Sistem Tenaga Listrik Indonesia - Robert Theodore
Sistem Tenaga Listrik Indonesia - Robert Theodore
Sistem Tenaga Listrik Indonesia - Robert Theodore
Saat ini listrik sudah merupakan sumber utama dan memiliki peran penting dalam
mempercepat kemajuan suatu negara. Listrik juga merupakan sumber energi untuk sebagian besar
aktivitas rumah tangga dan sebagai unsur penting dalam mencapai tujuan pembangunan masa depan
nanti. Dalam menyalurkan energi listrik tersebut diperlukanlah suatu sistem tenaga listrik yang terdiri
dari sistem pembangkit listrik yang akan menyediakan daya, transmisi listrik yang akan membawa
daya dari pembangkit menuju pusat beban, dan distribusi listrik yang kemudian akan mengalirkan
listrik ke perumahan ataupun industri terdekat.
Pada sistem pembangkit listrik terdapat generator yang akan digunakan untuk menghasilkan
listrik. Pada Negara Indonesia sendiri sistem pembangkit tenaga listrik dapat dibagi menjadi dua
menurut sumbernya yaitu, tenaga listrik yang menggunakan energi fosil dan tenaga listrik yang
menggunakan energi terbarukan. Pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar fosil
akan membakar minyak atau batu bara untuk menghasilkan panas yang selanjutnya akan digunakan
untuk menghasilkan uap dan akhirnya akan menggerakkan turbin yang kemudian menghasilkan
listrik. Saat ini, bahan bakar fosil adalah yang paling matang dan sumber ekonomi untuk pembangkit
listrik terutama pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Namun, penggunaan bahan bakar fosil
ini telah menghasilkan sebagian besar polusi konvensional dan juga emisi karbon dioksida global.
Sehingga masa depan pembangkit listrik energi fosil dalam batasan karbon di dunia akan bergantung
pada pertumbuhan permintaan listrik dan pengurangan emisi karbon dioksida. Sedangkan pada
pembangkit tenaga listrik yang menggunakan energi terbarukan merupakan pembangkit yang
menggunakan energi-energi alternatif seperti tenaga air, udara, panas bumi, tenaga surya, biomassa,
dan lainnya yang kemudian akan dikonversikan menjadi energi listrik. Pembangkit tenaga listrik
dengan sumber energi terbarukan memiliki penggunaan dan pengoprasian yang sangat ramah
lingkungan dan tidak menghasilkan dampak bagi lingkungan sekitarnya, akan tetapi sangat
bergantung pada kondisi lingkungan yang ada. Negara Indonesia sudah menerapkan sistem
pembangkit tenaga listrik yang sudah tersebar luas di wilayahnya. Macam-macam pembangkit listrik
di Indonesia sendiri meliputi pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga
bayu/angin (PLTB), pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga panas bumi
(PLTP), pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBm).
Pada sistem transmisi listrik di Indonesia, menggunakan transformator step up sebagai
komponen utamanya, dimana tegangan listrik pertama-tama akan dinaikan oleh karena jarak
pembangkit dengan perumahan yang sangat jauh. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi adanya
daya disipasi. Tegangan yang dinaikkan biasanya menjadi 150 kV hingga 500 kV. Listrik tersebut
akan dikirimkan hingga menuju sistem distribusi listrik. Kemudian pada sistem distribusi listrik, akan
kembali menggunakan transformator step down untuk mengubah tingkat tegangan sesuai beban.
Pembagian tersebut dilakukan untuk membedakan tujuan distribusi, apabila menuju perusahaan maka
akan memerlukan tegangan lebih besar, sedangkan pada perumahan tidak memerlukan tegangan yang
terlalu besar untuk mengurangi terjadinya bahaya.
Sistem tenaga listrik di Indonesia saat ini menggunakan sistem interkoneksi kelistrikan yang
merupakan sistem ketenagalistrikan yang terdiri dari dua atau lebih jaringan yang saling berhubungan
satu sama lain, dan dalam kaitannya dengan jaringan tertentu berarti sistem yang saling berhubungan
di mana jaringan tersebut menjadi bagiannya. Beberapa pusat pembangkit dan juga gardu listrik yang
terhubung. Pada sistem ini sendiri memiliki tujuan untuk menghindari gangguan yang dapat terjadi
pada salah satu pusat pembangkit, sehingga dapat meningkatkan keandalan penyediaan tenaga listrik.
Pada tahun 2021, Indonesia mengumumkan komitmen untuk mencapai emisi nol bersih
hingga 2060, atau lebih awal dengan dukungan dari negara-negara maju. Tindakan yang bisa diambil
untuk mencapai target ini termasuk dengan menggerakkan langkah-langkah efisiensi energi,
meningkatkan penggunaan energi terbarukan, mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,
meningkatkan distribusi kendaraan listrik. Hal tersebut merupakan transformasi pada sektor
kelistrikan yang akan menjadi hal penting dalam mencapai sasaran tersebut. Indonesia memiliki
potensi yang sangat tinggi dalam menggunakan pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi.
Pembangkit listrik tenaga surya dengan menggunakan teknologi photovoltaic (PV) juga diharap
untuk dikembangkan lebih lanjut.
Saat ini, teknologi PV sudah datang dengan biaya lebih tinggi daripada teknologi terbarukan
lainnya. Namun, dalam menggunakan energi terbarukan variabel, seperti angin dan tenaga surya, ke
dalam sistem tenaga listrik dapat menjadi tantangan karena sifat teknis masing-masing yang unik,
dimana terdapatnya variabilitas yang terjadi dikarenakan outputnya yang akan bervariasi dari waktu
ke waktu tergantung pada ketersediaan sumber daya utamanya yaitu angin atau matahari. Kemudian
terdapat ketidakpastian yang juga dikarenakan outputnya tidak dapat diramalkan dengan sempurna,
terutama pada waktu tenggang yang lebih lama. Secara khusus, teknologi PV dapat menghasilkan
listrik seiring adanya radiasi cahaya matahari, yang tentunya hal tersebut dipengaruhi oleh musim
dan tentunya pada pagi hingga siang hari, sehingga akan dibutuhkan sumber daya lainnya untuk
mengambil alih di malam hari. Ketergantungan tersebut pada teknologi tenaga surya ini
membutuhkan fleksibilitas yang cukup dalam sistem kelistrikan untuk menjaga keseimbangan
penawaran dan permintaan di semua rentang waktu secara relevan, mulai dari musim hingga jam dan
menit. Dasar fleksibilitas sistem ini mengacu secara luas pada semua atribut sistem tenaga yang
memungkinkan operator sistem untuk menyeimbangkan permintaan dan generasi dalam menanggapi
variabilitas dan juga ketidakpastian. Penambahan kapasitas tenaga matahari dan angin juga
diharapkan tetapi hanya akan berkontribusi pada sebagian kecil dari sistem dalam dekade berikutnya.
Dalam hal kapasitas pembangkitan, energi terbarukan mewakili sekitar 25% dari total kapasitas , di
mana tenaga surya dan angin akan mewakili sekitar 5%.
Selain itu saat ini Negara Indonesia juga sedang mengembangkan dan berencana untuk
membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Dimana pada PLTN sendiri, reaksi nuklir akan
menghasilkan panas dan kemudian akan terbawa oleh cooling system. Cooling system yang umum
digunakan adalah air, gas karbon dioksida, natrium cair. Selanjutnya neutron yang bergerak cepat
memiliki kecepatan yang dimoderasi dengan melewati moderator. Moderator yang umum digunakan
adalah air ataupun grafit. Dimana hanya neutron dengan kecepatan yang cukup rendah yang dapat
menghasilkan fisi dari inti uranium. Uap yang dihasilkan di generator kemudian akan dialirkan
menuju turbin uap. Gaya semburan uap tersebut akan menyebabkan turbin berputar. Dimana hal
tersebut akan terhubung dengan generator yang akhirnya akan menghasilkan listrik. Energi nuklir
sangat diharapkan dapat menjadi energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan dari energi yang
menggunakan bahan bakar fosil bagi masa yang akan datang.
Dalam sistem tenaga kelistrikan Indonesia saat ini perlu memenuhi tiga pilar utama
keberlanjutan, yaitu ketersediaan yang mencangkup keamanan pasokan, keterjangkauan yang berarti
mencangkup biaya serendah-rendahnya dan menjamin adanya ketahanan lingkungan yang baik.
Untuk meningkatkan efisiensi dalam sistem tenaga listrik, smart grid yang merupakan jaringan pada
sistem tenaga listrik juga merupakan peluang bagi PLN untuk memperluas penawaran nilai mereka
menyediakan layanan kepada konsumen untuk mengurangi jumlah konsumsi mereka dan manfaat
sistem sementara bertujuan untuk mencapai tujuan keberlanjutan. Hal tersebut merupakan layanan
yang dapat membantu konsumen membeli peralatan hemat energi atau mengimplementasikan
layanan otomasi, sebagai sistem manajemen energi. Pemeliharaan dan memperluas jaringan transmisi
dan distribusi juga sangatlah dibutuhkan karena listrik sangat penting untuk memastikan energi yang
andal dan dapat diakses di seluruh nusantara untuk memajukan infrastruktur dan juga pembangunan
dalam Negara Indonesia.
Referensi :
[1] Eric D.Larson, “Fossil Energy”, Global Energy Assessment, Chapter 12, Princeton: Cambridge
University Press, 2012
[2] Florian Kitt, “Electric Power Subsector”,Indonesia Energy Sector Assessment, Strategy, and Road
Map, page 11, Tbilisi: Asian Development Bank, 2020
[3] Craig Hart, “Enhancing Indonesia’s Power System”, Louisiana : International Energy Agency, 2021
[4] Alief Rakhman, “Sistem Tenaga Listrik di Indonesia ”, htthttps://rakhman.net/electrical-id/sistem-
tenaga-listrik/ (Accessed Desember 30,2020)
[5] Dhiraj Ahuja , “Nuclear Power Plant”, International Journal of Automation and Power Engineering,
page 97-100, Faridabad: SEP, 2012