f09bm Fu90ru

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PEMBAHASAN TEORI

A. Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal apabila prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan ( 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit
(Babak, 2014).
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan ( 37- 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin (Babak, 2007).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat timbul
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.( Depkes, 2015). Partus
adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina ke dunia luar. (Prawiroharjo, 2017).

B. Teori Terjadinya Persalinan


a. Penurunan Kadar Progesteron
Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadarprogesterone
yang menimbulkan relaksasi otot rahim dan estrogen yang
meninggikan kerentanan otot rahim di dalam darah. Tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
b. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah sehingga timbullah
kontraksi otot-otot rahim.
c. Keregangan Otot-Otot
Seperti halnya kandung kencing, bila dindingnya teregang sampai
batas maksimal oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka
dengan majunya kehamilan, maka otot-otot rahim makin rentan.
d. Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupanya juga memegang
peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama
dari biasa (postdate).
e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan desidua diperkirakan menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hal ini juga dibuktikan dengan
adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama persalinan (Manuaba, 2018).

C. Faktor-Faktor Penting Dalam Persalinan

a. Power

Power adalah tenaga atau kekuatan ibu untuk mengejan, tenaga ini
serupa dengan tenaga waktu kita buang air besar tetapi jauh lebih kuat
lagi. Tanpa mengejan anak tidak dapat keluar seperti pada pasien
yang lumpuh otot-otot perutnya maka persalinan harus dibantu
dengan forceps. Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah,
tenagalah yangmendorong anak keluar. Selain his, dorongan terutama
disebabkan oleh kontraksi otot dinding perut yang menyebabkan
tekanan intra abdominal meningkat.

b. Passenger

Passenger adalah penumpang yang melewati jalan lahir yaitu janin,


plasenta atau juga selaput ketuban yang harus dilahirkan melalui
jalan lahir. Karena itu, plasenta dan selaput ketuban serta cairan
amniondianggap sebagai penumpang yang menyertai janin.
D. Proses Persalinan Normal
a. Tanda-Tanda Persalinan
- Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan
jarakkontraksi yang semakin pendek.
- Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu
pengeluaranlendir atau lender bercampur darah (blood
show).
- Dapat disertai ketuban pecah.
- Dijumpai perubahan serviks.
- Perlunakan serviks.
- Pendataran serviks.
- Pembukaan serviks.
b. Tahapan Persalinan
Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala:
Kala I : Dimulai dari his yang menimbulkan pembukaan

sampai pembukaan cervix menjadi lengkap


Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi
Kala III : Dimulai dari lahirnya bayi hingga lahirnya placenta
Kala IV : Dimulai setelah lahirnya placenta hingga 2 jam
Postpartum

E. Evaluasi keadaan umum ibu. Selama dua jam pertama pasca persalinan:
a) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih,dan
darah yang keluar setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap
30 menit selama satu jam kedua kala IV.
b) Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15
menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam
kedua kala IV.
c) Pantau temperature tubuh setiap jam selama dua jam pertama pasca
persalinan.
d) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit selama
1 jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam keduakala IV.
e) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar serta bagaimana melakukan masase jika
uterus menjadi lembek.
f) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu
untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi
ibu agar nyaman. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala
tertutup, kemudian berikan bayi kepada ibu dan anjurkan untuk
dipeluk dan diberi ASI.
g) Lengkapi asuhan esensial bagi bayi baru lahir.
i. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala
IV di bagian belakang partograf segera setelah asuhan diberikan
atau setelah penilaian dilakukan.
(Prawirohardjo, 2017)
F. Pendokumentasian Persalinan
Pendokumentasian proses persalinan dilakukan dengan cara menulis
setiap perkembangan persalinan pada lembar observasi saat persalinan
pada tahap kala I fase latent dan pada lembar partograf saat persalinan
mulai memasuki kala I fase aktif

G. Patograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan
dan informasi untuk membuat keputusan klinik( Prawirohardjo,
2015).

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:


a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa
yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan
secara rinci pada status atau rekam medic ibu bersalin dan bayi baru
lahir.

Pemantauan pada kala I pada persalinan normal dicatat dalam


partograf:

Parameter Fase Laten Fase Aktif


Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30 menit
DJJ Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Penurunan Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Produksi urin, aseton Setiap 2-4 jam Setiap 2-4 jam
dan protein
Tabel Pemantauan pada kala I persalinan normal dalam
partografSumber: Asuhan Persalinan Normal, 2007: 56

Hal-hal yang dicatat mengenai kondisi ibu dan janin adalah sebagai
berikut :
(1) Denyut jantung janin
Dinilai setiap 30 menit sampai 1 jam. Mulai waspada apabila djj
mengarah hingga dibawah 120 atau di atas 160 x/mnt.
(2) Air ketuban

Nilai warna ketuban jika selaput ketuban


U : selaput ketuban utuh
J : selaput ketuban pecah dan air ketuban jernih
M : selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur
meconium

D : selaput ketuban pecah dan air ketuban bernada darah


K : tidak ada cairan ketuban atau kering
(3) Perubahan bentuk kepala janin (molding atau mulase)
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih, antara tulang
kepala, semakin menunjukkan resiko disproporsi kepala panggul atau
cephalo pelvic disproporsion (CPD). Lambang dalam partograf : O :
tulang kepala janin terpisah, sutura masih mudah dipalpasi
1 : tulang kepala janin bersentuhan
2 : tulang kepala janin saling tumpang tindih dan tapi masih dapat
dipisahkan.
3 : tulang kepala janin saling tindih dan tidak dapat dipisahkan.
(4) Pembukaan mulut rahim (serviks)
Dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x) digaris waktu yang
sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
(5) Penurunan bagian terbawah janin
Mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada
pemeriksaan abdomen) atau pemeriksaan luar di atas ymphisis pubis.
Catat dengan tanda lingkaran (o) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5 sinsiput (s) atau paruh atas kepala berada di symphisis
pubis.
(6) Waktu
Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima. Jam, catat sesuai angka lajur pembukaan digaris waspada.
(7) Kontraksi
Catat setiap setengah jam, lakukan palpasi untuk menghilangkan
banyaknya kontraksi dalam hitungan detik.
: kontraksi lamanya kurang dari 20 detik
: kontraksi lamanya 20-40 detik
: kontraksi lamanya lebih dari 40 detik
(8) Oksitosin
Jika memakai oksitosin, catat banyaknya oksitosin per volume cairan
infuse dan dalam tetesan per menit.
(9) Obat-obatan yang diberikan
(10) Nadi
Catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (.)
(11) Tekanan darah
Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
(12) Suhu badan
Catat setiap 2 jam
(13) Protein, aseton dan volume urine
Catat setiap kali ibu berkemih

8. Pencatatan selama fase aktif persalinan :


a. Informasi tentang ibu
Lengkapi bagian atas partograf secara teliti saat memulai asuhan
persalinan.
1) Nama, umur
2) Grafida, para, abortus
3) No catatan medis
4) Tanggal dan waktu mulai dirawat
5) Waktu pecahnya ketuban
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilailah penyusupan
kepala janin.
b. Kemajuan persalinan
Angka 1 – 10 yang tertera disamping kiri kolom menunjukkan besarnya
dilatasi serviks. Masing-masing kotak di bagian ini menyatakan waktu
30 menit.
1) Pembukaan serviks
2) Penurunan bagian terbawah janin
3) Garis waspada dan garis bertindak
c. Jam dan waktu
1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan)
tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16.
2) Waktu actual soal pmx atau penilaian
d. Kontraksi uterus
1) Frekuensi dan lamanya
Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 kotak dengan tulisan
kontraksi per 10 menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap
kotak menyatakan satu kontraksi.
e. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
1) Oksitosin
Jika tetesan oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30
menit jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV dan
dalam satuan tetesan/menit.
2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
f. Kondisi ibu
1) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
2) Volume urine, protein atau aseton
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi statuskesehatan klien

Langkah-langkah pertolongan persalinan sesuai dengan Asuhan Persalinan


Normal (APN) meliputi:
a. Melihat Tanda Gejala Kala II

b. Menyiapkan Pertolongan Persalinan .

c. Memastikan Pembukaan lengkap dan Keadaan Janin Baik


d. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

e. Menolong Kelahiran bayi Lahirnya Kepala

f. Menilai perdarahan.

g. Melakukan prosedur pasca persalinan

h. Evaluasi

i. Memastikan kebersihan dan keamanan ibu

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi berbagai masalah yang dapat
ditemukan dari hasil pengkajian atau pengumpulan data. Masalah atau
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Nyeri Melahirkan
b. Pola napas tidak efektif
c. Keletihan
d. Ansietas
e. Resiko perdarahan
f. Resiko Infeksi (PPNI Pokja, 2016)
lOMoARcPSD|20421021

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan rencana asuhan keperawatan atau perencanaan ini ditulis sesuai dengan masalah
keperawatan yang didapat oleh pasien
Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
(PPNI Pokja, 2016) (Kriteria Hasil) (PPNI Pokja, 2018)
(PPNI Pokja, 2019)
Nyeri Melahirkan Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen nyeri
…. maka diharapkan tingkat nyeri Observasi:
menurun, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
1. Keluhan nyeri menurun kualitas, skala dan intensitas nyeri
2. Meringis menurun 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Gelisah menurun memperingan nyeri
5. Kesulitan tidur menurun 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
5. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon
nyeri
6. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

hidup
7. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
8. Monitor efek samping penggunakan analgetik
Terapeutik:
1. Berikan terapi nonfarmakologi (mis: akupresur,
terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis: suhu, cahaya, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik dengan tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

mengurangi rasa nyeri


Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgetik (jika
perlu)
Pola Napas Tidak Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Jalan Napas
Efektif …. maka diharapkan pola napas Observasi
membaik, dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
1. Ventilasi semenit (menurun) napas)
2. Kapasitas vital (meningkat) 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling,
3. Tekanan akspirasi (menurun) mengi, wheezing, ronkhi kering)
4. Tekanan inspirasi (menurun) 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
5. Dispena (menurun) Terapeutik
6. Penggunaan otot bantu 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-
pernapasan (menurun) tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma
7. Ortopnea (menurun) servikal
8. Pemajangan fase ekspirasi 2. Posisikan semi fowler atau fowler
(menurun) 3. Berikan minum hangat
9. Pernapasan cuping hidung 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
(menurun) 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

10. Frekuensi napas (membaik) 6. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forcep
11. Kedalaman napas (membaik) McGill
12. Ekskrusi dada (membaik) 7. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
Keletihan Setelah dilakukan intervensi selama Manajemen Energi
…. maka diharapkan tingkat keletihan Observasi
menurun, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
1. Verbalisasi kepulihan energy mengakibatkan kelelahan
meningkat 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Tenaga meningkat 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Kemempuan melakukan aktivitas 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
rutin meningkat melakukan aktivitas
4. Motivasi meningkat Terpeutik

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

5. Verbalisasi lelah menurun 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah


6. Lesu menurun stimulus
7. Gelisah menurun 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif
8. Gelisah menurun 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
9. Frekuensi napas menurun 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
Ansietas Setelah dilakukan intervensi selama Terapi Relaksasi:
…. maka diharapkan tingkat ansietas Observasi
menurun, dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penurunan tingkat energi,

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

1. Verbalisasi kebingungan menurun ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain


2. Verbalisasi khawatir akibat yang mengganggu kemampuan kognitif
kondisi yang dihadapi menurun 2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
3. Perilaku gelisah menurun digunakan
4. Perilaku tegang menurun 3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
5. Keluhan pusing menurun penggunaan Teknik sebelumnya
6. Anoreksia menurun 4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan
7. Palpitasi menurun darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
8. Frekuensi pernapasan menurun 5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
9. Frekuensi nadi menurun Terapeutik
10. Tekanan darah menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
11. Diaphoresis menurun dengan pencahayaan dan suhu ruang nyaman, jika
12. Tremor menurun memungkinkan
13. Pucat menurun 2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
14. Konsentrasi membaik prosedur Teknik relaksasi
15. Pola tidur membaik 3. Gunakan pakaian longgar
16. Perasaan keberdayaan membaik 4. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat
17. Kontak mata membaik dan berirama
18. Pola berkemih membaik 5. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

19. Orientasi membaik dengan analgetik atau tindakan medis lain, jika
sesuai
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedua (mis. musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresif)
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih Teknik
yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis.
napas dalam, peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
Risiko perdarahan Setelah dilakukan intervensi selama Perawatan pasca persalinan
…. maka diharapkan status pasca Observasi:
partum membaik, dengan kriteriahasil: 1. Monitor tanda-tanda vital
2. Monitor keadaan lokia (mis. warna, jumlah, bau,

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

1. Sirkulasi perifer meningkat dan bekuan)


2. Payudarah penuh meningkat 3. Periksa perineum atau robekan (kemerahan,
3. Pemulihan perineum meningkat edema, ekomosis, pengeluaran, penyatuan
4. Kenyamanan meningkat jahitan)
5. Infeksi menurun 4. Monitor nyeri
6. Nyeri insisi menurun 5. Monitor status pencernaan
7. Jumlah lochia membaik 6. Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
7. Identifikasi adanya masalah adaptasi psikologis
ibu post partum
Terapeutik:
1. Dukung ibu untuk melakukan ambulansi dini
2. Berikan kenyamanan pada ibu
3. Fasilitasi ibu berkemih secara normal
4. Fasilitasi ikatan tali kasih ibu dan bayi secara
normal
5. Diskusikan kebutuhan aktivitas dan istirahat
selama masa post partum
6. Diskusikan tentang perubahan fisik dan
psikologis ibu post partum

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

7. Diskusikan seksualitas masa post partum


8. Diskusikan penggunaan alat kontrasepsi
Edukasi:
1. Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan
keluarga
2. Jelaskan pemeriksaan pada ibu dan bayi secara
rutin
3. Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
4. Ajarkan ibu mengatasi nyeri secara
nonfarmakologis (mis. teknik distraksi,
imajinasi)
Kolaborasi:
Rujuk ke konselor laktasi, jika perlu
Risiko infeksi Setelah dilakukan intervensi selama Perawatan perineum
…. maka diharapkan tingkat infeksi Observasi:
menurun, dengan kriteria hasil: Inspeksi insisi atau robekan perineum (mis.
1. Demam menurun episiotomy)
2. Kemerahan menurun Terapeutik:
3. Nyeri menurun 1. Fasilitasi dalam membersihkan perineum,

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

4. Bengkak menurun pertahankan perineum tetap kering


5. Kadar sel darah putih menurun 2. Berikan posisi nyaman, berikan kompres es, jika
perlu
3. Bersihkan area perineum secara teratur
4. Berikan pembalut yang menyerap cairan
Edukasi:
Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi tanda
abnormal pada perineum (mis. infeksi, kemerahan,
pengeluaran cairan yang abnormal)
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian anti inflamasi, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses perawatan, dimulai
secara formal setelah Anda mengembangkan rencana asuhan keperawatan. Dengan
rencana asuhan berdasar pada diagnosis keperawatan yang jelas dan relevan, dimana
intervensi yang didesain untuk membantu pasien mencapai tujuan dan hasil yang
diharapkan yang dibutuhkan untuk mendukung atau meningkatkan status kesehatan
pasien

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan yang yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang telah diamati dan atau kriteria hasil
yang telah dibuat pada tahap intervensi. Evaluasi dilakukan secara terus-menerus
dan melibatkan klien serta tenaga kesehatan lainnya. Apabila tujuan dan kriteria hasil
tercapai pada evaluasi, maka klien proses keperawatan dihentikan, jika sebaliknya
maka klien dikaji dan ulang dan harus tetap melewati proses keperawatan.

Downloaded by Maria Kristy ([email protected])


lOMoARcPSD|20421021

DAFTAR PUSTAKA

Babak, dkk. 2014. Keperawatan Matrinitas. Jakarta : EGC. Depkes

RI. 2015. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI.

Manuaba, Ide Bagus. 2018. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
BerencanaUntuk Pendidikan Bidan. Jakarta, EGC.

Mochtar, Rustam. 2018. Synopsis Obstetrik. Jilid I. Jakarta : EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. 2017. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :


YBP.SP.

Prawirohardjo, Sarwono. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP.SP.

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2016. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal danNeonatal. Jakarta : YBP-SP.

Varney Helen. 2015. Asuhan Kebidanan Varney Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai