Makalah BHS Indo
Makalah BHS Indo
Makalah BHS Indo
KELOMPOK 4 :
1). Desi Rahmawati (2252000042)
2). Salsabilla Syahrotul A (2252000048)
3). Ficky Erina D.F (2252000048)
4. Vany Tri Damayanti (2252000048)
5).Vira Septia Handayani (2252000048)
6). Hikmah Ariyanti U (2252000048)
7). Karin Haifa Anjani (2252000065)
8). Sitta Tobiatu K. (2252000072)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang memberikan pengentahuan kepada kita dan terus mencari nilai-
nilai kehidupan yang sejati nya adalah ridha ilahi. Sholawat serta salam kepada
Nabi Muhammad SAW yang berjuang demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Konsep Dasar Bahasa Indonesia dengan tujuan agar kita dapat mengambil
manfaatnya. Tentang maraknya Korupsi di masa pemerintahan orde baru, makalah
ini kami susun tentunya dengan berbagai sumber yang kami susun dalam bentuk
makalah. Kami mengaharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap kami nantikan
demi kesempurnaan makalah kelompok kami kedepannya.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………..….2
DAFTAR ISI……………………………………………………………..3
BAB I…………………………………………………………………......4
PENDAHULUAN………………………………………………………..4
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………….....……4
1.2 RUMUSAN MASALAH………………………………………..........4
1.3 TUJUAN………………………………………………………......…4
BAB II……………………………………………………………………5
PEMBAHASAN…………………………………………………………5
2.1 Cerita Fiksi………………………………………………………….5
2.1.1 Pengertian Cerita Fiksi…………………………………………....5
2.1.2 Ciri-ciri Cerita Fiksi……………………………………………....6
2.1.3 Jenis-jenis Cerita Fiksi…………………………………………....6
2.1.4 Struktur Cerita Fiksi………………………………………………8
2.1.5 Unsur-unsur Cerita Fiksi………………………………………….9
2.1.6 Contoh Cerita Fiksi…………………………………………...….10
2.2 Cerita Non Fiksi………………………………………………...….12
2.2.1 Pengertian Cerita Non Fiksi…………………………………..….12
2.2.2 Ciri-ciri Cerita Non Fiksi………………………………………...12
2.2.3 Jenis-jenis Cerita Non Fiksi……………………………………...15
2.2.4 Unsur-unsur Buku Non Fiksi…………………………………….16
2.2.5 Struktur Cerita Non Fiksi…………………………………...……18
2.2.6 Contoh Cerita Non Fiksi……………………………………...….18
BAB III…………………………………..……………………………...20
KESIMPULAN………………………………………….………….…..20
SARAN…………………………………………………….….………...20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………......21
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Cerita fiksi adalah karangan non-ilmiah yang berasal atau dibuat dari
imajinasi pengarang. Karya fiksi mengambil langkah dalam bentuk cerita,
untuk menyampaikan poin, perspektif pengarang, atau hanya sekedar untuk
menghibur. Pada dasarnya karya jenis ini tidak butuh pada fakta, logika atau
kisah nyata. Apa dan bagaimana isinya, semua tergantung pada sang
pengarangnya. Fiksi merupakan sesuatu yang timbul dari dunia khayalan.
Malah sebaliknya, ketika fiksi telah berdasarkan fakta secara keseluruhan,
maka tak lagi berbentuk fiksi, melainkan sebuah sejarah. Dalam fiksi, para
tokoh, latar cerita hingga permasalahan dalam cerita bersifat realitas
imajinatif, bukan objektif.
Dari pengertiannya sendiri bisa dikatakan salah satu ciri-ciri cerita fiksi
yaitu biasanya tidak didasarkan oleh fakta dan realita. Selain itu juga cerita
yang ditulis tidak benar-benar terjadi. Memang ada beberapa karya fiksi yang
berdasarkan pada kisah nyata, namun ketika telah dirangkai dan dibumbuhi
imajinasi, jenisnya berganti menjadi fiksi.
1. Fiksi merupakan cerita atau kisah yang bersifat rekaan alias imajinasi
pengarang
2. Fiksi mempunyai kebenaran relatif serta tidak mutlak.
3. Fiksi menyasar pada perasaan atau emosi para pembaca.
4. Fiksi yaitu cerita yang mengandung amanat atau pesan moral tertentu.
5. Karya fiksi biasanya tidak memiliki sistematika penulisan baku.
6. Karya fiksi biasanya menggunakan bahasa bersifat konotatif.
7. Menampilkan sudut pandang berbeda.
Setelah mengetahui ciri-ciri cerita fiksi, kenali pula jenis-jenis karya sastra
satu ini. Berdasar teori pengkajian fiksi, jenis-jenis fiksi bisa dibedakan
menjadi 3 yaitu:
1.Fiksi Historis
Sesuai namanya, jenis fiksi ini berkaitan dengan fakta sejarah. Data dalam
fiksi meliputi tokoh, latar tempat, alur, serta elemen fiksi mempunyai
kesamaan dengan fakta sejarah yang ada. Jenis fiksi ini justru bisa menjadi
alternatif sumber sejarah. Meskipun tidak bisa dianggap 100 persen benar.
2. Fiksi Biografis
Jenis fiksi berikutnya yaitu fiksi biografis. Fiksi ini lebih berkaitan dengan
fakta penulisan biografi tokoh atau seseorang. Misalnya seperti buku Bung
Tomo, Amien Rais, serta Catatan Seorang Demonstran.
3. Fiksi Sains
Jenis fiksi yang terakhir adalah fiksi sains. Fiksi ini berkaitan dengan dasar
penulisan ilmu pengetahuan. Seperti misalnya buku Bilangin Fu karya Ayu
Utami atau Supernova karya Dewi Lestari.
5. Novelet, adalah karya yang panjang tulisannya lebih panjang dari cerpen,
tetapi lebih pendek dari novel.
6. Novel/Roman
Novel adalah cerita berbentuk prosa yang menyajikan permasalahan secara
kompleks dengan penggarapan unsur-unsurnya secara luas dan detail.
7. Cerita anak
Karya ini mencakup pengelompokan rentang umur yang beragam mulai
dari 3-5 tahun, 6-9 tahun, dan 10-12 tahun.
8. Novel remaja
Novel ini ditulis dengan target pembaca adalah remaja sehingga menyajikan
masalah yang sesuai dengan permasalahan remaja.
10. Fabel
Merupakan cerita fiksi tentang binatang yang memiliki perilaku seperti
manusia. Contoh cerita fabel adalah Si Kancil dan Buaya, Kelinci dan Kura-
kura, dan sebagainya.
11.Hikayat
Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk karangan bebas
dengan isi cerita mengenai undang-undang, silsilah, dan sebagainya.
12.Legenda
Legenda merupakan cerita fiksi yang bercerita tentang kejadian alam, asal-
usul tempat, benda, atau kejadian di suatu daerah. Contoh legenda adalah
Tangkuban Perahu, Malin Kundang, Roro Jonggrang, dan sebagainya.
13. Mite
Cerita mite dibuat dengan latar belakang sejarah atau hal-hal yang sudah
dipercayai orang banyak bahwa cerita tersebut pernah terjadi. Mite juga
biasanya mengandung hal-hal gaib dan kesaktian yang luar biasa.
Ada beberapa struktur cerita fiksi yang bisa dipelajari. Adapun struktur
cerita fiksi adalah sebagai berikut:
a. Abstrak
Ini merupakan bagian yang memuat cerita singkat dari keseluruhan karya.
Bisa juga berupa cerita inti dari cerita fiksi. Bagian ini sebenarnya bersifat
b. Orientasi
Yaitu bagian yang menjelaskan mengenai tema, latar belakang tema, dan
tokoh dalam karya sastra. Bagian ini terdapat pada awal cerita.
c. Komplikasi
Berisi mengenai beragam permasalahan yang dihadapi para tokoh dalam
cerita fiksi.
d. Evaluasi
Berisi mengenai pembahasan, pemecahan dan penyelesaian masalah yang
hadapi namun belum berakhir.
e. Resolusi
Berisi inti pemecahan permasalahan yang dihadapi tokoh.
f. Koda atau reorientasi
Berisi pesan moral atau amanat cerita yang bisa dipetik dari karya sastra.
Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur intrinsik terdiri dari:
a. Tema
Ide pokok persoalan yang menjiwai seluruh isi cerita fiksi. Tema kerap kali
diambil dari konflik kehidupan.
b. Plot
Dasar cerita atau bisa dikatakan pengembangan cerita fiksi.
c. Alur
Merupakan rangkaian karya sastra cerita fiksi. Alur meliputi alur maju,
mundur dan maju-mundur. Penyelesaian alur dapat berupa alur klimaks dan
alur anti klimaks.
d. Setting
Penggambaran mengenai waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa
dalam cerita.
e. Tokoh
Pelaku yang bertugas menghidupkan cerita fiksi. Tokoh meliputi tokoh
utama (protagonis), tokoh lawan (antagonis) serta tokoh penengah
(tritagonis).
f. Sudut pandang
Hal yang menjadi dasar tema dan tujuan dari penulisan. Biasanya berupa
gaya orang pertama tokoh utama ataupun gaya orang ketiga yang serba tahu.
g. Suasana
Unsur fiksi yang mendasari suasana dari cerita penokohan. Di mana bisa
menimbulkan sebuah konflik. Suasana bisa berupa menyenangkan,
mengharukan, menyedihkan hingga menantang.
Unsur ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi
secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra. Unsur ekstrinsik terdiri dari unsur biografi, psikologi, keadaan
lingkungan pengarang, pandangan hidup bangsa, dan lain-lain.
1. Sangkuriang
Sangkuriang menjadi salah satu contoh cerita fiksi legenda. Cerita ini
mengisahkan seorang pria yang membangun bendungan demi mendapatkan
cinta seorang gadis bernama Dayang Sumbi. Namun diketahui, sang gadis
adalah ibunya sendiri yang memiliki kecantikan abadi.
2.RawaPening
Rawa Pening termasuk contoh legenda yang mengisahkan seorang anak
yang memiliki kesaktian namun hal itu justru membuat penyihir jahat jadi iri
dan mengutuknya sehingga masyarakat setempat enggan mendekat. Anak
tersebut pun mengungsi dan mencabut sebuah lidi. Tidak disangka-sangka
tempat itu menjadi sebuah mata air yang akhirnya dikenal sebagai telaga rawa
pening. Contoh cerita fiksi dan amanatnya ini mengingatkan kita untuk tidak
iri terhadap kemampuan orang lain.
3.Malinkundang
Cerita asal Sumatera Barat ini menjadi contoh cerita fiksi sejarah.
Dikisahkan, seorang anak bernama Malin Kundang merantau dan kembali ke
kampung halamannya. Ia kembali sukses dan berpakaian bagus. Namun, ia
menjadi anak durhaka sebab tidak mengakui sang Ibu dan mengusirnya.
Ibunya pun berdoa agar Malin Kundang dikutuk menjadi sebuah batu karang.
Hingga kini, batu tersebut masih berdiri di sebuah pantai.
4. Sang Pemimpi
Sang Pemimpi menjadi fiksi cerpen atau novel. Cerita ini mengisahkan
kehidupan tiga orang anak di Belitong yang memiliki impian bersekolah
hingga ke Prancis. Namun, ada banyak tantangan serta pengorbanan hidup
yang harus dilakukan.
5.Wonder
Kisah ini menceritakan hidup dari seorang anak bernama August Pullman.
Anak yang masih duduk di sekolah dasar ini diketahui lahir dengan kelainan
wajah. Namun, ia tumbuh dengan percaya diri dengan menunjukan bahwa ia
sama seperti anak lainnya.
6. Bawang Merah dan Bawang Putih
Bawang Merah dan Bawang Putih menceritakan seorang gadis bernama
Bawang Putih yang memiliki sifat yang baik hati dan memiliki saudara tiri
bernama Bawang Merah yang jahat.
Suatu hari, Bawang Putih mendapatkan sebuah labu berisi emas dari
seorang nenek sihir. Melihat itu, Bawang Merah merasa iri dan serakah
sehingga meminta juga. Sayang yang didapatkan Bawang Merah malahan
ular berbisa. Hal itu dikarenakan sifat jahat, iri, dan serah yang dimiliki oleh
Bawang Merah.
Cerita non fiksi merupakan sebuah karangan atau tulisan yang bersifat
informatif, penulisnya mempunyai tanggung jawab atas kebenaran dari
peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disampaikannya.Oleh karena itu,
ketika sedang merangkai kerangka isi cerita non fiksi sangat dibutuhkan
penelitian ketat berdasarkan informasi, data-data yang akurat dan kebenaran
atau fakta suatu peristiwa atau permasalahan mengenai hal yang akan ditulis.
Penulis tidak boleh mencampuradukkan fakta dengan hal rekaan. Oleh sebab
itu, kaidah penulisan cerita nonfiksi lebih ketat dibanding cerita fiksi.
Ciri-ciri cerita non fiksi menjadi khas yang kemudian menjadi dasar bagi
penulisnya untuk bisa menyusun buku non fiksi dengan baik dan benar.
Apalagi isi buku punya kewajiban untuk bisa dipertanggung jawabkan oleh
penulisnya. Maka tidak heran jika penulisan buku ini bisa memakan waktu
lama dan memperhatikan banyak hal. Ciri-ciri cerita non fiksi adalah sebagai
berikut:
1. Bersifat Fakta
Ciri yang pertama sekaligus yang utama dari buku fiksi adalah bersifat fakta
sebagaimana yang sudah dijelaskan di awal. Sifat fakta ini artinya di dalam
buku fiksi akan memaparkan segala hal yang berupa fakta. Penulis akan berani
menulis isi buku setelah membuktikan apa yang ditulisnya adalah fakta. Yakni
benar-benar terjadi di suatu tempat atau mungkin dialami sendiri secara
langsung oleh penulis. Fakta yang disampaikan kemudian akan menghasilkan
informasi yang tentu bermanfaat bagi banyak orang. Fakta yang disampaikan
kemudian bisa juga dibutuhkan oleh orang lain, misalnya dijadikan referensi
penelitian.
Jadi, jika menjumpai buku yang isinya bukan fakta melainkan hasil dari
khayalan atau imajinasi penulisnya. Maka dijamin buku tersebut bukan buku
non fiksi. Sebab buku baru bisa disebut buku non fiksi jika memaparkan fakta
yang benar-benar terjadi, bukan hasil imajinasi yang tidak bisa dipastikan
kebenarannya.
Ciri-ciri buku non fiksi yang kedua adalah menggunakan bahasa atau
susunan bahasa nyata denotatif. Bahasa denotatif sendiri adalah gaya bahasa
yang memaparkan kejadian di lapangan dan menggunakan kata-kata ilmiah.
Artinya, bahasa yang digunakan akan mempertegas fakta yang ditulis oleh
penulis dalam buku tersebut
Tidak ada kata yang mengarah pada hasil imajinasi, seperti menggunakan
kata seandainya, andaikan, dan sejenisnya. Selain itu, semua kata yang
digunakan juga menyampaikan fakta dengan sangat jelas. Mencegah pembaca
mengalami miskomunikasi dan kesulitan untuk memahami apa yang
disampaikan penulis. .
Dalam cerita non fiksi, tidak ada buku yang menggunakan bahasa tulis
gaul, alay ataupun bahasa kekinian yang sedang booming, serta tidak
menggunakan tulisan yang macam-macam. Sebab salah satu ciri-ciri buku non
fiksi adalah menggunakan bahasa baku. Bahasa yang memang diakui sebagai
bahasa yang mudah dipahami dan punya arti. Dengan demikian, tujuan
digunakan bahasa baku yaitu agar siapapun pembacanya bisa paham isi fakta
yang dipaparkan penulis.
Buku non fiksi pada dasarnya menyampaikan fakta baru yang terjadi di
lapangan atau menyampaikan fakta lama. Penyampaian fakta ini dilakukan
secara ilmiah, yakni menggunakan bahasa yang ilmiah sehingga kaya akan
wawasan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi pembaca. Metode
ilmiah kemudian menjadi ciri-ciri buku non fiksi, karena memang isi bukunya
ditulis menggunakan metode ilmiah tersebut. Tujuannya agar fakta yang
disampaikan bisa dipahami dengan mudah oleh pembaca. Sekaligus mencegah
adanya kesalahpahaman dan menghindari resiko salah dalam menyampaikan.
Buku non fiksi secara umum akan menyajikan informasi baru, misalnya
memaparkan sebuah penemuan baru. Penemuan baru ini merupakan bagian
dari ilmu pengetahuan yang kemudian sangat dibutuhkan oleh masyarakat
luas. Sebab dengan pengetahuan baru inilah peradaban manusia bisa
berkembang menjadi lebih baik.
Selain menyajikan sebuah informasi baru atau temuan baru, buku non fiksi
juga bisa berisi penyempurnaan atau pengembangan dari ilmu pengetahuan
sebelumnya. Jadi, misalnya saja hasil penelitian menemukan teknologi A.
Kemudian beberapa tahun berikutnya dilakukan penelitian serupa.
Oleh sebab itu, penulis buku ini bukan orang sembarangan. Berbeda
dengan buku fiksi yang bebas ditulis oleh siapa saja karena isinya adalah hasil
imajinasi. Selama penulis bisa berimajinasi dan kemudian menuangkannya
dalam bentuk tulisan menarik. Maka penulis bisa mencetak bukunya dan
memasarkannya secara luas.
Non fiksi kreatif juga menyertakan bukti berupa data-data orisinal yang
kemudian dikembangkan menjadi sebuah karangan imajinatif. Baik nonfiksi
murni maupun kreatif, perbedaan keduanya hanya terletak pada cara
penyajiannya. Namun, nonfiksi murni dan kreatif terbagi lagi menjadi
beberapa jenis. Berikut jenis-jenis karya sastra yang termasuk cerita nonfiksi,
yakni :
Unsur-unsur cerita nonfiksi yang mesti ada dalam sebuah cerita yaitu:
1. Sampul Buku
Sampul buku merupakan unsur-unsur buku non fiksi pertama yang perlu
kamu ketahui sebelum menelaah sebuah buku non fiksi. Pada bagian sampul
ini biasanya memuat judul buku, penulis, dan nama penerbit. Selain itu sering
juga disertai tahun terbit dan edisinya.
Pada pokok bab buku biasanya memuat kata pengantar. Dalam kata
pengantar biasanya berisi penjelasan tentang isi buku secara keseluruhan, latar
belakang dan tujuan penulisan, serta manfaat isi buku. Kata pengantar sering
disertai dengan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berjasa yang sudah
membantu penulis dalam menyusun buku tersebut.
Unsur-unsur buku non fiksi selanjutnya adalah judul bab dan sub bab.
Judul bab dan sub bab ini biasanya dimuat pada bagian daftar isi. Daftar ini
menjelaskan judul-judul bab dan sub babnya yang disusun secara berurutan
disertai juga dengan halamannya agar memberikan kemudahan untuk
pembaca.
4. Isi Buku
Isi buku merupakan unsur-unsur buku non fiksi selanjutnya yang harus
dipahami. Isi buku terdiri atas beberapa bab yang di dalamnya memuat
pendahuluan, paparan utama, dan penutup. Bagi kamu yang sering membaca
buku non fiksi tentunya sudah mengetahui bagaimana isi buku non fiksi yang
terperinci yakni dimulai dari pendahuluan hingga penutup.
Unsur-unsur buku non fiksi selanjutnya adalah cara menyajikan isi buku.
Cara menyajikan isi buku ini biasanya dimuat pada daftar pustaka. Pada daftar
pustaka berisi daftar buku dan sumnber-sumber yang digunakan untuk
menulis buku tersebut.
6. Bahasa yang Digunakan
Untuk mengetahui bahasa yang digunakan pada buku non fiksi, biasanya
dimuat pda halaman glosarium. Glosarium sendiri merupakan daftar istilah
penting yang digunakan sebagai sumber penulisan buku tersebut atau bahasa-
bahasa yang digunakan oleh penulis dalam buku tersebut.
7. Sistematika Penulisan
PENUTUP
KESIMPULAN
Cerita fiksi adalah karangan non-ilmiah yang berasal atau dibuat dari
imajinasi pengarang. Di mana para tokoh, latar cerita hingga permasalahan
dalam cerita fiksi bersifat realitas imajinatif, bukan objektif.
Dari pengertian pun bisa dikatakan salah satu ciri-ciri cerita fiksi yaitu
biasanya tidak didasarkan oleh fakta dan realita. Selain itu juga cerita yang
ditulis tidak benar-benar terjadi. Meski banyak pengarang yang mengatakan
diambil dari pengalaman, akan tetapi cerita yang dikembangkan tetap
mengandung unsur imajinasi.
Sedangkan cerita non fiksi merupakan sebuah karangan atau tulisan yang
bersifat informatif, penulisnya mempunyai tanggung jawab atas kebenaran
dari peristiwa, orang, dan/atau informasi yang disampaikannya.Oleh karena
itu, ketika sedang merangkai kerangka isi cerita non fiksi sangat dibutuhkan
penelitian ketat berdasarkan informasi, data-data yang akurat dan kebenaran
atau fakta suatu peristiwa atau permasalahan mengenai hal yang akan ditulis.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
http://myblogroland-2001995.blogspot.com/2014/11/makalah-fiksi.html
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5788634/15-jenis-cerita-fiksi-apa-
saja-ya
https://www.gramedia.com/literasi/contoh-cerita-fiksi/#:~:text=Apa%20saja
%20ciri%2Dciri%20teks,bahasa%20yang%20digunakan%20adalah
%20sugestif.
https://berita.99.co/contoh-cerita-non-fiksi/