BBLR
BBLR
BBLR
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan dalam:
2. Etiologi
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu:
a. Faktor Ibu
1) Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan atau penyakit yang ditandai
dengan adanya hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul selama
kehamilan)
2) Perdarahan antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus
6) Usia ibu < 16 tahun
7) Usia ibu > 35 tahun
8) Multi gravida yang jarak kehamilannya terlalu dekat
9) Golongan sosial ekonomi rendah
10) Ibu yang merokok
11) Ibu peminum alcohol
12) Ibu pecandu narkotik
b. Faktor janin
1) Hidramnion (ketuban berlebih)
2) Kelainan ganda
3) Kelainan kromosom
4) Cacat bawaan
5) KPD
6) Infeksi
7) Zat-zat beracun.(Wanda et al., 2014)
3. Manifestasi Klinis
a. Berat tidak mencukupi atau sama dengan 2500 gram
b. Panjang badan bayi kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada bayi kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala bayi kurang dari 33 cm
e. Usia kehamilan ibu kurang dari 37 minggu
f. Kepala bayi relatif lebih besar
g. Kulit bayi lebih tipis, transparan, rambut lanugo banyak, dan lemak kurang
h. Ototnya hipotonik lemah
i. Pernafasan tidak teratur atau bahkan terjadi apnea
j. Kepala bayi tidak mampu tegak, pernafasannya sekitar 40 – 50x/menit
k. Nadi 100-140x/menit
l. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
m. Tumit bayi mengkilap dan telapak kaki halus
n. Organ genetalia belum sempurna, labio minora belum tertutupi oleh labio mayora,
pada bayi perempuan klitorisnya menonjol dan pada bayi laki-laki, testisnya belum
turun ke dalam skrotum serta pigmentasi pada skrotum kurang
o. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan juga pergerakan lemah
p. Fungsi saraf yang belum efektif dan tangis bayi lemah
q. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot jaringan lemak
masih kurang. (Aisyah, 2021)
4. Patofisiologi (Pathway)
(Utama, 2019)
Akibat berbagai dari berat badan lahir rendah yaitu faktor yaitu, faktor ibu, faktor janin
dan faktor lingkungan. Faktor ibu seperti penyakit yang diderita ibu, usia ibu saat hamil lebih
dari 35 tahun atau kurang dari 16 tahun, keadaan sosial ekonomi. Adapun dari berbagai Faktor
janin seperti kelainan kromosom, hidramnion, kehamilan ganda. Tempat tinggal, radiasi, dan
zatzat beracun merupakan faktor dari lingkungan. Dari faktor-faktor tersebut akan mengalami
gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang yang akan menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim terganggu. Maka terjadilah bayi lahir prematur atau dismatur
dengan berat badan lahir yang belum cukup dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi, maka bayi
diharuskan untuk beradaptasi terhadap kehidupan ekstrauterin sebelum organ dalam tubuhnya
berkembang secara optimal.
Penyebab dari BBLR juga oleh hamil dengan infeksi dalam rahim, hidramnion,
perdarahan, hamil ganda, cacat bawaan,. Hal tersebut juga menyebabkan bayi lahir dengan berat
2500 gram dengan panjang tidak mencapai 45 cm, besarnya kepala, kulit tipis, transparan ,
lingkar dada kurang dari 30 cm, banyaknya rambut lanugo, lemak kurang, pernapasan tak teratur
dapat terjadinya penurunan pernafasan.
BBLR pada bayi berkemungkinan akan terjadi sindrom distres respirasi , sindrom aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum, penyakit membran hialin, dismatur preterm terutama bila masa
kehamilannya belum mencapai 35 minggu, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, hipokalsemia,
patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia, kekuerangan darah merah,
gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC),
bronchopulmonary dysplasia, dan malformasi konginetal. (Utama, 2019)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
1) Pada umur 8 jam dapat dimulai foto thoraks pada bayi baru lahir dengan usia
gestasi yang belum cukup bulan. Terdapatnya retikulogranular pada parenkim
dan bronkogram udara pada gambaran foto thoraks pada bayi dengan penyakit
membran hyalin yang disebabkan oleh kekurangan surfaktan. Gambaran white
lung hanya tampak pada kondisi berat.
2) Pada umur 2 hari USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35
minggu akan dimulai untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan
intrakranial dengan memvisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah
dengan fontanel anterior yang terbuka. (Utama, 2019)
b. Laboratorium
1) Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat jumlah sel
darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3
2) Hematokrit ( Ht ) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih
menandakan polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau
hemoragic prenatal/perinatal).
3) Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan
anemia atau hemolisis berlebihan).
4) Nilai bilirubun normal total adalah : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8
mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari.
5) Elektrolit harus dipantau ( Na, K, Cl ) : biasanya dalam batas normal pada
awalnya.
6) Pemeriksaan AGD. (Utama, 2019)
7. Penatalaksanaan
a. Mempertahankan Suhu Tubuh
Untuk mempertahankan suhu tubuh pada bayi yang lahir dengan berat badan lahir
rendah langsung diletakkan didalam inkubator. Inkubator modern akan dilengkapi
alat pengatur suhu dan kelembapan sehingga bayi dapat mempertahankan suhu
normal. Namun, sebelum memasukan bayi kedalam inkubator, inkubator terlebih
dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,40C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang,
sehingga dapat mengakibatkan pernapasan bayi jadi adekuat, bayi dapat bergerak
tanpa dibatasai oleh pakaian serta observasi terhadap pernapasan bayi lebih mudah
dilakukan.
d. Pencegahan Infeksi
Infeksi yaitu masuknya kuman pathogen ke dalam keadaan tubuh khususnya
mikroba. Bayi dengan BBLR sangat rentan terjadi infeksi. Sangat mudah
mengalami infeksi disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada BBLR
masih cukuo rendah. Sehingga cara yang tepat yaitu melakukan pencegahan infeksi
dengan cara bayi dihindarkan dari orang yang memiliki infeksi apapun.
e. Penimbangan Berat Badan
Perubahan berat pada bayi menunjukkan kondisi bayi sudah ada peningkatan atau
tidak dengan demikian penimbangan berat bayi wajib dievaluasi ketat juga rutin
sehingga apabila tidak mencapai target maka dapat segera dilakukan tindakan yang
tepat.
f. Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang yaitu salah satu masalah yang perlu diperhatikan bagi bayi
preterm sebab tidak ada alveoli juga surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan
sekitar 30-35% dengan memakai head box. Konsentrasi O2 yang tinggi dalam
jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan retina
yang dapat berujung pada hilangnya penglihatan. (Aisyah, 2021)
8. Komplikasi
a. Kesulitan bernafas pada bayi yang disebakan oleh sindrom aspirasi meconium
b. Terutama pada laki-laki : hipoglikemia simptomatik
c. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/
cukup, sehingga olveoli kolaps.
d. Asfiksia neonetorum.
e. Hiperbilirubinemia. Gangguan pertumbuhan hati akan menyebabkan
hiperbilirubinemia yang sering didapatkan oleh bayi dismatur. (Utama, 2019)
a. Identitas : Nama bayi, alamat, identitas, usia ibu saat hamil, usia kehamilan, kehamilan
dengan penyakit penyerta
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm. Kesadaran apatis, daya hisap lemah atau
bayi tak mau minum, hipotonia letargi, dan mungkin terjadi kelumpuhan otot
b) Riwayat penyakit sekarang
Bayi dengan ukuran fisik : UK < 37 minggu, BB < 2500 gram, panjang badan <
45 cm. Gambaran fisik : kepala lebih besar dari badan, kulit tipis transparan,
rambut lanugo banyak, lemak subkutan tipis, daya hisap lemah atau bayi tak mau
minum
c) Riwayat penyakit dahulu
Bayi beresiko mengalami BBLR, jika ibu mempunyai riwayat penyakit seperti
hipertensi, plasenta pervia, kehamilan kembar, malnutrisi, kebiasaan ibu merokok,
minum alkohol, ibu yang memderita penyakit malaria, dll.
d) Riwayat kehamilan dan melahirkan
Adanya riwayat melahirkan sebelumnya,dan pada saat partus siapakah yang
berperan dalam proses pertolongan partus tersebut. Riwayat pemberian ANC
terpadu termasuk didalamnya
e) Riwayat imunisasi
Pemberian vaksin tetanus diberikan 2 kali pada ibu hamil, yaitu TT (tetanus) I
diberikan setelah bulan ke-3 dan TT II diberikan dengan interval minimal 1 bulan,
serta tidak boleh < 1 bulan sebelum persalinan agar kadar anti tetanus serum bayi
mencapai kadar optimal. Bila ibu hamil belum mendapatkan polio, berikan vaksin
polio yang aman untuk ibu hamil.
f) Riwayat nutrisi
Masalah pemberian ASI pada BBLR terjadi karena ukuran tubuh bayi dengan
BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya kecil dan tidak dapat menghisap.
Bayi dengan BBLR sering mendapatkan pemberian ASI dalam jumlah yang lebih
sedikit tetapi sering. Bayi BBLR dengan kehamilan lebih dari 35 minggu dan
berat lahir lebih dari 2000 gram umumnya bisa langsung menetek (Proverawati et
al., 2010)
c. Kebutuhan dasar
a) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
a. Pada umumnya pasien dengan BBLR dalam keadaan lemah, bayi terlihat
kecil, pergerakan masih kurang dan lemah, BB BBLR berat kurang dari
2500 gram, lingkar dada < 33 cm
b. Biokimia, pada bayi BBLR sering dijumpai adanya peningkatan kadar
hemogloblin, eritrosit karena imaturitas dari sel dan belum sempurnanya
enzim.
c. Clinical, pada BBLR berat badan bayi belum memenuhi standar yakni 2500
gram dan pada kasus ini biasanya juga terjadi kelemahan reflek atau fungsi
menghisap.
d. Diet Makanan atau nutrisi yang diberikan biasanya hanya ASI dan susu
formula khusu BBLR jika disarankan oleh dokter. (Proverawati et al., 2010)
2) Pemeriksaan fisik head to toe
a. Kepala
Inspeksi : biasanya pada BBLR kepala lebih besar dari badan, kulit tipis,
ubun ubun besar dan kecil belum menutup
Palpasi : pada BBLR rambut tipis dan halus, lingkar kepala <33 cm.
b. Mata
Inspeksi : mata simetris, pupil isokor, terdapat banyak lanugo pada area
pelipis, konjungtiva anemis
c. Hidung
Inspeksi : terdapat pernafasan cuping hidung akibat gangguan pola nafas,
terpasang selang oksigen 1-2 liter/menit
Palpasi : pada BBLR tulang hidung masih lunak, karena tulang rawan
belum sempurna
d. Mulut
Inspeksi : pucat, sianosis, mukosa bibir kering
e. Telinga
Inspeksi : pada BBLR terlihat banyak lanugo, daun telinga imatur
Palpasi : daun telinga pada BBLR lunak
f. Wajah
Inspeksi : warna kulit merah karena hipertermia, bentuk simetris, lanugo
banyak, kriput seperti orang tua
g. Leher
Inspeksi : pada BBLR mudah terjadi gangguan pernafasan akibat dari
inadekuat jumlah surfaktan, jika hal ini terjadi biasanya didapatkan
retraksi suprasternal
h. Paru-paru
I : biasanya pada BBLR pernafasan tidak teratur, otot bantu pernafasan,
lingkar dada <30 cm, retraksi dada ringan
P : dinding dada elastis, puting susu belum terbentuk (Ridha, 2014).
P : terdapat suara sonor
A : jika bayi mengalami gangguan pernafasan biasanya bayi
mendengkur, jika terjadi aspirasi meconium maka terdapat suara ronchi
i. Jantung
I : biasanya ictus cordis Nampak di ICS mid klavikula
P : ictus cordis teraba ICS 4 mid klavikula sinistra
P : area jantung redup (Ridha, 2014).
A : S1 S2 tunggal, normalnya heat rate 120-160 kali/menit
j. Abdomen
Biasanya pada BBLR tidak terjadi distensi abdomen, kulit perut tipis,
pembuluh darah terlihat
k. Genetalia
Pada bayi BBLR perempuan, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjol. Pada bayi laki-laki testis belum turun dan rague
pada skrotum kurang
l. Ekstremitas
Pada BBLR garis plantar sedikit, kadang terjadi oedem, pergerakan otot
terlihat lemah, terdapat lanugo pada lengan, akral teraba dingin (Proverawati
et al., 2010)
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan. Fokus dari intervensi antara lain mempertahankan
daya tubuh, mencegah komplikasi, menemukan perubahan sistem tubuh,
menatap hubungan klien dengan lingkungan, implementasi tindakan kolaborasi.
(Setiadi, 2012)
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan
perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan (Nikmatur & Saiful, 2012) yaqng berpacu pada kriteria
hasil, yaitu:
a) Pola pernafasan klien efektif, tidak ada sumbatan jalan nafas,
pernapasan 40-60 x /menit
b) Suhu kulit atau aksila 36,5c -37,50
c) bebas dari stress dingin, termoregulasi dapat berfungsi secara efektif
sesuai dengan perkembangannya
d) Nutrisi terpenuhi dan terjadi peningkatan berat badan sedikitnya 20-30 gram/hari
e) Kadar bilirubin dalam batas normal bilirubin total < 6.00, bilirubin direk < 0.20,
bilirubin indirek < 0.60
f) Terhindar dari tanda-tanda infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Nikmatur, & Saiful. (2012). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media. Ar-ruzz Media.
Proverawati, Atikah, & Ismawati, C. (2010). BBLR Bayi Berat Lahir Rendah. Nuha Medika.
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.
Graha Ilmu.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1 Cetakan). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Wanda, D., Rustina, Y., Hayati, H., & Waluyanti, F. T. (2014). Pengembangan Model Pelayanan
Asuhan Keperawatan Bayi Berat Lahir Rendah (The Development of Nursing Care Services
Model for Low Birth Weight Infants) *Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
Kampus UI Depok Jawa Barat 16424 E-mail: [email protected]. Jurnal Ners, 9.