Makalah Pendidikan Pancasila Kelompok 9
Makalah Pendidikan Pancasila Kelompok 9
Makalah Pendidikan Pancasila Kelompok 9
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah gagasan vital yang berasal dari kebudayaan Indonesia, artinya nilai-nilai
yang benar-benar dari sistem nilaibangsa Indonesia sendiri.Konsep Pancasila sebagaidasar nilai
pengembangan ilmu menurutcarapandangDaoedJoesoefadalahsebagai tuntunan dan pertimbangan
nilaidalampengembanganiptek.perkembangan IPTEK sangatdiperlukan dalam upaya
mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta menjawab segala tantangan
zaman. Dengan penguasaan IPTEK kita dapat tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia sesuai dengan sila ketiga yang berbunyi Persatuan Indonesia. Maka dari itu, IPTEK
dan Pancasila antara satu dengan yang lain memiliki hubungan yang kohesif. IPTEK diperlukan
dalam pengamalan Pancasila, sila ketiga dalam menjaga persatuan Indonesia.
B. Rumusan Masalah
3. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai sumber nilai, kerangka berpikir serta asas
moralitas bagi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi?
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian kedua bahwa setiap iptek yang dikembangkan di Indonesia harus menyertakan
nilai-nilai Pancasila sebagai faktor internal mengandaikan bahwa sejak awal pengembangan iptek
sudah harus melibatkan nilai-nilai Pancasila.Namun, keterlibatan nilai-nilai Pancasila ada dalam
posisi tarik ulur, artinya ilmuwan dapat mempertimbangkan sebatas yang mereka anggap layak
untuk dilibatkan.Pengertian ketiga bahwa nilai-nilai Pancasila berperan sebagai rambu normatif
bagi pengembangan iptek mengasumsikan bahwa ada aturan main yang harus disepakati oleh
para ilmuwan sebelum ilmu itu dikembangkan. Namun, tidak ada jaminan bahwa aturan main itu
akan terus ditaati dalam perjalanan pengembangan iptek itu sendiri. Sebab ketika iptek terus
berkembang, aturan main seharusnya terus mengawal dan membayangi agar tidak terjadi
kesenjangan antara pengembangan iptek dan aturan main. Pengertian keempat yang
menempatkan bahwa setiap pengembangan iptek harus berakar dari budaya dan ideologi bangsa
Indonesia sendirisebagai proses indegenisasiilmumengandaikanbahwa Pancasila bukan hanya
sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang
di Indonesia. Untuk itu, diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di kalangan
2
intelektual Indonesia, sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu menjadi bahan pertimbangan bagi
keputusan-keputusan ilmiah yang diambil. (Dikti, 2016)
Oleh karena itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam pengembangan
iptek di Indonesia.Ketiga, perkembangan iptek yang didominasi negara-negara Barat dengan
politik global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti
spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita rasa keadilan.Oleh karena itu,
diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan menangkal pengaruh nilai-nilai global yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia.
3
manusia.Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab.Oleh karena itu pada hakikatnya sila-sila
Pancasila harus merupakan sumber nilai, kerangka pikir serta basis moralitas bagi pengembangan
iptek.
3. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia bahwa rasa
nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, dengan iptek persatuan dan kesatuan
bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraandanpersahabatanantardaerah di berbagai
daerah terjalin karena tidak lepas dari faktor kemajuan iptek. Oleh sebab itu, Iptek harus dapat
dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan selanjutnya dapat
dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat internasional.
4
lain dan harus memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka untukdikritik,
dikajiulanhmaupundibandingkandengan penemuan teori lainnya.
5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam
hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusiadenganmanusialain,
manusiadenganmasyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
2. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional, perubahan yang terjadi dalam masyarakat
dan bangsa akibat dari pembangunan harus semakin menempatkan nilai-nilai Pancasila yang
dapat dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Pancasila merupakan arah pembangunan nasional, proses pembangunan nasional tidak terlepas
dari kontrol nilai-nilai Pancasila. Olehsebabitu, kemanaarahpembangunanmelalui tahap-tahapnya
tidak dapat dilepaskan dari usaha mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila, sehingga
pembangunan adalah pengamalan Pancasila.
4. Pancasila merupakan etos pembangunan nasional, untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia
masa depan diciptakan misi pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Konsistensi antara teori dan kenyataan dan ucapan
dengan tindakan, merupakan paradigma baru dalam menjadikan Pancasila sebagai etika
pembangunan nasional.
5. Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini mengandung maksud agar nilai-nilai luhur
Pancasila (normanorma Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945) dijadikan tolok
ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasinya. Menurut Prof. Dr. M.
5
Sastrapratedja(dalamDikti, 2016;207-208) dalam artikelnya yang berjudul, Pancasila sebagai
Orientasi Pembangunan Bangsa dan Pengembangan Etika Ilmu Pengetahuan menegaskan ada
dua peran Pancasila dalam pengembangan iptek, yaitu pertama, Pancasila merupakan landasan
dari kebijakan pengembangan ilmu pengetahuan, yang kedua, Pancasila sebagai landasan dari
etika ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal pertama yang terkait dengan kedudukan Pancasila sebagai landasan kebijakan pengembangan
ilmu pengetahuan mencakup lima hal sebagai berikut. Pertama, bahwa pengembangan ilmu
pengetahuan harus menghormati keyakinan religius masyarakat karena dapat saja penemuan ilmu
yang tidak sejalan dengan keyakinan religious, tetapi tidak harus dipertentangkan karena
keduanya mempunyai logika sendiri.Kedua, ilmu pengetahuan ditujukan bagi pengembangan
kemanusiaan dan dituntun oleh nilai-nilai etis yang berdasarkan kemanusiaan.Ketiga, iptek
merupakanunsur yang “menghomogenisasikan” budayasehinggamerupakan unsur yang
mempersatukan danmemungkinkankomunikasiantarmasyarakat.Membangun penguasaan iptek
melalui sistem pendidikan merupakan sarana memperkokoh kesatuan dan membangun identitas
nasional. Keempat, prinsip demokrasi akan menuntut bahwa penguasaan iptek harus merata ke
semua masyarakat karena pendidikan merupakan tuntutan seluruh masyarakat. Kelima,
kesenjangan dalam penguasaan iptek harus dipersempit terus menerus sehingga semakin merata,
sebagai konsekuensi prinsip keadilan sosial.Hal kedua yang meletakkan Pancasila sebagai
landasan etika pengembangan iptek dapat dirinci sebagai berikut. (1) Pengembangan iptek
terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu menghormati martabat manusia, misalnya
dalam rekayasa genetik; (2) iptek haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik sekarang
maupun di masa depan; (3) pengembangan iptek hendaknya membantu pemekaran komunitas
manusia, baik lokal, nasional maupun global (4) iptek harus terbuka untuk masyarakat; lebih-
lebih yang memiliki dampak langsung kepada kondisi hidup masyarakat; (5) iptek hendaknya
membantu penciptaan masyarakat yang semakin lebih adil.
Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab memberikan arahan, baik bersifat
universal maupun khas terhadap ilmuwan dan ahli teknik di Indonesia.Asas kemanusiaan atau
humanisme menghendaki agar perlakuan terhadap manusia harus sesuai dengan kodratnya
sebagai manusia, yaitu memiliki keinginan, seperti kecukupan materi, bersosialisasi,
eksistensinya dihargai, mengeluarkan pendapat, berperan nyata dalam lingkungannya, bekerja
sesuai kemampuannya yang tertinggi. Hakikat kodrat manusia yang bersifat mono-pluralis,
sebagaimanadikemukakanNotonagoro, yaituterdiriatas jiwa dan raga (susunan kodrat), makhluk
individu dan sosial (sifat kodrat), dan makhluk Tuhan dan otonom (kedudukan kodrat)
memerlukan keseimbangan agar dapat menyempurnakan kualitas kemanusiaannya.
Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia memberikan arahan agar
selalu diusahakan tidak terjadinya jurang (gap) kesejahteraan di antara bangsa Indonesia.Ilmuwan
dan ahli teknik yang mengelola industri perlu selalu mengembangkan sistem yang memajukan
perusahaan, sekaligus menjamin kesejahteraan karyawan.Selama ini, pengelolaan industri lebih
berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, dalam arti keuntungan perusahaan sehingga cenderung
mengabaikan kesejahteraan karyawan dan kelestarian lingkungan.Situasi timpang ini disebabkan
oleh pola kerja yang hanya mementingkan kemajuan perusahaan.Pada akhirnya, pola tersebut
dapat menjadi pemicu aksi protes yang justru merugikan pihak perusahaan itu sendiri.
BAB III
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengembangan ilmu dan teknologi terlebih yang menyangkut manusia haruslah selalu
menghormati martabat manusia, haruslah meningkatkan kualitas hidup manusia baik sekarang
maupun di masa depan, membantu pemekaran komunitas manusia, baik lokal, nasional maupun
global, harus terbuka untuk masyarakat lebih-lebih yang memiliki dampak langsung kepada
kondisi hidup masyarakat, dan ilmu dan teknologi hendaknya membantu penciptaan masyarakat
yang semakin lebih adil.
B. Saran
Sarandari kami kepada pembaca makalah ini kita sebagai masyarakat yang mengikuti
perkembangan zaman iptek harus berpikir kritis dalam mengambil ilmu yang baik dan buruk di
dalam perkembangan iptek yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
9
BP-7 Pusat, 1993, Bahan Penataran P-4, Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta.Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan DIKTI. (2013),
Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: DIKTI. Direktorat Pembelajaran dan
Kemahasiswaan DIKTI.(2016), Pendidikan Pancasila. Jakarta: DIKTI. Joesoef, Daoed, (1987),
“Pancasila, Kebudayaan, dan IlmuPengetahuan”, dalamSoeroso H. Prawirohardjo, dkk.,
The Liang Gie, (1987), PengantarFilsafat Ilmu, Yogyakarta: Yayasan Studi Ilmu Dan Teknologi.
Tim DosenFilsafatIlmuFak. Filsafat UGM Yogyakarta, (1996),
10