Isi Laporan Lengkap Farmakognosi II

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 88

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tumbuhan telah menjadi komoditas yang dimanfaatkan oleh

peradaban manusia baik untuk kebutuhan primer seperti sandang,

pangan, dan papan maupun kesehatan. Tumbuhan dibudidayakan

manusia untuk diperoleh ekstraknya yang telah diketahui manfaatnya

bagi kesehatan. Adapun sebagian besar ekstrak yang diperoleh

merupakan metabolit sekunder yang sebenarnya dihasilkan tetapi

tidak berperan langsung bagi fungsi fisiologi tumbuhan tersebut

(Jones & Kossel, 1953).

Negara Indonesia yang dikenal sebagai Negara tropis memiliki

keanekaragaman hayati yang berlimbpah. Keanekaragaman hayati

tersebut kemudian banyak dimanfaatkan masyaraat untuk berbagai

kebutuhan khususnya obat. Salah satu tumbuhan yang bermanfaat

dan sering digunakan oleh masyarakat adalah batang brotowali.

Brotowali (Tinospora Crispa (L.) Miers) merupakan jamu (obat

tradisional) yang memiliki rasa pahit. Tanaman ini meimiliki banyak

kegunaan, sebagai antipiretik, analgesik, antiparisitik, antiseptic,

antidiabetik dan antitumor (Siregar N.P.S. 2010).

Salah satu tanaman yang sering digunakan oleh masyarakat

untuk obat tradisional adalah tanaman brotowali (Tinospora Crispa

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 1


Linn). Tumbuhan brotowali ini tersebar di Indonesia terutama dib

again timur seperti Sulawesi, Maluku dan irian. Sedangkan di bagian

barat yaitu pulau jawa, Kalimantan dan sumatera (Marlina, M., et al.,

2017).

Tumbuhan brotowali kaya akan kandungan kimia yang

bermanfaat untuk proses pengobatan, salah satunya adalah alkaloid.

Berdasarkan berbagai literature dan catatan pengalaman yang turun –

temurun dari berbagai Negara dan daerah tanaman ini dapat

menyembuhksn berbagai penyakit. Diperkirakan tumbuhan ini

mempunyai prospek yang baik sebagai antikanker (Warsinah dkk.,

2018).

Batang brotowali digunakan untuk menstimulasi sekresi

empedu,diuretic, penyakit kulit, antidiabetes, antipiretik, antimalaria,

diare, memperbaiki system pencernnaan (Choundary dkk., 2013).

Ekstrak brotowali dilakukan dengan cara batangnya dipotong –

potong, lalu dijemur dibawah sinar matahari sampai kering. Batang

yang akan di ekstraksi harus dari tnaman yang sehat dan setelah

penjemuran batang harus dipastikan dalam kondisi yang kering

sempurna. Untuk mendapatkan ekstraksi yang menyeluruh dan

mendapatkan senyawa – senyawa yang mempunyai aktivitas

farmakologi maka pemilihan pelarut yang digunakan untuk

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 2


mengekstraksi merupakan faktor yang penting (Pujiyanto, S., et al.,

2019).

B. Maksud Praktikum

1. Mengetahui pembuatan herbarium dan simplisia dari tanaman obat.

2. Mengetahui bentuk, warna, rasa, dan bau dari simplisia tanaman

obat.

3. Mengetahui unsur-unsur anatomi yang khas dari simplisia tanaman

obat.

4. Mengetahui berbagai kandungan kimia dari simplisia tanaman obat.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 3


C. Tujuan Praktikum

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan herbarium dan

simplisia dari tanaman obat.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bentuk, rasa, dan bau dari

simplisia tanaman obat.

3. Agar mahasiswa dapat unsur-unsur anatomi yang khas dari

simplisia tanaman obat.

4. Agar mahasiswa dapat berbagai kandungan kimia dari simplisia

tanaman obat.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 4


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

a. Klasifikasi Tanaman Batang Brotowali (Tinospora Crispa L.)

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledon

Bangsa : Ranunculales

Suku : Menispermaceae

Marga : Tinospora

Jenis : Tinospora crispa(L) Miers.

b. Morfologi Tanaman Batang Brotowali (Tinospora Crispa L.)

brotowali (Tinospora crispa (L.)Miers.)merupakaan jenis

tumbuhan yang mudah ditemukan dan mudah dalam perawatan

penanamannya, tumbuh secara liar di hutan, ladang atau ditanam

di halaman dekat pagar sebagai tumbuhan obat. Tanaman ini

menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari. Brotowali

merupakan tanaman perdu pemanjat. Tingginya mencapai 2,5 m.

Batang tanaman ini berduri semu yang lunak serupa bintil-

bintil.

Daun tunggalnya bertungkai, berbentuk mirip jantung atau

agak membulat, dan berujung lancip. Bunganya berukuran kecil,

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 5


berwarna hijau, dan bertandan semu. Buah brotowali terbentuk

dalam tandan dan berwarna merah muda. Brotowali hidup subur di

atas tanah yang gembur, tidak terlalu lembab, cuaca yang agak

panas dan ada perlindungan.

Tanaman brotowali (Tinospora crispa (L.)Miers.)merupakan

tumbuhan liar di hutan, ladang atau ditanam dekat pagar. Biasa

ditanam sebagai tumbuhan obat.Menyukai tempat panas, termasuk

golongan perdu, memanjat, tinggi batang sampai 2.5 m. Batang

sebesar jari kelingking, berbintil rapat, rasanya pahit. Daun tunggal

bertangkai berbentuk seperti jantung atau agak bulat telur berujung

lancip panjang 7- 12 cm, lebar 5-10 cm. Bunga kecil warna hijau

muda berbentuk tandan semu. Diperbanyak dengan stek

(Suryawati, 2007).

Daun brotowali (Tinospora crispa (L.)Miers.)berdaun tunggal,

tanpa stipula, bentuk jantung ujung daun runcing tepi rata, tulang

daun menjari (5-7) tulang daun), ukuran helai daun (6-13 cm) x (7-

14) cm, helai daun hijau muda dan halus, tangkai daun panjang (3-

11 cm), pangkal, bengkok dan membesar, daun tersusun berseling,

bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar,

berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm.

Helaian daun tebal dan kaku, ujung meruncing (acuminatus),

pangkal tumpul (obtusus), tepi rata. Pertulangan daun menyirip

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 6


(pinnate) dengan permukaan atas licin dan bawah halus, berlekuk

pada bagian pertulangan.

Tanaman brotowali (Tinospora crispa (L.)Miers.)merupakan

tanaman berbentuk semak, merambat pada pohon yang lain.

Brotowali memiliki batang atau ranting (bentuk spiral). Batang bulat,

warna hijau-cokelat, sukulen (succulent), batang tua disertai

benjolan-benjolan (tuberculatum), dari batang dapat keluar akar

gantung yang tumbuh dan dapat mencapai tanah batang bulat,

berkayu, permukaan berbenjol-benjol, bercabang, hijau jika

disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama, keadaan batang

cenderung tidak berubah (Setiawati dkk, 2008).

Tanaman brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.)ini berbunga

sepanjang tahun. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih

kehijauan. aksiler atau cauliflorous, perbungaan (infloresensi),

rasemos (pendulus), bentuk bunga aktinomorf, uniseksual; bunga

jantan dengan 6 sepal (hijau), petal 3, sta- men 6, bunga betina

jarang diketemukan. Mahkota bunga bewarna putih, kelopak bunga

agak menyatu. Bunga brotowali ini memilki putik saja. Bunga

brotowali termasuk jenis bunga tidak sempurna, karena tidak

memiliki bagian-bagian bunga yang tidak lengkap. Ukuran bunga

tanaman ini juga terbilang kecil. Bunganya termasuk majemuk

tandan semu, letaknya menggantung, dan memiliki warna hijau

muda atau putih kehijauan. Pada bunga jantan, bunganya

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 7


bertangkai pendek, dimana terdapat mahkota yang berjumlah tiga

helai dan enam buah kelopak.

Brotowali (Tinospora crispa (L.) Miers.)mempunyai buah

yang berkumpul dalam tandan. Buah pada brotowali termasuk buah

batu.Warna buahnya merah muda dan hijau (Setiawati dkk, 2008).

c. Nama Lain Tanaman Batang Brotowali (Tinospora Crispa L.)

Bratawali, akar ali – ali tau brotowal, di Jawa Brotowali juga

dikenal dengan nama antawali, daun gedel, dan putrawali.

Sedangkan di Sunda, brotowali lebih dikenal dengan nama

andawali. Sementara di Bali, kerap disebut antawali.

d. Kandungan Kimia Tanaman Batang Brotowali (Tinospora

Crispa L.)

Brotowali (Tinospora crispa (L.)Miers.)mengandung damar

lunak, pati, glikosida, pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa,

alkaloid berberin dan palmatin. Bagian akarnya mengandung

alkaloid berberin dan kolumbin. Daun dan batang brotowali

mengandung alkaloid, saponin, dan Flavanoid. Alkaloid

didefinisikan sebagai senyawa senyawa yang bersifat basa,

mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan

banyak diantaranya yang mempunyai efek fisiologi yang kuat.

Alkaloid merupakan golongan fitoestrogen. Senyawa ini terbukti

sebagai racun bagi serangga, insektisida dan membunuh bakteri

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 8


pada luka serta dimanfaatkan oleh manusia primitif jauh sebelum

ilmu kimia organik berkembang.Batang brotowali yang

mengandung alkaloida ini dapat juga berperan sebagai anti serang

(Elfita, 2014).

Daun dan batang brotowali mengandung alkaloid, saponin

dan tannin sedangkan batangnya mengandung flavanoid Batang

(Tinospora crispa (L.) Miers) mengandung senyawa alkaloid 2,22

%, barberin, zat pahit, kolumbin, glukosid dan pikokarotin (Supriadi,

2001).

Senyawa flavanoid bersifat racun syaraf, mempengaruhi

respirasi, penghambat perkembangan jangkrik, serta sebagai racun

kontak atau racun perut.Racun kontak, insektisida ini masuk ke

dalam tubuh serangga melalui permukaan tubuhnya khususnya

bagian kutikula yang tipis, misalnya pada bagian daerah

perhubungan antara segmen, lekukan-lekukan yang terbentuk dari

lempengan tubuh.

Flavanoid adalah salah satu golongan senyawa metabolit

sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan dan

senyawa flavanoid terbukti merusak system saraf dan menganggu

pernafasan pada serangga.Senyawa saponin merupakan larutan

berbuih dan merupakan steroid atau glikosida triterpenoid.Efek

negatif dari saponin pada reproduksi hewan diketahui sebagai

abortivum, menghambat pembentukan zigot dan anti

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 9


implantasi.Saponin bersifat sitotoksik terhadap sel terutama yang

sedang mengalami perkembangan, seperti pada saat oogenesis,

dan merusak bagian morfologi pada serangga (Elfita, 2013).

Flavanoid merupakan senyawa alam yang mengandung 15

atom karbon sebagai rangka dasarnya. Flavonoid termaksud dalam

golongan fitoestrogen yaitu sumber estrogen yang berasal dari

tanaman yang merupakan senyawa non steroidal dan memiliki

aktivitas estrogenic (Wurlina, 2003).

Brotowali (Tinospora crispa (L) Miers.)merupakan salah satu

tumbuhan obat tradisional yang berpotensi sebagai bahan

kontrasepsi alami pada hewan betina dengan 3 komponen

utamanya senyawa alkaloid yang memiliki sifat anti proliferative

terhadap sel-sel reproduktif. Pengaruh anti proliferatif dari alkaloid

terhadap sel-sel reproduktif berpengaruh terhadap morfologi dari

ovarium sebagai tempat keberadaan sel- sel reproduktif. Ekstrak

brotowali dapat mengakitbatkan gangguan pada kebuntingan yaitu

berpengaruh nyata terhadap jumlah corpus Luteum, jumlah fetus

hidup, jumlah fetus mati dan embrio resorpsi (Widiana dan

sumarmin, 2015).

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 10


e. Khasiat Tanaman

Berdasarkan beberapa senyawa yang terkandung dalam

tanaman brotowali, terdapat efek farmakologis dari tanaman

brotowali sehingga dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Sifat analgesik menyebabkan brotowali dapat menghilangkan rasa

sakit. Sifat antipiretikum menyebabkan brotowali berkhasiat sebagai

penurun panas. Batang brotowali banyak digunakan untuk

mengobati sakit perut (diare), demam, sakit pinggang, sakit kuning,

dan cacingan. Selain itu, brotowali juga berkhasiat sebagai

antidiabetes. Khasiat antidiabetes ini adalah sebagai obat penyakit

diabetes atau kencing manis. Air rebusan daun brotowali dapat

dimanfaatkan untuk mencuci luka atau penyakit kulit seperti kudis

dan gatal-gatal. Akar brotowali dapat berfungsi sebagai obat

analgesik, sedangkan air rebusan daun dan batangnya untuk

penyakit kencing manis Selain itu, adapun uji pra klinik yang

dilakukan secara in vitro pada hewan uji terbukti dapat menurunkan

kadar glukosa dalam darah kelinci (Kresnady, 2003).

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 11


B. Pembuatan Simplisia

1. Disiapkan sampel tanaman yang akan dibuatkan simplisia

kemudian melakukan sortasi basah hingga sortasi kering.

2. Simplisia yang telah dikeringkan kemudian disimpan dalam wadah

yang kedap udara dan terhindar dari cahaya.

C. Pembuatan Herbarium

1. Disiapkan sampel tanaman utuh (ada akar, batang, daun, bunga,

buah dan biji) yang segar dan tidak rusak.

2. Setelah itu,dicuci bersih di air yang mengalir.

3. Lalu dikeringkan sampel dengan tissue atau lap bersih kemudian

semua bagian tanaman diusapkan dengan alcohol sampai semua

bagian tanaman terbasahi dengan alcohol.

4. Setelah ditaruh sampel tanaman utuh tersebut pada pigura yang

telah dialasi dengan kertas koran sedemikian rupa sehingga bagian

tanaman utuh tersebut tersusun dengan rapi.

5. Kemudian di masukkan tanaman utuh kedalam Pigura,lalu

dibiarkan hingga mengering sempurna.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 12


D. Pemeriksaan Makroskopik

Pada pemeriksaan mutu simplisia, pemeriksaan dilakukan

dengan cara organoleptik, makroksopik, cara mikroskopik, dan atau

cara kimia (Depkes RI, 1985).

Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan untuk

memeriksa kemurnian mutu simplisia, dengan menggunakan indera

manusia. Caranya adalah dengan mengamati ciri-ciri luar seperti

bentuk, warna, rasa dan bau simplisia. Bagi mereka yang sudah ahli,

dengan hanya memegang dan melihat saja sudah dapat

menentukan derajat atau kelas mutu simplisia yang diperiksa.

Namun demikian, setelah pemeriksaan secara organoleptik

sebaiknya dilanjutkan dengan pemeriksaan secara mikroskopik

untuk melihat ciri-ciri histology terutama untuk menegaskan

keasliannya. Pemeriksaan selanjutnya adalah untuk menetapkan

mutu berdasarkan senyawa aktifnya (Widaryanto, 2018).

E. Pemeriksaan Mikroskopik

Uji mikroskopik digunakan untuk melanjutkan uji organoleptik

yang telah dilakukan sebelumnya. Pada uji mikroskopik, dilakukan

dengan pengujian terhadap struktur khas mikro yang dimiliki tiap-tiap

jenis simplisia ataupun bagian-bagiannya. Hal ini juga berperan

untuk mencegah terjadinya kesalahan pemilihan simplisia yang

memiliki kemiripan, dimana terkadang kemiripan tersebut agak sulit

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 13


untuk dibedakan jika hanya dilakukan dengan pengamatan

menggunakan indera. Uji mikroskopik dapat dilakukan dengan alat

bantu berupa mikroskop untuk memperhatikan struktur anatomi khas

yang terdapat pada simplisia, baik berupa sayatan melintang, radial

maupun terhadap simplisia berupa serbuk secara lebih mendetail

(Emelda, 2019).

F. Uji Histokimia

Uji histokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan spesifik

yang terdapat pada simplisia. Reaksi identifikasi dilakukan dengan

reaksi warna untuk memastikan tingkat kemurniannya, baik yang

dapat dilakukan terhadap irisan maupun serbuk simplisia. Uji

histokimia dapat dilakukan dengan memanfaatkan pereaksi spesifik

sehingga kandungan kimia khas dapat memberikan warna yang

spesifik pula sehingga dapat memberikan informasi tertentu kepada

pengamat/penganalisis (Emelda, 2019)

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 14


BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Deg

Gelas, Gunting, Gegep Kayu, Gelas Kimia, Isolasi, Kardus, Kertas,

Koran, Keranjang, Lampu Spiritus, Mikroskop, Objek Gelas, Pisau,

Penggaris, Pipet Tetes, Silet, Timbangan Kasar, dan Timbangan

Analitik

2. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu Aquadest, Asam klorida 2N,

Aseton P, Etanol 95%, Methanol, Petraoleum Eter, Serbuk Seng P,

Serbuk Magnesium P, Serbuk Asam Borat P, Serbuk Asam Oksalat

P, Sampel Tanaman Utuh Brotowali, dan Tissue,

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 15


B. Prosedur Kerja

1. Simplisia

a. Pengumpulan dilakukan dengan tangan (dipetik) dan

dikumpulkan sebelum buah menjadi masak.

b. Sortasi basah, dipisahkan kotoran atau bahan asing serta

bagian tanaman yang tidak diinginkan dari bahan simplisia

c. Pencucian, dipisahkan simplisia dari tanah dan kotoran

lain yang melekat dan dicuci menggunakan air bersih dan

mengalir.

d. Pengeringan, dilakukan dengan menggunakan sinar

matahari, atau menggunakan suatu alat pengering. Pada

pengeringan daun kelor ini menggunakan oven yang

dilakukan pada suhu 60⁰c selama 4 jam.

e. Sortasi kering, dipisahkan benda asing, seperti bagian

tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lainnya yang

masih tertinggal pada simplisia kering.

f. Pengemasan dan penyimpanan, dikemas didalam sak

plastic dan disimpan ditempat-tempat yang memiliki suhu

kamar (150 – 300 C ).

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 16


2. Herbarium

a. Disiapkan sampel tanaman utuh (ada akar, batang,

daun, bunga, buah dan biji) yang segar dan tidak rusak.

b. Dicuci bersih sampel tersebut dengan air bersih dan

mengalir.

c. Dikeringkan sampel dengan tissue atau laba bersih

kemudian semua bagian tanaman diusapkan dengan

alkohol sampai semua bagian tanaman terbasahi

dengan alkohol.

d. Ditaruh sampel tanaman utuh tersebut pada pigura yang

telah dialasi dengan kertas koran sedemikian rupa,

sehingga bagian tanaman utuh tersebut tersusun dengan

rapi.

e. Pigura yang berisi tanaman utuh kemudian dibiarkan

hingga mengering sempurna.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 17


3. Pemeriksaan Makroskopik

a. Dimbil sedikit contoh yang dapat mewakili (representatif)

simplisia yang akan di periksa.

b. Dideskripsikan Wujudnya secara umum, dan sebutkan

ciri-ciri khas /spesifik yang mungkin di miliki.

c. Dilakukan secara uji Organoleptik (warna, bau dan rasa),

jika perlu Haksel dapat di robek, di patahkan atau di

remuk.

d. Digambar contoh simplisia yang telah periksa sehingga

anda dapat mengingatnya dan tuliskan bentuk, warna,

rasa dan baunya.

4. Pemeriksaan Uji Kadar Air

a. Ditimbang seksama serbuk simplisia sebanyak 2 gram

sebanyak 3 kali

b. Dimasukkan kedalam cawan dan keringkan dalam oven

pada suhu 105⁰C selama 5 jam

c. Dikeluarkan kemudian dinginkan dalam desikator selama

beberapa menit lalu timbang hasil pengeringan dan catat

hasilnya

d. Dipanaskan kembali kedalam oven selama 1 jam.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 18


e. Keluarkan, timbang hasil pengeringan, Hitung selisih

antara penimbangan pertama dan kedua dan catat

hasilnya.

5. Pemeriksaan Mikroskopik

a. Dimbil sedikit serbuk simplisia, letakkan diatas gelas

objek.

b. Dihangatkan diatas lampu spritus, dan dijaga agar

jangan sampai mendidih.

c. Ditutup dengan gelas penutup.

d. Diamati masing-masing simplisia yang telah

diperlakukan dibawah mikroskop dengan menggunakan

perbesaran lemah dan perbesaran kuat.

e. Digambar dan catat ciri khas simplisia yang diperiksa.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 19


6. Uji Histokimia

a. Saponin.

Sebanyak 0,5 serbuk simplisia, dimasukkan kedalam

tabung reaksi ditambahkan 10 m air panas, dinginkan

kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Positif

mengandung safoni jika terbentuk buih setinggih 1-10 cm

dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2N buih tidak

hilang (Depkes RI, 1995).

b. Alkaloid.

1) Larutan uji ; 1 g simplisia ditambahkan 1 mk asam

klorida 2N dan 9 ml air, dipanaskan selama 2 menit

didinginkan dan disaring. Percobaan dilakukan sebagai

berikut (Depkes RI, 1995).

2) Larutan uji ditambahkan bauchardat LP, Jika terbentuk

endapan coklat sampai hitam maka positif mengandung

alkaloid.

3) Larutan uji ditambahkan manyer LP, jika terbentuk

endapan putih sampai kuning maka mengandung

alkaloid.

4) Larutan ditambahkan 2 tetes Dragendroff LP, positif

mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga

coklat

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 20


c. Terpen.

Serbuk sebanyak 0,5 g ditambahkan 5 ml larutan eter,

disaring. Filtrate ditambahkan asam asetat anhidrat dan

asam sulfat pekat (2:1). Warna merah, hijau atau biru

menunjukkan positif terpen (Fransworth, 1996).

d. Flavonoid.

1) Larutan uji : 1 g serbuk simplisia ditambahkan 10 ml

methanol dan 5 ml petraoleum eter, dikocok dan

didiamkan. Diambil lapisan menthanol, diuapkan pada

suhu 40`C. Sisa larutan ditambahkan 5 ml etil asetat P,

disaring. Percobaan dilakukan sebagai berikut (Depkes

RI, 1995).

2) Larutan uji sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering,

sisanya dilarutkan dalam 1-2 ml etanol (95%) P,

ditambahkan 0,5 serbuk seng P dan 2 ml asam klorida

2 N, Didiamkan selama 1 menit. Ditambahkan 10 tetes

asam klorida pekat, jika terbentuk warna merah insentuf

menunjukkan adannya flavonoid. (glikosida-3-flavanol)

3) Larutan uji sebanyak 1 ml diuapkan, sisanya dilarutkan

dalam 1 ml etanol (95%) P. ditambahkan 0,1 g serbuk

magnesium P dan 10 tetes asam klorida 2 N. Jika

terjadi warna merah jingga sampai merah ungu

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 21


menunjukkan adanya flavonoid. Jika warna kuning

jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron.

4) Diuapkan hingga kering 1 ml larutan uji, sisa

dibasahkan dengan aseton P, ditambahkan sedikit

serbuk asam borat P dan serbuk asam oksalat P,

dipanasakan. Sisa dicampur dengan 10 ml eter P.

diamati dibawah sinar UV 366 mm, jika larutan

berflurosensi kuning insentif menunjukkan adanya

flavonoid.

e. Glikosida.

1) Larutan uji ; sebanyak 1 g eksrak disari dengan 3 ml

pelarut (7 bagian etanol 95% P dan 3 bagian air)

selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Sisa

ditambahkan 2 ml menthanol P. percobaan dilakukan

sebagai berikut (Depkes RI, 1995).

2) Diuapkan 0,1 g larutan uji, sisa ditambahakan 5 ml

asam asetat anhidrat P. ditambahkan 10 tetes asam

sulfat P, terjadi warna biru atau hijau, menunjukkan

adannya glikosida (reaksi Liebermann Burchard).

3) Sebanyak 0,1 g larutan uji dalam tabung reaksi

diuapkan. Sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish

LP. Ditambahkan 2 ml asam sulfat P. terbentuk cincin

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 22


warna ungu pada batas cairan menunjukkan adanya

ikatan gula (reaksi Molish).

f. Tanin.

1) Larutan uji ; ekstrak sebanyak 1 g ditambahkan 15 ml

air panas. Larutan dipanaskan hingga mendidih selama

5 menit disaring. Percobaan dilakukan sebagai berikut

(Fransworth, 1996; Trease & Evans, 1978).

2) Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan beberapa tetes

FeCI3 1 % menghasilkan warna hijau violet.

3) Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan gelatin 10 %

membentuk endapan putih.

4) Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan Na-CI-gelati

(larutan gelatin 1% dalam larutan NaCI 10%)

membentuk endapan putih.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 23


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1.Simplisia

1.1.Tahap pembuatan simplisia batang brotowali (Tinospora Crispa

L.)

Tabel 1 : Tahap pembuatan simplisia

Tahap Perlakuan Keterangan (Foto)

1. Penyiapan Sampel diperoleh


Sampel dengan cara
memotong batang
tanaman
menggunakan alat
pemotong stainless
stell

2. Pengumpulan Sampel yang


Sampel digunakan pada
praktikum ini adalah
batang brotowali
dikumpulkan dengan
cara menggulung
batang yang telah
diambil sebelumnya
3. Sortasi Basah - Memisahkan
tanaman dari
bahan asing dan
kotoran

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 24


4. Pencucian - Mencuci tanaman
dengan air mengalir
hingga bersih

5. Perajangan - Dikeringkan
dengan cara melap
tanaman dengan
didiamkan
beberapa menit lalu
dilakukan
perajangan

6. Pengeringan Pengeringan sampel


simplisia dilakukan
dibawah sinar matahari
langsung atau
pengeringan butan
(oven).

7. Sortasi Kering Memisahkan kotoran


atau simplisia yang
rusak akibat proses
sebelumnya.

8. Pengemasan dan Simplisia yang telah


penyimpanan jadi disimpan dalam
sak plastik /

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 25


diserbukkan lalu
disimpan didalam
toples.

1.2. Perhitungan susut pengeringan simplisia batang brotowali


(Tinospora Crispa L.)

Berat Simplisia Segar = 1.127g (a)

Berat Simplisia Kering = 982g (b)

a−b
% Susut Pengeringan = x 100%
a

1.127−982
= x 100% = 12,8660 %
1.127

2. Herbarium

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 26


Tahap pembuatan herbarium batang brotowali (Tinospora Crispa L.)

Tabel 2 : Tahap pembuatan herbarium

Tahap Perlakuan Keterangan (Foto)

1. Pengumpulan Penyiapan sampel


Bahan dilakukan dengan cara
pengambilan dilokasi
Salenrang kab. Maros.
Sampel yang
digukanan pada
praktikum herbarium
adalah bagian akar,
batang, dan daun yang
diperoleh dengan cara
mencabut tanaman
dari tanah

2. Pencucian Mencuci tanaman


dengan menggunakan
air atau
membersihkannya
dengan Alkohol.
Dikeringkan dengan
cara mendiamkan atau
melap bagian tanaman
yang basah secara
perlahan.

3. Penyiapan Meletakkan sampel


tanaman pada karton
tebal yang telah dilapisi
Koran sebelumnya dan
diletakkan
menggunakan solasi
agar tanaman melekat
dengan baik.
Membuat sasak agar
dalam proses
pengeringan tanaman

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 27


tidak cepat rusak
akibat gangguan dari
luar

4. Pengeringan Tanaman yang telah


disiapkan dan
dibuatkan sasak
kemudian dikeringkan
minimal 1 – 2 minggu
agar tanaman kering
dengan baik.

5. Penyimpanan Herbarium yang telah


kering diletakkan
dalam figura dan
disimpan untuk
menjadi media
pembelajaran

Ket : Pada pembuatan herbarium batang brotowali (Tinospora Crispa

L.) bagian organ tanaman yang digunakan adalah organ

vegetative yaitu batang dan daun.

3. Uji Makroskopik

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 28


Identifikasi Uji Makroskopik batang brotowali (Tinospora Crispa L.)

Tabel 3 : Identifikasi Uji makroskopik

No Simplisia Tanaman Organoleptis Sketsa Fisik

Asal
(Indonesi Bentuk Warna Rasa Bau

a-Latin) (Indonesia-

Latin)

1. Batang Tinospora - Permukaan -Bagian Sangat Tidak Haksel

Brotowali Tubbecullata tidak rata luar : pahit berbau

- Mengkerut coklat
(TINOSP Tinospora
- Banyak kehitam
ORA Rumphii
tonjolan an
CAULIS)
Tinospora
- Beralur-alur -Bagian
Crispa
membujur dalam :

- Lapisan luar abu-abu

mudah kecoklat

terkelupas an

2. Batang Tinospora - Serbuk -Serbuk Sangat Tidak Serbuk

Brotowali Tubbecullata berwarn pahit berbau

a coklat
(TINOSP Tinospora

ORA Rumphii

CAULIS)
Tinospora -

Crispa

4. Uji Kadar Air

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 29


Identifikasi Uji Kadar air batang brotowali (Tinospora Crispa L.)

Tabel 4 : Identifikasi Uji Kadar air

No. Berat Berat Setelah Pengeringan (g)

Sampel & Cawan 1 2 3


Kosong (g)
1. 2,0009 61,4415 - 61,4404 - 61,3855 -

59,6234 59,6234 59,6234


59,6234

= 1,8181 = 1,8170 = 1,7321

2. 2,0028 60,7992 - 60,7980 - 60,7540 -

59,9352 59,9352 59,9352


59,9352

= 1,8640 = 1,8628 = 1,8188

3. 2,0035 58,0720 - 58,0703 - 58,0702 -

56,2796 56,2796 56,2796


56,2796

= 1,7924 = 1,7907 = 1,7906

2,0024 (x) 1,8248 (a) 1,8235 (b) 1,7807 (c)

4. 1. Perhitungan
1) Cawan 1
Berat awal = 2,0009 g.
Selisih = 1,8170 – 1,7321 = 0,0849 (g).
berat awal−berat konstan
% Kadar Air = x 100%
berat awal
2,0009−1,7321
= x 100% = 13,4339%
2,0009

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 30


2) Cawan 2

Berat awal = 2,0028 g.


Selisih = 1,8628 – 1,8188 = 0,0440 (g).
berat awal−berat konstan
% Kadar Air = x 100%
berat awal
2,0028−1,8188
= x 100% = 9,1871%
2,0028

3) Cawan 3

Berat awal = 2,0035 g.


Selisih = 1,7907 – 1,7906 = 0,0001 (g).
berat awal−berat konstan
% Kadar Air = x 100%
berat awal
2,0035−1,7906
= x 100% = 10,6264%
2,0035

13,4339+ 9,1871+10,6264
Rata – Rata = = 11,0824%
3

5. Uji Mikroskopik

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 31


Identifikasi Uji Mikroskopik batang brotowali (Tinospora Crispa L.)

Tabel 5 : Identifikasi Uji Mikroskopik

No Pengamatan Spesimen Khas Keterangan


.
1. Simplisia Fragmen Pengenal

Adalah :
(Indonesia-Latin):

1) Amilum
Batang Brotowali

(Tinosporae

Crispae Caulis) (1)

2) Serabut dengan

Kristal kalsium
Tanaman asal
oksalat bentuk
(Indonesia-Latin):
prisma

Tinospora Crispa L
(2)

Keluarga/Family
3) Jaringan Gabus

Menispermiaceae

(3)

4) Parenkim
Kandungan

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 32


Spesifik: Korteks

Pati, Glikosida,

Pikroretosida,

Alkaloida berberin (4)

dan palmatin, zat

pahit pikroretin,
5) Sklerenkim
harsa

Kegunaan

Obat demam (5)

tonikum
6) Unsur Xilem
antidiabetes
Denan Noktah

(6)

6. Uji Histokimia

Identifikasi Uji Histokimia brotowali (Tinospora Crispa L.)

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 33


Tabel 4 : Identifikasi Uji Histokimia

No Metode Kerja Reagen Pengamatan Keterangan Gambar


.
1. 1. FeCl3 1% Tanin 1. Larutan (-) Tanin
warna
coklat

2. Gelastin
10% 2. Larutan (-) Tanin
keruh

3. Nacl- 3. Larutan
gelatin keruh (-) Tanin

2. 1. Larutan uji Alkaloid 1. Terbentuk (+) Positif


+ endapan
Bauchadr colat
at LP. sampai
hitam
2. Larutan uji 2. Larutan
+ Mayer (-) Negatif
coklat
LP. jernih

3. Larutan uji 3. terbentuk


+ 2 tetes endapan (+) Positif
Dragendra jingga
ft LP. coklat

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 34


3. Zat + 10 mL Saponin Terbentuk (+) Positif
air panas, buih setinggi
didinginkan 1 cm. Buih
kemudian tidak hilang.
dikocok kuat
selama 10
detik + 1
tetes Asam
Klorida 2N
4. 1. Larutan uji Glikosida 1. Latutan (-) Negatif
+ 5 mL putih tidak
Asam ada
Asetat endapan
Anhidrat P
+ 10 tetes
Asam
Sulfat
Pekat

2. Larutan uji 2. Terbentuk


+ 2 mL air cincin (+) Positif
+ 5 tetes warna ungu
Malisg LP pada cairan
+ 2 mL
Asam
Sulfat
Pekatkjo
5. Zat + larutan Terpen Larutan hijau (+) Positif
eter + Asam dan bening
Asetat terlihat
Anhidrat + memisah
Asam Sulfat
Pekat

B. Pembahasan
Pada praktikum farmakognosi dilakukan beberapa kegiatan

yaitu pembuatan herbarium, pembuatan simplisia, uji makroskopik,

uji mikroskopik, serta uji histokimia pada simplisia.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 35


a. Pembuatan Herbarium

Pada praktikum herbarium sebenarnya cukup mudah, secara

umum langkah – langkah pembuatan herbarium adalah

pengumpulan bahan, pencucian, penyiapan, pengeringan dan

penyimpanan. Mengumpulkan tumbuhan yang dijadikan herbarium

harus memperhatikan kelengkapannnya serta organ tumbuhan

tersebut dalam keadaan baik tidak terserang hama atau rusak.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan spesies tumbuhan yang

di gunakan ialah batang brotowali (Tinospora Crispa, L.) Memiliki

batang sebesar jari, berbintil – bintil dan memiliki rasa yang pahit.

Tangkai dari tanaman brotowali berciri – cirri daun menebal pada

pangkal dan ujung, pertulangan daun menjari dan berwarna hijau.

Tanaman ini merupakan tumbuhan berdaun tunggal, dengan

bentuk daun seperti jantung atau agak mirip seperti bundar telur

berujung lancip.

Hal pertama yang dilakukan adalah penyiapan sampel

tanaman brotowali, kemudian dilakukan pencucian pada batang

brotowali menggunakan air mengalir, setelah dicuci dikeringkan

menggunakan tissue yang telah dialasi sebelumnya kertas koran.

Setelah sampel kering, kemudian disemprotkan alkohol ke semua

bagian sampel lalu di sortasi kering dan ditempelkan diatas kardus

yang sudah dilapisi koran, kemudian tutup kembali dengan koran

dan kardus hingga tertutup rapat dan dijemur dibawah sinar

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 36


matahari hingga sampel berubah warna kecoklatan (kering). Hasil

dari praktikum herbarium yang telah dilakukan belum memenuhi

syarat karena herbarium yang dibuat tidak memiliki organ

tumbuhan yang lengkap dan tidak kering sempurna (lembab) akibat

cuaca yang tidak mendukung.

b. Pembuatan Simplisia

Pada praktikum pembuatan simplisia, setelah sampel

dipisahkan-pisahka dari benda asing, dicuci,di tiriskan, lalu dirajang.

Sampel kemudian di letakkan diatas koran yang ditutup dengan

menggunakan kain putih tipis lalu dijemur dibawah sinar matahari

dan dilanjutkan menggunakan pemanasan buatan (oven). Setelah

sampel kering, dan dihaluskan kemudian disimpan dalam wadah

kedap udara. Hasil praktikum yang dilakukan memenuhi syarat

karena kering secara sempurna sesuai yang tertera dalam literatur

farmakope herbal Indonesia sehingga dapat di uji standarisasi pada

batang brotowali.

c. Uji Makroskopik

Pada Praktikum Uji Mutu Simplisa secara organoleptik

(Makroskopik) : dengan panca indera meliputi pemeriksaan

bentuk,bau, rasa,pada lidah dan tangan. Kadangkala dengan

pendengaran. Dalam hal ini harus diperhatikan bentuk,ukran warna,

bagian luar dan dalam retakan – retakan atau gambaran –

gambaran dan susunan bahannya berserat – serat, pengumpulan

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 37


dan sebagainya. Batang brotowali mengandung berbagai zat yang

berkhasiat obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam

penyakit dan tanaman brotowali dikenal sebagai obat demam,

tanikum dan antidiabetes karena batang brotowali mengandung

pati, glikosida pikroretosida, alkaloid barberin dan palmatin, harsa,

zat pahit pikroretin. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan

secara organoleptik simplisa brotowali meliputi pengujian morfologi

yaitu berdasarkan warna,bau,rasa dan bentuk diketahui : Berupa

potongan batang, erbuk halus, permukaan tidak rata, mengkerut,

banyak tonjolan dipermukaan luar, beralur – alur, membujur,

lapisan bagian luar mudah terkelupas, warna bagian luar coklat

kehitaman,serbuk berwarna coklat bagian dalam batang abu – abu

kecolatan, tidak berbau,dan rasa sangat pahit. Hasil praktikum yang

dilakukan memenuhi syarat karena data uji makroskopik yang

diperoleh telah sesuai yang tertera dalam literatur farmakope herbal

Indonesia.

d. Uji Kadar Air

Pada Praktikum Uji Kadar Air simplisia metode yang

digunakan adalah metode gravimetri yaitu dengan cara menimbang

seksama serbuk simplisia kurang lebih 2 gram menggunakan 3

cawan berbeda kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu

105⁰C selama 5 jam, setelah itu dikeluarkan dan didinginkan dalam

desikator berikutnya timbang hasil penimbangan pertama kemudian

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 38


lanjutkan pengeringan dan timbang pada selang waktu 1 jam

hingga didapatkan selisih penimbangan berturut – turut tidak lebih

dari 0,25%. Bobot konstan pada praktikum kali ini sulit untuk

dicapai dikarenakan banyak hal. Salah satunya yaitu suhu

pengeringan yang tidak stabil juga pada saat pengambilan simplisia

keluar dri oven menuju desikator menjadi salah satu faktor

penambahan bobot simplisia yang telah dikeringkan sehingga

simplisia menyerap kembali kadar air sehingga bobot penimbangan

menjadi bertambah. Pada percobaan kali ini telah dihitung % kadar

air didapatkan hasil 11,0824% dan pada literature farmakope herbal

Indonesia standar susut pengeringan serbuk simplisia batang

brotowali tidak lebih dari 10% sehingga belum memenuhi

parameter yang telah ditentukan.

e. Uji Mikroskopik

Pada praktikum secara mikroskopik. Simplisia berupa serbuk

diletakkan pada objek glass dan ditetesi dengan kloralhidrat. Fungsi

kloralhidrat iru sendiri adalah untuk mempermudah pengamatan

karena larutan ini dapat memisahkan fragmen – fragmen yang ada

kemudian melisiskan sel, sehingga kita dapat mengetahui

bentuknya. Berdasarkan hal tersebut percobaan kali ini dilakukan

secara mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop

dengan pembesaran 10X, simplisia yang di uji dapat berupa

serbuk. Hasil percobaan simplisia secara mikroskopik pada batang

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 39


brotowali diketahui terdapat Amilum,Serabut dengan Kristal kalsium

oksalat bentuk prisma, Jaringan Gabus, Parenkim korteks,

Skelerenkim dan Unsur – unsur xylem dengan noktah. Hasil

praktikum yang dilakukan telah memenuhi syarat karena data uji

mikroskopik yang diperoleh pada praktikum ini telah sesuai yang

tertera dalam literatur farmakope herbal Indonesia.

f. Uji Histokimia

Pada Praktikum Uji Histokimia hasil percobaan yang telah

didapatkan pada simplisia batang brotowali (tinosporae caulis) hasil

pengamatan sebagai berikut (penambahan masing – masing

reagen pada tinospora caulis)

- Golongan Senyawa (Saponin)

Uji adanya kandungan saponin pada batang brotowali ditandai

dengan terbentuknya buih setinggi (1cm) dan setelah penambahan

satu tetes Asam Klorida 2N Buih tidak hilang

- Golongan Senyawa (Alkaloid)

Pada uji alkaloid, penambahan Hcl bertujuan untuk menarik

senyawa alkaloid, karena alkaloid bersifat basa maka dengan

penambahan asam seperti Hcl akan terbentuk garam sehingga

alkaloid terpisah dengan komponen lain. Uji alkaloid pada

praktikum kali ini menggunakan 3 pereaksi yaitu mayer, pereaksi

bauchardat, dan pereaksi dragendroff.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 40


 Diketahui adanya kandungan alkaloid pada batang brotowali

menggunakan pereaksi mayer ditandai dengan terbentuknya

endapan coklat sampai hitam

 Pada penambahan pereaksi bauchardat, batang brotowali tidak

mengandung senyawa alkaloid karena pada literatur suatu

simplisia mengandung senyawa alkaloid pada pereaksi

bauchardat apabila terbentuk endapan putih hingga kuning

maka positif megandung alkaloid. Hasil yang didapatkan pada

praktikum ini menunjukkan larutan coklat jernih.

 Diketahui adanya kandungan alkaloid pada batang brotowali

menggunakan pereaksi dragendroff ditandai dengan

terbentuknya endapan jingga coklat.

- Golongan Senyawa (Terpen)

Uji adanya kandungan terpen pada batang brotowali ditandai

dengan terbentuknya larutan hijau dan bening yang terlihat

memisah setelah penambahan asam sulfat pekat.

- Golongan Senyawa (Glikosida)

 Pada percobaan glikosida dilakukan dengan menguapkan

0,1ml larutan zat uji kemudian ditambahkan pereaksi liberman

burchard sebanyak 5 tetes dan terbentuk larutan putih tidak ada

endapan maka batang brotowali tidak mengandung senyawa

glikosida pada pereaksi liberman burchard karena pada

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 41


literature suatu simplisia mengandung senyawa glikosida pada

penambahan pereaksi liberman burchard apabila terbentuk

larutan warna biru dan hijau.

 Diketahui adanya kandungan senyawa glikosida pada batang

brotowali menggunakan pereaksi molish ditandai dengan

terbentuknya cincin warna ungu pada batas cairan.

- Golongan Senyawa (Tanin)

 Pada uji tanin dinyatakan positif apabila terjadi perubahan

warna hijau violet pada penambahan FeCl3 1%, pada

percobaan simplisia batang brotowali menunjukkan warna

coklat.

 Pada uji tanin dinyatakan positif apabila terjadi perubahan

endapan putih pada penambahan gelatin 10%, pada praktikum

ini batang brotowali tidak menunjukkan endapan putih.

 Pada uji tannin dinyatakan positif apabila terjadi perubahan

endapan putih pada penambahan Nacl-Gelatin, pada praktikum

ini batang brotowali tidak menunjukkan endapan putih.

Hasil dari pengamatan pada praktikum uji histokimia

simplisia batang brotowali didapatkan bahwa simplisia batang

brotowali positif mengandung senyawa Alkaloid, Saponin,

Glikosida, dan Terpen. Tetapi berdasarkan literatur yang

didapatkan pada farmakope herbal Indonesia Jilid II dan buku

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 42


material medika Edisi II. Batang brotowali hanya mengandung

snyawa flavonoid saja, maka dapat dikatakan hasil pengamatan

kandungan senyawa kimia simplisia batang brotowali dikatakan

palsu.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 43


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Simplisia

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum

pembuatan simplisia yaitu dari hasil praktikum dari simplisia

dinyatakan memenuhi syarat karena kering secara sempurna

dan dapat di uji standarisasi pada batang brotowali.

2. Herbarium

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum

pembuatan herbarium yaitu dari hasil praktikum herbarium yang

diperoleh tidak memenuhi syarat karena herbarium yang dibuat

tidak kering secara sempurna.

3. Uji Makroskopik

Adapun kesimpulan pada praktikum uji makroskopik yaitu Hasil

penelitian menunjukkan batang brotowali memiliki warna coklat

kehitaman serbuk berwarna coklat,tidak berbau dan rasa

sangat pahit dan telah sesuai dengan apa yang tercantum pada

literatur.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 44


4. Uji Kadar Air

Adapun kesimpulan pada praktikum uji kadar air yaitu Hasil

penelitian menunjukkan batang brotowali telah dihitung % kadar

air didapatkan hasil 11,0824%. Praktikum kali dapat ditarik

kesimpulan bahwa uji kadar air serbuk belum memenuhi

parameter yang telah ditentukan.

5. Uji Mikroskopik

Adapun kesimpulan pada praktikum virtual ini, dimana Hasil

pengamatan uji mikroskopis simplisia yaitu terdapat fragmen

Amilum, Serabut dengan Kristal kalsium oksalat bentuk prisma,

Jaringan gabus, Parenkim korteks, Sklerenkim dan Unsur –

Unsur xylem dengan noktah dan telah sesuai dengan apa yang

tercantum pada literatur

6. Uji Histokimia

Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari praktikum uji

histokimia ini yaitu bahwa pada simplisia tinosporae Caulis

Mengandung Senyawa Alkaloid, Saponin, Glikosida, dan

Terpen. Tetapi tidak sesuai dengann literatur yang digunakan,

maka dapat disimpulkan senyawa kimia pada tinosporae caulis

palsu.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 45


B. SARAN

1. Diharapkan mahasiswa mampu menguasai materi dari praktikum

yang akan dipraktikkan didalam laboratorium.Sebaiknya pada

saat praktikum mahasiswa harus mempersiapkan alat dan bahan

terlebih dahulu.

2. Mahasiswa harus lebih memperhatikan pengambilan sampel

agar tidak merusak tanaman dan tidak mengambil secara

berlebihan.sertamemperhatikan dengan baik sampel yang akan

digunakan.

3. Diharapkan mahasiswa agar membersihkan sampah yang

berserakan didalam laboratorium.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 46


DAFTAR PUSTAKA

Budi Kresnady, 2003. Khasiat dan Manfaat Brotowali/ Si Pahit Yang

Menyembuhkan. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Choundary N. Siddique MB, Azmat S,Khatoon S. 2013. Tinospora

Cardiofolia: Ethnobotany, Phytopharmacology and Phytochemistry

Aspects. International Journal of Pharmaceutical Scinces and

Research. No. 4 Vol. 3

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2017. Farmakope Herbal

Indonesia, 72. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1978. Materi Medika

Indonesia (Jilid II). Departemen Kesehatan Republik Indonesia :

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia

Edisi Keempat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia :

Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985. Farmakope Indonesia,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Elfita, Munawar, Muharni, dan Wahyuni, S. 2013b. Isolasi Turunan

Senyawa Metabolisme Sekunder Turunan Flafat Dari Jamur Endofitik

Tumbuhan Brotowali (Tinospora Crispa L.) : Solo.

Emelda. 2019. Farmakognosi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 47


Elfita, Munawar, Muharni, dan Sudrajat, MA 2014. Identifikasi Baru

Turunan Lakton Diisolasi dan Trikoderma sp., Sebuah Endofit Jamur

dari Brotowali (Tinospora Krispa). Hayati Jurnal dari Biosains.

Eko Widaryanto, Nur Azizah, 2018. Prespektif Tanaman Obat Berkhasiat :

Peluang, Budidaya, Pengolahan Hasil, Dan Pemanfaatan.

Universitas Brawijaya : Malang.

Franshworth, Norman R, 1996. Biological and Phytocemical Screening of

Plants, Journal Of Pharmaceutical Sciences.

Jones ME, Kossel A. 1953 “A biographical sketch”. Yale Journal of Biology

and Medicine. 26(1):80-97

Laksana, Toga dkk. 2010. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi

Simplisia. UGM : Yogyakarta.

Marlina, dkk. 2017. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder

Ekstrak N-Heksan Batang Brotowali (Tinospora Crispa Linn).

Chemical: Jurnal Ilmiah Kimia dan Pendidikan Kimia, 16(2)

Prasetyo & Entang. 2013. Pengolaan Budidaya Tanaman Obat – Obatan

(Bahan Simplisia). Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB :

Bengkulu.

Pujiyanto, dkk. 2019.Aktivitas inhibitor A Amilase Ekstrak Etanol Tanaman

Brotowali (Tinosporae Crispa L.) Bioma: Berkala Ilmiah Biologi,

21(2)

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 48


Siregar, N. P. S. 2010. Uji Antimikroba Ekstrak Batang Brotowali

(Tinospora Crispa L. Miers) terhadap Pseudomonas aeruginosa

secara In Vitro. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya:

Malang.

Suryawati, S. & Herni, S. 2007. Efek Antimalaria Ekstrak Brotowali

(Tinospora Crispa) Pada Mencit Yang di Infeksi Plasmodium

Berghei. Jurnal Wijaya Kusuma.

Setiawati W, Murtiningsih R, Gunarni N, dan Rubiati t, 2008. Tumbuhan

Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk Organisme

Pengganggu Tanaman (OPT). Balai Penilitian dan Sayuran :

Bandung.

Supriadi, 2001. Kandungan Brotowali (Tinospora Crispa). Fakta

Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Warsinah, dkk. 2020. Phytochemical Analysis And Antioxidant Activity Of

Brotowali (Tinospora Crispa L. Mier) Stem. Molekul, 15(2).

Wurlina, 2003. Efek Alkaloid dan Chyranthes aspera Linn. Terhadap

Perkembangan Sel Embrio (Cleavage) Mencit (Mus Culinus). Pusat

Penilitan Obat Tradisional Universitas Airlangga.

Widiana, R dan R. Sumarmin, 2014. Pengaruh Ekstrak Brotowali

(Tinospora Crispa L.) Terhadap Siklus Reproduksi dan Karakter

Morfologi Ovarium Mencit (Mus Musculus L.). Laporan Penelitian,

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 49


Dana Hibah Bersaing Yayasan Pendidikan PGRI padang Sumatera :

Padang.

Zulfahmi Hamka, 2021. Modul Praktikum Farmakognosi. Makassar :

Akademi Farmasi Yamasi Makassar.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 50


LAMPIRAN
Lampiran I
A. Skema Kerja

1. Herbarium

Disiapkan sampel tanaman utuh (ada akar, batang, daun


bunga, buah, dan biji) yang segar dan tidak rusak.

Lalu cuci bersih sampel tersebut dengan air bersih dan


mengalir.

Kemudian keringkan sampel dengan tissue atau laba bersih


kemudian semua bagian tanaman diusapkan dengan alkohol
sampai semua bagian tanaman terbasahi dengan alkohol.

Setelah itu taruh sampel tanaman utuh tersebut pada pigura


yang telah dialasi dengan kertas koran sedemikian rupa,
sehingga bagian tanaman utuh tersebut tersusun dengan
rapi.

Pigura yang berisi tanaman utuh kemudian dibiarkan hingga


mengering sempurna.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 51


2. Simplisia

Pengumpulan bahan baku, dipengaruhi oleh waktu


pengumpulan dan juga teknik pengumpulan.

Sortasi basah, memiliki tujuan untuk membersihkan dari


benda-benda asing seperti tanah, kerikil, rumput, bagian
tanaman lain dan bahan yang rusak.

Pencucian simplisia dengan menggunakan air, sebaiknya


memperhatikan Sumber air, agar diketahui sumber air
tersebut mengalami pencemaran atau tidak.

Pengubahan bentuk simplisia seperti perajangan, pengupasan,


pemecahan, penyerutan, dan pemotongan.

Pengeringan dilakukan sedapat mungkin tidak merusak


kandungan senyawa aktif dalam simplisia.Tujuan
pengeringan yaitu agar simplisia awet dan dapat digunakan
dalam jangka waktu yang lama.

Sortasi kering, benda-benda asing yang masih tertinggal,


dipisahkan agar simplisia bersih sebelum dilakukan
pengepakan.

Pengepakan dan penyimpanan untuk mencegah terjadinya


penurunan mutu simplisia

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 52


3. Uji makroskopik

Ambil sedikit contoh yang dapat mewakili (representatif)


simplisia yang akan di periksa.

Deskripsikan Wujudnya secara umum, dan sebutkan ciri-ciri


khas / spesifik yang mungkin di miliki.

Kemudian dilakukan secara uji Organoleptik (warna,bau,dan


rasa), jika perlu Haksel dapat di robek, di patahkan atau di
remuk.

Lalu gambarlah contoh simplisia yang telah anda periksa


sehingga anda dapat mengingatnya dan tuliskan bentuk,
warna, rasa dan baunya.

4. Uji Kadar Air

Timbang seksama serbuk simplisia sebanyak 2 gram


sebanyak 3 kali

Masukkan kedalam cawan dan keringkan dalam oven pada


suhu 105⁰C selama 5 jam

Keluarkan kemudian dinginkan dalam desikator selama


beberapa menit lalu timbang hasil pengeringan dan catat
hasilnya

Panaskan kembali kedalam oven selama 1 jam

Keluarkan kemudian timbang hasil pengeringan dan catat


hasilnya

Hitung selisih antara penimbangan pertama dan kedua. Jika


hasilnya lebih dari 0,25% maka pengeringan dilanjutkan
hingga hasil tidak lebih dari 0,25%

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 53


5. Uji mikroskopik

Ambil sedikit serbuk simplisia, letakkan diatas gelas objek.

Setelah itu, Hangatkan diatas lampu spritus, dan dijaga agar


jangan sampai mendidih.

Lalu ditutup dengan gelas penutup.

Kemudian diamati masing-masing simplisia yang telah


diperlakukan dibawah mikroskop dengan menggunakan
perbesaran lemah dan perbesaran kuat.

Selanjutnya gambar dan catatlah ciri khas simplisia yang


diperiksa.

6. Uji Histokimia

Saponin

Sebanyak 0,5 serbuk simplisia, dimasukkan kedalam tabung


reaksi ditambahkan 10 m air panas, dinginkan kemudian
dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Positif mengandung
safoni jika terbentuk buih setinggih 1-10 cm dengan
penambahan 1 tetes asam klorida 2N buih tidak hilang
( Depkes RI, 1995 ).

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 54


Alkaloid

Larutan uji ; 1 g simplisia ditambahkan 1 mk asam klorida 2N


dan 9 ml air, dipanaskan selama 2 menit didinginkan dan
disaring. Percobaan dilakukan sebagai berikut (Depkes RI,
1995).

Larutan uji ditambahkan bauchardat LP, Jika terbentuk


endapan coklat sampai hitam maka positif mengandung
alkaloid.

Larutan uji ditambahkan manyer LP, jika terbentuk endapan


putih sampai kuning maka mengandung alkaloid

Larutan ditambahkan 2 tetes Dragendroff LP, positif


mengandung alkaloid jika terbentuk endapan jingga coklat.

Terpen

Serbuk sebanyak 0,5 g ditambahkan 5 ml larutan eter,


disaring. Filtrate ditambahkan asam asetat anhidrat dan
asam sulfat pekat (2:1). Warna merah, hijau atau biru
menunjukkan positif terpen (Fransworth, 1996).

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 55


Glikosida

Larutan uji ; sebanyak 1 g eksrak disari dengan 3 ml pelarut


(7 bagian etanol 95% P dan 3 bagian air) selama 10 menit,
didinginkan dan disaring. Sisa ditambahkan 2 ml menthanol
P. percobaan dilakukan sebagai berikut (Depkes RI, 1995).

Diuapkan 0,1 g larutan uji, sisa ditambahakan 5 ml asam


asetat anhidrat P. ditambahkan 10 tetes asam sulfat P,
terjadi warna biru atau hijau, menunjukkan adannya glikosida
(reaksi Liebermann Burchard).

Sebanyak 0,1 g larutan uji dalam tabung reaksi diuapkan.


Sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molish LP.
Ditambahkan 2 ml asam sulfat P. terbentuk cincin warna
ungu pada batas cairan menunjukkan adanya ikatan gula
(reaksi Molish).

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 56


Flavonoid

Larutan uji : 1 g serbuk simplisia ditambahkan 10 ml


methanol dan 5 ml petraoleum eter, dikocok dan didiamkan.
Diambil lapisan menthanol, diuapkan pada suhu 40`C. Sisa
larutan ditambahkan 5 ml etil asetat P, disaring. Percobaan
dilakukan sebagai berikut ( Depkes RI, 1995 ).

Larutan uji sebanyak 1 ml diuapkan hingga kering, sisanya


dilarutkan dalam 1-2 ml etanol ( 95% ) P, ditambahkan 0,5
serbuk seng P dan 2 ml asam klorida 2 N, Didiamkan selama
1 menit. Ditambahkan 10 tetes asam klorida pekat, jika
terbentuk warna merah insentuf menunjukkan adannya
flavonoid.( glikosida-3-flavanol )

Larutan uji sebanyak 1 ml diuapkan, sisanya dilarutkan


dalam 1 ml etanol ( 95% ) P. ditambahkan 0,1 g serbuk
magnesium P dan 10 tetes asam klorida 2 N. Jika terjadi
warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan
adanya flavonoid. Jika warna kuning jingga menunjukkan
adanya flavon, kalkon dan auron.

Diuapkan hingga kering 1 ml larutan uji, sisa dibasahkan


dengan aseton P, ditambahkan sedikit serbuk asam borat P
dan serbuk asam oksalat P, dipanasakan. Sisa dicampur
dengan 10 ml eter P. diamati dibawah sinar UV 366 mm, jika
larutan berflurosensi kuning insentif menunjukkan adanya
flavonoid.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 57


Tanin

Larutan uji ; ekstrak sebanyak 1 g ditambahkan 15 ml air


panas. Larutan dipanaskan hingga mendidih selama 5 menit
disaring. Percobaan dilakukan sebagai berikut (Fransworth,
1996; Trease & Evans, 1978).

Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan beberapa tetes FeCI3 1


% menghasilkan warna hijau violet.

Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan gelatin 10 % membentuk


endapan putih

Filtrate sebanyak 5 ml ditambahkan Na-CI-gelati (larutan


gelatin 1% dalam larutan NaCI 10%) membentuk endapan
putih.

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 58


Lampiran II
II.1. Gambar Tanaman

Sumber :Tanaman Milik Pribadi

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 59


II.2. Gambar Hasil Praktikum

A. Gambar Hasil Praktikum Herbarium

a) b) c).1

c). 2 d)

Ket : a). Pengumpulan Bahan

b). Pencucian Bahan

c). Penyiapan Bahan

d). Pengeringan

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 60


B. Gambar Hasil Praktikum Simplisia

a) b) c).1

c).2 d) e)

f) g).1 g).2
Ket : a). Penyiapan Sampel

b). Pengumpulan Sampel

c). Sortasi Basah dan Pencucian

d). Perajangan

e). Pengeringan

f). Sortasi Kering

g). Penyimpanan

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 61


C. Gambar Hasil Praktikum Uji Makroskopik

a) b)

Ket : a). Simplisia Serbuk

b). Simplisia Haksel

D. Gambar Hasil Praktikum Uji Kadar Air

a).1 a).2 a).3

b).1 b).2 b).3

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 62


c).1 c).2 c).3

d).1 d).2 d).3

Ket : a). 1. Penimbangan Cawan 1,Pemanasan 1

2. Penimbangan Cawan 1,Pemanasan 2

3. Penimbangan Cawan 1,Pemanasan 3

b). 1. Penimbangan Cawan 2,Pemanasan 1

2. Penimbangan Cawan 2,Pemanasan 2

3. Penimbangan Cawan 2,Pemanasan 3

c). 1. Penimbangan Cawan 3,Pemanasan 1

2. Penimbangan Cawan 3,Pemanasan 2

3. Penimbangan Cawan 3,Pemanasan 3

d). 1. Penimbangan Serbuk simplisia Cawan 1

2. Penimbangan Serbuk simplisia Cawan 2

3. Penimbangan Serbuk simplisia Cawan 3

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 63


E. Gambar Hasil Praktikum Uji Mikroskopik

a) b) c)

d) e) f)

Ket : a). Amilum

b). Serabut dengan Kristal Kalsium Oksalat Bentuk Prisma

c). Jaringan Gabus

d). Parenkim Korteks

e). Sklerenkim

f). Unsur Xilem dengan Noktah

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 64


F. Gambar Hasil Praktikum Uji Histokimia

a).1 a).2 a).3

b).1 b).2 b).3

c) d).1 d).2

e)

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 65


Ket : a). 1. Larutan warna coklat (-) Tanin

2. Larutan jenuh (-) Tanin

3. Larutan jenuh (-) Tanin

b). 1. Larutan coklat sampai hitam (+) Alkaloid

2. Larutan coklat jernih (-) Alkaloid

3. Endapan Jingga Colat (+) Alkaloid

c). Terbentuk buih setinggi 1cm dan buih tidak hilang (+) Saponin

d). 1. Larutan putih tidak ada endapan (-) Glikosida

2. Terbentuk cincin warna ungu (+) Glikosida

e). Larutan hijau dan bening terlihat memisah (+) Terpen

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 66


Lampiran III

1. Pustaka

LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 67


LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 68
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 69
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 70
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 71
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 72
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 73
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 74
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 75
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 76
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 77
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 78
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 79
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 80
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 81
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 82
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 83
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 84
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 85
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 86
LAPORAN LENGKAP FARMAKOGNOSI 87

Anda mungkin juga menyukai