d. Pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu,
sehingga pengajaran bersifat verbalistis dan kurang praktis.

15
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dengan demikian filsafat perenial adalah tradisi yang bukan dalam
pengertian mitologi yang sudah kuno yang hanya berlaku bagi suatu
masa kanak-kanak, melainkan merupakan sebuah pengetahuan yang
benar-benar riil.
2. Tokoh-tokoh parenialisme diantaranya: Plato, Aristoteles, Augustino
Steuco, Thomas Aquinas, Frithjof Schuon, dan Sayyed Hossein Nasr.
3. Dalam hal pendidikan, perenialisme memandang bahwa tujuan utama
pendidikan adalah untuk membantu siswa dalam memperoleh dan
merealisasikan kebenaran abadi.
4. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
pengembalian keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan
yang berpengaruh, baik berupa teori maupun praktik bagi kebudayaan
dan pendidikan zaman sekarang. Maka, dapat dikatakan bahwa
perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali, yaitu
sebagai suatu proses mengembalikan kebudayaan sekarang (zaman
modern atau modernistik) ini terutama pendidikan zaman sekarang ini
perlu dikembalikan kebudayaan pada masa lampau.
5. Sedang metode pendidikan yang dianjurkan dengan menggunakan
metode dalam bentuk diskusi untuk menganalisis buku-buku yang
tergolong karya besar, terutama karya filosof terkemuka seperti Plato,
Aristotelels, dan lain sebagainya. Metode ini dikembangkan
berdasarkan keyakinan bahwa akal pikiran mempunyai kemampuan
analisis induktif dan sintesis deduktif. Dengan metode diskusi,
kecerdasan pikiran peserta didik dapat dikembangkan.
6. Parenialisme dalam Pendidikan ini memiliki kelebihan yaitu, Mudah
disusun, dilaksanakan, dievaluasi dan disempurnakan. Selain itu para
pengajarnya tidak perlu dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau
bahan yang akan diajarkan dianggap sudah menyampaikannya. Adapun
kekurangan dari parenialisme dalam Pendidikan adalah Karena
mengutamakan bahan ajar, maka peran peserta didik sangat pasif karena
kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman peserta didik.
B. Saran

1. Dalam proses pembelajaran guru harus menyeimbangkan antara


pengetahuan dan kegiatan sehari-hari siswa yaitu dengan
menyeimbangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Guru di
kelas tidak hanya menekankan pada satu aspek saja.
2. Tidak semua pandangan modern baik untuk pendidikan, kita perlu
melihat kondisi masa lalu yang dianggap tradisional atau klasik.
Pengetahuan dasar tradisional seperti membaca, berhitung, budi pekerti,
perlu diberikan kepada anak didik di zaman modern.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, R. (2014). Pengantar Pendidikan Asas & Filsafat Pendidikan.


Yogyakarta: Ar-Ruz Media.

Assegaf, A. R. (2011). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Mu'ammar, M. A. (2014). PARENIALISME PENDIDIKAN. Nur El-Islam, 15-28.

Muhmidayeli. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Pekanbaru: LSF2KP.

Sadulloh, U. (2012). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Salahudin, A. (2011). Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Siregar, R. L. (2016). Teori Belajar Parenialisme. Jurnal Al-hikmah, 28-54.

Syam, M. N. (1986). Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pancasila. Surabaya:


Usaha Nasional.

17

Anda mungkin juga menyukai