Tugas Anti Korupsi 1,2,3 - 082655

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

TUGAS I,II,II

Pendidkan Anti Korupsi

DIBUAT OLEH :

Joshua Michael Latuheru

MPK A 7

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PRODI MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI


POLITEKNIK NEGERI AMBON

2022

1
TUGAS I
SIDANG KORUPSI ADD SEMPAT RICUH, RAJA DAN BENDAHARA NEGERI
HARUKU DITUNTUT LIMA TAHUN PENJARA

Sumber Berita: ambon.tribunnews.com

Sempat gaduh saat persidangan keterangan saksi, Sidang Kasus Korupsi Alokasi
Dana Desa (ADD) Haruku, Kabupaten Maluku Tengah akhirnya di agenda pembacaan
tuntutan. Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Negeri (Kejari) Ambon menuntut kedua
terdakwa masing-masing selama lima tahun, Senin (11/4/2022). Keduanya yakni, Raja
Negeri (Desa) Haruku, Zefnath Ferdinandus dan Bendaharanya, Semo Ferdinandus.
"Memohon majelis hakim, menuntut Terdakwa Zefnath Ferdinandus dan Semo Ferdinandus
masing-masing lima tahun penjara," kata JPU di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor) Ambon, Senin sore.
Selain pidana badan, keduanya juga diwajibkan membayar denda Rp200 juta
subsider tiga bulan kurungan. Serta uang pengganti Rp300 juta lebih subsider enam bulan.
JPU menilai keduanya bersalah melanggar Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun
1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). Usai pembacaan tuntutan, majelis hakim menunda sidang hingga pekan
depan dengan agenda pembelaan terdakwa. Untuk diketahui, Kasus Dugaan Korupsi ADD
dan DD Haruku diduga disalahgunakan oleh staf pemerintah desa tersebut.
Kasus ini diusut sejak adanya laporan dari warga setempat, pasalnya anggaran Tahun
2017 dan Tahun 2018 tidak sesuai dengan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang
menyatakan telah 100 persen dikerjakan. Seperti item Pengadaan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Tahun 2017 sebanyak 83 orang dengan anggaran sebanyak Rp22 juta
dan BPJS Tahun 2018 sebanyak 234 orang tanpa nama, namun anggaran sebesar Rp64 juta
telah dicairkan. Berdasarkan hasil perhitungan Kejari Ambon dan Ahli dari Inspektorat
Maluku Tengah, Negara mengalami kerugian keuangan hingga Rp434 juta sekian akibat
perbuatan kedua tersangka.
Dalam tuntutannya, JPU mengatakan, Ferdinandus bersaudara ini terbukti
menyalahgunakan Dana Desa (DD) dan ADD Negeri Haruku dengan membuat laporan
fiktif, dimana nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp434 juta berdasarkan hasil audit

2
Inspektorat Maluku Tengah. “Meminta majelis hakim menjatuhkan hukuman masing-
masing lima tahun

3
penjara kepada terdakwa Zefnath Ferdinandus dan Semo Ferdinandus”, pinta JPU Endang
dalam sidang yang dipimpin Hakim Christina Tetelepta. Selain menuntut lima tahun
penjara, para terdakwa juga diwajibkan membayar denda Rp200 juta subsider tiga bulan
kurungan. Serta uang pengganti Rp300 juta lebih dengan ketentuan jika tidak membayar
diganti dengan masa tahanan selama enam bulan kurungan.
Untuk diketahui, berdasarkan hasil perhitungan Kejaksaan Negeri (Kejari) Ambon
dan ahli dari Inspektorat Maluku Tengah, kerugian keuangan negara akibat perbuatan para
terdakwa mencapai Rp434 juta. Kasus ini diusut sejak adanya laporan dari warga Negeri
Haruku, Pasalnya anggaran 2017 dan 2018 tak sesuai dengan Laporan Pertanggungjawaban
(LPJ) yang menyatakan telah 100 persen dikerjakan.

Sumber Berita:
Tribun Ambon, Sidang Sempat Ricuh, Raja dan Bendahara Negeri Haruku Dituntut
5
Tahun Penjara, 11 April 2022.
Harian Siwalima, Korupsi ADD, Jaksa Tuntut Raja Haruku Lima Tahun Penjara, 12
April
2022.

Catatan:
1. Tindak pidana korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
a. Jenis-jenis tindak pidana korupsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001:
1) secara melawan hukum memperkaya diri sendiri dan/atau orang lain yang
mengakibatkan kerugian negara;
2) menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri dan/atau
orang lain yang mengakibatkan kerugian negara;
3) memberi dan menerima sesuatu kepada pegawai negeri, hakim dan advokat
karena jabatannya untuk memutuskan atau melakukan/tidak melakukan sesuatu;
4) perbuatan curang pemborong, ahli bangunan, pengawas, penerima barang,
penjual bahan bangunan, atau bahan keperluan TNI dan POLRI, sehingga
membahayakan keselamatan pada masa perang;
5) penggelapan oleh pegawai negeri atau non pegawai negeri yang memangku
jabatan;
6) pemalsuan oleh pegawai negeri atau non pegawai negeri yang memangku jabatan;
gratifikasi, dengan beberapa pengecualian.
b. Pasal 2 ayat (1), Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua
4
puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

5
c. Pasal 2 Ayat (2), Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat
dijatuhkan. d. Pasal 18 ayat (1):
Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, sebagai pidana tambahan adalah :
1) perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau
barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana
korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang
tersebut;
2) pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebayak-banyaknya sama
dengan harta benda yag diperoleh dari tindak pidana korupsi;
3) penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun;
4) pencabutan seluruh atau se bagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh
atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh
Pemerintah kepada terpidana.
2. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) pada:
a. Pasal 1 angka 2, penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana
yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
b. Pasal 1 angka 14, tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
3. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Pasal
3 ayat (1) menyebutkan bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
rasa keadilan, kepatutan, manfaat untuk masyarakat, serta taat pada ketentuan peraturan
perundang-undangan.
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, mengatur
bahwa: a. Pasal 1 angka 22, Kerugian Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat
berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan
hukum
baik sengaja maupun lalai.
b. Pasal 59 ayat (1), Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan
melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
c. Pasal 59 ayat (2), Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain
yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan kewajiban yang
dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib
mengganti kerugian tersebut.

6
TUGAS II

** Perilaku lain apa saja yang potensi mendorong terjadinya korupsi? Bagaimana seharusnya cara
menghindari perilaku yang demikian berilah contah upaya dan dampaknya ?

1. Perilaku lainnya yang berpotensi mendorong terjadinya korupsi antara lain :


a. Sifat tamak/rakus manusia.
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka membutuhkan makan. Korupsi adalah
kejahatan orang profesional yang rakus. Sudah berkecukupan, tapi serakah.
Mempunyai hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelakusemacam
itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus. Maka tindakankeras tanpa
kompromi, wajib hukumnya

b. Moral yang kurang kuat


Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan korupsi.Godaan
itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lainyang memberi
kesempatan untuk itu.

c. Gaya hidup yang konsumtif.


Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseorang konsumtif.
Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan
membuka peluang seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi
hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi

d. Dorongan Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan bahwa
lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya.Lingkungan dalam
hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia
menyalah gunakan kekuasaannya.

2. Cara menghindari perilaku yang demikian :


a. Menamkan rasa bersyukur dan memperkuat moral manusia melalui pendidikan
antikorupsi sejak dini (Sekolah Dasar hingga Sekolah Tinggi)Dampaknya : Ketampakan
manusia dan moral generasi muda meningkat sehingga tingkat korupsi menurun
b. Membiasakan menabung, membuat anggaran, memprioritaskan kebutuhan Dampaknya :
Perilaku konsumtif menurun sehingga tingkat korupsi menurun.

* Kepemimpinan adalah sebuah proses dimana pemimpin yang menjadi contoh terhadap
bawahannya dalam segala hal untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan merupakan
faktor penting dalam keberhasilan suatu organisasi, maka dari itu ada beberapa sikap
kepemimpinan dalam organisasi yang perlu diterapkan,yaitu:
1. Menjalin hubungan yang baik dengan bawahan
2. Memberi kepercayaan dan tanggung jawab
3. Memberi motivasi dan semangat kerja

Banyak orang mengira pemimpin mendominasi suatu organisasi karena merasa menguasai dan
memiliki hak untuk mengatur segalanya. Tipe pemimpin yang seperti ini selalu mementingkan
diri sendiri daripada kinerja perusahaan. Hal ini membentuk seorang pemimpin gagal dalam
mempengaruhi bawahannya tetapi malah memerintah. Seharusnya pemimpin yang baik adalah
7
yang bisa mengayomi bawahannya untuk mencapai tujuan, sehingga bawahan tidak merasa
ditindas. Agar seseorang dapat menjalankan organisasi dengan baik,maka seorang pemimpin
butuh pelatihan dan pengalaman yang matang dalam bidangnya.

Keteladanan seorang pemimpin sesunggahnya merupakan energi positif yang menjadi


strong point dalam manajemen kepemimpinan. Keteladanan merupakan keseluruhan perilaku
pimpinan yang dapat dilihat, dikenali dan ditiru oleh para anggota dalam sebuah organisasi.
Keteladanan bukan hanya sekadar perkataan kosong atau janji-janji manis tetapi bukti dari
perilaku kepemimpinan yang dipertunjukkan setiap hari oleh para pemimpin-pemimpin hebat.
Beberapa bentuk keteladanan yang dapat dilihat, dikenali dan ditirukan antara lain perilaku
kedisiplinan, kerja sama, bersikap adil, jujur dan bijaksana. Seorang pemimpin harus mampu
memberi keteladanan dalam memotivasi karyawan, melakukan pendelegasian dan memberi
kepercayaan kepada anggota, tidak berpihak atau berat sebelah, mampu melakukan komunikasi
yang baik dengan anggota, tidak mengambil hak yang bukan untuk dirinya dan lain sebagainya.

* Seorang pimpinan seharusnya tidak melakukan hal-hal sebagai berikut:


1. Tidak mau memperbaharui wawasan.
Pimpinan harus mengetahui banyak hal meskipun tidak harus mendalam. Untuk itu pimpinan
memang harus belajar, menambah wawasan, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan tuntutan
kebutuhan para pemangku kepentingan, internal dan eksternal.
2. Tidak mau memberikan arah apa yang harus dilakukan bawahan, ataupun bagaimana sesuatu
hal harus dilakukan.
3.Menyalahkan bawahan ketika tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik.
4. Mengambil keputusan tanpa meminta pendapat bawahan.
5. Tidak mau memberdayakan bawahan.
6. Mengungkap kejelekan pemangku kepentingan/customer kepada bawahan.
7. Tidak mau mengambil resiko.

8
TUGAS III

Dampak Sosial Dan Kemiskinan Masyarakat.

Bagi masyarakat miskin korupsi mengakibatkan dampak yang luar biasa dan saling bertaut
satu sama lain. Pertama, dampak lansung yang dirasakan oleh orang miskin yakni semakin
mahalnya jasa berbagai pelayanan public, rendahnya kualitas pelayanan, dan pembatansan
akses terhadap berbagai pelayanan vital seperti air, kesehatan, dan pendidikan. Kedua dampak
tidak langsung terhadap orang miskin yakni pengalihan sumber daya milik public untuk
kepentingan pribadi dan kelompok, yang seharusnya diperuntukan guna kesemajuan sector
sosial dan orang miskin, melalui pembatasan pembangunan. Hal ini secara langsung memiliki
pengaruh kepada langgengnya kemiskinan.
1. Mahalnya Harga Jasa Dan Pelayanan Publik

Praktek korupsi yang terjadi menciptakan ekonomi biaya tinggi. Beban yang ditanggung para
pelaku ekonomi akibat korupsi disebut high cost economy. Dari istilah pertama di atas terlihat
bahwa potensi korupsi akan sangant besar terjadi di negara-negara yang menerapkan control
pemerintah secara ketat dalam praktek perekonomian. Alias memiliki kekuatan monopoli yang
sangat besar, karena rentan sekali terhadap penyalagunaan. Yang disalahgunakan adalah
perangkat-perangkat public atau pemerintah dan yang diuntungkan adalah kepentingan-
kepentingan yang bersifat pribadi.
2. Pengetasan Kemiskinan Berjalan Lambat

Jumlah penduduk miskin (hidup dibawah garis kemikinan) di Indonesia pada maret 2011
mencapai 30,02 juta orang (12,49 persen), turun 1,00 juta orang (0,84 persen) dibandingkan
dengan penduduk miskin pada maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang (13,33 persen).
Selama periode maret 2010-maret 2011, penduduk miskin didaerah perkotaan berkurang
sekitar 0,05 orang (dari 11,10 juta orang pada maret 2010 menjadi 11,05 juta orang pada maret
2011). Sementara daerah pedesaan berkurang sekitar 0,95 juta orang (dari 19,93 jura orang pda
maret 2010 menjadi 19,97 juta orang pada maret 2011) (BPS: 1 juli 2011).
Seperti lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan dan lembaga. Karena korupsi dan
permasalahan kemiskinan itu sendiri yang akhirnya akan membuat masyarakat sulit untuk
mendapatkan akses ke lapangan kerja yang disebabkan latar belakang pendidikan, sedangkan
untuk membuat pekerjaan sendiri banyak terkendala oleh kemampuan, masalah teknis dan
pendanaan.
3. Terbatasnya Akses Bagi Masyarakat Miskin

Korupsi yang telah menggurita dan terjadi disetiap aspek kehidupan mengakibatkan high
cost economy, dimana semua harga-harga melambung tinggi dan semakin tidak terjangkau oleh
rakyat miskin. Kondisi ini mengakibatkan rakyat miskin semakin tidak bisa mendapatkan
berbagai macam akses dalam kehidupanya.
4. Meningkatnya Angka Kriminalitas

Dampak korupsi, tidak diragukan lagi dapat menuburkan berbagai jenis kejahatan dalam
masyarakat. Melalui praktik korupsi, sindikat kejahatan atau penjahat perseorangan dapat
melanggar hukum, menyusupi berbagai organisasi negara dan mencapai kehormatan. Di india,
para penyelundup yang popular, sukses menyusup ke tubuh partai dan memangku jabatan
penting. Di amerika serikat, melalui suap, polisi korup menyediakan proteksi kepada organisasi
kejahatan dengan pemerintahan yang korup. Semakin tinggi tingkat korupsi semakin besar pula
kejahatan.

9
5. Solidaritas Sosial Semakin Langka Dan Demoralisasi

Korupsi yang begitu massif yang terjadi membuat masyarakat erasa tidak mempunyai
pegangan yang jelas untuk menjalankan kehidupan sehari-hari. Kepastian msa depan yang tidak
jelas serta himpitan hidup yang semakin kuat menjadi sifat kebersamaan dan kegotong-
royongan yang selama ini dilakukan hanya menjadi retorika saja. Masyarakat menjadi
individualis yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan keluarganya saja. Mengapa
masyarakat melakukan hal ini dapat dimengerti, karena memang sudah tidak adal lagi
kepercayaan kepada pemerintah, system, hukum, bahkan antar masyarakat sendiri.

 Kesimpulan Dari Topik Diatas Adalah :

Korupsi menimpulkan efek masif yang merugikan sebelah pihak dan untuk kepentingan
pribadi atau kelompok. Sifat tamak/rakus manusia adalah penyebab terjadinya korupsi. Terlebih
jika lemahnya moralitas yang kurang kuat menghadapi godaan dan gaya hidup konsumtif tanpa
pertimbangan yang matang. Kejahatan terjadi bisa terjadi di masyarakat maupun dalam
pemerintahan itu sendiri. Maka dari itu sebagai masyarakat yang baik dan bijaksana kita harus
berani mengambil tindakan maupun resiko dalam pemberatsan tindak korupsi. Dikarenakan
tindak pidana korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah Dengan Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberatasan Tindak Pidana Korupsi.

1
0

Anda mungkin juga menyukai