LA Gadar - NI Kadek Omasti

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN


KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL
DI PUSKESMAS BANJAR I
TANGGAL 21 MARET S.D 15 APRIL 2022

Oleh :
NI KADEK OMASTI
NIM. P07124321159

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI PROFESI BIDAN
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIK KEBIDANAN
KOLABORASI PADA KASUS ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN MATERNAL IBU ”PA” USIA 28 TAHUN
PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III DENGAN APB PERDARAHAN AKTIF
dan ANEMIA
DI RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 27 MARET 2022

OLEH:

NI KADEK OMASTI
NIM. P07124321159

TELAH DISAHKAN
DENPASAR, APRIL 2022

Mengetahui, Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan

Ni Luh Putu Sri Erawati,S.Si.T.,MPH Dewa Ayu Indrayuni,A.Md.Keb


NIP. 197508252000122002 NIP.198106182009022005

MENGETAHUI
KETUA PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

Ni Wayan Armini, SST., M.Keb


NIP. 19810130 200212 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan akhir mata kuliah praktik kebidanan
kolaborasi pada kasus patologi dan komplikasi pada “ Ibu PA Usia 28 Tahun
Primigravida Trimester III Dengan APB dan Anemia” di RSUD Kabupaten
Klungkung sesuai dengan rencana. Penulis berterima kasih kepada :
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S. Si.T., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar.
2. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Denpasar
3. Dr Ni Komang Yuni Rahyani,S.SiT.,M.Kes selaku Koordinator MK Praktik
Kebidanan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
4. Ni Luh Putu Sri Erawati, S,Si,T,MPH. selaku pembimbing Institusi dalam MK
Praktik Kebidanan Kolaborasi Pada Kasus Patologi dan Komplikasi
5. Dewa Ayu Indrayuni,A.Md.Keb sebagai pembimbing lapangan dalam
penyusunan laporan akhir MK Praktik Kebidanan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah membantu
dalam penyusunan laporan akhir ini.
Penulis sangat berharap laporan akhir ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai praktik kebidanan kolaborasi pada
kasus patologi dan komplikasi. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik dan
saran untuk perbaikan laporan selanjutnya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Denpasar, April 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………… i


LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................................2
C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus.......................................................................3
D. Manfaat Penulisan Laporan..........................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................................4
A. KEHAMILAN RESIKO TINGGI................................................................................4

B. PERDARAHAN ANTEPARTUM………………………………………… 5
C. ANEMIA KEHAMILAN............................................................................................8
D. NON STRES TEST.....................................................................................................9
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................................11
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................................19
BAB V PENUTUP................................................................................................................21
A. Kesimpulan................................................................................................................21
B. Saran..........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan
yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan
yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan kematian
(Manuaba, 2010). Terdapat kondisi-kondisi dimana terjadi kehamilan beresiko
tinggi yaitu suatu keadaan dimana kesehatan ibu dan bayi dalam kandungan bisa
terancam. Kasus gawat darurat obstetri merupakan kasus obstetri yang apabila
tidak segera ditangani akan mengakibatkan kemtian ibu dan janinnya. Ada
beberapa faktor resiko kegawatdarutan masa kehamilan dintaranya, Ante partum
bleeding APB) atau perdarahan sebelum persalinan. Perdarahan persalinan yang
terjadi pada Trimester III diantaranya disebabkan karena plasenta previa
(Rahyani, 2021).
Data epidemiologi plasenta previa secara nasional belum diketahui, namun
dilaporkan bahwa plasenta previa adalah penyebab 3% perdarahan dalam
kehamilan di Indonesia. Sebuah studi di Lampung melaporkan adanya 3856
persalinan sepanjang tahun 2011 di RSUDAM Provinsi Lampung. Dari jumlah
tersebut, didapatkan 3% memiliki penyulit perdarahan antepartum akibat plasenta
previa. Plasenta merupakan salah satu penyebab kematian ibu pada perdarahan
trimester ketiga. Namun seiring dengan membaiknya pelayanan obstetrik, tingkat
mortalitas ibu menurun jauh, the Center for Disease Control and Prevention
(USA) melaporkan tingkat mortalitas 0.03%.
Studi menunjukkan bahwa wanita hamil dengan plasenta previa mengalami
tingkat APB yang lebih tinggi daripada wanita pada umumnya. Prevalensi dapat
bervariasi karena usia ibu, lokasi previa (anterior vs. Posterior), tipe previa
(lengkap vs. Tidak lengkap), sifat populasi yang diteliti, kebiasaan gaya hidup,
penggunaan kriteria diagnosis yang berbeda dan potensi lainnya (Rahyani,2021)
Pelayanan antenatal care pertama bertujuan untuk skrining faktor risiko
dilakukan oleh Dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang
pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal seperti biasa,

1
kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan skrining. Salah satu pendekatan
faktor resiko yang dapat digunakan untuk skrining adalah berdasarkan Skor Poedji
Rochjati.
Praktik kebidanan saat ini lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian
dan pengalaman praktek terbaik dari para praktisi dari segala penjuru dunia
(evidace base practice). Pelayanan kebidanan dan kesehatan ibu dan anak yang
diberikan berdasarkan evidance base ini mencakup di berbagai tingkat pelayanan
seperti tingkat dasar di komunitas, pusat rujukan di komunitas maupun pusat
rujukan rumah sakit. Rutinitas yang tidak terbukti manfaatnya kini tidak
dianjurkan lagi.
Dalam pelaksanaan praktek kebidanan kolaborasi pada kasus patologi dan
komplikasi ini perlu diterapkan asuhan kebidanan yang berdasarkan pedoman
pelaksanaan pelayanan antenatal care di masa adaptasi kebiasaan baru, evidance
base serta skrining faktor resiko. Hal tersebut menyebabkan mahasiswa tertarik
untuk melakukan asuhan pada Ibu PA umur 28 tahun Primigravida trimester III
dengan APB. Ibu melakukan ANC di Doter SPOG dan Rumah sakit, Plasenta
previa terdeteksi ketika usia kehamilan 4 bulan. Jika diklasifikasikan menurut
skor pudji Rochjati ibu PM memperoleh skor 10 dengan termasuk dalam
kelompok kehamilan resiko tinggi sehingga bidan dalam memberikan asuhan
berkolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan kasus di Rumah sakit.
Peran bidan sangat penting khususnya dalam menurunkan angka kematian ibu
( AKI ) dan angka kematian bayi ( AKB ). Bidan diharapkan mampu mendukung
usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yakni melalui peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, yakni melalui peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan, terutama perannya dalam mendukung pemeliharaan kesehatan kaum
ibu saat mengandung hingga membantu proses melahirkan ( Hidayat & Sujiyatini,
2011 ).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan manajemen Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal Di RSUD Kabupaten menggunakan SOAP.

2
2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian, menginterprestasikan data pada ibu hamil


dengan APB.
b. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah/diagnosa potensial yang dapat
terjadi pada ibu dan janin dengan APB.
c. Mampu melaksanakan tindakan kebidanan sesuai dengan kebutuhan masalah
pada ibu hamil dengan APB.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Pengambilan kasus dilakukan pada tanggal 27 Maret 2022 di RSUD
Kabupaten Klungkung
D. Manfaat Penulisan Laporan
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Sebagai masukkan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan khususnya
pada kasus kehamilan resiko tinggi dan kasus kegawatdaruratn, sehingga dapat
mengurangi mortalitas dan mordibitas pada ibu maupun janin.
b. Bagi Bidan
Bidan diharapkan mampu menambah pengetahuan dan ketrampilan dan
melakukan kolaborasi dalam penatalaksanaan ibu hamil resiko tinggi serta
meningkatkan pelayanan pada pasien, untuk meminimalkan risiko komplikasi
baik pada ibu maupun janin.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Mahasiswa
Memperluas dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya tentang
ibu hamil dengan resiko tinggi dan diharapkan mahasiswa mampu melakukan
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi.

3
BAB II
KAJIAN TEORI

A. KEHAMILAN RESIKO TINGGI


1. Pengertian
Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu
maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2012). Kehamilan resiko
tinggi adalah kehamilan yang dapat menyebabkan ibu hamil dan bayi menjadi
sakit atau meninggal sebelum kelahiran berlangsung (Indrawati, 2016). Patologi
kehamilan adalah penyulit atau gangguan atau komplikasi yang menyertai ibu saat
hamil (Sujiatini,2009). Ada beberapa macam patologi kebidanan yang harus di
antisipasi oleh setiap bidan dan tenaga kesehatan lainnya : patologi kehamilan,
patologi persalinan, patologi nifas, asuhan kebidanan patologi
2. Kriteria Kehamilan Resiko Tinggi
Kehamilan risiko tinggi dibagi menjadi 3 kategori menurut Rochjati (2014),
yaitu :
a. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2
Merupakan kehamilan yang tidak disertai oleh faktor risiko atau penyulit
sehingga kemungkinan besar ibu akan melahirkan secara normal dengan ibu dan
janinnya dalam keadaan hidup sehat.
b. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan skor 6-10
Merupakan kehamilan yang disertai satu atau lebih faktor risiko/penyulit baik
yang berasal dari ibu maupun janinnya sehingga memungkinkan terjadinya
kegawatan saat kehamilan maupun persalinan namun tidak darurat.
c. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRTS) dengan jumlah skor >12
Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) merupakan kehamilan dengan faktor
risiko:
1) Perdarahan sebelum bayi lahir, dimana hal ini akan memberikan dampak gawat
dan darurat pada ibu dan janinnya sehingga membutuhkan rujukan tepat waktu
dan penanganan segera yang adekuat untuk menyelamatkan dua nyawa.
2) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, dimana tingkat kegawatannya
meningkat sehingga pertolongan persalinan harus di rumah sakit dengan ditolong
oleh dokter spesialis.

4
B. PERDARAHAN ANTEPARTUM

1. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah minggu ke
28 masa kehamilan.
2. Penyebab
a. Plasenta

5
Meliputi plasenta previa, solusio plasenta dan ruptura sinus marginal.
b. Lokal pada saluran genitali
1. Show
2. Serviks : servisitis, polip, erosi serviks dan keganasan
3. Trauma : trauma saat hubungan seksual
4. Vulvovaginal varicosities
5. Tumor saluran genital
6. Infeksi saluran genital
7. Hematuria
c. Insersi tali pusat
Meliputi vasa previa
Plasenta previa merupakan penyebab utama perdarahan antepartum.
Perdarahan akibat plasenta previa terjadi secara progresif dan berulang
karena proses pembentukan segmen bawah rahim. Sampai saat ini belum
terdapat definisi yang tetap mengenai keparahan derajat perdarahan
antepartum. Seringkali jumlah darah yang keluar dari jalan lahir tidak
sebanding dengan jumlahperdarahan sebenarnya sehingga sangat penting
untuk membandingkan jumlah perdarahan dengan keadaan klinis pasien.
Terdapat beberapa definisi yang dapat digunakan untuk menggambarkan
perdarahan antepartum:
a. Spotting – terdapat bercak darah pada pakaian dalam
b. Perdarahan minor – kehilangan darah < 50 mL
c. Perdarahan mayor – kehilangan darah 50–1000 mL tanpa tanda klinis
syok
d. Perdarahan masif – kehilangan darah > 1000 mL dengan/tanpa tanda
klinis syok

C. Kelainan Implantasi Plasenta

Sebagian besar plasenta akan berimplantasi pada yang tempat yang subur

6
agar dapat memberikan nutrisi yang cukup bagi janin yaitu pada dinding
uterus bagian depan maupun belakang fundus uteri. Namun, hal ini tidak
selalu terjadi sehingga menyebabkan berbagai kelainan implantasi
plasenta. Kelainan implantasi plasenta dibagi menjadi :
a. Kelainan lokasi implantasi pada bagian bawah uterus.
Bentuk dari kelainan ini berupa :
1. Plasenta previa totalis
2. Plasenta previa parsialis
3. Plasenta previa marginalis
4. Plasenta letak rendah
b. Kelainan kedalaman implantasi plasenta
Hal ini disebabkan oleh kesuburan endometrium yang tidak sama pada
cavum uteri, sehingga jonjot korialis berimplantasi menembus sampai
miometrium bahkan peritoneum yang melapisi uterus. Bentuk dari
kelainan kedalaman implantasi plasenta yaitu :
1. Plasenta akreta
2. Plasenta inkreta
3. Plasenta perkreta

D. PLASENTA PREVIA
1. Plasenta Previa

a. Pengertian
Plasenta previa adalah plasenta yangberimplantasi pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium uteri
internum. Membersarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim
kea rah proksimal memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim.
b. Klasifikasi
1) Plasenta previa totalis atau komplit adalah plaseta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum
2) Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum

7
3) Plasenta previa margialis adalah palsenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum
4) Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
lebuh kurang 2 cm dari ostium uteri internum
c. Insiden
Insiden yang biasanya mengalami palsenta previa pada paritas tinggi,
usia diatas 30 tahun, kehamilan ganda dan insiden berkisar 1,7%
sampai dengan 2,9%
d. Etiologi
Plasenta previa ini belum diketahui secara pasti. Vaskularisasi desidua
yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau
atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah
sesar, kerokan, miomektomi dan perempuan perokok
e. Gejala klinis
Pendarahan uterus keluar melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan
pertama sudah bisa terjad pada kehamilan dibawah usia 30 minggu
tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke
atas dan perdarahan berulang

f. Penanganan
1) Hamil dengan perdarahan TW II dan III harus dirawat dirumah
sakit
2) Posisi pasien tirah baring
3) Jika perdarahan berhenti dan masih premature, pasien dapat
dipulangkan atau rawat jalan
4) Jika jika perdarahan lagi dan banyak pasien dapat kembali ke
fasilitas kesehatan seperti rumah sakit

8
Pada kehamailan antara 24 minggu sampai 34 minggu duberikan steroid
dalam perawatan aternal untuk pematangan paru janin

E. ANEMIA DALAM KEHAMILAN

1. Pengertian
Anemia adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel darah merah dan zat
pewarna merah pada sel darah kurang dari 12% gram (Winkjosastro,2002)
sedangkan Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan jumlah protein sel
darah merah dan zat pewarna merah pada sel darah dibawah 11% gram pada usia
kehamilan 4-7 bulan (Saifuddin,2002). Jadi Anemia bukan penyakit kurang darah
tapi, kurangnya sel darah merah karena jumlah protein sel darah merah dan zat
pewarna merah pada sel darah yang rendah dalam darah.
2. Kriteria anemia pada ibu hamil menurut WHO:
Hemoglobin kurang dari 11 gr% pada trimester pertama dan ketiga.
Hemoglobin kurang dari 10,5 gr% di trimester kedua.
Menurut Departemen Kesehatan dalam Wasdinar dan Tarwoto (2013), derajat
anemia adalah sebagai berikut:
a) Ringan Sekali: Hb 11 gr%-batas normal.
b) Ringan: Hb 8gr%- <11gr%.
c) Sedang: Hb 5gr%-<8gr%.
d) Berat: Hb < 5gr%.
3. Penyebab Anemia pada Ibu Hamil
Anemia pada ibu hamil bisa disebabkan karena anemia defisiensi besi dan asam
folat.
a) Anemia Defisiensi Besi
Menurut Wasnidar dan Tarwoto (2013) anemia defisiensi besi dapat
disebabkan oleh asupan yang tidak adekuat yaitu berhubungan dengan
kemampuan individu dan keluarga untuk mendapatkan makanan sumber zat besi,
kurangnya pengetahuan tentang pengolahan, sumber zat besi dan cara
mengkonsumsi zat besi, penyakit tertentu seperti gastritis yang mengganggu
penyerapan zat besi dan peningkatan kebutuhan dimana pada ibu hamil meningkat
200-300% dibanding wanita biasa, ketidakseimbangan antara intake dan output

9
yang menyebabkan kekurangan besi. Ibu hamil dengan anemia defisiensi besi
dapat ditegakkan dengan diagnosis: konsentrasi Hb <10 gr%, hematokrit <30%,
serum besi 50-60 mg/100ml dan saturasi transferring <15-16. Penatalaksanaan
pada ibu hamil dengan anemia defisiensi besi adalah mengatasi penyebab anemia
seperti perdarahan, cacingan dan pemberian nutrisi yang banyak mengandung
unsur zat besi, pemberian tablet besi selama kehamilan minimal 90 tablet sampai
masa nifas selesai. Pemberian tablet besi sebaiknya dilakukan pada jeda makan
dimana lambung tidak banyak makanan sehinga mudah diserap. Akibat anemia
zat besi pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan sel-sel
termasuk sel otak, berat badan lahir rendah, lahir prematur, dan perdarahan.
b) Anemia Defisiensi Asam Folat
Kebutuhan asam folat pada ibu hamil meningkat 2 kali lipat sebelum hamil.
Asam folat berfungsi untuk metabolisme makanan menjadi energi, sintesis DNA,
pematangan sel darah merah dan pertumbuhan sel janin dan plasenta. Normalnya
kadar serum folat pada ibu hamil >0,6 ng/ml jika <2 ng/ml mengindikasikan
anemia. Tanda dan gejala anemia kekurangan asam folat adalah pucat, diare,
depresi, cepat lelah, gangguan tidur dan perlambatan frekuensi nadi.Akibat ibu
hamil dengan anemia asam folat adalah berat badan lahir rendah, ablasio plasenta
dan kelainan bawaaan seperti spina bifida.
4. Cara Meningkatkan Asupan Fe dan Asam Folat
Menurut Cunningham (2013) peningkatan zat besi dan asam folat bisa dengan:
a) Mengkonsumsi protein hewani seperti daging, unggas, seafood, telur;
mengonsumsi sayuran hijau minimal 3 porsi setiap hari dan meningkatkan asupan
buah berwarna jingga dan merah segar seperti jeruk, pisang, kiwi, semangka, dan
nanas.
b) Mengkonsumsi makanan sumber asam folat seperti asparagus, bayam, buncis,
hati sapi, kembang kol, selada, kapri, kacang tanah, dan beras merah.
c) Menghindari faktor yang mengurangi penyerapan asam folat dan Fe seperti
alkohol, kopi, kontrasepsi oral, aspirin, obat penenang dan antikonvulsan (anti
kejang).
d) Mengkonsumsi vitamin C untuk meningkatkan penyerapan Fe dalam usus.

10
e) Mengkonsumsi makanan sumber vitamin B12 seperti daging, hati, ikan,
makanan fermentasi, yogurt, udang, dan susu.

5. Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Bersalin, Nifas dan Bayi

Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko pada kehamilan, bersalin,
nifas, dan hasil konsepsi. Dampak yang ditimbulkan bisa dilihat dalam tabel
berikut ini.
Kehamilan Persalinan Nifas Bayi
Dapat terjadi Gangguan his- Subinvolusi Abortus
abortus kekuatan mengejan uteri yang
menyebabkan
pendarahan
postpartum
Persalinan Kala pertama Mudah terjadi Terjadi
prematuritas berlangsung lama infeksi kematian
puerperiu intrauteri
m
Hambatan tumbuh Kala kedua lama Terjadi Persalinan
kembang janin dalam menyebabkan penurunan prematuritas
rahim kelelahan, sering produksi tinggi
kali diperlukan tindakan ASI
operasi
Mudah terjadi Kala tiga dengan Terjadi Berat Badan
infeksi retensi plasenta dan dekompensasi Lahir Rendah
pendarahan kordis
postpartum karena mendadak
atonia setelah
Uteri persalinan
Ancaman Kala empat terjadi Anemia kala Dapat terjadi
dekompensasi kordis perdarahan postpartum nifas cacat bawaan
(Hb< 6 gr%) dan atonia uteri
Molahidatidosa Mudah Bayi mudah

11
Hiperemesis terjadi mengalami
Gravidarum infeksi infeksi
mamae sampai
kematian
perinatal
Pendarahan Intelegensia
Antepartum lemah
Ketuban pecah dini

Sumber: Mangkuji (2012)

6. Penatalaksanaan Anemia Pada Ibu Hamil


Terapi oral dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat,
dan fero fumarat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikkan kadar Hb
sebanyak 1gr/dL/bulan. Pemberian terapi zat besi oral tidak boleh dihentikan
setelah hemoglobin mencapai nilai normal, tetapi harus dilanjutkan selama 2-3
bulan lagi untuk memperbaiki cadangan besi. Sebelum pemberian tablet Fe,
dikalkulasikan terlebih dahulu jumlah zat besi yang dibutuhkan. Misalnya Hb
sebelumnya 6 gr% maka kekuranganna adalah 12-6= 6 gr% sehingga
kebutuhan zat besi adalah 6 x 200 mg. Kebutuhan besi untuk mengisi cadangan
adalah 500 fig, maka dosis Fe secara keseluruhan adalah 1200+500= 1700 mg.
Hasil yag diharapkan Hb meningkat 0,3 gr - 1 gr per minggu. Efek samping
pemberian Fe yaitu konstipasi, berak hitam, mual dan muntah. (Proverawati
dan Asfuah, 2009).

12
F. NST DALAM KEHAMILAN

NON STRESS TEST (NST)

a. Pengertian

Batasan : cara pemeriksaan janin dengan menggunakan kardiotokografi, pada


umur kehamilan ≥ 32 minggu. Pemeriksaan ini dilakukan dengan maksud
melihat hubungan perubahan denyut jantung dengan gerakan janin

b. Fungsi

i) Pemeriksaan NST dilakukan untuk menilai gambaran djj dalam


hubungannya dengan gerakan / aktivitas janin. Adapun penilaian NST
dilakukan terhadap frekuensi dasar djj (baseline), variabilitas (variability) dan
timbulnya akselerasi yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal
Activity Determination / FAD).

ii) Dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan
apakah bayi menerima cukup oksigen. Umumnya dilakukan pada usia
kandungan minimal 26-28 minggu, atau kapanpun sesuai dengan kondisi bayi.

iii) Yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam
hubungannya dengan gerakan atau aktivitas janin. Pada janin sehat yang
bergerak aktif dapat dilihat peningkatan frekuensi denyut jantung janin.
Sebaliknya, bila janin kurang baik, pergerakan bayi tidak diikuti oleh
peningkatan frekuensi denyut jantung janin.

c. Patofisiologi

Aktifitas dinamika jantung dipengaruhi oleh sistem saraf autonom yaitu


simpatis dan parasimpatis. Bunyi jantung dasar dan variabilitas dari jantung
janin normal terjadi bila oksigenasi jantung normal. Bila cadangan plasenta
untuk nutrisi (oksigen) cukup, maka stres intrinsik (gerakan janin) akan
menghasilkan akselerasi bunyi jantung janin, dan stres ekstrinsik (kontraksi
rahim) tidak akan mengakibatkan deselerasi.

13
d. Cara Melakukan

Persiapan tes tanpa kontraksi :

Sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi hari 2 jam setelah sarapan dan tidak
boleh diberikan sedativa.

Prosedur pelaksanaan :

1) Pasien ditidurkan secara santai semi fowler 45 derajat miring ke kiri

2) Tekanan darah diukur setiap 10 menit

3) Dipasang kardio dan tokodinamometer

4) Frekuensi jantung janin dicatat

5) Selama 10 menit pertama supaya dicatat data dasar bunyi

6) Pemantauan tidak boleh kurang dari 30 menit

7) Bila pasien dalam keadaan puasa dan hasil pemantauan selama 30 menit
tidak reaktif, pasien diberi larutan 100 gram gula oral dan dilakukan
pemeriksaan ulang 2 jam kemudian (sebaiknya pemeriksaan dilakukan pagi
hari setelah 2 jam sarapan)

8) Pemeriksaan NST ulangan dilakukan berdasarkan pertimbangan hasil NST


secara individual

e. Indikasi

Semua pasien yang ada kaitannya dengan insufisiensi plasenta

f. Komplikasi

Hipertensi ortostatik

14
g. Cara Membaca

Pembacaan hasil :

a. Reaktif, bila :

1. Denyut jantung basal antara 120-160 kali per menit

2. Variabilitas denyut jantung 6 atau lebih per menit

3. Gerakan janin terutama gerakan multipel dan berjumlah 5 gerakan atau


lebih dalam 20 menit

4. Reaksi denyut jantung terutama akselerasi pola ”omega” pada NST yang
reaktif berarti janin dalam keadaan sehat, pemeriksaan diulang 1 minggu
kemudian

5. Pada pasien diabetes melitus tipe IDDM pemeriksaan NST diulang tiap
hari, tipe yang lain diulang setiap minggu

b. Tidak reaktif, bila :

1) Denyut jantung basal 120-160 kali per menit

2) Variabilitas kurang dari 6 denyut /menit

3) Gerak janin tidak ada atau kurang dari 5 gerakan dalam 20 menit

4) Tidak ada akselerasi denyut jantung janin meskipun diberikan rangsangan


dari luar

Antara hasil yang reaktif dan tidak reaktif ini ada bentuk antar yaitu kurang
reaktif. Keadaan ini interpretasinya sukar, dapat diakibatkan karena
pemakaian obat seperti : barbiturat, demerol, penotiasid dan metildopa

Pada keadaan kurang reaktif dan pasien tidak menggunakan obat-obatan


dianjurkan NST diulang keesokan harinya. Bila reaktivitas tidak membaik
dilakukan pemeriksaan tes dengan kontraksi (OCT)

15
c. Sinusoidal, bila :

1) Ada osilasi yang persisten pada denyut jantung asal

2) Tidak ada gerakan janin

3) Tidak terjadi akselerasi, janin dalam keadaan bahaya. Bila paru-paru janin
matur, janin dilahirkan. Gambaran ini didapatkan pada keadaan isoimunisasi-
RH

Jika pemeriksaan menunjukkan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi


dalam waktu 24 jam. Atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction
Stress Test). Bayi yang tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, walau begitu
pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

d. Hasil pemeriksaan NST disebut abnormal (baik reaktif ataupun non reaktif)
apabila ditemukan :

a. Bradikardi

b. Deselerasi 40 atau lebih di bawah (baseline), atau djj mencapai 90 dpm,


yang lamanya 60 detik atau lebih

Pada pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan terminasi kehamilan bila janin


sudah viable atau pemeriksaan ulang setiap 12-24 jam bila janin belum viable

Hasil NST yang reaktif biasanya diikuti oleh keadaan janin yang masih baik
sampai 1 minggu kemudian (dengan spesifitas sekitar 90%), sehingga
pemeriksaan ulang dianjurkan 1 minggu kemudian. Namun bila ada faktor
resiko seperti hipertensi/gestosis, DM, perdarahan atau oligohidramnion hasil
NST yang reaktif tidak menjamin bahwa keadaan janin akan masih tetap baik
sampai 1 minggu kemudian, sehingga pemeriksaan ulang harus lebih sering (1
minggu).

16
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOLABORASI PADA ASUHAN KEBIDANAN


KEGAWATDARURATAN MATERNAL IBU. ”PA” USIA 28 TAHUN
G1P0A0 UK 29 MINGGU 5 HARI T/H INTRAUTERINE DENGAN APB
PERDARAHAN AKTIF DAN ANEMIA

DI RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

Tempat pelayanan : Ruang PONEK

Tanggal diberikan pelayanan : 27 Maret 2022/ 00.10 wita

A. Data Subjektif
A. Biodata
IBU BASUAMI
Nama Ibu “PA” Tn. “MD”
Umur 28 tahun 24 29 tahun
Suku/ Bangsa Indonesia Bal Indonesia
Agama Hindu HI Hindu
Pendidikan Perguruan Tinggi D: Perguruan Tinggi
Pekerjaan Guru SMP Ka Guru SD
Alamat Rumah Dsn. Mamoran, Ds. Tojan, Kec.Klungkung.

No. Hp/ Rumah 081999386xxx 08


Jaminan Kesehatan BPJS Jal BPJS

1. Alasan memeriksakan diri / keluhan utama:


Ibu datang dengan keluhan keluar darah segar dari kemaluan sejak pukul 23.30
wita (26 maret 2022)
2. Riwayat Menstruasi:
Ibu mengatakan menstruasi pertama kali saat berumur 12 tahun, lama haid selama
2-3 hari dalam sehari dapat mengganti pembalut ±2 kali. Siklus haid ibu teratur

17
(28-30 hari), sifat darah encer dan ibu tidak mengalami keluhan saat menstruasi.
HPHT: 31-08-2021, TP: 07-06- 2022.

3. Riwayat pernikahan:
Ibu mengatakan ini pernikahan kedua , ibu baru menikah 4 bulan yang lalu (21
Desember 2021).
4. Riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya:
Ini adalah kehamilan pertama.
5. Riwayat hamil ini
a. Ibu ANC di Dokter kandungan, Puskesmas dan di RSUD Klungkung.
b. Status Imunisasi TT5
c. Obat / suplemen yang dikonsumsi:
Asam folat, B6 , SF dan kalsium. Ibu mengalami mual di awal kehamilan dan saat
ini keluhan sudah hilang.
d. Icthiar pemeriksaan sebelumnya: Sebelumnya ibu sudah melakukan
pemeriksaan di SPOG 3x kali ,di Puskesmas 1 kali, di rumah sakit 1x . Keluhan
awal kehamilan mual dan muntah. Ibu mengalami flek sejak usia kehamilan 3
bulan, ketika usia kehamilan kurang lebih 4 bulan ibu mengetahui bahwa plasenta
tumbuh tidak normal. Hasil USG tgl 8-2-2022 hasil plasenta menutupi OUI. Hasil
Lab : Hb= 10,9 gr/dl, VCT : NR, sipilis :NR. Pada tgl 20 Pebruari 2022 ibu
mengalami perdarahan dan dirawat di RSUD selama 4 hari. Sepulang dari RSUD
ibu tetap bedrest diruamh, namun setelah pada hari raya Saraswati tgl 26 Maret
ibu sempat duduk di luar kamar dan ngobrol dengan keluarga besar, sekitar pkl
23.30 ibu merasa keluar darah dari kemaluan, ibu segera diajak ke RSUD
Klungkung.
6. Riwayat Pemakaian Kontrasepsi
Ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
7. Kebutuhan Biologis
a. Kebutuhan bernafas
Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama bernafas
b. Pola makan

18
Ibu makan 3x/hari dengan porsi satu piring sedang, komposisi Nasi, lauk – pauk
ayam , telur, tempe tahu, dan sayur – sayuran. Pola minum Ibu minum ±6-7
gelas/hari jenis air putih
c. Pola eliminasi
Ibu mengatakan buang air besar 1x/hari dengan warna cokelat kekuningan
konsistensi lembek. Buang air kecil 2-3x/hari dengan warna kuning jernih. Ibu
mengatakan tidak ada masalah dalam buang air besar dan buang air kecil.
d. Gerakan janin
Gerakan janin dirasakan sejak umur kehamilan kira-kira 5 bulan, gerakan janin
saat ini dirasakan masih aktif
e. Hubungan seksual
Ibu mengatakan semenjak mengalami flek, ibu tidak berani melakukan hubungan
seksual hingga saat ini.
f. Aktivitas sehari – hari
Ibu mengatakan aktivitas sehari – hari mengajar dan melakukan aktivitas ringn di
rumah, namun semenjak ibu mengalami perdarahan ibu melakukan bedrest di
tempat tidur, ibu hanya bangun ketika ke toilet untuk mandi,BAK dan BAB
g. Kebersihan diri
Mandi: 2x/hari menggosok gigi: 2x/hari, keramas: 3x/minggu
Merawat payudara: ibu belum melakukan pemeriksaan payudara
Membersihkan alat kelamin: setiap habis BAB dan BAK, saat mandi, mengganti
pakaian dalam: 2x/hari, ibu sering mengalami keputihan saat sebelum hamil
Mencuci tangan: sebelum dan sesudah makan, setelah BAB dan BAK.
8. Kebutuhan psikologis
Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya, namun ibu merasa cemas karena
ibu mengalami flek dan cemas dengan kondisi plasentanya.
9. Kebutuhan sosial
Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar baik,
dukungan yang diterima baik, tidak pernah mengalami kekerasan fisik ataupun
mencederai orang lain, tidak pernah mengalami masalah rumah tangga. Untuk
pengambilan keputusan dilakukan secara bersama – sama Suami.
10. Kebutuhan spiritual

19
Ibu mengatakan tidak ada masalah dalam menjalani ibadah. Ibu dapat
menjalankan ibadah sesuai agamanya.
11. Perilaku dan gaya hidup
Ibu mengatakan tidak pernah diurut dukun, bukan perokok aktif maupun pasif,
tidak pernah/sedang mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
12. Riwayat penyakit
Ibu tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit seperti Asma, Hipertensi,
DM, Hepatitis, PMS, TBC, maupun alergi. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan. Tidak memiliki riwayat penyakit kandungan , namun ibu sering
mengalami keputihan dari remaja.
13. Keluhan-keluhan yang pernah dirasakan : mual muntah, flek dan perdarahan
14. Pengetahuan ibu
Ibu mengatakan sudah mengetahui perubahan fisik selama kehamilan, nutrisi
selama kehamilan, pola istirahat selama kehamilan dan perawatan kesehatan
selama hamil.
15. Pengetahuan tentang tanda bahaya kehamilan:
Ibu mengatakan sudah mengetahui tanda bahaya seperti perdarahan, dan gerak
bayi berkurang
16. Perencanaan persalinan
Ibu mengatakan akan melahirkan di RSUD Klungkung ditolong dokter.
Transportasi yang akan digunakan adalah mobil dengan suami sebagai
pendamping persalinan sekaligus pengambil keputusan dalam persalinan. Bila
suami berhalangan, ibu akan didampingi oleh mertua, untuk calon pendonor akan
disesuaikan dengan golongan darah ibu yaitu adik kandung ibu sendiri dan ipar.

B. DATA OBJEKTIF

(27-3-2022/00.20 WITA)

1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran: Composmentis GCS: 15 E: 4 V: 5 M:6
BB: 72 kg TD: 110/70mmHg , BB sebelum hamil = 55Kg R: 20x/menit,
Saturasi: 98 S:36,oC N=78x/mnt, TB ; 158cm LILA ; 34 cm.

20
Postur: Normal
Berat badan pemerikasan sebelumnya 72 kg (20- 2 - 2022),
Tekanan darah sebelumnya 110/60 mmHg
Penilaian nyeri: tidak ada rasa nyeri
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: simetris
b. Rambut: Bersih
c. Wajah: Normal
d. Mata:
1. Konjungtiva: merah muda
2. Sclera: putih
e. Hidung: bersih
f. Mulut
1. Bibir: merah muda
g. Telinga: bersih
h. Leher
1. Kelenjar limfe: Normal
2. Kelenjar tiroid: Normal
3. Vena Jugularis: Normal
i. Payudara:
1. Bentuk: Simetris
2. Putting: Menonjol
3. Pengeluaran: Tidak ada
4. Kebersihan: Baik
j. Dada : bentuk simetris
k. Perut
1) Inspeksi
a. Luka bekas operasi : tidak ada
b. Striae: tidak ada
c. Kelainan: tidak ada
2) Palpasi
a. Tinggi Fundus Uteri (TFU): 3 jr diatas pusat, McD = 22 cm

21
b. Palpasi leopold :
- Leopold I : Tfu 3 jari diatas pusat, teraba bagian lunak
- Leopold II : Teraba bagian memanjang pada sisi perut bagian kanan, pada
sisi kiri teraba bagian kecil janin
- Leopold III : Teraba bagian bulat, melenting dan bisa digoyangkan
c. TBBJ =1395 gram
3) Auskultasi : DJJ + 142x/mnt
4) Kondisi / keadaan lain: Tidak ada
l. Ekstremitas atas : Tidak ada oedema, kuku tidak cyanosis, ujung jari tidak
pucat
m. Ekstremitas bawah
Tungkai: simetris
Oedema: -/-
Reflek Pattela: +/+
Varises: -/-
Kondisi atau keadaan lain: Tidak ada
3. Pemeriksaan Khusus
a. Genetalia Eksterna : Mons Pubis, labia mayora, labia minora, klitoris tidak ada
kelainan dan oedema.
b. Genetalia Interna : tampak pengeluaran pervaginam berupa darah segar
c. Inspeksi anus : Normal
4. Pemeriksaan Khusus
a) Laboratorium
Hemoglobin : 10,4 gr/dl, Lekosit :11,00 (3,5-10), Eritrosit: 3,8 (3,5-5,5),
Hematokrit: 31,2 (35-55). Trombosit : 222 (145-450), MPV : 6,75 (6,90 -10,6),
BT =2:00 (1-5), CT =11:30 (6-15)
b) NST : hasil reaktif

C. ANALISIS

Diagnosa : G1P0A0 UK 29 minggu 5 hari T/H Intrauterine APB Perdarahan Aktif


dan Anemia
Diagnosa Potensial :
- Persalinan Preterm

22
- Gawat Janin
- BBLR
- Syok Hemoragik
- Persalinan dengan SC
Masalah :
ibu cemas dengan kondisinya

D. PENATALAKSANAAN

TANGGAL/JAM PENATALAKSANAAN NAMA&PARAF


Minggu, 27-3- 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan Bidan ni Kadek
2022 pukul 11.20 kepada ibu dan suami, ibu dan suami Omasti
wita mengerti dan paham.
2. Menghubungi dokter SpOG ( dr. I
Nyoman Gde Dwipa Mahardika,
M.Biomed.,Sp.OG ) untuk melaporkan
pasien baru, dokter sudah dihubungi,
advis dokter :
- Pasang infus IVFD RL 20 tpm
- Dexamethason sesuai protap :
1x12mg selama 2 hari
- Mikroges 1x200mg
- Nifedipin 20 mg
- Vitamin selama ANC dilanjutkan
- Konservatif Bedrest
3. Menjelaskan kembali kepada ibu perihal
advis dokter, dan meminta inform
konsent untuk tindakan yang akan
dilakukan, memotivasi ibu agar tetap
semnagat dan tidak cemas,ibu mengerti
dan bersedia dilakukan tindakan, ibu
masih merasa sedikit cemas.
4. Melaksanakan advis dokter,

23
- infus terpasang, tetesan lancar
20 tpm.
- Injeksi dexamethason 12 mg/IM
pada bokong kanan, tidak ada
reaksi alergi
- Memberikan mikroges 200 mg
dan Nifedipin 20 mg per oral,
obat diminum, tidak ada reaksi
alergi
5. KIE ibu untuk bedrest di tempat tidur
6. KIE tentang tanda bahaya ibu mengerti
dan berjanji akan melaporkan ke petugas
jika mengalami tanda bahaya.
7. Mendokumentasikan hasil kegiatan di
RM, Pencatatan sudah dilakukan

S ; Ibu mengeluh keluar darah makin


Pkl. 07.10 wita banyak dari kemaluan, setiap janin
bergerak ibu merasa semakin bertambah
banyak darah keluar
O : Ku baik, Kes : CM, TD = 100/70,
N=120 x/mnt. R==24, S=36 ºC SpO2 =
97%. Tampak pengeluaran darah
bertambah banyak dari jalan lahir.
A : G1P0A0 uk 29 minggu 5 hr T/H
dengan APB perdarahan aktif dan
anemia
P: Lapor dr. Dwipa SpOG
Advis :
- Siapkan SC Cito.
- Konsul Ananstesi:
Advis anastesi :

24
- ACC tindakan
- PRC 2 kolf
- Pasien kirim ke OK jam 7.45
wita
Menyiapkan SC :
- Skeren bulu pubis, bersih
- Informed consent
- Menyiapkan darah 2 kolf golda
O
- Menghubungi Tim OK
- Menghubungi Petugas
Perinatologi
- Pkl.07. 45 ibu sudah diantar ke
ruang pre OP.

25
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini yaitu, Ibu “PA” usia 28 tahun datang ke RSUD Klungkung
pada tanggal 27 Maret pukul 00.20 WITA dengan keluhan keluar darah segar
pervaginan.Ibu hamil pertama dengan usia kehamilan 29 minggu 5 hari dengan
diagnosa ante partum bleeding (APB) dan Anemia. Kehamilan ini adalah
kehamilan pertama dari pernikahan kedua. Kehamilan ini merupakan kehamilan
di luar pernikahan, namun ibu dan pasangan mengaharapkan kehamilan ini.
Semnjak ibu mengalami flek flek di awal kehamilan ibu merasa cemas, apalagi
dari pemerikasaan USG ditemukan ibu mengalami plasenta previa totalis. Plasenta
previa merupakan salah satu penyebab terjadinya perdarahan pada kehamilan,
menurut penelitian yang dilakukan Trianingsih,dkk (2014), faktor faktor penyebab
terjadinya plasenta previa adalah faktor usia, paritas, riwayat kuretase, riwayat
SC, pernah mengalami plasenta previa sebelumnya dan tumor, dan diantara faktor
tersebut, riwayat placenta previa sebelumnya merupakan faktor yang paling
dominan yang menjadi penyebab. Apabilaseorang wanita telah
mengalamiplacenta previa, kemungkinan sebesar35% kejadian tersebut akan
berulangpada kehamilan berikutnya karena jaringan endometrium sejak
kehamilan sebelumnya memang sudah tidak baik. Dari hasil annamesa, ibu PA
beru pertama kali mengalami kehamilan Usia berpengaruh terhadap kesuburan
endometrium, Menurut Manuaba (2010) prevalensi placenta previa akan
meningkat tiga kali lipat pada usia diatas 35 tahun karena endometrium
akan menjadi kurang subur. Pada kasus ini, usia ibu PA adalah 28 tahun.
Dari riwayat penyakit, ibu mengalami keputihan sejak masih
remaja/sebelum menikah.
Berdasarlan standar, ibu PA sudah melakukan ANC sesuai standar
dan mengikuti anjuran petugas, ketika disarankan bedrest di rumah, ibu
sudah melaksanakan, ibu tidak malakukan hubungan seksual selama
hamil karena takut resiko perdarahan. Rasa cemas ibu alami karena
kawatir akan kelangsungan kehamilannya, mengingat kehamilan ini

26
sangat ibu harapkan. Dukungan suami dan lingkungan sekitar sangat
penting dalam membantu mengatasi kecemasan ibu.
Dari pemeriksaan laboratorium, kadar HB ibu “PA” adalah 10,4
gr/dl, menurut WHO, dikatakan anemia dalam kehamilan jika kadar Hb
kurang dari 11 gr/dl pada kehamilan TW I dan TW II, dan kurang dari
10,5 gr/dl pada kehamilan TW II, berdasarkan ketentuan ini, ibu “PA”
mengalami anemia. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
anemia diantaranya : kurangnya asupan zat besi dan protein dari
makanan, adanya gangguan absorbsi usus, perdarahan akut maupun
kronis, dan meningkatnya kebutuhan zat besi pada wanita hamil, masa
pertumbuhan dan masa penyembuhan dari penyakit (Yuni Rahyani et al.,
2020),
Kasus APB dalam kehamilan merupakan kasus ada potensi
kegawatdaruratan . Penatalaksanaan pencegahan kegawatdaruratan telah
dilakukan secara kolaboratif , ketika perawatan konservatif gagal, dilakukan
tindakan segera untuk mencegah terjadinya resiko kesakitan dan kematian
maternal maupun neonatal.

27
28
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan sudah dipaparkan, ibu sebenarnya
tidak ada factor pendukung ibu mengalami plasenta previa, namun ibu pernah ada
riwayat keputihan sejak remaja. Penatalaksanaan kegawatdaruratan maternal
neonatal sudah dilaksanakan dengan baik.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mampu meningkatkan kompetensi dan keterampilan dalam
memberikan asuhan  kegawatdaruratan maternal dan neonatal sesuai dengan
standar asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian, perumusan diagnosa/masalah
kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan
pada kasus kehamilan karena telah menyaksikan dan membandingkan secara
langsung antara penyerapan teori dan penerapan praktik di lapangan.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan mampu saling memberikan tambahan atau perbaikan setelah
membaca laporan ini.
3. Untuk Institusi
Intitusi agar lebih sering membimbing mahasiswa saat praktik kebidanan klinik
kegawatdaruratan maternal dan neonatal membimbing mahasiswa dalam
pembuatan laporan

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham,dkk. 2010. Obstetri Williams. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

29
Cunningham. 2013. Obstetri Williams. Jakarta : EGC

Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementrian Kesehatan

Depkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementrian kesehatan

Kementrian kesehatan RI, 2020. Pedoman Pelayanan Antenatal,Persalinan,Nifas


dan Bayi Baru lahir di Era adaptasi Kebiasaan Baru. Jakarta: Kemenkes R.I

Mangkuji Betty, dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP. Jakarta : EGC

Manuaba dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC

Manuaba dkk. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta:
EGC

Poedji Rochjati. 2011. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya : Airlangga
Univercity press.

Poedji Rochjati. 2013. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil Edisi 2. Airlangga
University ISBN: 979-3557-00-1

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika

Trans Info Media Epidemiologi Plasenta Previa - Alomedika

Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta : EGC

Wasdinar dan Tarwoto. 2013. Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil Konsep dan
Penatalaksanaan. Jakarta

Rahyani, Yuni Ni Komang, Ni Komang Lindayani, Ni Wayan Suarniti, Ni Made


Dwi Mahayati, Ni Komang Erny Astiti, and IGAA Novya Dewi. 2020. Buku
Ajar Asuhan Kebidanan Patologi Bagi Bidan. edited by A. Dian. Yogyakarta:
Penerbit Andi.

30

Anda mungkin juga menyukai