Pemeriksaan Marshall
Pemeriksaan Marshall
Pemeriksaan Marshall
I. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Hari/tanggal : Senin, 7 Juni 2021
Tempat : Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil UMSU
Waktu : 08.00 s/d selesai WIB
a. Stability
b. Durability
c. Flexibility
d. Fatique Resistance : Thick Layers; Thin Layers
e. Fracture Strength : Overload Conditions; Thermal Conditions
f. Skid Resistance
g. Impermeability
h. Workability
Umum
Yang dimaksud bahan olahan adalah campuran dari agregat dan aspal
yang masing-masing dipanaskan pada temperature tertentu baik berbentuk
briket ataupun tidak.
Tidak
Kesesuaian Mutu Bahan dengan Ganti Bahan
Spesifikasi
Perubahan gradasi
Campuran Beraspal Mudah Tidak atau penambahan
Dipadatkan
pasir pada proporsi
yang diijinkan
Pengesahan FCR menjadi FCK
(Selesai)
Stabilitas benda uji adalah daya tahan beban maksimum benda uji pada
temperature 60°C (140°F). Nilai kelelehan adalah perubahan bentuk suatu
campuran beraspal yang terjadi pada benda uji sejak tidak ada beban
hingga beban maksimum yang diberikan selama pengujian stabilitas.
Pada penentuan kadar aspal optimum utnuk suatu kombinasi agregat atau
gradasi tertentu dalam pengujian Marshall, perlu dipersiapkan suatu seri
dari contoh uji dengan interval kadar aspal yang berbeda sehinggga
didapatkan suatu kurva lengkung yang teratur. Pengujian agar
direncanakan dengan dasar ½ % kenaikan kadar aspal dibawah optimum.
Secara garis besar penyiapan benda uji dan pengujian sebagai berikut:
Berat isi benda uji tidak harus atau bergradasi menerus dapat ditentukan
menggunakan benda uji jenuh kering permukaan (SSD) seperti prosedur
ASTM D 2726. Secara garis besar adalah sebagai berikut:
e. Pengujian Volumetrik
Umum:
Tiga sifat dari benda uji campuran aspal panas ditentukan pada analisa
rongga-density. Sifat tersebut adalah:
1. Berat isi dan atau berat jenis benda uji padat;
2. Rongga dalam agregat mineral;
3. Rongga udara dalam campuran padat.
Dari berat contoh dan persentasi aspal dan agregat dan berat jenis masing-
masing, volume dari material yang bersangkuran dapat ditentukan.
Udara Va
Vbe Vma
Vma
Aspal
Vba
Vmm
Vmb
Vsb
Agregat Vse
Vb : Volume aspal
Wt : Berat agregat
% rongga =
[ ]
Va
Vmb
x 100
% Vma =
[ ]
Vbe + Va
Vmb
x 100
Density =
[
Wb + Ws
Vmb ]
x γW
=
Gmb x γ w
Rongga pada agregat mineral (Vmb) dinyatakan sebagai persen dari total
volume rongga dalam benda uji. Merupakan volume rongga dalam campuran
yang tidak terisi agregat dan aspal yang terserap agregat.
Prosedur ini berlaku untuk benda uji padat yang dibuat di laboratorium
dan pada contoh tidak terganggu yang diambil dari lapangan. Dengan
menganalisa rongga udara dan rongga pada mineral agregat, beberapa indikasi
dari kinerja campuran aspal panas selama masa pelayanan dapat diperkirakan.
Pada total agregat yang terdiri dari beberapa fraksi agregat kasar, agregat
halus, dan pengisi yang masing-masing mempunyai berat jenis yang
berlainan. Berat jenis curah gabungan agregat ditentukan sebagai berikut:
P 1 + P 2 + . ... .. .. + Pn
Gsb=
P1 P 2 Pn
+ + ..... . +
G1 G2 Gn
Dengan Pengertian:
Pmm − Pb
Pmm Pb
−
G
Gse = mm
Gb
Dengan Pengertian:
P 1 + P 2 ........ + Pn
P 1 P 2 Pn
+ +
Gsa = G1 G 2 Gn
Dengan pengertian:
Pmm
Ps Pb
+
Gmm = Gse Gb
Dengan pengertian:
d) Penyerapan Aspal
Pba =
100 ( )
Gse − Gsb
Gsb x Gse
Gb
Dengan pengertian:
Pba : Aspal yang terserap, persen berat agregat
Kadar aspal efektif campuran adalah aspal total dikurangi besarnya jumlah
aspal yang meresap ke dalam partikel agregat. Persamaan untuk
perhitungan adalah sebagai berikut:
Pbe =
Pb − (100Pba ) Ps
Dengan Pengertian:
Rongga dalam mineral agregat, VMA adalah rongga antar partikel agregat
pada campuran padat termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif,
dinyatakan dalam persen volume total. VMA dihitung berdasarkan berat
jenis agregat curah (bulk) dan dinyatakan dalam persentase dari volume
curah campuran padat.
Gmb 100
100 − x x 100
VMA = Gsb 100 + Pb
Dengan Pengertian:
Pb : Aspal, persen berat agregat
Rongga udara, Pa, dalam campuran padat terdiri atas ruang-ruang kecil
antara partikel agregat terselimuti aspal. Rongga udara dihitung persamaan
sebagai berikut :
Dengan pengertian :
Dengan pengertian :
Penyiapan Bahan
a. Agregat
b. Aspal Keras
a) Untuk daerah dengan suhu udara tahunan rata-rata lebih besar dari
24oC maka aspal yang digunakan harus dari jenis aspal keras pen 40
atau pen 60 yang telah memenuhi persyaratan dalam spesifikasi.
Khusus untuk daerah dengan suhu udara tahunan rata-rata kurang dari
24oC dapat digunakan aspal keras pen 80.
b) Pengambilan contoh aspal harus dilaksanakan sesuai dengan
AASHTO T 40.
c) Aspal dalam keadaan curah di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan
ke dalam penyimpan aspal di unit pencampur aspal (AMP) sebelum
hasil pengujian contoh pertama memenuhi persyaratan.
d) Aspal yang diperoleh hasil ekstraksi benda uji pada rencana campuran
kerja harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai
penetrasi aspal keras sebelum pencampuran, dan nilai daktilitas min 40
cm.
20
Aspal 41 liter lit
er
10
Agregat Kasar 25 kg 0
kg
10
Agregat Halus 25 kg 0
kg
Pasir (bila 50
15 kg
diperlukan) kg
Penyiapan Peralatan
Denganpengertian:
Pb = kadaraspalrencanaawal
CA= agregatkasar
FA=agregathalus
FF=bahanpengisi (bilaperlu)
g) Untuk mencari nilai VIM pada kepadatan mutlak, buat tiga contoh uji
tambahan dengan kadar aspal, satu kadar aspal pada VIM 6% (jika
persyaratan VIM pada kepadatan mutlak minimum 3%) dan dua kadar
aspal terdekat yang memberikan VIM di atasdan di bawah 6% dengan
perbedaan kadar aspal masing-masing 0,5%. Padatkan sampai mencapai
kepadatan mutlak.
h) Gambarkangrafikhubunganantarakadaraspaldenganhasilpengujian:
- Kepadatan
- Stabilitas
- Kelelehan
- VMA
- UFA
- VIM darihasilpengujianmarshall
- VIM daripengujiankepadatanmutlak. Percentage refusal density
(DRD)
- Nilai VIM inisebaiknya berkiasar2-3% dibawahnilai VIM marshall.
i) Untuk masing-masing parameter yang tercantum dalam persyaratan
campuran gambarkan batas-batas spesifikasi ke dalam grafik dan tentukan
rentang kadar aspal yang memenuhi persyaratan.
j) Pada grafik tersebut gambarkan rentang kadar aspal yang memenuh
persyaratan sesuai spesifikasi.
k) Periksa kadar aspal rencana yang diperoleh, biasanya berada dekat dengan
titik tengan dari rentang kadar aspal yang memenuhi seluruh persyaratan.
l) Pastikan bahwa campuran memenuhi seluruh kriteria dalam persyaratan
spesifikasi.
m) Pastikan rentang kadar aspal campuran yang memenuhi seluruh kriteria
harus melebihi 0,6 % sehinggan memenuhi toleransi produksi yang cukup
realistis (toleransi penyimpangan kadar aspal selama pelaksanaan adalah ±
0,3 % ).
Penggabungan Agregat
a. Campuran Lataston.
Untuk jenis Lataston, semakin halus gradasi (mendekati batas atas).
Maka rongga dalam mineral agregat (UMA) akan makin besar . Pasir halus
yang dikombinasi dengan batu pecah harus mempunyai bahan yang lolos
saringan No. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada saringan No. 100 (600 mikron)
sesedikit mungkin. Hal ini sangat penting karena bahan yang “senjang” harus
tidak lebih dari batas yang diberikan, yaitu disyaratkan agar minimum 80%
dari agregat yang lolos 2,36 mm harus lolos juga pada saringan 0,600 mm.
Jika jumlah bahan tersebut lebih besar dari yang ditentukan dalam kondisi
“senjang” maka UMA akan terlalu rendah sehingga campuran sulit mencapai
UMA yang diinginkan.
b. Campuran Laston.
Campuran Laston dapat dibuat mendekati batas atas titik control gradasi
atau di atas kurva Fuller, tetapi hal ini sulit untuk mencapai UMA yang
diisyaratkan. Karena itu lebih baik dari gradasi diarahkan memotong kurva
Fuller mendekati saringan No. 4 (4,75 mm).
P = Aa + Bb + Cc + …….
Dengan pengertian
P = Aa + Bb
Untuk a + b – 1 ; maka a = 1 – b
Dengan pengertian
P− A P−B
b= atau a=
B− A A−B
Contoh penggunaan :
Apabila terdapat dua fraksi agregat yaitu agregat kasar dan halus yang
harus digabung sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang telah
ditentukan. Dengan menggunakan persamaan di atas dapat diperoleh nilai
a dan b sehingga dapat ditentukan ukuran butir yang lainnya. Tabel di
bawah ini menunjukkan perhitungan dari penggabungan dan spesifikasi
gradasi yang ditentukan.
Diperoleh
Buat kotak grafik dengan panjang sisi yang sama (lihat gambar)
Tandai kedua garis vertical menjadi 10 angka dengan perbedaan
10, masing – masing dimulai dari 0 – 100 dan dimuali dari bawah
ke atas. Bagian kiri untuk persen lolos saringan agregat A dan
bagian kanan untuk agregat A. Tandai kedua garis mendatar
manjadi 10 angka dengan perbedaan 10. Gradasi bawah dimulai 0
s/d 100 dan dimulai dari kiri ke kanan, selanjutnya digunakan
untuk mendapatkan persentase agregat B.
Plotkan masing-masing ukuran bergradasi agregat A berupa titik-
titik pada garis vertikal bagian kanan dan agregat B pada garis
vertikal bagian kiri.
Hubungkan titik-titik yang mampunyai ukuran sama, dengan
membuat garis lurus diantara kedua titik tersebut kemudian beri
tanda sesuai dengan ukuran saringannya diatas garis tersebut.
Tandai batas gradasi asing-masing ukuran pada garis-garis tersebut
kemudian ditebalkan.
Proporsi antara agregat A dan agregat B diwakili oleh kedua garis
vertikal yang menghubungakan garis tebal untuk seluruh ukuran
agregat. Dari kedua garis tersebut dapat diketahui proporsi agregat
A antara 50% dan 70% atau tengah-tengahnya 60%. Sedang
agregat B antara 50% dan 30% atau tengah-tengahnya 40%. Dari
garis ini pula dapat dilihat ukuran 15 mikron dan 9,5mm sangat
menentukan rentang kombinasi agregat yang diperoleh.
Ambil proporsi agregat A dan B yang masih dalam rentang diatas
kemudian digambarkan jika masih memotong zona terbatas atau
diinginkan tekstur kasar atau halus maka proporsi tersebut dapat
diubah dengan cara coba-coba.
b=1−a−c =1−0,55−0,02=0,43=43 %
Bagi sumbu vertikal menjadi 100 bagian dengan rentang 10 bagian, dari 0
sampai 100 dalam satuan persen. Tandai sumbu vertikal sebagai persen
lolos saringan.
Tarik garis diagonal antar titik 0 sebelah kiri ke sudut kanan atas.
Plotkan titik-titik yang menunjukkan tengah titik kontrol gradasi yang
disyaratkan sesuai dengan persen lolos masing-masing bahan.
Tarik garis dari titik-titik dari atas tegak lurus sejajar dengan garis tepi.
Cantumkan masing-masing ukuran butir dibawah ujung garis vertikal pada
perpotongannya dengan batas horizontal kotak bagian bawah.
Plotkan gradasi agregat fraksi A, B dan C masing-masing sesuai dengan
persentase lolos dan hubungkan titik-titik tersebut
Tarik garis S yang memotong garis fraksi A dan B sama panjang pada
bagian atas dan bawah dari kotak (X1 = X2).
Beri tanda perpotongan garis 5 dengan diagonal sebagai titik R.
Ulangi penarikan garis sehingga jarak antara perpotongan garis dengan
fraksi gradasi A (Y1) sama panjang dengan jumlah jarak yang memotong
fraksi gradasi B dan fraksi gradasi C, sehingga Y 1 = Y2 + Y3 ; karena Y3 =
0 maka Y1 = Y2, Tandai titik perpotongan antara garis diagonal dengan
garis ABC tersebut sebagai titik S.
Tarik garis horizontal dari titik R dan S masing-masing kesebelah kiri
sehingga memotong tepi kotak di R’ dan S’.
Proposi fraksi agregat A dan B dapat ditentukan dengan melihat bagian
atas, di peroleh proporsi fraksi agregat B = 43 % dan bagian bawah
sebaagai proporsi fraksi agregat C = 7 %.
Periksa apakah proporsi yang diperoleh tersebut sudah benar ata tidak
dengan cara perhitungkan dan persyaratan. Jika tidak proporsi diubah
kembali dengan cara coba-coba.
- Kurva seperti ditunjukkan pada gambar adalah bentuk kurva UMA dari
campuran yang benar. Daerah sebelah kiri nilai VMA minimum disebut
sisi kering (dry side), sementara daerah sebelh kanan disebut sisi basah
(wet side).
- Bila didapatkan kurva seperti ini, kadar aspal ditentukan pada titik
minimum pada kurva atau digeser sedikit kekiri dan pada daerah kering
(dry side) dari kurva tersebut. Usahakan untuk menghindari daerah
berkadar aspal di atas titik minimum VMA (wet side). Rongga udara
diantara agregat pada daerah basah tersebut membesar (kurva naik) karena
bagian agregat telah terdorong oleh aspal. Oleh sebab itu, walaupun
daerah tersebut memberikan VMA seperti persyaratan tetapi kadar aspal
pada daerah tersebut cenderung akan menyebabkan terjadinya pelelehan
(bleeding) atau deformasi plastis. Pada daerah ini aspal cenderung
berfungsi sebagai pelumas. Sementara pemilihan kadar aspal yang terlalu
ke kiri (arah dry slide) akan menyebabkan campuran tersebut retan
terhadap retak atau pelepasan butir (dientegrasi).
- Kurva seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini garis hubungan
memotong dan mempunyai nilai minimum yang berada di bawah batas
minimum VMA.
- Bila di dapat kurva seperti ini, maka VMA yang terjadi akan relative kecil
sehingga dikhawatirkan akan mempunyai VIM di bawah batas minimum
pula.Gradasi campuran akan sangat peka terhadap perubahan kadar aspal
sehingga kadar aspal ke sebelah kiri maka campuran akan terlalu kering
dan rongga udara akan terlalu tinggi sehingga akan rentan terhadap retak
dan desintegrasi. Bila kadar aspal lebih tinggi (ke sebelah kanan) maka
akan pelelehan dekramasi plastis. Pada kondisi seperti ini maka gradasi
harus di ubah dan menjauhi kurva fuller untuk memperoleh VMA yang
lebih tinggi.
- Kurva seperti gambar di bawah ini, seluruh kurva hubungan berada di
bawah nilai minimum VMA. Bila kurva terjadi maka tidak akan tercapai
nilai VMA, VFA dan VIM yang minimum sehingga perlu mengganti
gradasi lain untuk mengganti sumber agregat yang digunakan.
- Bila garis hubungan tidak mempunyai nilai minimum tetapi berada di atas
batas minimum, maka tanba contoh uji dengan menambah kadar aspal
sehingga terbentuk garis hubungan yang memadai di atas batas minimum
VMA. Lihat gambar berikutnya.
b). Pengaruh Rongga Udara (VIM)
VIM adalah volume tebal udara yang berada di antara partikel agregat
yang terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan,
dinyatakan dengan persen volume bulk suatu campuran. Rongga udara (VIM)
stelah selesai di padatkan idealnya adalah 8%. Rongga udara yang kurang dari
8% akan rentan terhadap pelelehan, alir, deformasi plastis. Sementara VIM
setelah selesai pemadatan yang jauh dari 8% akan rentan terhadap retak dan
pelepasan butir (desintegrasi). Untuk mencari nilai lapangan tersbut dalam
spesifikasi, nilai VIM rencana dibatasi pada interval 3% sampai 6%. Dengan
kepadatan lapangan dibatasi minimum 98%.
Hasil penelitain di jalan-jalan utama (lalu lintas berat) di luar pulau Jawa
menunjukan perkerasan laston yang mempunyai nilai VIM lapangan di atas
10% umumnya sudah menampakan indikasi awal terjadinya retak. Sementara
perkerasan yang mulai menampakan indikasi awal terjadinya deformasi plastis
umumnya sudah mempunyai VIM lapangan di bawah 3%.
VFA adalah bagian dari rongga yang berada di antara mineral agregat
(VMA) yang terisi oleh aspal efektif, dinytakan dalam persen.
Kriteria VFA bertujuan menjaga keawetan campuran beraspal dengn
memberi batasan yang cukup. Pada gradasi yang sama, semakin tinggi nilai
VFA makin banyak kadar aspal campuran tersebut. Sehingga kriteria VFA
dapat menggantikan kriteria kadar aspal dan tebal lapisan tilm aspal (asphalt
tilm thickness).
VFA, VMA dan VIM saling berhubungan karena itu bila dua di antaranya
diketahui maka dapat mengevaluasi yang lainnnya. Kriteria VFA
menyediakan tambahan faktor keamanan dalam merancanakan dan
melaksanakan campuran beraspal panas.
Pada kadar aspal yang sama, maka usaha pemadatan yang lebih tinggi akan
mengakibatkan rongga udara (VIM) dan rongga di antara mineral agregat
(VMA).
Ukuran benda uji adalah tinggi 64 mm (2 1/2 inci) dan diameter 102 mm
(4 inci), untuk ukuran agregat maksimum 25 mm (1 inci) sesuai RSNI M-01-
2003 dan tinggi 95,2 mm (3,75 inci) dan diameter 152,4 mm (6 inci) untuk
ukuran butir maskimum lebih besar dari 25 mm (1 inchi) sesuai RSNI M-06-
2004, yang dipersiapkan dengan menggunakan prosedur khusus untuk
pemanasan, pencampuran dan pemadatan campuran agregat dengan aspal.
Dua prinsip penting pada perencanaan campuran dengan pengujian Marshall
adalah analisa volumeterik dan analisa stabilitas-kelelehan (flow) dari benda
uji padat. Stabilitas benda uji adalah daya tahan beban maksimum benda uji
pada temperatur 60C (140F). Nilai kelelehan adalah perubahan bentuk
suatu campuran beraspal yang terjadi pada benda uji sejak tidak ada beban
hingga beban maksimum yang diberikan selama pengujian stabilitas.
Pada penentuan kadar aspal optimum untuk suatu kombinasi agregat atau
gradasi tertentu dalam pengujian Marshall, perlu disiapkan suatu seri dari
contoh uji dengan interval kadar aspal yang berbeda sehingga didapatkan
suatu kurva lengkung yang teratur. Pengujian agar direncanakan dengan dasar
½ % kenaikan kadar aspal dengan perkiraan minimum dua kadar aspal diatas
optimum dan dua kadar aspal dibawah optimum.
PERALATAN
a. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4”) lengkap dengan
pelat alas dan leher sambung.
b. Alat pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah
dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah ejector.
d. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenisnya)
berukuran kira-kira 20x20x45 cm (8”x8”x18”) yang dilapisi pelat baja
berukuran 30x30x2,5 cm (12”x12”x1”) dan kaitakan pada lantai beton
dengan 4 bagian siku.
i. Perlengkapan lain :
V. TEORI TAMBAHAN
Metode Marshall
Jumlah benda uji yang disiapkan ditentukan dari tujuan dilakukannya uji
Marshall tersebut. AASHTO menetapkan minimal 3 buah benda uji untuk
setiap kadar aspal yang digunakan. Agregat yang akan digunakan dalam
campuran dikeringkan di dalam oven pada temperatur 105-110ºC. Setelah
dikeringkan agregat dipisah-pisahkan sesuai fraksi ukurannya dengan
mempergunakan saringan. Temperatur pencampuran bahan aspal dengan
agregat adalah temperatur pada saat aspal mempunyai viskositas kinematis
sebesar 170 ± 20 centistokes, dan temperatur pemadatan adalah temperatur
pada saat aspal mempunyai nilai viskositas kinematis sebesar 280 ± 30
centistokes. Karena tidak diadakan pengujian viskositas kinematik aspal maka
secara umum ditentukan suhu pencampuran berkisar antara 145 ºC-155 ºC,
sedangkan suhu pemadatan antara 110 ºC-135 ºC.
Dari hasil gambar hubungan antara kadar aspal dan parameter Marshall, maka
akan diketahui kadar aspal optimumnya.
Untuk mendapatkan kadar aspal optimum umumnya dibuat 15 buah benda uji
dengan 5 variasi kadar aspal yang masing-masing berbeda 0,5%. Sebelum
dilakukan pengujian Marshall terhadap briket, maka dicari dulu berat jenisnya
dan diukur ketebalan dan diameternya di tiga sisi yang berbeda. Melakukan uji
Marshall untuk mendapatkan stabilitas dan kelelehan (flow) benda uji
mengikuti prosedur SNI 06-2489-1991 AASHTO T245-90. Parameter
Marshall yang dihitung antara lain: VIM, VMA, VFA, berat volume, dan
parameter lain sesuai parameter yang ada pada spesifikasi campuran. Setelah
semua parameter briket didapat, maka digambar grafik hubungan kadar aspal
dengan parameternya yang kemudian dapat ditentukan kadar aspal
optimumnya. Kadar aspal optimum adalah nilai tengah dari rentang kadar
aspal yang memenuhi Marshall test modifikasi. Modifikasi alat Marshall ini
terletak pada alat pemegang benda uji. Kalau pada uji Marshall konvensional
benda uji merupakan silinder dengan diameter 10 cm, maka pada alat Marshall
modifikasi ini benda uji berupa balok yang terbuat dari campuran beton aspal.
Seperti pada Gambar 3.5. alat ini berfungsi untuk mengukur ketahanan
campuran beton aspal menahan beban lentur dengan cara ”three point bending
test”. Dari tes ini sekaligus akan dapat diukur lendungan maksimum yang bisa
ditahan, serta proses penjalaran retak sebelum benda uji mengalami
keruntuhan.
Pengujian Marshall dimulai dengan persiapan benda uji. Untuk keperluan ini
perlu diperhatikan hal sebagai berikut :
Oven dalam kaleng (loyang) agregat yang sudah terukur gradasi dan sifat
mutu lainnya, sampai temperatur yang diinginkan
Keluarkan dari oven cetakan dan siapkan untuk pengisian campuran, setelah
campuran dimasukkan kedalam cetakan tusuk-tusuk dengan spatula 10 x
bagian tengah dan 15 x bagian tepi.
Keluarkan benda uji dari mold dengan Extruder pada kondisi dingin.
Langkah pengujian
Rendam dalam water bath pada temperatur 600C selama 30 menit dan
keringkan permukaan benda uji serta letakkan pada tempat yang tersedia pada
alat uji Marshall
Setel dial pembacaan stabilitas dan kelehan yang telah terpasang pada alat
Marshall
Baca dan catat besar angka pada dial untuk memperoleh nilai stabilitas
(stability) dan kelelehan (flow)
Dengan faktor koreksi dan kalibrasi proving ring pada alat Marshall dapat
diperoleh nilai stabilitas dan kelelehan (flow).
Sumber :
https://algaztmasagala.wordpress.com/2012/04/20/pengujian-aspal-
dengan-metode-marshall/.
VI. PROSEDUR PERCOBAAN
1. TAHAP PERSIAPAN BENDA UJI
1) Menyiapkan alat dan bahan
2) Memisahkan agregat yang sudah disiapkan sbelumnya, yaitu agregat
kasar dan agregat halus sebnyak :
1” Sebanyak 111,6 gr
3/8 Sebanyak 111,6 gr
1/2” Sebanyak 279,0 gr
CR Sebanyak 133,9 gr
Sand sebanyak 133,9 gr
Aspal Sebanyak 84 gr
TOTAL : 1200 gr
3) Memasukkan masing-masing agregat kedalam plastik
: 100−( )=15,932 %
( 100−6,5 ) x 2,323
- Benda uji 2
2,5 83
: 100−( )=13,971 %
( 100−6,5 ) x 2,377
- Benda uji 3
2,5 83
15,696+15,932+ 13,971
Rata-rata : =15,200 %
3
100(l−k )
m. % Rongga terisi aspal :
l
100(15,696−3,039)
- Benda uji 1 : =80,639
15,696
100(15,932−3 , 311)
- Benda uji 2 : =79,220
15,932
100(94,046−0,902)
- Benda uji 3 : =92,446
13,971
80,639+79,220+92,446
Rata-rata : =84,102%
3
eff −bulk
b−100 x x bj aspal
n. Kadar aspal efektif : eff −bulk
100 x (100−b)
- Benda uji 1 : 6,5−¿ ¿
- Benda uji 2 : 6,5−¿ ¿
- Benda uji 3 : 6,5−¿ ¿
6,489+6,489+6,489
Rata-rata : =6,489 %
3
o. Percobaan arloji stability
- Benda uji 1 : 103 mm
- Benda uji 2 : 110 mm
- Benda uji 3 : 121 mm
p. Kalibrasi provi ring
- Benda uji 1 : ( 7,693+103 ) +0,316=793
- Benda uji 2 : ( 7,693+110 ) +0,316=847
- Benda uji 3 : ( 7,693+121 ) +0,316=931
q. Stabilitas akhir : ( 134434 x F −18897 ) x P
- Benda uji 1 : ( 134434 x 504−18897 ) x 793=833 kg
- Benda uji 2 : ( 134434 x 508−18897 ) x 847=877 kg
- Benda uji 3 : ( 134434 x 496−18897 ) x 931=1009 kg
833+877+1009
Rata-rata : =906 kg
3
r. Kelelehan
- Benda uji 1 : 2,6 mm
- Benda uji 2 : 1,9 mm
- Benda uji 3 : 2,1 mm
2,6+1,9+2,1
Rata-rata : =2,2 mm
3
s. Marshall quotient : q/r
833
- Benda uji 1 : =321 kg/mm
2,6
877
- Benda uji 2 : =461kg /mm
1,9
1009
- Benda uji 3 : =480 kg /mm
2,1
321+ 461+480
Rata-rata : =421 kg/mm
3
I. KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Keuntungan Marshall
- Dapat digunakan untuk campuran yang berbeda beda
- Bahan-bahan yang digunakan akan dapat dipertimbangkan
dibawah Mutu Standard.
2. Kerugian Marshall
- Pemeriksaan hanya untuk satu campuran
- Tidak dapat digunakan pada setiap percobaan
3. Dengan adanya Marshall test, kita dapat mengetahui stabilitas serta
kelelehan ( flow ) aspal tersebut.
SARAN
1. Diharapkan menambah pendingin ruangan pada laboratorium
2. Diharapkan menambah peralatan pratikum agar pratikum berjalan dengan
efisien dan efektif
3. Diharapkan peralatan yang rusak agar diperbaiki atau disimpan sehingga
tidak menyempit ruangan