Makalah Resistensi Antibiotik Dan Mikosis Pada Manusia: Dosen Pengampu
Makalah Resistensi Antibiotik Dan Mikosis Pada Manusia: Dosen Pengampu
Makalah Resistensi Antibiotik Dan Mikosis Pada Manusia: Dosen Pengampu
Dosen Pengampu :
Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.KMB
Disusun Oleh:
Hardiani Dwi Suvianty (R011221069) - KETUA
Maghfiratunnisa S (R011221071)
Intan Ayu Purnama (R011221099)
Rara Manuella Borong M (R011221047)
Malna Desviana Novita M (R011221085)
Feby Safitri (R011221093)
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Resistensi Antibiotik dan Mikosis Pada Manusia” dengan tepat pada waktunya.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu di kelas kami, dalam
hal ini Ners Abdul Majid, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.,KMB dan terima kasih juga
kepada teman-teman yang telah membuat makalah ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
sudilah kiranya pembaca memberikan masukan dan saran sehingga proposal
penelitian ini dapat lebih baik kedepannya. Akhir kata dari kami, kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi siapa saja
yang memerlukannya di masa yang akan datang.
Penulis,
Kelompok III
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL.....................................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Resistensi Antibiotik dan Penggunannya......................................................
B. Etiologi Resistensi Antibiotik......................................................................................
C. Pencegahan Resistensi Antibiotik...............................................................................
D Definisi Mikosis dan Klasifikasi Mikosis .……………………………...7
E. Etiologi Mikosis Pada Manusia …………………………………………..9
F. Manifestasi Mikosis Pada Manusia………………………………………10
G. Pengobatan Mikosis Pada Manusia……………………………………....11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah kesehatan di
masyarakat yang sangat penting untuk diselesaikan. Resistensi antibiotika
terjadi ketika bakteri tidak merespon obat untuk membunuhnya. Hal
tersebut merupakan tantangan kompleks kesehatan masyarakat global
dimana tidak ada strategi sederhana yang akan sukses menyelesaikan
munculnya penyebaran organisme penyebab infeksi yang menjadi resisten
terhadap antibiotika yang ada. Resistensi antibiotik adalah kondisi dimana
bakteri atau virus memiliki mekanisme pertahanan terhadap antibiotik
yang diberikan. Resistensi antibiotik akan memperparah kondisi infeksi
bakteri atau virus pada manusia. Di Amerika serikat Terhitung selama
2013 terdapat 25.000 kematian disebabkan oleh resistensi antibiotik.
Sedangakan di Eropa mencapai 28.000 jumlah kematian akibat resistensi
antibiotik. Mekanisme terjadinya resistensi antibiotik salah satunya
disebabkan oleh penularan langsung melalui makanan hasil olahan hewan
seperti daging, telur, dan susu (Hellen, 2015).
Mikosis adalah infeksi jamur. Mikosis dibagi menjadi empat
kategori yaitu: (1) superfisialis, (2) subkutaneus, (3) sistemik, dan (4)
oportunistik. Mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk di
negara tropis. Mikosis superfisialis adalah infeksi jamur superfisial yang
disebabkan oleh kolonisasi jamur atau ragi. Angka kejadian mikosis
superfisialis diperkirakan sekitar 20-25% dari populasi dunia dan
merupakan salah satu bentuk infeksi yang paling sering pada manusia.
Mikosis superfisialis meliputi dermatofitosis, Pityriasis Versicolor (P.
Versicolor), Malassezia Folliculitis dan kandidiasis superfisialis (Rosida
dan Ervianti, 2017). P. Versicolor memiliki angka kejadian yang tinggi di
iv
negara tropis, yaitu mencapai 40% (Gupta dan Foley, 2015). Penyebab P.
Versicolor adalah jamur Malassezia furfur (M. furfur) (Devendrappa dan
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari resistensi antibiotik dan bagaimana cara
penggunannya?
2. Jelaskan etiologi resistensi antibiotik !
3. Jelaskan bagaimana cara pencegahan resistensi antibiotik!
4. Apa definisi dan klasifikasi mikosis?
5. Jelaskan etiologi mikosis pada manusia!
6. Apa manifestasi mikosis pada manusia?
7. Jelaskan bagaimana pengobatan mikosis pada manusia!
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari resistensi antibiotik dan cara
penggunannya.
2. Untuk mengetahui etiologi dari resistensi antibiotik.
3. Untuk memahami bagaimana cara pencegahan resistensi antibiotik.
4. Untuk mengetahui definisi mikosis dan klasifikasi mikosis.
5. Untuk mengetahui etiologi mikosis pada manusia.
6. Untuk mengetahui manifestasi mikosis pada manusia
7. Untuk memahami bagaimana cara pngobatan mikosis pada manusia
v
vi
BAB II
PEMBAHASAN
vii
menimbulkan lebih banyak bahaya. Kepekaan bakteri terhadap kuman
ditentukan oleh
viii
itu Antibiotik yang sebenarnya tidak diperlukan tubuh namun diminum
karena peresepan yang tidak tepat justru dapat menyebabkan
kekebalan kuman terhadap bakteri. Hal ini tentunya merugikan karena
diperlukan
5. Pengawasan
Lemahnya penngawasan dari pemerintah mengenai distribusi dan
penggunaan antibiotik. Misalnya mudahnya masyarakat untuk
mendapatkan antibiotik walau tanpa resep dokter. Selain itu, komitmen
ix
pihak terkait mengenai meningkatkan mutu obat dan pengendalian
infeksi.
x
antibiotik tidak tepat bila digunakan pada kasus infeksi selain oleh
bakteri.
6. Regulasi Undang-Undang
Untuk mencegah penggunaan antibiotik yang semakin meluas,
pembatasan penggunaan antibiotik melalui pengobatan sendiri oleh
masyarakat diatur melalui Undang-Undang.
xi
sedangkan candida adalah jamur yang dapat menginfeksi organ dalam
tubuh.
Mikosis dalam secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu
mikosis primer dan mikosis oportunistik. Mikosis primer adalah infeksi
jamur pada orang sehat, dengan daya tahan tubuh yang normal. Infeksi
dapat terjadi apabila terdapat paparan jamur patogen dalam jumlah yang
banyak. Mikosis
oportunistik terjadi pada orang dengan daya tahan tubuh yang
lemah, misalnya karena terapi kanker, menderita Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV)
AIDS), transplantasi organ, atau pasca operasi (Perfect, 2003).
Berdasarkan jenis dan lokasi infeksi, mikosis dapat diklasifikasikan
menjadi 2 jenis, yaitu mikosis superfisial dan mikosis profunda.
1. Mikosis superfisial
Mikosis Superfisial adalah infeksi jamur superfisial yang
disebabkan oleh kolonisasi jamur. Angka kejadian mikosis superfisal
diperkirakan sekitar 20-25% populasi dunia dan salah satu bentuk
infeksi yang sering menginfeksi manusia (Shieke dan Garg, 2012).
Mikosis superfisial cukup banyak diderita penduduk negara tropis.
Indonesia dengan iklim tropis. Indonesia dengan iklim tropis
disertai suhu dan kelembapan tinggi membuat pertumbuhan jamur,
sehingga diperkirakan insidensi penyakit ini cukup tinggi di
masyarakat (Adiguna, 2013).
Selain iklim yang mendukung, higiene sebagian masyarakat yang
masih kurang, adanya sumber penularan dari lingkungan, penggunaan
obat- obatan seperti antibiotik, kortikosteroid, dan sitostatika yang
meningkat, adanya penyakit kronis dan penyakit sistemik lainnya
seperti diabetes, keganasan, infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV), trauma, dan maserasi juga dapat memudahkan penetrasi jamur.
Kemungkinan lain tingginya prevalensi mikosis superfisialis juga
dipengaruhi oleh lama pengobatan, kepatuhan pasien terhadap
xii
pengobatan, banyaknya kasus yang resistan terhadap obat antijamur
serta adanya efek samping yang ditimbulkan oleh obat antijamur
sistemik (Siregar, 2012).
2. Mikosis Profunda
Mikosis profunda disebut dengan mikosis dalam. Mikosis profunda
adalah infeksi jamur yang menyerang organ tubuh manusia seperti
perut, paru- paru, tulang, dan sistem saraf pusat (SSP). Pada
umumnya, infeksi jamur ini masuk ke tubuh melalui saluran
pernapasan, saluran pencernaan, dan pembuluh darah.
Mikosis profunda terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan
oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya
traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan
kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit.
Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit
kronik dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor,
infiltrasi, peradangan vegetatif, ulkus, sinus, tersendiri maupun
bersamaan (Baddley, 2003).
xiii
3. Sering memakai pakaian yang ketat
4. Memiliki daya tahan tubuh lemah
xiv
candidiasis, hyalohyphomycosis, phaeohyphomycosis, kriptokokosis,
dan zigomikosis.
xv
pyrithione. Shampo dioleskan pada lesi selama 5-10 menit kemudian
dicuci sampai bersih. Pemakaian shampo satu kali dalam sehari selama
2 minggu dan dapat diulang satu atau dua bulan kemudian. Bila
kelainan meliputi hampir seluruh tubuh, digunakan obat oral yaitu
ketokonazol 200 mg per hari selama 5-7 hari, flukonazol 400 mg dosis
tunggal dan diulang dalam satu minggu serta itrakonazol 200 mg per
hari selama 5-7 hari memberikan hasil yang baik. Agar pengobatan
berhasil baik, infeksi ulang harus dicegah, misalnya dengan merendam
baju pada air hangat agar semua spora jamur mati.
2) Otomikosis
Bahan yang digunakan untuk pemeriksaan adalah serumen yang
diambil dengan kapas usap steril atau usap kulit liang telinga.
Diagnosis otomikosis ialah dengan menemukan hifa atau spora jamur
penyebab pada kotoran telinga dengan cara pemeriksaan langsung
sediaan KOH 10%. Untuk identifikasi jamur penyebab, bahan klinis
perlu dibiak pada agar saboraud lalu diperiksa morfologi koloni yang
tumbuh pada biakan. Pengobatan otomikosis yang utama adalah
mengeluarkan kotoran liang telinga dan menjaga kebersihan liang
telinga. Bila perlu dapat diberikan obat lokal anti jamur ke dalam liang
telinga penderita, setelah dilakukan irigasi untuk membersihkan
serumen dan kotoran lain.
3) Piedra dan Onikomikosis
Pengobatan piedra hitam dan piedra putih ialah dengan memotong
rambut yang terkena infeksi atau mencuci kepala setiap hari dengan
shampo yang mengandung antimikotik seperti ketokonazol 2%.
Onikomikosis membutuhkan pengobatan yang lama, biasanya selama
beberapa bulan, karena pergantian kuku memerlukan waktu sekitar 6
bulan. Pengobatan onikomikosis sebaiknya dilakukan dengan obat
yang berbentuk cairan agar obat dapat masuk ke sela-sela rongga kuku
yang rapuh. Caranya dengan mengoleskan tinktur anti-jamur (misalnya
xvi
larutan azol) pada kuku yang sakit selama beberapa bulan, sampai
kuku yang baru bebas jamur dan tumbuh sempurna seluruhnya. Untuk
mempercepat pertumbuhan, sebaiknya kuku yang sakit digunting
pendek. Pengobatan lain ialah dengan derivat azol yang diberikan
secara oral. Ketokonazol dapat diberikan 1x400 mg/hari untuk pasien
dengan berat bada 60 kg atau lebih selama 7-10 hari berturut-turut
setiap bulan selama 3-4 bulan.
4) Dermatofitosis
Biasanya kelainan berbatas tegas sehingga dapat diobati secara
topikal yaitu dengan larutan spiritus atau salep yang mengandung
bahan fungistatik (fungisida) dan keratinolitik, misalnya sulfur dan
asam salisilat. Obat topikal baru mengandung derivat azol, misalnya
mikonazol, klotrimazol, ketokonazol, bifonazol, dan obat lain misalnya
naftilin, terbinafin, siklopiroksolamin, dan amorolfin. Bila penyakit
menahun, batas kelainan menjadi tidak tegas terutama bila terdapat
infeksi sekunder oleh kuman karena garukan. Obat oral dapat
diberikan bersama topikal untuk mempercepat dan menjangkau
seluruh jamur. Obat oral pertama ialah griseofulvin, kemudian disusul
derivat azol, misalnya ketokonazol dan itrakonazol. Pengobatan dapat
diberikan tiap hari atau dengan cara pulse dosing satu kali seminggu.
Kepastian jarak pengobatan masih perlu ditentukan.
xvii
BAB III
SIMPULAN
A. Simpulan
Resistensi antibiotik alias kekebalan terhadap antibiotik, adalah
kemampuan bakteri untuk menahan efek dari obat, akibatnya bakteri
tidak mati setelah pemberian antibiotik dan fungsi obat tersebut tidak
berkerja sama sekali pada tubuh. Resistensi antibiotik adalah
kensekuensi dari penggunaan antibiotik yang keliru dan perkembangan
dari mikroorganisme tersebut, keadaan tersebut juga karena adanya
mutasi atau resistensi gen yang didapat sehingga terjadi resistensi
terhadap antibiotik. Terdapat beberapa faktor penyebab resistensi,
yaitu konsumsi antibiotik secara berlebihan, penggunaannya yang
irrasional, kurangnya pemahaman dari pasien, mutasi bakteri resisten
secara alami, dan pengawasan. pencegahan resistensi antibiotik.
penegakan diagnosis infeksi, pemeriksaan kuman penyebab,
pertimbangan perlu atau tidak antibiotik diberikan, penentuan dosis,
lama terapi, dan cara pemberian, edukasi pada masyarakat, dan
regulasi UU.
Mycoses atau mikosis adalah infeksi jamur yang umum terjadi
pada kulit dan organ dalam tubuh. Mycoses terjadi ketika jamur yang
menyerang tubuh manusia terlalu banyak, ini membuat sistem
kekebalan tubuh kewalahan dan tidak bisa melawannya. Beberapa
jamur yang hidup secara alami di dalam tubuh manusia juga hidup di
udara, tanah, air, dan tumbuhan.
B. Saran
xviii
Penggunaan antibiotik tidak boleh digunakan secara berlebihan
karena jika penggunaanya berlebihan maka akan mengakibatkan
xix
DAFTAR PUSTAKA
Bari SB, Mahajan BM, dan Surana SJ. 2008. Resistance to Antibiotic: A
Challenge in Chemotherapy. Indian Journal of Pharmaceutical Education
and Research, 42(1): 3-11.
Tjay T.H. and Rahardja K., 2015, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan
Efek - Efek Sampingnya, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, pp. 523–
531.
xx
Trasia, R. F. (2022). Pilihan Pengobatan Mikosis Superfisialis dan Profunda di
Indonesia. Journal Pharmaceutical Care and Sciences, 2(2), 7-11.
xxi