Bab Ii Tinjauan Pustaka
Bab Ii Tinjauan Pustaka
Bab Ii Tinjauan Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
suatu wadah kegiatan Kesehatan Reproduksi Remaja yang dikelola dari, oleh dan
wadah kegiatan proram KKB yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna
Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik minat remaja datang
ke PIK-R, nama generik ini dapat dikembangkan dengan nama-nama yang sesuai
Tujuan umum dari PIK-R adalah dalam rangka meningkatkan akses dan
1
2
dan Konseling Remaja (PIK-Remaja) dari tahap tumbuh menjadi tahap tegak dan
cirri dan minat remaja. Pengelola PIK-Remaja adalah remaja yang punya
dengan mempergunakan modul dan kurikulum standart yang telah disusun oleh
BKKBN atau pihak lain. Pengelola PIK-Remaja terdiri dari Ketua, Bidang
Sebaya.
Remaja (PIK-R)
1 Pengetahuan
1) Awareness (Kesadaran)
stimulus (objek)
3
Tertarik pada stimulus atau objek tersebut. Disini sikap objek sudah mulai
muncul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang)
dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4) Trial
5) Adoption
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
2004).
2 Sikap
dapat dikeelompokkan menjadi dua, yakni sikap setuju (mendukung) dan sikap
tidak setuju (tak mendukung) terhadap stimulus yang diterima (Azwar, 2003).
Masalah sistem pelayanan merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi
4
tersebut maka akan menciptakan suatu sikap penolakan atau penerimaan terhadap
3 Kelengkapan fasilitas
1) Sarana
organisasi kerja.
2) Prasarana
didalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia
maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil
4 Dukungan guru
rasa nyaman, ketenangan atau bantuan yang diberikan kepada orang lain, baik
secara kelompok maupun individu. Selain itu, dukungan bisa juga menjadi metode
5
perubahan pada diri siswa tersebut (Friedman, Bowden and Jones, 2010).
kesehatan secara efektif dan efisien. Konsep ini digunakan karena komponen-
ukur pada penelitian ini. Model teori ini memberikan desain yang lengkap untuk
pada Program PIK-R dapat dilakukan dengan cara mengukur kebutuhan dan
pendorong yang dapat di ukur pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap
transprortasi, dan ketersediaan dana. Kedua hal ini wajib ada untuk dapat
faktor pemungkin yang dapat dievaluasi dari Program PIK-R adalah kelengkapan
sikap dan perilaku petugas kesehatan, dukungan (sekolah, guru, teman sebaya,
orang tua, dan keluarga), undang-udang peraturan baik dari pusat maupun
yang dapat dievaluasi dari program PIK-R adalah dukungan guru serta
PIK-R.
penelitian dalam evaluasi terkait efektifitas program PIK-R, salah satunya dalam
Variabel yang diukur adalah pengetahuan remaja, kesadaran remaja serta sikap
remaja terhadap pemanfaaan PIK-R. Model teori ini digunakan karena terdapat
berasrama SMA Negeri Bali Mandara. Program ini lebih dikedepankan untuk
pembinaan/pola asuh yang disebut “Grha”. Grha berasal dari bahasa Sanskerta
sistem keluarga asrama di SMA Negeri Bali Mandara disebut dengan “House”.
“House” ini terdiri atas Dolphin, Dove, Eagle, Hornbill, Komodo, Lion,
berubahlah menjadi Grha. Sembilan Grha tersebut terdiri atas Uttara, Airsanya,
Grha tersebut merupakan 9 penjuru mata angin dalam kaitannya dengan Dewata
Nawa Sanga. Dipilihnya angka Sembilan karena angka 9 memiliki nilai magis dan
menyimbolkan kesakralan. Hal ini juga sesuai dengan siswa yang SMA Negeri
Bali Mandara yang berasal dari segala penjuru di provinsi Bali. Harapannya
kemagisan angka 9 ini dapat mengubah semangat mereka yang dulunya lemah
karena berasal dari ekonomi rendah berubah menjadi generasi emas yang dimiliki
oleh Bali.
9
Dalam penerapannya, Grha ini diasuh/dibina oleh orang tua asuh yang
disebut Matta (Ibu) dan Pitta (Ayah). Matta Pitta diambil dari para guru di
sekolah. Sebuah grha akan diasuh oleh seorang Pitta atau Matta (dulu disebut
house parents). Tugas Matta Pitta ini layaknya seorang orang tua di rumah yang
masalah yang dihadapi oleh siswa baik di asrama maupun di sekolah. Matta Pitta
beban belajar, semua siswa diwajibkan berkonsultasi dengan Matta Pitta masing-
nantinya.
Dalam satu Grha terdapat 30 – 35 orang siswa yang berasal dari semua
angkatan sehingga dalam grha tersebut tidak homogen satu angkatan saja. Hal ini
dimaksudkan agar terjadi hubungan yang baik antara kakak dan adik dalam satu
baru (kelas X) akan dibagi menjadi 9 Grha. Pembagian grha ini dilakukan secara
dikenalkan dengan sistem kehidupan berasarama dan sistem Grha, para siswa
kelas X akan memilih kakak asuhnya sendiri. Apabila pilihan kakaknya sama
sehingga memperoleh keputusan yang paling baik bagi semua anak. Satu orang
10
kakak dimungkinkan memiliki maksimal 2 orang adik. Sistem kakak adik ini
berlaku selama menjadi siswa di SMA Negeri Bali Mandara. Dengan demikian,
semua siswa di SMA Negeri Bali Mandara akan memiliki minimal satu orang
akan meminta masukan ataupun penguatan dari kakak maupun adiknya. Mereka
juga dapat meminta nasihat dari para dorm manager / kepala asrama. Kepala
asrama di SMA Negeri Bali Mandara ada 4 orang yang terdiri atas 2 orang kepala
asrama laki-laki dan 2 orang kepala asrama perempuan. Selain itu, mereka juga
dapat berdiskusi dengan Guru BK maupun petugas PIK-R yang berasal dari siswa
yang terpilih (dari segi kedewasaan cara berpikirnya). Matta Pitta juga akan
meminta bantuan kakaknya untuk mendekati sang adik apabila pendekata orang
tua dirasa masih belum maksimal dalam memecahkan masalah sang adik.
Demikian pula, matta pitta akan meminta bantuan kakak asuhnya yang lain, atau
bisa jadi adik asuhnya sendiri apabila sang kakak mengalami permasalahan.
Sistem pola asuh kakak adik dalam grha ini juga diperkuat dengan program
“Gather” atau kumpul keluarga. Dalam acara kumpul Grha tersebut, orang tua dan
anak berkumpul dalam situasi santai mendiskusikan masalah yang dihadapi siswa
yang sekiranya tidak bisa diatasi oleh kakak maupun adiknya. Jadwal Gather ini
rutin dilaksanakan setiap hari Jumat malam dari pukul 18.30 – 21.00 wita di
Program Grha ini didukung lagi dengan sistem poin Grha. Poin grha
dipengaruhi oleh akumulasi poin individu pada grha tersebut. Poin grha akan
sekolah maupun di asrama. Poin bertambah untuk individu siswa apabila siswa
tersebut berhasil meraih prestasi akademik maupun nonkademik. Poin Grha akan
ditambah juga apabila kelas dan kebun area grha mereka memiliki tingkat
kebersihan yang baik. Selain itu, poin bertambah apabila grha tersebut
sekolah, perayaan bulan bahasa, perayaan hari kasih sayang maupun kegiatan
Setiap bulannya para matta pitta, guru BK, kepala asrama, pembina OSIS
terkini yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikian, program Grha, kakak-adik
asuh ini selalu mendapat apresiasi dan evaluasi untuk senantiasa mendidik serta
untuk melihat efektifitas layanan program pusat informasi dan konseling remaja
dari aspek kebutuhan, sikap, ketersediaan fasilitas, dan dukungan guru, yang
2.2.1 Pengetahuan, sikap, dan perilaku pemanfaatan terkait Pusat Informasi dan
metode FGD. Norma sosio-kultural dan tabu tentang perilaku seksual remaja
adalah faktor yang paling signifikan mencegah remaja mengakses layanan Ini
memberi kontribusi pada ketakutan dan rasa malu remaja, menghakimi sikap
penyedia layanan, dan ketidaksetujuan dari orang tua dan penjaga gerbang
yang ada lebih muda-ramah. Fitur yang paling penting dari Pelayanan kesehatan
remaja yang digambarkan oleh remaja adalah penyedia layanan yang ramah.
Layanan gratis atau terjangkau, Pasokan komoditas yang andal, kerahasiaan dan
norma dan pengetahuan dan sikap masyarakat juga disorot (Kennedy et al.,
2013).
Semarang (Rahayu, 2014). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Rustika bahwa
ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan layanan PIK-R, dengan taraf
konseling tentang seks bebas pada siswa SMA Surabaya” yang menyatakan
bahwa tingkat sikap responden menurun yaitu pre-test dan post-test (p = 0,659).
kesehatan reproduksi, seksualitas, dan seks bebas remaja (Sari and Widati,
2010). Penelitian yang berbeda dilakukan pada remaja SMA N 2 Wates, yang
PIK R pada siswa SMA dinilai signifikan yaitu sebesar 0,232, sikap dapat
R oleh remaja yaitu malu, waktu layanan, petugas kurang komunikasi, dan
2013).
disediakan melalui media cetak seperti koran, majalah, poster, dan lainnya.
Informasi juga dapat disajikan melalui media elektronik seperti radio, televisi,
bahwa terdapat perbedaan sikap terkait dengan kesehatan reproduksi pada siswa
di sekolah yang memiliki fasilitas PIK-R dengan sekolah yang tidak memiliki
fasilitas PIK-R. Pada sekolah yang ada layanan PIK-R tidak terdapat perilaku
siswa yang berisiko tinggi, sedangkan pada sekolah yang tidak terdapat layanan
PIK R terdapat 1,9% siswa dengan perilaku kesehatan reproduksi dalam kategori
2015).
15
untuk RH dan penyedia layanan kesehatan utama RH. Sumber utama informasi
untuk RH adalah radio untuk 80,4% dan televisi untuk 73% dan guru sekolah
Gelaw, 2008).
yang signifikan antara peran guru bimbingan konseling dengan upaya preventif
HIV/AIDS pada remaja, berdasarkan hasil ini diharapkan bahwa guru bimbingan
Desyolmita, 2013).
17
FAKTOR
PENDORONG
PROGRAM PIK-R - Pengetahuan
- Sikap
- kebutuhan
STRATEGI - Keyakinan Genetik
- Advokasi - Persepsi
- Promosi dan sosialisasi
- Dukungan anggaran
- Pelatihan
- Mengembangkan materi
FAKTOR
- Mengembangkan program PIK-R PEMUNGKIN
- Memfasilitasi sarana & prasarana - SDM
- Pembinaan dan monev - Dana - Keterampilan /
- Kelengkapan Kecakapan Hidup Pemanfaatan layanan
fasilitas - Kesiapan kehidupan PIK R
- Akses (konseling berumah tangga
dan rujukan)
REGULASI
- Undang – Undang No. 52/2009 FAKTOR PENGUAT Lingkungan Kepuasan Klien
tentang Perkembangan - Komitmen
Kependudukan dan Pembangunan pemangku
Keluarga
kepentingan dan
- Peraturan Kepala BKKBN tentang
mitra kerja
Pedoman Pengelolaan Pusat
Informasi dan Konseling Remaja /
- Dukungan sekolah
Mahasiswa Nomor - Teman sebaya
88/PER/F2/2012 - Keluarga
- Petugas kesehatan
- Guru
Gambar 2.1
Kerangka Teori Modifikasi Model Evaluasi Precede-Proceed dikaikan dengan Program PIK-R
Sumber : Green & Kreteur (1974), Sulitiawan, dkk (2014, Wahyunngrum, dkk (2015)
18