Panduan Managemen Risiko 2019

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN MANAGEMEN RISIKO

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG BANYUWANGI

TAHUN 2019

BAB I

DEFINISI

Risiko adalah kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi yang dapat
memberikan pengaruh kepada hasil akhir. Risiko dapat juga diartikan sebagai potensi
terjadinya kerugian yang dapat timbul dari proses kegiatan saat sekarang atau kejadian di masa
datang. Rumah sakit sebagai tempat berlangsungnya upaya pelayanan medik secara nyata
mengandung risiko yang rentangnya mulai hampir tidak berarti, ringan, sampai berat secara
medik. Risiko ini berupa risiko klinis dan risiko non klinis. Risiko klinis adalah risiko yang
dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan lain yang dialami pasien selama di
rumah sakit atau semua isu yang dapat berdampak terhadap pencapaian pelayanan pasien
yang bermutu tinggi, aman dan efektif. Risiko non klinis adalah semua isu yang dapat
berdampak terhadap tercapainya tugas pokok dan kewajiban hukum dari rumah sakit sebagai
korporasi dapat berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial

Menurut Bury PCT (2007), risiko organisasi adalah yang berhubungan langsung dengan
komunikasi, produk layanan, proteksi data, sistem informasi dan semua risiko yang dapat
mempengaruhi pencapaian organisasi sedangkan risiko finansial adalah risiko yang dapat
mengganggu kontrol finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat
menyediakan pencatatan akuntansi yang baik.

Menurut Dwiprahasto (2004) risiko medis/klinis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:


1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal namun umumnya bersifat foreseeable
(dapat di duga) tapi unavoidable (tidak dapat dihindari), calculated (dapat dihitung),
controllable (dapat dikontrol).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena merupakan satu-satunya cara (‘the only
way’) dan tidak dapat dihindari (unavoidable).
3. Risiko yang unforeseeable (tak dapat diduga) = untoward results (hasil yang tidak
diinginkan)
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter tidak bertanggung
jawab secara hukum.

1
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Faktor Komponen yang berperan
Organisasi dan Manajemen  Sumber dan keterbatasan keuangan
 Struktur organisasi
 Standar dan tujuan kebijakan
 Safety culture
Lingkungan pekerjaan  Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
 Beban kerja dan pola shift
 Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alat
kesehatan
 Dukungan administratif dan manajerial
Tim  Komunikasi verbal
 Komunikasi tulisan
 Supervisi dan pemanduan
 Struktur tim
Individu dan staf  Kemampuan dan ketrampilan
 Motivasi
 Kesehatan mental dan fisik
Penugasan  Desain penugasan dan kejelasan struktur
penugasan
 Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
 Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien  Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
 Bahasa dan komunikasi
 Faktor sosial dan personal

Upaya pengurangan risiko adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk meminimalkan


risiko yang dapat terjadi di rumah sakit.

2
BAB II

RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan adalah upaya pengurangan risiko di rumah sakit meliputi :
1. Risiko yang terkait dengan perawatan pasien (Patient care-related risks)
 Terkait langsung dengan asuhan pasien
 Kerahasiaan (confidentiality)
 Nondiskriminasi
 Pasien terkait dengan penelitian
 Kepulangan pasien
2. Risiko yang terkait dengan tenaga medis ( Medical staff-related risks)
 Kredensial
 Kompetensi dan prosedur baku
 Tenaga kesehatan yang terlatih
3. Risiko yang terkait dengan karyawan (Employee-related risks)
 Risiko keselamatan dan kecelakaan kerja
 Lingkungan yang aman
 Mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat pekerjaan
 Kompensasi untuk kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
4. Risiko yang berhubungan dengan properti (Property-related risks)
 Kebakaran, gempa, banjir
 Berkas catatan/catatan elektronik
 Penanganan barang-barang berharga
 Asuransi
5. Risiko keuangan (Financial risks)
 Bad debt
 Meningkatnya suku bunga
 Krisis keuangan global (Global Financial ‘Tsunami)
6. Risiko lain (other risks)
 Manajemen bahan berbahaya (Hazardous material management) : limbah kimia,
radio aktif, infeksius
 Peraturan dan perundangan (Legal and regulatory risks)
 Risiko reputasi

3
BAB III

TATA LAKSANA

Upaya yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Daerah genteng untuk mencegah risiko cedera
pada pasien atau meminimalkan kehilangan finansial adalah dengan menerapkan manajemen
risiko.

A. Definisi Manajemen Risiko

Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat menjamin
bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas dan
lingkungan sekitar. Pendekatan ini disebut dengan manajemen risiko (MR). Manajemen risiko
menurut The Joint Commission On Acreditation Of Healthcare Organizations adalah aktivitas
klinik dan administratif yang dilakukan oleh RS untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan
pengurangan risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi RS.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari identifikasi secara
sistemik, evaluasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan mengurangi dampak buruk bagi
organisasi maupun individu. Rumah Sakit perlu menggunakan pendekatan proaktif dalam
melaksanakan manajemen risiko yang merupakan upaya yang proaktif untuk mencegah
masalah dikemudian hari, dilakukan terus menerus dan dalam suasana no blame culture
(budaya tidak mempersalahkan).

Manajemen risiko dilakukan dengan mengenali kelemahan dalam sistem dan


memperbaiki kelemahan tersebut serta menerapkan budaya tidak mempersalahkan (no blame
culture).

B. Tujuan dilakukannya manajemen risiko adalah sebagai berikut :


 Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah genteng
 Meningkatkan akuntabilitas.
 Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD.KNC.KPC.KTC dan Sentinel).
 Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.
 Meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan adanya
antisipasi risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif penyelesaiannya.
 Melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan lainnya.

C. Manajemen risiko di Rumah Sakit Umum Daerah genteng dikelola oleh Tim
managemen Risiko di bawah Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
bekerja sama dengan seluruh anggota
4
D. Pengelolaan manajemen risiko
Manajemen risiko dapat dilakukan dengan berdasarkan pada Risk Management Logic
(Dwiprahasto, 2004), yaitu:

What are the hazards (Identifikasi risiko)

Probability, Severity, Exposure (Peluang, Keparahan, Paparan)

Level of risk ? (Tingkatan risiko)

Yes Acceptable? No (Dapat diterima atau tidak?)

Accept the risk Can it be eliminated? (Dapatkah dihilangkan?)


- Eliminated (Hilangkan) Can it be reduced? (Dapatkah dikurangi?)
- Reduced (Kurangi) Cancel the mission? (Batalkan?)

E. Tahapan manajemen risiko


Tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut :
1. Kesadaran akan risiko (Risk Awareness). Seluruh staf RS harus menyadari risiko yang
mungkin terjadi di unit kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis. Metode
yang digunakan untuk mengenali risiko antara lain: Self-assessment (penilaian mandiri),
sistem pelaporan kejadian yang berpotensi menimbulkan risiko (laporan insiden) dan
audit klinis.
2. Pengelolaaan risiko dan atau pencegahan risiko (Risk control and or Risk Prevention).
Langkah-langkah yang diambil manajemen untuk mengendalikan risiko adalah:
 Mencari jalan untuk menghilangkan risiko (engineering solution)
 Mengurangi risiko (control solution) baik terhadap probabilitasnya maupun
terhadap derajat keparahannya.
 Mengurangi dampaknya.
3. Isolasi risiko (Risk containment). Dalam hal telah terjadi suatu insiden, baik akibat suatu
tindakan atau kelalaian ataupun akibat dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksikan
sebelumnya, maka sikap yang terpenting adalah mengurangi besarnya risiko dengan
melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengelola pasien dan insidennya. Unsur
utamanya biasanya adalah respons yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan
pasien, dengan didasari oleh komunikasi yang efektif.
5
4. Pengalihan risiko (Risk transfer). Akhirnya apabila risiko itu akhirnya terjadi juga dan
menimbulkan kerugian, maka diperlukan pengalihan penanganan risiko tersebut kepada
pihak yang sesuai, misalnya menyerahkannya kepada sistem asuransi.
Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko dimulai dari pembuatan standar (set
standards), patuhi standar tersebut (comply with them), kenali bahaya (identify hazards), dan
cari pemecahannya (resolve them).

F. Proses Manajemen Risiko / Risk Management Process Overview

Proses manajemen risiko sesuai dengan siklus diagram diatas yaitu :

1. Menentukan konteks
Penetapan konteks bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis lingkungan
tempat MR akan diterapkan. Dalam proses ini diidentifikasi pihak-pihak yang paling
berkepentingan dengan proses penerapan manajemen risiko, ruang lingkup dan tujuan proses,
kondisi yang membatasi, serta hasil yang diharapkan dari penerapan manajemen risiko.
Sebagai bagian dari penetapan konteks, disusunlah kriteria untuk menganalisis dan
mengevaluasi risiko

2. Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang berpotensi
menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran Unit Pemilik Risiko. Proses ini
dilakukan dengan cara mengidentifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses terjadinya peristiwa
risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, atau menunda tercapainya sasaran.

6
3. Analisis Risiko
Analisis risiko bertujuan untuk mengetahui profil dan peta dari risiko-risiko yang ada dan
akan digunakan dalam proses evaluasi dan strategi penanganan risiko. Proses analisis risiko
dilakukan dengan cara mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yang ada serta
dilanjutkan dengan menilai risiko dari sisi konsekuensi dan kemungkinan terjadinya.

4. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko yang telah diidentifikasi dan
dianalisis. Evaluasi risiko dilakukan agar para pengambil keputusan bisa mempertimbangkan
perlu tidaknya dilakukan penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya.

5. Penanganan Risiko
Proses penanganan risiko bertujuan menentukan jenis penanganan yang efektif dan
efisien untuk suatu risiko. Penanganan risiko dilakukan dengan mengidentifikasi berbagai opsi
penanganan risiko yang tersedia dan memutuskan opsi penanganan risiko yang terbaik yang
dilanjutkan dengan pengembangan rencana mitigasi risiko.

6. Monitoring dan Review


Monitoring dan reviu bertujuan mengantisipasi perubahan risiko yang bersifat mendadak
dan persistent baik pada tingkat risiko maupun arah risiko yang berdampak negatif pada profil
risiko. Proses Monitoring dan Reviu dilakukan dengan cara memantau efektivitas rencana
penanganan risiko, strategi, dan sistem manajemen risiko.

7. Komunikasi dan Konsultasi


Proses komunikasi dan konsultasi bertujuan memperoleh informasi yang relevan serta
mengkomunikasikan setiap tahapan proses Manajemen Risiko sehingga pihak-pihak yang
terkait dapat menjalankan tanggungjawabnya dengan baik. Proses yang melekat pada seluruh
proses manajemen risiko ini dilakukan dengan cara mengembangkan komunikasi dengan
stakeholder internal maupun eksternal.

G. Tata cara pelaksanaan manajemen risiko

1. Identifikasi risiko.
Identifikasi risiko merupakan sebuah proses sistematis dan terstruktur untuk
menemukan dan mengenali risiko yang kemudian menghasilkan daftar risiko. Daftar
risiko dilengkapi dengan deskripsi risiko termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa
yang mungkin terjadi dan dampak yang ditimbulkannya. Identifikasi risiko ini dilakukan
pada: Sumber risiko, area risiko, peristiwa dan penyebabnya dan potensi akibatnya.
Metode identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self asessment (penilaian
mandiri), incident reporting sistem (sistem pelaporan insiden) dan clinical audit (audit
klinik) yang dilakukan secara menyeluruh terhadap medis dan non medis.
7
2. Urutkan prioritas risiko dengan mengukur tingkat risiko.
Mengukur tingkat risiko yaitu proses untuk membantu RS menilai tentang
luasnya risiko yang dihadapi, kemampuan mengontrol frekuensi dan dampak risiko. Risk
Asssessment meliputi Risk grading matrix, Root Cause Analysis (RCA), Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA), Hazard Vulnerability Assessment (HVA), Infection Control
Risk Assessment (ICRA), Environment of Care (EOC) Assessment.
Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat diakibatkan
sebuah insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah teridentifikasi. Kemudian
risiko dievaluasi lalu diberikan skor untuk menentukan bobot dan prioritas risiko yang
telah terjadi. Sesuai dengan bobotnya ditentukan tindakan yang akan diberlakukan
terhadap masing-masing risiko. Bila bobotnya ringan dan tidak mengganggu pencapaian
tujuan RS, prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja dan menjadikannya
catatan. Namun bila risiko yang terjadi memiliki bobot besar dan mengganggu
pencapaian tujuan RS, maka ditentukan sebagai prioritas utama dan harus diatasi atau
ditransfer, atau bahkan menghentikan kegiatan yang meningkatkan terjadinya risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan keputusan
berdasarkan hasil analisis risiko.

Menentukan prioritas risiko dengan menggunakan rumus:


a. TINGKAT RISIKO = PELUANG X FREKUENSI PAJANAN X AKIBAT
Kriteria Peluang (P)
Nilai Keterangan
10 Hampir pasti (Almost certain): Sangat mungkin akan terjadi / hampir
dipastikan akan terjadi pada semua kesempatan.
6 Mungkin terjadi (Quite possible): Mungkin akan terjadi atau bukan
sesuatu hal yang aneh untuk terjadi (50 – 50 kesempatan)
3 Tidak biasa namun dapat terjadi (Unusual but possible): Biasanya tidak
terjadi namun masih ada kemungkinan untuk dapat terjadi tiap saat.
1 Kecil kemungkinannya (Remotely possible): Kecil kemungkinannya
untuk terjadi / sesuatu yang kebetulan terjadi
0,5 Sangat kecil kemungkinannya (Conceivable): Belum pernah terjadi
sebelumnya setelah bertahun-tahun terpapar bahaya / kecil sekali
kemungkinannya untuk terjadi
0,1 Secara praktek tidak mungkin terjadi (Practically impossible): Belum
pernah terjadi sebelumnya di manapun / merupakan sesuatu yang tidak
mungkin untuk terjadi

Kriteria Frekuensi Pajanan (F)


Nilai Keterangan
10 Terus-menerus (Continue): terjadi beberapa kali dalam sehari.
6 Sering (Frequent): terjadi harian / minimal sekali dalam sehari
3 Kadang-kadang (Occasional): terjadi seminggu sekali
2 Tidak sering (Infrequent): terjadi sekali antara seminggu sampai sebulan
1 Jarang (Rare): beberapa kali dalam setahun
0,5 Sangat jarang (Very rare): terjadi sekali dalam setahun
0 Tidak terpapar (No exposure): tidak pernah terjadi
8
Kriteria Akibat (A)
Nilai Keterangan
100  Malapetaka/ Keuangan ekstrem / Catastrophe
 Banyak kematian
 Kerugian sangat besar / berhenti total
 Kerugian keuangan > 10 Milyar
40  Bencana/ Keuangan sangat berat / Disaster
 Beberapa kematian
 Kerugian besar / sebagian proses berhenti
 Menyebabkan penyakit yang bersifat komunitas/endemik pada
karyawan atau pasien
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan hingga lebih dari 1 hari
 Kerugian keuangan > 5 M – 10M
15  Sangat serius / Keuangan berat / Very serious
 Menyebabkan satu kematian, kerugian cukup besar
 Memperberat atau menambah penyakit pada beberapa pasien atau
karyawan
 Menyebabkan penyakit yang bersifat permanen atau kronis (HIV,
Hepatitis, keganasan, Tuli, gangguan fungsi organ menetap).
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan lebih dari 30 menit hingga
1 hari
 Kerugian keuangan 1 – 5 Milyar
7  Serius / Keuangan sedang / Serious
 Menyebabkan cidera serius seperti cacat atau kehilangan anggota
tubuh permanen
 Menyebabkan penyakit yang memerlukan perawatan medis lebih
dari 7 hari dan dapat disembuhkan
 Menyebabkan terhambatnya pelayanan kurang dari 30 menit.
 Kerugian keuangan 500 jt – 1 Milyar
3  Perawatan medis / Keuangan ringan / Casualty treatment
 Menyebabkan cidera/penyakit yang memerlukan perawatan medis
atau tidak dapat masuk bekerja hingga 7 hari.
 Kerugian keuangan 50 juta – 500 juta
1  P3K / Keuangan sangat ringan / First aid treatment
 Cidera tidak serius / minor seperti lecet, luka kecil dan hanya perlu
penanganan P3K
 Kerugian keuangan s/d 50 juta

Kriteria Skor Risiko (R)


Skor Kriteria Keterangan
Lebih Sangat tinggi Hentikan kegiatan dan perlu perhatian
dari 400 manajemen puncak.
200 – 400 Tinggi Perlu mendapat perhatian dari manjemen puncak
dan tindakan perbaikan segera di lakukan.
70 – 199 Substantial Lakukan perbaikan secepatnya dan tidak
diperlukan keterlibatan pihak manajemen puncak.
20 – 69 Menengah; Tindakan perbaikan dapat dijadwalkan kemudian
dan penanganan cukup dilakukan dengan
prosedur yang ada
<20 Rendah Risiko dapat diterima

9
b. Matrix Grading Risiko
Skor Risiko = Dampak x Probability
Dampak semua risiko di rumah sakit adalah sebagai berikut:

Dampak 1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Cidera Tidak ada Dapat diatasi
Berkurangnya Cedera luas, Kematian
pasien Cedera dengan Fungsi motorik kehilangan
pertolongan
Sensorik setiap fungsi utama
pertama kasus Yang permanen
memperpanjang
perawatan
Pelayanan/ Terhenti > 1 Terhenti > 8 Terhenti >1 hari Terhenti > 1 Terhenti
Operasional jam jam minggu permanen
Biaya/ Kerugian Kerugian > Kerugian lebih Kerugian > Kerugian
Keuangan Kecil 0,1% dari 0,25% 0,5% lebih dari 1%
anggaran anggaran anggaran anggaran
Publikasi Rumor Media lokal Media lokal Media Media
Waktu Waktu lama nasional nasional
singkat < 3 hari > 3 hari
Reputasi Rumor Dampak Dampak Dampak Menjadi
kecil bermakna serius masalah
terhadap terhadap moril terhadap besar bagi
moril karyawan dan moril RS
karyawan kepercayaan karyawan
dan masyarakat dan
kepercayaan kepercayaan
masyarakat masyarakat

Tabel dampak potensial risiko dan frekuensi risiko :

DAMPAK POTENSIAL
FREKUENSI/
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
LIKEHOOD
1 2 3 4 5
Sangat sering
terjadi (tiap
MODERATE MODERATE HIGH EXTREME EXTREME
minggu/bulan)
5
Sering terjadi
(Beberapa X /
MODERATE MODERATE HIGH EXTREME EXTREME
tahun)
4
Mungkin
terjadi
(1-2 tahun LOW MODERATE HIGH EXTREME EXTREME
sekali)
3
Jarang terjadi
(2-5 tahun
LOW LOW MODERATE HIGH EXTREME
sekali)
2
Sangat jarang LOW LOW MODERATE HIGH EXTREME
sekali ( > 5
10
tahun sekali)
1
Tindakan sesuai grade risiko :

Risiko rendah Risko sedang Risiko tinggi Risiko ekstrim


 Dilakukan  Dilakukan  Dilakukan RCA  Dilakukan RCA
investigasi investigasi  Paling lama 45  Paling lama 45
sederhana sederhana hari kaji dengan hari
 Paling lama satu  Paling lama 2 detail dan perlu  Membutuhkan
minggu minggu, manajer tindakan segera tindakan segera
 Diselesaikan sebaiknya serta  Perhatian sampai
dengan prosedur menilai dampak  membutuhkan ke direktur
rutin biaya dan kelola perhatian top
risiko manajemen

Peta Risiko :
DAMPAK
MATRIKS ANALISIS RISIKO 5X5
1 2 3 4 5
Sangat Kecil Sedang Besar Sangat
Deskripsi Probabilitas Likehood
kecil Besar
Hampir pasti 71% - 99% 5 5 10 15 20 25
Kemungkinan besar 51% - 70% 4 4 8 12 16 20
Mungkin 30% - 50% 3 3 6 9 12 15
Jarang 10% - 30% 2 2 4 6 8 10
Sangat jarang 0 - 10% 1 1 2 3 4 5

Rating/Status :

Deskripsi Level Kisaran Nilai


Ekstrim 5 15-25
Tinggi 4 10-12
Sedang 3 5-9
Rendah 2 3-4
Sangat rendah 1 1-2

Perhatian utama untuk respon risiko

Contoh tabel level risiko :


Level risiko Kriteria untuk Manajemen Risiko Yang bertanggung
jawab
1-2 Dapat diterima Dengan pengendalian Staf pelaksana
yang cukup
3-4 Dipantau Dengan pengendalian Kasubag
yang cukup
6-9 Diperlukan Dengan pengendalian Kabag
pengendalian yang cukup
manajemen
10-12 Harus menjadi Dapat diterima hanya Direktur
perhatian dengan pengendalian
manajemen yang sangat baik
(excellent)

11
15-25 Tak dapat Dapat diterima hanya Direktur utama
diterima dengan pengendalian
(unacceptable) yang sangat baik
(excellent)
3. Tentukan respon RS.
Respon RS ditentukan melalui asesmen risiko atau pengelolaan risiko, yang meliputi :
- Identifikasi potensial risiko dan hazard.
- Menelusuri siapa dan apa yang dapat dirugikan serta bagaimana caranya.
- Evaluasi temuan risiko, analisa apakah pengelolaannya sudah cukup atau perlu
diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
- Catat temuan lalu buat rencana pengelolaanya.
- Evaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan perbaiki bila perlu.

Proses menganalisa risiko yang perlu dipertimbangkan adalah dampak dari risiko
tersebut bila benar terjadi. Risiko yang dampaknya besar harus segera ditindaklanjuti
dan mendapat perhatian dari pimpinan . Risiko yang dampaknya medium-rendah akan
dikelola oleh Panitia managemen risiko bersama Kepala Unit Kerja untuk membuat
rencana tindak lanjut dan pengawasan.

4. Kelola kasus risiko untuk meminimalkan kerugian (Risk Control).


Perlakuan risiko adalah upaya untuk menyeleksi pilihan-pilihan yang dapat mengurangi
atau meniadakan dampak serta kemungkinan terjadi risiko. Perlakuan yang dapat dipilih
adalah;

 Pengendalian = upaya-upaya untuk mengubah risiko yang merupakan langkah-


langkah antisipatif yang direncanakan dan dilakukan secara rutin untuk mengurangi
risiko.
 Penanganan = langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi risiko jika tindakan
pengendalian belum memadai. Dapat juga bermakna langkah-langkah yang telah
direncanakan dan akan dilakukan apabila risiko benar-benar terjadi.
 Dihindari = tidak melaksanakan kegiatan yang menimbulkan risiko
 Dikurangi = mengurangi atau mengendalikan dampak yang mungkin terjadi
 Dipindahkan = mengatur agar pihak lain ikut menanggung atau berbagi sebagian
risiko melalui kontrak kerja sama, joint venture
 Diterima = beberapa risiko sangat ringan sehingga dapat diterima atau dikelola
sendiri

Sementara menurut NHS (National Health System) pengelolaan risiko adalah:


1. Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan
keuntungan lebih besar daripada kerugian
12
2. Mentolerasi risiko
3. Mentransfer risiko pada pihak ke 3 seperti asuransi
4. Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko
Opsi Perlakuan Risiko
Klasifikasi Jenis Pengendalian
Menghindari risiko  Menghentikan kegiatan
 Tidak melakukan kegiatan
Mengurangi risiko  Membuat Kebijakan
 Membuat SPO
 Mengganti atau membeli alat
 Mengembangkan sistem informasi
 Melaksanakan prosedur
 pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan bangunan
dan instrumen yang sesuai dengan persyaratan;
pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan
prosedur dan persyaratan; pembuatan dan
pembaruan prosedur, standar dan check-list;
pelatihan penyegaran bagi personil, seminar,
pembahasan kasus, poster, stiker.
Mentransfer risiko Asuransi
Mengeksploitasi risiko Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada
dengan mempertimbangkan keuntungan lebih besar
daripada kerugian
Menerima risiko Beberapa risiko sangat ringan sehingga dapat dikelola
sendiri

5. Membangun upaya pencegahan.


Dalam hal ini adalah monitoring dan reviu. Monitoring adalah pemantauan rutin
terhadap kinerja aktual proses manajemen risiko dibandingkan dengan rencana atau
harapan yang akan dihasilkan. Reviu adalah peninjauan atau pengkajian berkala atas
kondisi saat ini dan dengan fokus tertentu.

6. Kelola pembiayaan risiko (Risk Financing).


Biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian atau penanganan yang dilakukan.

H. Langkah – langkah RS untuk meminimalkan risiko


1. Meningkatkan peran RS dan manajemen dalam mencegah error dengan cara
mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur dan sistem pelayanan yang
dilakukan aman untuk pasien, petugas dan lingkungan. Hal tersebut dipresentasikan
dalam bentuk SPO, clinical practice guidelines, clinical pathway, dll.
2. Meningkatkan peran staf RS agar terlibat langsung maupun tidak langsung dalam
pelayanan kesehatan di RS untuk mampu mengenali, mengidentifikasi dan menganalisis
kejadian medical error dan melakukan upaya yang adekuat untuk mengatasi error yang
sudah terlanjur terjadi.

13
3. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja dalam
satu sistem. Kerja tim yang baik juga sangat ditentukan oleh kinerja manajemen rumah
sakit yang baik, mulai dari dukungan moral, finansial, teknis dan operasional hingga
terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dengan pihak praktisi.

I. Tehnik penanganan risiko klinis di rumah sakit


Risiko menyatu dengan semua aspek pelayanan kesehatan termasuk pengobatan dan
perawatan pasien, menentukan prioritas pelayanan, pengembangan proyek dan
pelayanan, pembelian obat dan produk kesehatan lain, instruksi dan follow up kepada
pasien

Bagian Potensi eror Mengurangi risiko


Asesmen pasien gadar oleh Dokter yang kompeten tersedia
dokter yunior setiap saat
Pemanfaatan rujukan spesialis Pelibatan spesialis dalam
yang kurang memadai pelatihan
Pembacaan hasil RO yang Pelatihan radiologist “on call”
IGD
kurang memadai
Manajemen yang jelek pada Penggunaan SPO secara tepat
situasi gadar
Asesmen yang kurang memadai Tanggung jawab senior
pada saat pasien pulang
Anamnesa kurang tajam Konsentrasi pada elemen-elemen
kunci, pelatihan
Gagal menegakkan DD Tuliskan kesimpulan sebelum
membuat perencanaan
Diagnostik
Penggunaan tes yang kurang Gunakan pertanyaan spesifik
tepat untuk tes – tes tertentu
Membiarkan permasalahan Second opinion
tanpa penjelasan
Kegagalan memantau kemajuan Pendidikan terpadu
klinis
Gagal mendeteksi bahwa Supervisi teratur
Bangsal
pasien tidak menunjukkan
kemajuan
Pergantian jaga Briefing , SBAR

Prinsip dasar untuk asuhan yang aman dan bermutu untuk keselamatan pasien adalah
dengan pengelolaan risiko secara benar melalui langkah-langkah melaksanakan
tindakan yang benar pada pasien yang benar dan dalam waktu yang benar serta
berkomunikasi dengan baik dengan pasien atau keluarganya serta dengan anggota tim
lain.

14
BAB IV

DOKUMENTASI

Manajemen risiko sebagai upaya untuk meminimalkan risiko bukan hanya tentang
menghindari tuntutan pasien tetapi merupakan alat untuk meningkatkan mutu pelayanan
sehingga manajemen risiko harus dilakukan dengan cara proaktif. Upaya meminimalkan risiko
menjadi urusan semua pemangku kepentingan dalam rumah sakit baik klinisi maupun nonklinisi
sehingga setiap upaya yang dilakukan harus didokumentasikan dengan baik dan benar sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh rumah sakit.

Dokumentasi terkait upaya pengurangan risiko antara lain :


 Undangan, notulensi dan daftar hadir rapat pembahasan atau koordinasi upaya
pengurangan risiko di rumah sakit
 Daftar risiko seluruh bagian di rumah sakit
 Monitoring dan evaluasi upaya pengurangan risiko di rumah sakit
 Asesmen risiko dan analisis risiko yang dilakukan di rumah sakit
 Laporan terkait upaya pengurangan risiko di rumah sakit
 Seluruh regulasi terkait upaya pengurangan risiko di rumah sakit

15
DAFTAR PUSTAKA

Ratih Haendrawati, Keselamatan pasien sebagai komponen inti dari manajemen risiko, Materi
pelatihan patient safety, RSUP Sardjito, 17-20 Juni 2014

Roberta Caroll, editor : Risk Management Handbook for Health Care Organizations, 4 th edition,
Jossey Bass, 2004

ACHS : Risk Management & Quality Improvement Handbook, 2013

16

Anda mungkin juga menyukai