Hakikat Hukuman Dalam Pendidikan Islam
Hakikat Hukuman Dalam Pendidikan Islam
Hakikat Hukuman Dalam Pendidikan Islam
Sindi Sahputri
Anggi Ratulangi
MAN Simalungun
[email protected] [email protected]
[email protected]
Abstract
The word punishment comes from the word law which means rules or customs
that are officially considered binding and strengthened by the government or
authorities. Punishment means torture and so on given to people who break the
rules, and so on. On the other hand, punishing means giving punishment to others;
giving torture and other people are allowed to suffer for the actions they have
done. The purpose of Islamic education is to form or create worshipers, form a
pious personality, and become the Caliph of Allah on Earth; In an effort to
develop children's individuality and individuality, this is explained
comprehensively in Islam. In Islam, children's rights and child protection efforts
are truly protected and respected. All from the outside in the direction of
preparing a quality, moral, intellectual, spiritual generation.
Keywords 1. Punishment
Keywords 2. Islamic Education
Pendahuluan
Di Indonesia, tak jarang kita temui kasus dimana seorang siswa tega
mencelakai gurunya hanya karena diberi hukuman yang mungkin
memberatkan bagi dirinya. Maka, sebagai pendidik seharusnya memahami
aturan terkait hakikat hukuman dalam pendidikan, termasuk pendidikan
Islam. Seorang pendidik yang menanamkan nila-nila Islam dalam setiap
proses pengajaran dan pembelajarannya tentua ia tidak akan memberikan
atau menjatuhkan hukuman dengan amat berat. Dalam Islam pun kita
diajarkan untuk selalu menyayangi dan mengasihi sesama makhluk di
muka bumi. Pemberian hukuman yang berat akan membuat peserta didik
bersifat anarkis. Hal itu dikarenakan mereka yang senantiasa diberikan
hukuman bak fisik maupun non fisik yang terlalu memberatkan atau
bahkan menjatuhkan mental peserta didik tersebut. Oleh sebab itu, dalam
makalah ini kami membahas terkait hakikat hukuman dalam pendidikan
Islam mula dari pengertian, tujuan sampai kepada bentuk-bentuk
hukuman.
Metode Penelitian
Kata hukuman berasal dari kata hukum yang artinya aturan atau ketentuan
yang dianggap sah, mengikat dan dikuatkan oleh pemerintah maupun penguasa.
Hukuman dapat berarti siksaan dan sebagainya, hukuman diberikan jika seseorang
tersebut berbuat kesalahan atau melanggar aturan. Di sisi lain, menghukum
bermakna memberi hukuman kepada orang lain; memberi siksaan dan orang lan
dibiarkan menderita atas perbuatan yang telah diperbuatnya. (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1995)
Menurut Ahmad Tafsir hukuman sebagai sesuatu zat yang menyakitkan bagi
jiwa dan raga. Sedangkan Al Rasyidin mendefinisikan bahwa hukuman adalah
perlakuan tidak baik yang diberikan pada seseorang sebagai konsekuensi logis
yang diterimanya atas suatu kesalah atau perbuatan yang tidak baik (amal al-
Syaii’ah) yang telah dilakukannya. (Ahmad Tafsir, 1994)
Dalam kamus bahasa Inggris kata punishment berasal dari kata “punish” yang
artinya menghukum. Menghukum siapa saja yang berbuat kesalahan dengan
maksud agar pelaku jera dengan perbuatannya. Menghukum untuk menyadarkan
kepada si pelaku ataupun peserta didik untuk tidak melakukan kesalahan yang
melanggar aturan atau kesalahan yang sama. Menghukum peserta didik supaya
mereka menjadi manusia yang jauh lebih baik ke depannya. Menghukum peserta
didik agar mereka selalu berperilaku dengan menanamkan nilai-nilai Islam dalam
kehidupannya. Dengan diberikan hukuman, peserta didik diharapkan menjadi
patuh, taat, dan berperilaku sesuai dengan aturan yang ada.
Istilah hukuman bermaksud untuk membuat individu kea rah perubahan yang
lebih baik setelah individu tersbeut melakukan kesalah atau perilaku yang
melanggar aturan. Hal ini bertujuan agar perilaku tidak baik terseut tidak terulang
kembali nantinya. Punishment (hukuman) bermaksud untuk meminimalisir
perilaku atau perbuatan yang tidak baik. (Elizabeth B Hurlock, 1978)
Dalam bahasa keseharian, punishment diartikan sebagai sanksi ataupun
hukuman. Hukuman bermakna balasan berupa siksa diberikan kepada orang-orang
jika melanggar peraturan, dan lain sebagainya. Sedangkan sanksi diartikan : 1)
pertanggungjawaban (hukuman, tindakan-tindakan, dan lain-lain), 2) Perbuatan-
perbuatan (terkait perekonomian dan lainnya) sebagai bentuk pemberian hukuman
kepada suatu negara. 3) Hukuman; a. ganjaran negative, yakni ganjaran seperti
penderitaan maupun pembebanan ditentukan berdasarkan hukuman; b. ganjaran
positif, yakni seperti anugerah maupun hadiah yang diberikan berdasarkan
ketentuan hukum.
Istilah punishment dalam bahasa Arab diistilahkan dengan iqab, jaza’ dan uqubah
bisa berarti balasan. Kata ‘iqab dalam Al-qur’an terdapat sebantak 24 kali,
diantaranya terdapat dalam Q.S Al-Imran ayat 11:
وا هلل شد يدالعقاب, کذبوابٲياتنا ڧٲخذھم هللا بذذ نوبھم,کدٲب ٲل ڧرعون والذين من قبلھم
۱۱
Keadaan mereka yang selalu mendustakan agama Allah dan azab yang diturunkan
kepada mereka seperti keadaan pengikut fir’aun dan orang-orang kafir yang hidup
sebelum mereka. Mereka semua yang mendustakan ayat-ayat kami yang tertulis
dalam kitab suci dan/atau terbentang di alam raya. Mereka mendustakan ayat-ayat
Allah, maka dengan itu Allah menyiksa mereka karena dosa-dosa yang telah
diperbuatnya. Hukuman dari Allah sangat berat. Jika fir’aun dan pengikutnya
yang amat berkuasa dan gagah perkasa saja dapat dikalahkan serta mendapat
siksaan duniawi dan ukhrawi, apalagi orang yang tidak mencapai tingkat
keperkasaan semacam itu. Karena itu katakannlah wahai Muhammad, kepada
orang-orang yang kafir dari kalangan Yahudi dan lainnya yang memandang
kemenanganmu atas Perang badar dengan seelah mata, kamu pasti akan
dikalahkan dunia dan mati dalam keadaan kafir, lalu digiring ke dalam neraka
jahannam sebagai tempat tinggal kamu. Dan itulah seburuk-buruknya tempat
tinggal.
Jika kita perhatikan ayat di atas, jelas bahwa ‘iqab umunya didahului oleh
kata syadid (yang paling, amat dan sangat), dan keseluruhannya menunjukkan arti
keburukan dan azab yang amat menyedihkan.
Penjelasan ayat tersebut dapat dipahami, bahwa kata ‘iqab ditujukan kepada
balasa dosa sebagai akibat perbuatan jahat yang dilakukan manusia. Makna ‘iqab
sedikit berbeda dengan tarhib, dimana ‘iqab berunjuk pada aktivitas memberikan
hukukam seperti menampar, memukul, dan lain sebagainya. Sementara tarhib
berupa ancaman pada anak didik bila melakukan kesalahan yang melanggar
aturan. (Binti Maunah, 2009)
Istilah hukuman dalam Islam lainnya yakni ta’zir. Ta’zir secara bahasa ialah
ta’dib atau memberi pelajaran. Pengertian ta’zir juga diartikan Ar Rad wa Al
Man’u, yang berarti menolak dan mencegah. Makna ta’zir sebagai ta’dib atau
memberi pelajaran sebagaimana pendepatan Imam Al-Mawardi, sebagai berikut:
(Ali Al-Mawardi, 1989)
Ta’zir itu adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang belum
ditentukan hukumannya oleh syara.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kata ta’zir itu adalah hukuman yang
disyariatkan untuk suatu kejahatan yang tidak ada had untuknya. (Muwafiquddin
Ibnu Qudamah, 1997). Ta’zir dirujukkan kepada ulil amri, orangtua atau pendidik
baik penentuan serta pelaksanaannya. Dalam menentukan hukuman, penguasa
atau pendidik hanya menentukan hukuman secara global saja, maksudnya
pembuat undang-undang tidak menentukan hukuman bagi masing-masing ta’zir,
melainkan hanya menetapkan sekumpulan hukuman, mulai dari yang seringan-
ringannya sampa pad ayang seerat-beratnya. (Ahmad Wardi Muslich, 2005)
Satu hal yang menjadi alasan lain yang mengatakan bahwa istilah hukuman
kurang tepat dimaksudkan sebagai penderitaan, nestapa maupun siksaan yang
siksaan yang diberikan secara sengaja oleh pendidik kepada anak didiknya. Karna
peserta didik ialah orang yang menjalankan proses pembelajaran di sekolah
“bukan orang jahat” bukan pula “tersangka” terlebih lagi “terdakwa”. Istilah
sanksi bermakna memberikan tindakan tegas lebih sesuai dalam konteks
pendidikan apalagi pendidikan islam. Penerapan punishment (hukuman) harus
dilakukan dengan hati-hati melalui kajian dan pertimbangan yang matang supaya
tujuan dari punishment (hukuman) itu sendiri benar-benar tercapai.
Seperti yang kita ketahui bahwa hukuman atau punishment adalah suatu
tindakan yang akan diberilan kepada individu atau kelompok yang apabila
melakukan suatu kesalahan, pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan dalam
bentuk pembinaan atau perbaikan tingkah laku yang bertujuan agar tidak terulang
atau dilakukan di kemudian hari. Dengan demikian sama halnya pada penerapan
punishment, namun pada perbedaan ini dapat disikapi dengan apa yang
sebenarnya menjadi tujuan dari pemberian hukuman atau punishment. Artinya
punishment juga mengarah pada tujuan adanya punishment tersebut. (Hajar, 1413
H)
Menurut Abdur Rahman Shalih Abdullah, hukuman termasuk suatu hal yang
berperan sebagai badan yang membenahi dan pelaku dosa dibuat jera. Hal ini
diartikan bahwa pemberian hukuman bertujuan untuk memperbaiki kesalahan
yang diperbuat peserta didik. Sedangkan memberikan rasa jera kepada peserta
didik juga merupakan bentuk dari punishment itu sendiri.
1) Teori Pembalasan
Pada teori ini memberikan hukuman dilakukan karena adanya pemblasan
dendam kepada pelanggaran yang sudah seseorang itu lakukan. Pada teori
ini tentu tidak dianjurkan untuk digunakan dalam pendidikan di sekolah.
2) Teori Perbaikan
Pada teori ini pemberian hukuman dilakukan untuk mengatasi suatu
kejahatan. Jadi dalam teori perbaikan ini ialah untuk memperbaiki si
pelaku pelanggaran supaya tidak berbuat kesalahan itu lagi.
3) Teori Perlindungan
Menurut teori ini, pemberian hukuman dilakukan agar melindungi
masyarakat dari perbuatan ataupun tindakan yang tidak wajar. Dengan
adanya punishment ini, masyarakat dapat terlindungi dari kejahatan yang
dilakukan oleh pelanggar.
4) Teori Ganti Kerugian
Menurut teori ini, pemberian hukuman dilakukan untuk menggantikan
suatu kerugian ataupun kerusakan yang terjadi akibat kejahatan atau
pelanggaran yang dilakukan oleh pelanggar itu. Pemberian hukuman ini
dilakukan dalam masyarakat ataupun pemerintahan. Di dalam proses
pendidikan , teori ini masih belum bisa di aplikasikan di sekolah,
dikarenakan masih banyak anak atau pelaku pelanggaran yang merasa
tidak bersalah atau tidak melakukan kesalahan karena sudah dilakukannya
punishment dengan cara mengganti kerugian dari pelanggaran itu.
5) Teori Menakut-nakuti
Dalam teori ini, hukuman diberikan kepada si pelanggar bermaksud untuk
memunculkan rasa takut akibat kesalahan yang diperbuat oleh si
pelanggar. Sehingga si pelanggar akan dihantui ole rasa takut akibat
kesalahan yang telah dilakukan dan tidak akan mengulangi kesalahan yang
sama.
Dengan kata lain punishment atau pemberian hukuman itu sangatlah penting
dalam proses pendidikan. Yang mana dalam proses pendidikan sudah pasti ada
peraturan yang harus dipatuhi ataupun ditaati oleh semua pihak dan peserta didik.
Peraturan yang tentu saja harus ada punishment nya untuk setiap orang yang
melanggar peraturan tersebut.
Punishment berperan juga sebagai kendali atas setiap perbuatan peserta didik.
Selanjutnya, fungsi punishment sebagai acuan dalam mengajarkan etika sosial dan
etika akademis. Karenanya praktek dari pemberian hukuman itu juga
membutuhkan rancangan dan pemahaman yang menyeluruh agar tujuan dari
punishment itu sudah benar terwujud.
Menurut Purwanto, (M. Ngalim Purwanto, 1995) punishment dibagi ke dalam dua
macam, antara lain:
Penerapan punishment dari kedua bentuk di atas, telah dijelaskan dalam Al-
qur’an. Punishment dalam bentuk fisik contohnya bagi pencuri: tangannya
dipotong, bagi pembunuh: dibunuh, bagi pezina: dirajam, dan sebagainya.
Begitupun, punishment dalam bentuk punishment non fisik, diberikan Allah
sebutan-sebutan yang tidak baik, bagi mereka yang melanggar syariat-Nya, seperti
sebutan munafik, kafir, fasik, musyrikin, khasirin, dan sebagainya sebagai
konsekuensinya atas perbuatan yang melanggar aturan yang telah ada. Nerakalah
yang Allah hadiahkan kepada orang-orang yang telah melanggar syariat-Nya
sebagai bentuk hukuman. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua orang yang
melakukan kesalah dimasukkan ke dalam neraka, Allah masih memberikan
kesempatan kepada orang-orang yang berbuat kesalahan untuk bertobat dan
menyesali perbuatannya. Dibuat-Nya manusia menyadari kesalahannya dengan
melalui berbagai tahapan seperti melalui perantara diberikan nasehat, peringatan,
ujian, musibah sehingga pada akhirnya apabila mereka tidak juga menyadari
kesalahannya barulah neraka yang menjadi hukumannya.
Kesimpulan
Referensi
Tafsir, Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif:
Suatu Pendekatan Teoritis Psikologis. Jakarta: Rineka Cipta.
Ahmad Wardi Muslich. 2005. Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam. Jakarta:
Sinar Grafika Offset.
Asma Hasan Fahmi. 1979. Sejarah Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.