Panduan Managemen Risiko 2019
Panduan Managemen Risiko 2019
Panduan Managemen Risiko 2019
TAHUN 2019
BAB I
DEFINISI
Risiko adalah kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat
memberikan pengaruh kepada hasil akhir. Risiko dapat juga diartikan sebagai potensi
terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa
datang. Rumah sakit sebagai tempat berlangsungnya upaya pelayanan medik secara nyata
mengandung risiko yang rentangnya mulai hampir tidak berarti, ringan, sampai berat secara
medik. Risiko ini berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah risiko yang
dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang dialami pasien selama di
rumah sakit atau semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien
yang bermutu tinggi, aman dan efektif. Risiko non klinis adalah semua isu yang dapat
berdampak terhadap tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai
korporasi dapat berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial
Menurut Bury PCT (2007), risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan
komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi sedangkan risiko finansial adalah risiko yang dapat
mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat
menyediakan pencatatan akuntansi yang baik.
1
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Faktor Komponen yang berperan
Organisasi dan Manajemen Sumber dan keterbatasan keuangan
Struktur organisasi
Standar dan tujuan kebijakan
Safety culture
Lingkungan pekerjaan Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
Beban kerja dan pola shift
Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alat
kesehatan
Dukungan administratif dan manajerial
Tim Komunikasi verbal
Komunikasi tulisan
Supervisi dan pemanduan
Struktur tim
Individu dan staf Kemampuan dan ketrampilan
Motivasi
Kesehatan mental dan fisik
Penugasan Desain penugasan dan kejelasan struktur
penugasan
Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
Bahasa dan komunikasi
Faktor sosial dan personal
2
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup panduan adalah upaya pengurangan risiko di rumah sakit meliputi :
1. Risiko yang terkait dengan perawatan pasien (Patient care-related risks)
Terkait langsung dengan asuhan pasien
Kerahasiaan (confidentiality)
Nondiskriminasi
Pasien terkait dengan penelitian
Kepulangan pasien
2. Risiko yang terkait dengan tenaga medis ( Medical staff-related risks)
Kredensial
Kompetensi dan prosedur baku
Tenaga kesehatan yang terlatih
3. Risiko yang terkait dengan karyawan (Employee-related risks)
Risiko keselamatan dan kecelakaan kerja
Lingkungan yang aman
Mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat pekerjaan
Kompensasi untuk kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
4. Risiko yang berhubungan dengan properti (Property-related risks)
Kebakaran, gempa, banjir
Berkas catatan/catatan elektronik
Penanganan barang-barang berharga
Asuransi
5. Risiko keuangan (Financial risks)
Bad debt
Meningkatnya suku bunga
Krisis keuangan global (Global Financial ‘Tsunami)
6. Risiko lain (other risks)
Manajemen bahan berbahaya (Hazardous material management) : limbah kimia,
radio aktif, infeksius
Peraturan dan perundangan (Legal and regulatory risks)
Risiko reputasi
3
BAB III
TATA LAKSANA
Upaya yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah genteng untuk mencegah risiko cedera
pada pasien atau meminimalkan kehilangan finansial adalah dengan menerapkan manajemen
risiko.
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat menjamin
bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan
lingkungan sekitar. Pendekatan ini disebut dengan manajemen risiko (MR). Manajemen risiko
menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare Organizations adalah aktivitas
klinik dan administratif yang dilakukan oleh RS untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan
pengurangan risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari identifikasi secara
sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk bagi
organisasi maupun individu. Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam
melaksanakan manajemen risiko yang merupakan upaya yang proaktif untuk mencegah
masalah dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan dalam suasana no blame culture
(budaya tidak mempersalahkan).
C. Manajemen risiko di Rumah Sakit Umum Daerah genteng dikelola oleh Tim
managemen Risiko di bawah Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
bekerja sama dengan seluruh anggota
4
D. Pengelolaan manajemen risiko
Manajemen risiko dapat dilakukan dengan berdasarkan pada Risk Management Logic
(Dwiprahasto, 2004), yaitu:
1. Menentukan konteks
Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan
tempat MR akan diterapkan. Dalam proses ini diidentifikasi pihak-pihak yang paling
berkepentingan dengan proses penerapan manajemen risiko, ruang lingkup dan tujuan proses,
kondisi yang membatasi, serta hasil yang diharapkan dari penerapan manajemen risiko.
Sebagai bagian dari penetapan konteks, disusunlah kriteria untuk menganalisis dan
mengevaluasi risiko
2. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang berpotensi
menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran Unit Pemilik Risiko. Proses ini
dilakukan dengan cara mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses terjadinya peristiwa
risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran.
6
3. Analisis Risiko
Analisis risiko bertujuan untuk mengetahui profil dan peta dari risiko-risiko yang ada dan
akan digunakan dalam proses evaluasi dan strategi penanganan risiko. Proses analisis risiko
dilakukan dengan cara mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yang ada serta
dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya.
4. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko yang telah diidentifikasi dan
dianalisis. Evaluasi risiko dilakukan agar para pengambil keputusan bisa mempertimbangkan
perlu tidaknya dilakukan penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya.
5. Penanganan Risiko
Proses penanganan risiko bertujuan menentukan jenis penanganan yang efektif dan
efisien untuk suatu risiko. Penanganan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi
penanganan risiko yang tersedia dan memutuskan opsi penanganan risiko yang terbaik yang
dilanjutkan dengan pengembangan rencana mitigasi risiko.
1. Identifikasi risiko.
Identifikasi risiko merupakan sebuah proses sistematis dan terstruktur untuk
menemukan dan mengenali risiko yang kemudian menghasilkan daftar risiko. Daftar
risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa
yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya. Identifikasi risiko ini dilakukan
pada: Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan penyebabnya dan potensi akibatnya.
Metode identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self asessment (penilaian
mandiri), incident reporting sistem (sistem pelaporan insiden) dan clinical audit (audit
klinik) yang dilakukan secara menyeluruh terhadap medis dan non medis.
7
2. Urutkan prioritas risiko dengan mengukur tingkat risiko.
Mengukur tingkat risiko yaitu proses untuk membantu RS menilai tentang
luasnya risiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko. Risk
Asssessment meliputi Risk grading matrix, Root Cause Analysis (RCA), Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA), Hazard Vulnerability Assessment (HVA), Infection Control
Risk Assessment (ICRA), Environment of Care (EOC) Assessment.
Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat diakibatkan
sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah teridentifikasi. Kemudian
risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan bobot dan prioritas risiko yang
telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan tindakan yang akan diberlakukan
terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya ringan dan tidak mengganggu pencapaian
tujuan RS, prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan menjadikannya
catatan. Namun bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan mengganggu
pencapaian tujuan RS, maka ditentukan sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau
ditransfer, atau bahkan menghentikan kegiatan yang meningkatkan terjadinya risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan keputusan
berdasarkan hasil analisis risiko.
9
b. Matrix Grading Risiko
Skor Risiko = Dampak x Probability
Dampak semua risiko di rumah sakit adalah sebagai berikut:
Dampak 1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Cidera Tidak ada Dapat diatasi
Berkurangnya Cedera luas, Kematian
pasien Cedera dengan Fungsi motorik kehilangan
pertolongan
Sensorik setiap fungsi utama
pertama kasus Yang permanen
memperpanjang
perawatan
Pelayanan/ Terhenti > 1 Terhenti > 8 Terhenti >1 hari Terhenti > 1 Terhenti
Operasional jam jam minggu permanen
Biaya/ Kerugian Kerugian > Kerugian lebih Kerugian > Kerugian
Keuangan Kecil 0,1% dari 0,25% 0,5% lebih dari 1%
anggaran anggaran anggaran anggaran
Publikasi Rumor Media lokal Media lokal Media Media
Waktu Waktu lama nasional nasional
singkat < 3 hari > 3 hari
Reputasi Rumor Dampak Dampak Dampak Menjadi
kecil bermakna serius masalah
terhadap terhadap moril terhadap besar bagi
moril karyawan dan moril RS
karyawan kepercayaan karyawan
dan masyarakat dan
kepercayaan kepercayaan
masyarakat masyarakat
DAMPAK POTENSIAL
FREKUENSI/
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
LIKEHOOD
1 2 3 4 5
Sangat sering
terjadi (tiap
MODERATE MODERATE HIGH EXTREME EXTREME
minggu/bulan)
5
Sering terjadi
(Beberapa X /
MODERATE MODERATE HIGH EXTREME EXTREME
tahun)
4
Mungkin
terjadi
(1-2 tahun LOW MODERATE HIGH EXTREME EXTREME
sekali)
3
Jarang terjadi
(2-5 tahun
LOW LOW MODERATE HIGH EXTREME
sekali)
2
Sangat jarang LOW LOW MODERATE HIGH EXTREME
sekali ( > 5
10
tahun sekali)
1
Tindakan sesuai grade risiko :
Peta Risiko :
DAMPAK
MATRIKS ANALISIS RISIKO 5X5
1 2 3 4 5
Sangat Kecil Sedang Besar Sangat
Deskripsi Probabilitas Likehood
kecil Besar
Hampir pasti 71% - 99% 5 5 10 15 20 25
Kemungkinan besar 51% - 70% 4 4 8 12 16 20
Mungkin 30% - 50% 3 3 6 9 12 15
Jarang 10% - 30% 2 2 4 6 8 10
Sangat jarang 0 - 10% 1 1 2 3 4 5
Rating/Status :
11
15-25 Tak dapat Dapat diterima hanya Direktur utama
diterima dengan pengendalian
(unacceptable) yang sangat baik
(excellent)
3. Tentukan respon RS.
Respon RS ditentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan risiko, yang meliputi :
- Identifikasi potensial risiko dan hazard.
- Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana caranya.
- Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup atau perlu
diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
- Catat temuan lalu buat rencana pengelolaanya.
- Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.
Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko
tersebut bila benar terjadi. Risiko yang dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti
dan mendapat perhatian dari pimpinan . Risiko yang dampaknya medium-rendah akan
dikelola oleh Panitia managemen risiko bersama Kepala Unit Kerja untuk membuat
rencana tindak lanjut dan pengawasan.
13
3. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja dalam
satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja manajemen rumah
sakit yang baik, mulai dari dukungan moral, finansial, teknis dan operasional hingga
terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.
Prinsip dasar untuk asuhan yang aman dan bermutu untuk keselamatan pasien adalah
dengan pengelolaan risiko secara benar melalui langkah-langkah melaksanakan
tindakan yang benar pada pasien yang benar dan dalam waktu yang benar serta
berkomunikasi dengan baik dengan pasien atau keluarganya serta dengan anggota tim
lain.
14
BAB IV
DOKUMENTASI
Manajemen risiko sebagai upaya untuk meminimalkan risiko bukan hanya tentang
menghindari tuntutan pasien tetapi merupakan alat untuk meningkatkan mutu pelayanan
sehingga manajemen risiko harus dilakukan dengan cara proaktif. Upaya meminimalkan risiko
menjadi urusan semua pemangku kepentingan dalam rumah sakit baik klinisi maupun nonklinisi
sehingga setiap upaya yang dilakukan harus didokumentasikan dengan baik dan benar sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ratih Haendrawati, Keselamatan pasien sebagai komponen inti dari manajemen risiko, Materi
pelatihan patient safety, RSUP Sardjito, 17-20 Juni 2014
Roberta Caroll, editor : Risk Management Handbook for Health Care Organizations, 4 th edition,
Jossey Bass, 2004
16