Laporan Kasus Mi0ma Uteri. Naila

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

MIOMA UTERI

DI RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I

BEREUNUEN

TAHUN 2023

Disusun oleh:

Nailatul Amni

Nim: 22020002

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

PRODI D-III KEBIDANAN TINGKAT SATU

MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

TAHUN 2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya ,sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Laporan kasus dengan tepat waktu.Sholawat serta salam
terlimpah curah kepada nabi Muhammad SaW.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan bimbingan maupun bantuan, baik
berupa informasi maupun bimbingan moril. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada ;

1. Pendamping atas segala bimbingan, saran-saran dan bantuan dalam penyusunan laporan kasus
ini.
2. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan kasus ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa responsi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan dalam rangka
penyempurnaannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga responsi kasus ini dapat bermanfaat di
bidang ilmu pengetahuan.

PENULIS

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Mioma uteri yang juga dikenal dengan sebutan fibromioma, fibroid,ataupun leiomioma merupakan
neoplasma jinak yang berasal dari lapisan ototuterus (miometrium) dan jaringan ikat di sekitarnya. Dari
seluruh wanita, insidenmioma uteri diperkirakan terjadi sekitar 20%-30%. Mioma uteri seringditemukan
pada wanita usia reproduksi sekitar 20%–25%, angka kejadian inilebih tinggi pada usia diatas 35 tahun,
yaitu sekitar 40%. Tingginya kejadianmioma uteri antara usia 35-50 tahun menunjukkan adanya
hubungan antaramioma uteri dengan hormon estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkanterjadi
pada usia sebelum menarche sedangkan angka kejadian mioma uteri padawanita menopause hanya
sekitar 10% (Hall, 2016).

Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87%dari semua penderita ginekologi
yang dirawat (Prawiroharjo, 2008). Di USAwanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri
dibandingkanwanita berkulit putih, sedangkan di Afrika wanita kulit hitam sedikit sekalimenderita
mioma uteri (Baziad, 2003). Wanita yang sering melahirkan sedikitkemungkinannya untuk
perkembangan mioma uteri dibandingkan dengan wanitayang tak pernah hamil atau hanya satu kali
hamil. Statistik menunjukkan 60%mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau
hanya hamilsatu kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,kegemukan, dan
nullipara (Hoffman dkk., 2012).

Mioma uteri ini menimbulkan masalah besar dalam kesehatan dan terapi yang efektif masih belum
ditemukan karena sedikit sekali informasi mengenaietiologi mioma uteri itu sendiri. Walaupun jarang
menyebabkan mortalitas,morbiditas yang ditimbulkan dari mioma uteri ini cukup tinggi karena
miomauteri dapat menyebabkan nyeri perut dan perdarahan abnormal, serta diperkirakandapat
menurunkan tingkat kesuburan wanita (Vollenhoven, 2015). Beberapa teori menunjukkan bahwa mioma
uteri bertanggung jawab terhadap rendahnyakesuburan. Adanya hubungan antara mioma dan
rendahnya kesuburan ini telah dilaporkan oleh dua survei observasional yaitu dilaporkan sebesar 27%-
40%wanita dengan mioma uteri mengalami infertilitas (Marshall dkk., 2017).

Ditemukan bahwa mereka yang menarche pada usia <10 tahun beresikomendapat penyakit reproduksi
10% lebih cepat dibandingkan dengan wanita yangmemulai menstruasi pada usia 14 tahun. Menarche
dini (<10 tahun) ditemukanmeningkatkan resiko relatif mioma uteri 1,24 kali sedangkan menarche
lambat(>16 tahun) menurunkan resiko relatif mioma uteri (Indarti, 2004). Pemicuterjadinya mioma uteri
masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa ahlimemaparkan karena adanya pengaruh
hormon esterogen berupaketidakseimbangan hormon esteogen yang dimulai sejak menarche. Semakin
diniusia menarche yang didapat seseorang maka semakin sering ketidakseimbanganhormon estrogen
yang terjadi saat menstruasi. Semakin lama seorang terpaparhormon esterogen akan memicu timbulnya
mioma uteri, jadi menarche dini bisadisebut sebagai pemicu terjadinya mioma uteri. Beberapa
penelitianmengemukakan bahwa peningkatan pertumbuhan mioma uteri merupakan respondari
stimulus estrogen. Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teorigenitoblast, teori ini
menyatakan bahwa untuk terjadinya mioma uteri harusterdapat dua komponen penting yaitu sel nest
(sel muda yang terangsang) danestrogen (perangsang sel nest secara terus menerus).

Pengobatan mioma uteri dengan gejala klinik umumnya ialah tindakanoperatif berupa histerektomi
(pengangkatan rahim) atau pada wanita yang inginmempertahankan kesuburannya dapat dilakukan
miomektomi (pengangkatanmioma) (Djuwantono, 2014).

B. Identifikasi Masalah

Melihat banyaknya angka kejadian penyakit mioma uteri, kemudian melihat juga dari komplikasi dari
penyakit mioma uteri yang membahayakan hidup para penderita, serta kurang pengetahuan para
penderita tentang penyakit mioma uteri, maka penulis tertarik untuk membuat asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem reproduksi : post operasi histrektomi indikasi mioma uteri.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tentang kasus mioma uteri di atas maka dirumuskan suatu rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana melakukan pengkajian keperawatan pada pasien post operasi histrektomi atas
indikasi mioma uteri.
2. Bagaimana menegakan diagnosa keperawatan pada pasien Post operasi :Mioma uteri.
3. Bagaimana menentukan intervensi yang tepat sesuai dengan diagnosa pada pasien post operasi
mioma uteri.
4. Bagaimana mengimplementasikan intervensi keperawatan yang sudah disusun sesuai dengan
diagnosa pada pasien post operasi mioma uteri.
5. Bagaimana melakukan evaluasi akhir asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
mioma uteri.

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penyusunan karya tulis ilmiah ini untuk mengetahui gambaran danmendapatkan pengalaman nyata
dalam menerapkan asuhan keperawatanyang tepat dengan gangguan sistem reproduksi : Mioma uteri
denganmenggunakan pendekatan manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan
standart keperawatan secara professional.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penyusunan asuhan keperawatan ini adalah agar mahasiswa dapat :

 Mengetahui metode dan cara pengkajian secara langsung pada pasien mioma uteri post operasi
histrektomi.
 Mengetahui metode dan cara menegakan diagnosa keperawatan padapasien mioma uteri post
operasi histrektomi
 Mengetahui cara membuat intervensi keperawatan atau rencana keperawatan yang sesuai
dengan diagnosa pada pasien mioma uteri post operasi histrektomi.
 Mengetahui cara melakukan implementasi atau pelaksanaan tindakankeperawatan secara
langsung pada pasien mioma uteri post operasi histrektomi.
 Mengetahui evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan pada pasien mioma uteri post operasi
histrektomi.

E. Manfaat

1. Bagi penulis

Penulis dapat lebih mendalami materi dan menambah pengetahuan tentang gangguan sistem
pencernaan khususnya tentang post operasi mioma uteri.

2. Pasien dan keluarga

Bagi pasien dapat bermanfaat untuk mengetahui proses penyakit dan kemudian mengetahui cara
mempercepat pemulihan keadaan pasca 5operasi. Bagi keluarga dapat menambah pengetahuan
tentang bagaimana melakukan perawatan dengan mioma uteri.

3. Institusi pendidikan

Mengetahui tingkat kemampuan dan melakukan evaluasi penilaian akhir selama pembelajaran.
Menambah bahan referensi bacaan tentang asuhan keperawatan post operasi mioma uteri.

4. Institusi rumah sakit

Sebagai bahan bacaan dan ilmu pegetahuan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada pasien post
operasi mioma uterisaat melakukan tindakan keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Mioma Uteri

Mioma uteri adalah neoplasma otot polos jinak yang berasal darimiometrium, terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid, dankolagen. Mioma uteri disebut juga dengan leiomioma
uteri atau fibromioma uteri,karena jumlah kolagen mereka yang cukup besar dapat menciptakan
konsistensiyang berserat maka mereka sering disebut sebagai fibroid. Mioma uteri berbatastegas, tidak
berkapsul, dan berasal dari otot polos jaringan fibrous sehinggamioma uteri dapat berkonsistensi padat
jika jaringan ikatnya dominan, danberkonsistensi lunak jika otot rahimnya yang dominan. Mioma uteri
merupakanneoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasmaini akan
memperlihatkan gejala klinis berdasarkan pada besar dan letak mioma diuterus.

B. Epidemiologi

Dari seluruh wanita, insiden mioma uteri diperkirakan terjadi sekitar 20%-30%. Mioma uteri sering
ditemukan pada wanita usia reproduksi sekitar 20%-25%, angka kejadian ini lebih tinggi pada usia diatas
35 tahun, yaitu sekitar 40%.Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun menunjukkan
adanyahubungan antara mioma uteri dengan hormon estrogen. Mioma uteri belumpernah dilaporkan
terjadi pada usia sebelum menarche sedangkan angka kejadianmioma uteri pada wanita menopause
hanya sekitar 10% (Hall, 2016). Ditemukanbahwa mereka yang menarche pada usia <10 tahun beresiko
mendapat penyakitreproduksi 10% lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang memulaimenstruasi
pada usia 14 tahun. Menarche dini (<10 tahun) ditemukanmeningkatkan resiko relatif mioma uteri 1,24
kali sedangkan menarche lambat(>16 tahun) menurunkan resiko relatif mioma uteri (Indarti, 2014).

Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39% - 11,87 %dari semua penderita ginekologi
yang dirawat (Prawiroharjo, 2008). Di USAwanita kulit hitam 3-9 kali lebih tinggi menderita mioma uteri
dibandingkan wanita berkulit putih, sedangkan di Afrika wanita kulit hitam sedikit sekalimenderita
mioma uteri (Baziad, 2003). Wanita yang sering melahirkan sedikitkemungkinannya untuk
perkembangan mioma uteri dibandingkan dengan wanitayang tak pernah hamil atau hanya satu kali
hamil. Statistik menunjukkan 60%mioma uteri berkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau
hanya hamilsatu kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,kegemukan, dan
nullipara (Hoffman dkk., 2012).

C. Anatomi Uterus

Uterus merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk seperti buah pir,sedikit gepeng kearah muka
belakang dan terletak di dalam cavum pelvis antararektum (posterior) dan vesika urinaria (anterior).
Dinding uterus terdiri dari ototpolos dengan ukuran panjang uterus sekitar 7-7,5 cm, lebar > 5,25 cm,
dengantebal sekitar 1,25 cm. Berat uterus normal kurang lebih 57 gram. Pada masakehamilan uterus
akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruhhormon estrogen dan progesteron yang
kadarnya meningkat. Pembesaran ini padadasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus diikuti
serabut-serabutkolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogensehingga
uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah menopause, uteruswanita nullipara maupun
multipara, akan mengalami atrofi dan kembali ke ukuranpada masa predolesen.
D. Pembagian Uterus
 Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak antarakedua pangkal
tuba uterina.
 Korpus Uteri : bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uterimempunyai fungsi
utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yangterdapat pada korpus uteri disebut
kavum uteri.
 Serviks Uteri (leher rahim): ujung serviks yang menuju puncak vagina disebutporsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteriyaitu bagian serviks yang ada di
atas vagina.

Pembagian Dinding Uterus

 Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri.Endometrium terdiri atas epitel
kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan denganbanyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-
lekuk. Pada masa haidsebagian besar endometrium akan dilepaskan sedangkan pada masa
kehamilanendometrium akan tumbuh menebal diikuti dengan bertambah banyaknyapembuluh
darah yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin.
 Miometrium (lapisan otot polos)Otot polos di bagian dalam miometrium berbentuk sirkuler
sedangkan dibagian luarnya berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan
otot oblik yang berbentuk anyaman. Lapisan otot polos ini merupakanbagian yang paling
penting pada proses persalinan karena setelah proseslahirnya plasenta otot-otot ini akan
berkontraksi dengan kuat guna menjepitpembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitarnya
sehingga dapat mencegahterjadinya perdarahan post partum.
 Perimetirum atau lapisan serosa (peritoneum viseral)Lapisan ini terdiri dari lima ligamentum
yang berfungsi untuk mengfiksasi dan menguatkan uterus.

D. Etiologi

Hingga saat ini penyebab pasti dari mioma uteri masih belum diketahuidan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Mioma merupakan sebuah tumormonoklonal yang dihasilkan dari mutasi
somatik dari sebuah sel neoplastiktunggal yang berada di antara otot polos miometrium. Tumbuh mulai
dari benihmultiple yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium sangat lambat tetapiprogresif.
Terdapat korelasi antara pertumbuhan tumor dengan peningkatanreseptor estrogen-progesteron pada
jaringan mioma uteri, serta adanya faktorpredisposisi yang bersifat herediter, faktor hormon
pertumbuhan, dan HumanPlacental Lactogen. Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya
mutasisomatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakup rentetan perubahankromosom baik secara
parsial maupun keseluruhan. Aberasi kromosomditemukan pada 23%-50% dari mioma uteri yang
diperiksa dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 (del(7) (q 21) /q 21 q 32).

Pengaruh hormon dalam pertumbuhan dan perkembangan mioma antara lain:

a. Estrogen
Mioma uteri kaya akan reseptor estrogen. Meyer dan De Snoomengajukan teori Cell nest atau teori
genitoblast, teori ini menyatakan bahwauntuk terjadinya mioma uteri harus terdapat dua komponen
penting yaitu selnest (sel muda yang terangsang) dan estrogen (perangsang sel nest secara
terusmenerus). Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelincipercobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaanmaupun pada tempat lain dalam abdomen.
Hormon estrogen dapat diperolehmelalui penggunaan alat kontrasepsi yang bersifat hormonal.

Mioma uteri dijumpai setelah menarche. Seringkali terdapatpertumbuhan tumor yang cepat selama
kehamilan dan terapi estrogen eksogen.Mioma uteri akan mengecil pada saat menopause dan
pengangkatan ovarium.Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium
danwanita dengan sterilitas. Selama fase sekretorik, siklus menstruasi dankehamilan, jumlah reseptor
estrogen di miometrium normal berkurang. Padamioma reseptor estrogen dapat ditemukan sepanjang
siklus menstruasi, tetapiekskresi reseptor tersebut tertekan selama kehamilan.

b. Progesteron

Reseptor progesteron terdapat di miometrium dan mioma sepanjangsiklus menstruasi dan kehamilan.
Progesteron merupakan antagonis naturaldari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan tumor
dengan dua carayaitu mengaktifkan 17 - Beta hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlahreseptor
estrogen pada tumor.

E. Faktor Predisposisi
1. Umur

Frekuensi kejadian mioma uteri paling tinggi terjadi antara usia 35-50tahun yaitu mendekati angka 40%,
sangat jarang ditemukan pada usia dibawah20 tahun, sedangkan pada usia menopause hampir tidak
pernah ditemukan.Pada usia sebelum menarche kadar estrogen rendah, dan meningkat pada usia
reproduksi, serta akan turun pada usia menopause, pada wanita menopausemioma uteri ditemukan
sebesar 10%. Proporsi mioma meningkat pada usia 35-45 tahun. Penelitian Chao-Ru Chen di New York
menemukan wanita kulitputih umur 40-44 tahun beresiko 6,3 kali menderita mioma uteri
dibandingkanumur < 30 tahun. Sedangkan pada wanita kulit hitam umur 40-44 tahunberesiko 27,5 kali
untuk menderita mioma uteri jika dibandingkan umur < 30tahun.

2. Riwayat Keluarga

Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita miomauteri mempunyai 2,5 kali
kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkandengan wanita tanpa garis keturunan penderita
mioma uteri. Pada wanitatertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri
lebihtinggi.

3. Obesitas

Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. Hal ini mungkinberhubungan dengan konversi
hormon androgen menjadi estrogen oleh enzimaromatase di jaringan lemak. Hasilnya terjadi
peningkatan jumlah estrogentubuh, dimana hal ini dapat menerangkan hubungannya dengan
peningkatanprevalensi dan pertumbuhan mioma uteri.

4. Paritas
Wanita yang sering melahirkan lebih sedikit kemungkinannya untukterjadinya perkembangan mioma ini
dibandingkan wanita yang tidak pernahhamil atau satu kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma
uteriberkembang pada wanita yang tidak pernah hamil atau hanya hamil satu kali.

5. Kehamilan

Angka kejadian mioma uteri bervariasi dari hasil penelitian yang pernahdilakukan ditemukan sebesar
0,3%– 7,2% selama kehamilan. Kehamilan dapatmempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Kedua keadaan ini
adakemungkinan dapat mempercepat pembesaran mioma uteri. Kehamilan dapat juga mengurangi
resiko mioma karena pada kehamilan hormon progesteron lebih dominan.

F. Klasifikasi
 Mioma Subserosa

Mioma subserosa merupakan mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosauterus dan dapat
bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai, dapat hanyasebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu
massa yang dihubungkan denganuterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di
dalamligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yangcukup besar akan
mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatandengan omentum di sekitarnya
menyebabkan sistem peredaran darah diambilalih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin
mengecil danterputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebasdalam
rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis mondering atau parasitic fibroid.
Jarang sekali ditemukan satu macam miomasaja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol
ke dalam satusaluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabilamioma
dibelah maka akan tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polosdan jaringan ikat yang tersusun
sebagai kumparan (whorle like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karenapertumbuhan sarang mioma ini.

 Mioma intramural

Mioma intramural atau insterstisiel merupakan mioma yang berkembang diantara miometrium
dan biasanya multiple. Apabila masih kecil, mioma tidakakan merubah bentuk uterus tetapi bila besar
mioma akan menyebabkan uterusberbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat, uterus bertambah
besar, danberubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berartikecuali rasa
tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelahbawah. Mioma yang terletak pada
dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke
atas,sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

 Mioma submukosa

Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus atau endometrium dan tumbuh kearah kavum
uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Pengaruhnya pada
vaskularisasi dan luas permukaan endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Bila
tumor initumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut
mioma geburt, yang harus diperhatikan dalam menangani mioma bertangkai (mioma submukosa
pedinkulata) ialah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko infeksi sangatlah tinggi.
Mioma submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui
vagina.Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi. Mioma
submukosa umumnya dapat diketahui dengan tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret,
dikenal sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai
tumor.

G. Manifestasi Klinis

Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung darilokasi, arah pertumbuhan, jenis,
besar, dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada35%–50% saja mioma uteri menimbulkan keluhan
sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun, terutama pada penderita dengan obesitas. Berbagai keluhan
penderita mioma uteri antara lain dapat berupa:

a. Massa di Perut Bawah

Penderita mengeluh merasakan adanya massa atau benjolan di perutbagian bawah.

b. Pendarahan Abnormal

Teori yang menjelaskan pendarahan yang disebabkan mioma uteri menyatakan terjadi perubahan
struktur vena pada endometrium dan miometrium yang menyebabkan terjadinya venule ectasia.
Pendarahan pada mioma submukosa seringkali diakibatkan oleh hambatan pasokan darah
endometrium, tekanan,dan bendungan pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau
ulserasiendometrium di atas tumor.

c. Perut (Pelvic Discomfort )

Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian terjadi gangguan
vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi,
torsi tangkai mioma atau kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa
darikavum uteri, dalam hal ini sifatnya akut, disertai dengan rasa mual dan muntah-muntah.

d. Pressure Effect ( Efek tekanan)

Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia, dan
infertilitas. Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter,kandung kemih dan
rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melaluipemeriksaan IVP, kontras saluran cerna,
rontgen, dan MRI. Abortus spontan dapat disebabkan oleh efek penekanan langsung mioma terhadap
kavum uteri.

e. Penurunan Kesuburan dan Abortus

Penurunan kesuburan dapat terjadi apabila sarangmioma menutup atau menekan pars interstisialis
tuba, sedangkan miomasubmukosa dapat memudahkan terjadinya abortus karena distorsi rongga
uterus.

H. Perubahan Sekunder Mioma Uteri

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi, antara lain
(Prawiharjo,2008):
 Atrofi : sesudah menopause maupun sesudah kehamilan, mioma uteri menjadi kecil.
 Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.
 Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar
(Manuaba dkk, 2010).
 Degenerasi membatu calcireous degeneration : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut
karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
 Degenerasi merah carneous degeneration : perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan
nifas. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis,
haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai
(Wiknjosastro, 2008. Universitas Sumatera Utara).
I. Diangnosis Mioma Uteri

Beberapa tindakan yang dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis mioma uteri adalah:

 Wawancara medis, dokter akan menanyakan gejala yangdikeluhkan dan riwayat penyakit
keluarga.
 Pemeriksaan fisik, dilakukan dengan memeriksa keadaan perut dan panggul untuk memastikan
gejala fisik dari mioma uteri.
 Pemeriksaan USG (ultrasonografi), yaitu pemeriksaan menggunakan gelombang suara untuk
mendapatkan gambar rahim.

 Magnetic Resonance Imaging (MRI), yaitu pemeriksaan menggunakan medan magnet dan
gelombang radio untuk melihat ukuran dan lokasi mioma uteri.

 Histeroskopi, dilakukan dengan memasukkan selang tipis dan lentur yang dilengkapi oleh
kamera melalui vagina untuk memeriksa kondisi rahim.
J. Tata Laksana

Penatalaksaaan mioma uteri atau tumor jinak otot rahim mencakup observasi, medikamentosa, atau
pembedahan:

1. Observasi

Observasi dilakukan jika pasien tidak mengeluh gejala apapun karena diharapkan saat menopause,
volume tumor akan mengecil.

2. Medikamentosa

Diberikan untuk mengurangi perdarahan, mengecilkan volume tumor, dan sebagai prosedur pre-
operatif. Terapi medika mentosa masih merupakan terapi tambahan (adjuvan) atau terapipengganti
sementara dari operatif. Preparat yang selalu digunakan untuk terapi medika mentosa adalah analog
GnRHA (Gonadotropin Realising Hormon Agonis), progesteron, androgen (danazol, gestrinon),
tamoksifen, goserelin, anti prostaglandin (NSAID), COCs (combination oral contraceptive pills),agen-agen
lain seperti gossypol dan amantadine (Chegini dkk., 2003;Parsanezhad dkk., 2012).

3. Pembedahan

Jenis pembedahan mencakup histerektomi dan miomektomi. Pilihan operasi disesuaikan dengan kondisi
dan keinginan pasien.

Miomektomi
Tindakan pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat
dikerjakan misalnya pada mioma submukosa dan mioma geburt dengan cara ekstirpasi lewat
vagina.
 Histerektomi
Tindakan pengangkatan uterus yang paling umum dilakukan pada kasus mioma uteri.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah timbulnya mioma uteri
berulang atau timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi untuk mioma uteri dapat
dilakukan secara vaginall ,abdominally, atau laparoscopically.
 Bedah laparoskopi
Laparoskopi adalah sebuah teknik melihat ke dalam perut tanpa melakukan pembedahan besar,
walaupun awalnya adalah prosedur ginekologi, laparoskopi semakin sering digunakan dalam
pembedahan cabang lain.
K. Komplikasi
 Torsi (putaran tangkai)

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami putaran atau torsi sehinggatimbul gangguan sirkulasi
akut yang berujung nekrosis, dengan demikianterjadilah sindroma abdomen akut, namun jika torsi
terjadi secara perlahanmaka gangguan akut tidak terjadi secara perlahan maka gangguan akut tidak
terjadi.

 Gangguan Hormonal

Beberapa hormon yang diketahui dapat dikeluarkan oleh mioma uteri adalah:

a. Produksi otonom eritropoietin menyebabkan polisitemia


b. Produksi otonom protein parathyroid-hormone related menyebabkan hiperkalsemia
c. Hiperprolaktinemia

 Prolaps Uteri

Salah satu komplikasi yang jarang terjadi juga adalah prolaps mioma uteri melalui serviks. Komplikasi ini
sering terjadi pada mioma uteri submukosa. Pasien yang mengalami prolaps uteri dapat mengeluhkan
massa pada serviks, perdarahan, dan juga terjadi ulkus atau infeksi.

L. Prognosis

Prognosis mioma uteri dengan lesi soliter biasanya sangat baik, khususnya bila dilakukan eksisi. Fertilitas
dapat terpengaruh, tergantung dari ukuran dan lokasi mioma. Mioma uteri sendiri jarang
bertransformasi menjadi kanker. Kanker biasanya muncul pada wanita-wanita setelah mengalami
menopause. Tanda bahaya dari kanker yang paling umum adalah tumor yang tumbuh secara cepat dan
membutuhkan pembedahan.[Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri 25,23]

M. Pencegahan Mioma Uteri


1. Pencegahan Primordial

Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelumterdapat resiko mioma
uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu denganmengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti
sayuran dan buah.

2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan pencegahan awal sebelum seseorang menderitamioma. Upaya


pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenaifaktor-faktor resiko mioma terutama
pada kelompok yang beresiko yaituwanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan
terhadappemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KBkombinasi (mengandung
estrogen dan progesteron), pil kombinasimengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil,
oleh karenapertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen.

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri,tindakan ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan
diagnosa dini dan pengobatan yang tepat

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier merupakan upaya yang dilakukan setelah penderita melakukan pengobatan.
Pencegahan pada tahap ini berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah
timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal yang
menyebabkan mioma uteri, namun merupakan gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan
yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya. Penderita pasca
operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa pemulihan.

BAB 3

LAPORAN KASUS

Nama Mahasiswi : Nailatul Amni

Nim : 22020002

Rumah Sakit : RSUD TGK ABDULLAH SYAFI’I, Beureunuen

Pengkajiaan diambil : 20 Februari 2023

Identitas Pasien
Nama : Ny. A

Tanggal Lahir : 12 Juli 1997

Usia : 36 tahun

No.RM : 004995

Alamat : Riweuk

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku bangsa : Aceh

Status : Menikah

Tanggal masuk RS : 20 Februari 2023

Anamnesis

Keluhan Utama:

Ny. A datang ke RS dengan keluhan ada benjolan didalam perut, mengeluh nyeri perut bagian bawah
dan kram di area panggul.

Riwayat Perjalanan Penyakit

Ny. A mengetahui penyakit yang dialami sejak 5 tahun yang lalu, setalah korek tetapi tidak merasakan
sakit. Ny. A mengeluh nyeri pada perut bagian kiri bawah hingga tembus ke punggung bawah sejak 35
hari yang lalu, sebelumnya pasien tidak pernah mengeluhkan nyeri seperti yang sedang dialami saat ini.
Nyeri dirasakan terus menerus sehingga pasien memutuskan untuk datang ke Poli Bedah pada tanggal
09 februari 2023 RSUD TAS dr. Agung Sp.OG. Di Poli Bedah dilakukan USG dan didapatkan hasil USG
kesan curiga benjolan di dalam perut (myoma uteri), sehingga dari Poli Bedah pasien dikonsulkan ke Poli
Kandungan, dari hasil anamnesis serta pemeriksaan bimanual dan USG di Poli Kandungan pasien
didiagnosis dengan myoma uteri.

Pada tanggal 20 Februari 2023 Ny.A kembali datang ke RSUD TAS untuk persiapan operasi. Saat datang
pasien masih mengeluh nyeri pada perut bagian kiri bawah namun intensitasnya sedikit berkurang dan
sifat nyerinya hilang timbul, keluhan juga tidak disertai dengan keluarnya darah dari vagina.

Riwayat Penyakit Dahulu dan Operasi

Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit kista. Pasien juga pernah dilakukan operasi kista tersebut.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada riwayat anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sehubungan dengan keluhan
yang dialami pasien.

Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Pola makan pasien sehari-hari baik dan teratur. Pasien
mengaku tidak memiliki kecenderungan mengonsumsi jenis makanan tertentu. Hubungan pasien
dengan keluarga serta lingkungan sekitar baik.

Riwayat Menarche : 13 tahun

Riwayat Menstruasi : Tidak teratur, ada yang 1 kali sebulan(siklus haid 30 hari),
lama haid 6 hari, dismenore/nyeri haid(+).

Riwayat Marital : Menikah 1 kali (usia pernikahan 14 tahun)

Riwayat Obstetri : Laki-laki/9th/spontan/bidan/3500 gram

Riwayat ANC : -

HPHT : 09 februari 2023

HPL : -

Riwayat Kontrasepsi : KB Suntik 3 bulan

Pemeriksaan Fisik Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis (GCS 15-14)

Tanda-tanda vital:

TD : 125/80 mmHg

N : 96x/menit

R : 22x/menit

T : 36,0 °C

TB : 155 cm

BB : 60 kg

Kepala : Anemis (-) Ikterik (-) Sianosis (-) Dispneu (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), Bendungan Vena Leher (-)

Thorax/Jantung : S1 S2 tunggal, reguler, ekstrasistol (-) gallop (-), murmur (-)

Paru : Vesikuler +/+ Rhonki -/- Wheezing -/-

Ekstremitas : Akral hangat +/+ Oedem -/-

Status Obstetri

Abdomen : Inspeksi : Flat, BSC (-)

Auskultasi : Bu (+) Normal


Perkusi : Timpani

Palpasi : Soepel

Genitalia : Fluxus (+)

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium

Resume

Ny. A usia 36 tahun datang ke Poli Bedah RSUD TAS dr. Agung Sp.OG mengeluh nyeri pada perut bagian
kiri bawah hingga tembus ke punggung bawah sejak 35 hari yang lalu, sebelumnya pasien tidak pernah
mengeluhkan nyeri seperti yang sedang dialami saat ini. Nyeri dirasakan terus menerus sehingga pasien
memutuskan untuk datang ke Poli Bedah pada tanggal 09 februari 2023 RSUD TAS dr. Agung Sp.OG. Di
Poli Bedah dilakukan USG dan didapatkan hasil USG kesan curiga benjolan di dalam perut (myoma uteri),
sehingga dari Poli Bedah pasien dikonsulkan ke Poli Kandungan, dari hasil anamnesis serta pemeriksaan
bimanual dan USG di Poli Kandungan pasien didiagnosis dengan myoma uteri. Pada tanggal 20 Februari
2023 Ny.A kembali datang ke RSUD TAS untuk persiapan operasi. Saat datang pasien masih mengeluh
nyeri pada perut bagian kiri bawah namun intensitasnya sedikit berkurang dan sifat nyerinya hilang
timbul, keluhan juga tidak disertai dengan keluarnya darah dari vagina.

Diagnosis

Mioma uteri

Penatalaksanaan

Tatalaksanaan awal di IGD:

1. IVFD RL 20 tpm
2. Injeksi Ceftriaxone 2 gr
3. Asam traneksamat 2×1
4. Injeksi Santagesik 3x500mg
5. Injeksi Metoclopramide 3x10mg

Saran

Tindakan penanganan bisa berupa terapi pengobatan.


SOAP

S:

Nama : Ny. A

Tanggal Lahir : 12 Juli 1997

Usia : 36 tahun

No.RM : 004995

Alamat : Riweuk

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku bangsa : Aceh

Status : Menikah

Tanggal masuk RS : 20 Februari 2023

O:

Keluhan utama:

Ny. A datang ke RS dengan keluhan ada benjolan didalam perut, mengeluh nyeri perut bagian bawah
dan kram di area panggul.

Tanda-tanda vital:

TD : 125/80 mmHg

N : 96x/menit

R : 22x/menit

T : 36,0 °C

TB : 155 cm

BB : 60 kg

Kepala : Anemis (-) Ikterik (-) Sianosis (-) Dispneu (-)

Leher : Pembesaran KGB (-), Bendungan Vena Leher (-)

Thorax/Jantung : S1 S2 tunggal, reguler, ekstrasistol (-) gallop (-), murmur (-)

Paru : Vesikuler +/+ Rhonki -/- Wheezing -/-

Ekstremitas : Akral hangat +/+ Oedem -/-


A:

Mioma Uteri

Mioma uteri merupakan suatu istilah kedokteran untuk tumor jinak yang terdapat pada dinding rahim,
yang terdiri dari otot dan jaringan fibrosa. Mioma uteri bisa disebabkan oleh perubahan genetik dan
faktor hormonal. Namun, mekanisme belum dapat secara pasti dijelaskan. Faktor risiko mioma uteri
adanya riwayat penyakit serupa dalam keluarga, ras, menstruasi pertama di usia yang terlalu muda, dan
gaya hidup.

P:

Anjuran untuk pasien :

 Istirahat yang cukup


 Personal hygiene
 Makan makanan bergizi
 Melakukan olahraga dan aktivitas fisik secara rutin dan teratur.

Terapi sesuai anjuran dokter:

 IVFD RL 20 tpm
 Injeksi Ceftriaxone 2 gr
 Asam traneksamat 2×1
 Injeksi Santagesik 3x500mg
 Injeksi Metoclopramide 3x10mg

Masalah belum teratasi:

Terapi pengobatan (Operasi) dilanjutkan.

Monitoring:

1. Keadaan umum
2. Tanda-tanda vital
3. Planning
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, A. 2003.Endokrinologi Ginekologi. Edisi Kedua. Jakarta: MediaAesculapius.

Chegini, N., J. Verala, X. Luo, J. Xu, dan R. S. Williams RS. 2003. Geneexpression profile of leiomyoma and
myometrium and the effect ofgonadotropin releasing hormone analogue therapy.Journal of the Society
for Gynecologic Investigation. 10(3): 161-71.

Djuwantono, T. 2004. Terapi GnRH agonis sebelum histerektomi. Mioma:Farmacia. 3:38-41.

Goodwin, S. C. dan T. B. 2009. Uterin fibroid embolization. New EnglandJournal of Medicine. 361: 690-
697

Hall, J. E. 2016.Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. EdisiKetigabelas. Philadelphia: Elsevier,
Inc.

Hoffman, B. L., J. O. Schorge, J. I. Schaffer, L. M. Halvorson, K. D. Bradshaw,F. G. Cunningham.


2012.Williams Gynecology. Edisi Kedua. United States:The McGraw-Hill Companies, Inc.

Indarti, J. 2004.Panduan Kesehatan Wanita. Jakarta: Puspa Swara.

Ana fitri. 2023. Usia menarche pada pasien mioma uteri di Poli Kandungan DI RSUD TGK ABDULLAH
SYAFI'I BEREUNUEN. Aceh, Indonesia Jurnal Penelitian Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai