2 PB
2 PB
2 PB
2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk merancang model pada klaster industri hilir kelapa di Kabupaten Padang Pariaman
dengan pendekatan sistem sehingga terbentuknya strukturisasi elemen sistem pengembangan klaster industri. Penelitian
dilakukan dengan beberapa tahap. Tahap kesatu melakukan analisis potensi komoditas kelapa di Kabupaten Padang
Pariaman dengan metode location quotient (LQ), Tahap kedua melakukan identifikasi melalui studi literatur dan
wawancara dengan pakar berdasarkan indikator pada model diamond porter untuk mengetahui apakah komoditi kelapa
punya potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah klaster industri. Tahap ketiga menentukan jenis industri yang dapat
dikembangkan dalam klaster industri hilir kelapa dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE). Tahap
keempat mengidentifikasi stakeholder yang terlibat dan bagaimana perannya di dalam klaster industri hilir kelapa dengan
metoda deskriptif kualitatif. Tahap kelima mendesain peta kluster industri hilir kelapa berdasarkan model diamond porter
dengan menggunakan setiap elemen yang telah didefinisikan sebelumnya. hasil penelitian didapat nilai LQ sebesar 12,5
yang menyatakan bahwa klaster industri hilir kelapa berpotensi dikembangkan di Kabupaten Padang Pariaman.
Berdasarkan perhitungan MPE terdapat 8 produk prioritas yaitu: virgin coconut oil, coco fiber, arang briket, coco peat,
coco vinegar, desiccated coconut, kerajinan lidi dan daun kelapa, sari kelapa nata de coco.
Kata Kunci: Kelapa, Klaster Industri, Location Quotient, Diamond Porter, MPE
Abstract
This study aims to design a model for the downstream coconut industry cluster in Padang Pariaman Regency
with a system approach so that the structural elements of the industrial cluster development system are formed. The research
was conducted in several stages. The first stage is to analyze the potential of coconut commodities in Padang Pariaman
Regency using the location quotient (LQ) method. The second stage is to identify through literature studies and interviews
with experts based on indicators on the diamond porter model to determine whether coconut commodities have the
potential to be developed into an industrial cluster. The third stage is to determine the type of industry that can be developed
in the downstream coconut industry cluster using the exponential comparison method (MPE). The fourth stage identifies
the stakeholders involved and their roles in the downstream coconut industry cluster using a qualitative descriptive method.
The fifth stage is to design a coconut downstream industry cluster map based on the diamond porter model using each of
the previously defined elements. The results of the study obtained an LQ value of 12.5 which states that the downstream
coconut industry cluster has the potential to be developed in Padang Pariaman Regency. Based on the MPE calculation,
there are 8 priority products, namely: virgin coconut oil, coco fiber, charcoal briquettes, coco peat, coco vinegar, desiccated
coconut, craft sticks and coconut leaves, coconut juice nata de coco.
111
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
Kabupaten Padang Pariaman 2010-2025 yaitu:(a) syarat mutlak terbentuknya kluster industri(Lestari,
Pengembangan industri pengolahan berbasis 2010; Vlados, 2019)
komoditi unggulan dan (b)Peningkatan kapasitas Salah satu fokus pembangunan ekonomi
petani, kelembagaan petani dan pelaku adalah sektor pertanian karena sektor pertanian
agribisnis(LKDP Kabupaten Padang & Pariaman, menyumbang nilai yang cukup besar terhadap
2020) Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar Rp
Konsep klaster industri telah menjadi 1.043,60 Triliun(BPS, 2021). Sektor ini dapat
alternatif strategi pengembangan ekonomi di menjadi leading sector dan makin mendorong
berbagai negara. (Porter, 1990) menyatakan bahwa berkembangnya industri agro. Salah satu komoditas
keunggulan industri suatu daerah atau negara tidak utama dalam sektor agroindustri adalah kelapa dan
berasal dari kesuksesannya sendiri tetapi karena produk olahannya(BAPELITBANGDA, 2021).
kesuksesan kelompok akibat adanya keterkaitan Produksi buah kelapa dari Sumatera Barat
antar perusahaan dengan institusi pendukung. mencapai 78.902 ton per tahun dengan areal tanam
Teori kemampuan kompetisi suatu negara yang seluas 87.298 hektare. Luas areal tanaman kelapa
digambarkan dalam Porter Diamond. Model ini itu tersebar di 19 kabupaten dan kota di provinsi
menggabungkan analisis di tingkat industri dengan yang berpenduduk sekitar 5,8 juta jiwa(BPS, 2021).
mengkaji empat faktor kunci yang menentukan Daerah penghasil buah kelapa di Sumatera Barat
daya saing suatu negara yaitu kondisi faktor, selama tahun 2021 dapat dilihat pada Tabel 1.
kondisi permintaan, strategi perusahaan, struktur
dan persaingan, serta Industri terkait dan industri Tabel 1. Lima daerah penghasil kelapa terbanyak di
pendukung. Melalui klaster industri, seluruh proses sumatera barat tahun 2019
produksi mulai dari hulu hingga hilir dapat berjalan Kabupaten Luas Area Produksi Kelapa
maksimal, efektif dan efisien(Dharmayanti et al., (Ha) (Ton)
Padang Pariaman 40.755 35.436
2015). Klaster industri mensyaratkan integrasi
Agam 9.780 11.026
seluruh elemen industri yang menopang kegiatan
Mentawai 7.924 6.495
industri utama yang pada akhirnya dapat Limapuluh Kota 5.480 5.448
mendukung terwujudnya hasil industri turunan Pesisir Selatan 4.399 3.860
yang berkualitas dan berdaya saing(Papilo &
Bantacut, 2016). Klaster industri mempermudah Kelapa merupakan komoditas unggulan di
akses bahan baku produksi, akses SDM yang Kabupaten Padang Pariaman yang tersebar hampir
terspesialisasi dan meningkatkan efisiensi produksi diseluruh kecamatan. Hal ini menjadi peluang bagi
karena keberadaan industri pendukung dan Kabupaten Padang Pariaman untuk meningkatkan
penunjang dalam satu wilayah yang sama dengan industri hilir melalui pengembangan agroindustri di
industri utama, sehingga mempercepat proses pedesaan sehingga perekonomian masyarakat akan
produksi yang berarti mengurangi tingginya biaya meningkat(Anifirza, 2016).
produksi(Utami Handayani et al., 2012). Klaster Saat ini komoditas kelapa belum dikelola
industri mempermudah inovasi produk karena secara maksimal dari hulu sampai ke hilir. Sehingga
adanya kesamaan visi dan kebutuhan antara industri untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
utama dan industri pendukung(Asih et al., 2013) komoditi ini beserta produk turunannnya
Dalam pengembangan klaster industri diperlukan pendekatan pengembangan industri
banyak faktor yang perlu diperhatikan dan yang terintegrasi dan komprehensif. Salah satu
mempengaruhi keberhasilan suatu klaster, pendekatan adalah membentuk klaster industri hilir
diantaranya peran serta pemerintah, peran serta kelapa. Dengan cara ini, seluruh faktor terkait
institusi pendukung, motivasi dan peran serta dengan industri kelapa dapat diintegrasikan. Tujuan
industri utama, industri terkait maupun industri penelitian adalah merancang model klaster industri
penunjang dan lain-lain(Rustian & Widiastuti, hilir kelapa di Kabupaten Padang Pariaman dengan
2020). Beberapa dimensi penilaian kalster industri pendekatan sistem sehingga terbentuknya
yaitu (i) dimensi konsentrasi industri berguna untuk strukturisasi elemen sistem pengembangan klaster
mengidentifikasi potensi pertumbuhan kluster industri.
industri yang tergantung pada jumlah tenaga kerja
lokal pada sektor industri, (ii) dimensi aksesibilitas Metode Penelitian
pasar, dimana permintaan pasar terhadap produk
kluster industri merupakan faktor yang digunakan Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten
untuk mengukur daya saing industri dan Padang Pariaman. Pengambilan sampel menggunakan
pertumbuhan industri, (iii) dimensi kelengkapan metode sampling dengan responden yang dipilih adalah
aktor, yang terdiri dari perusahaan inti beserta pelaku usaha pengolahan kelapa, tokoh masyarakat,
industri pendukung dan institusi terkait merupakan birokrat pemerintah daerah Kabupaten Padang
Pariaman dan akademisi. Total responden yang
112
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
digunakan dalam penelitian ini adalah 40 Gambaran Umum Kabupaten Padang Pariaman
responden. Pengolahan data dilakukan dengan
beberapa metode yaitu: metode location quotient Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari
(LQ), model diamond porter, metode perbandingan 17 kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Batang
eksponensial (MPE), dan metode deskriptif Anai, Lubuk Alung, Sintuk Toboh Gadang, Ulakan
kualitatif. Tapakis, Nan Sabaris, 2x11 Enam Lingkung, Enam
Tahap 1: menggunakan metode location Lingkung, 2x11 Kayu Tanam, VII Koto Sungai
quotient (LQ) untuk analisis potensi komoditas Sarik, Patamuan, Padang Sago, V Koto Kampung
kelapa di Kabupaten Padang Pariaman. Pada tahap Dalam, V Koto Timur, Sungai Limau, Batang
awal pengembangan klaster, perlu diidentifikasi Gasan, Sungai Geringging dan Kecamatan IV Koto
dan dianalisis potensi komoditas yang akan Aur Malintang. Gambar 1 adalah peta Kabupaten
dikembangkan, potensi pengembangan klaster, dan Padang Pariaman sebagai lokasi penelitian
siapa saja pihak-pihak yang terkait. Nilai LQ
dihitung berdasarkan persamaan dibawah
ini(Kartikaningdyah, 2012; R. Jumiyanti, 2018):
SPj
XPT
LQ = (1)
VT j
VT
Tahap 2: melakukan identifikasi melalui
studi literatur dan wawancara dengan pakar
berdasarkan indikator pada model diamond porter
dan perlu dianalisis apakah komoditas tersebut
punya potensi untuk dikembangkan menjadi sebuah
klaster industri. Analisis klaster industri dengan
pendekatan diamond model yang terdiri atas empat
faktor yaitu: faktor input, kondisi permintaan, Gambar 1. Peta kabupaten padang pariaman
industri pendukung dan terkait, strategi perusahaan
dan pesaing(Rustian & Widiastuti, 2020; Vlados, Potensi Kelapa di Provinsi Sumatera Barat dan
2019). Kabupaten Padang Pariaman
Tahap 3: menentukan jenis industri yang
dapat dikembangkan dalam klaster industri hilir Pada tahap awal pengembangan klaster,
kelapa dengan menggunakan metode perbandingan perlu diidentifikasi dan dianalisis potensi
eksponensial (MPE). Dimulai dengan menyusun komoditas yang akan dikembangkan. Komoditas
alternatif keputusan, menentukan kriteria dengan kelapa merupakan komoditas pertanian yang paling
potensial untuk dikembangkan di Kabupaten
skala konversi yang sudah disesuaikan dengan
Padang Pariaman. Tahap awal dengan melakukan
keinginan pengambil keputusan, menentukan bobot
identifikasi dan analisis seberapa besar potensi
kriteria, melakukan penilaian pada setiap kriteria, kelapa yang dimiliki oleh Kabupaten Padang
menghitung nilai total alternatif serta melakukan Pariaman dengan menggunakan metode location
perangkingan(Wardhani & Abdillah, 2018; quotient (LQ). Selanjutnya menguji bahwa sektor
Wulandari & Chriswahyudi, 2018) yang dipilih merupakan sektor basis dan menjadi
Tahap 4: Mengidentifikasi stakeholder sektor unggulan diwilayah tersebut dengan cara
yang terlibat dan bagaimana perannya di dalam membandingkan data kelapa yang dimiliki oleh
klaster industri hilir kelapa dengan metoda Kabupaten Padang Pariaman dan Sumatera Barat
deskriptif kualitatif. Diawali dengan studi pustaka, dengan data kelapa nasional.
wawancara dengan pakar dan stakeholder tentang
peran stakeholder, persepsi stakeholder tentang Tabel 1. Produksi kelapa nasional
klaster, kebutuhan dan harapan stakeholder tentang Tahun Produksi (ton)
klaster, keterkaitan dan hubungan kerja dalam 2016 2.904.200
klaster, faktor pendorong dan kendala keberhasilan 2017 2.920.700
2018 2.840.200
klaster industri hilir kelapa di Kabupaten Padang
2019 2.839.900
Pariaman. 2020 2.811.900
Tahap 5: Perancangan peta kluster industri
hilir kelapa dibuat berdasarkan model diamond porter
dengan menggunakan setiap elemen yang telah
didefinisikan sebelumnya.
Hasil dan Pembahasan Tabel 2. Produksi perkebunan nasional 2016-2020
Komoditi pertanian (ton)
113
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
Tabel 7. Identifikasi potensi pengembangan kluster industri hilir kelapa di kabupaten padang pariaman
No Aspek Indikator Hasil identifikasi
1 Kondisi faktor Sumber daya alam (bahan a. Berdasarkan data BPS tahun 2019 lahan produktif kelapa di
input baku): produktifiktas, kabupaten padang pariaman adalah seluas 40.755 Ha dengan
kontinuitas pasokan, produksi kelapa 35.436ton kopra
kualitas, harga b. Berdasarkan peta ketersediaan dan peta kesesuaian lahan
untuk kelapa (Balai Besar sumber Daya Lahan Pertanian
Kementerian Pertanian), Kabupaten Padang Pariaman masih
memiliki lahan seluas 23.070 Ha, sehingga kedepannya
potensi kelapa di Kabupaten Padang Pariaman bisa mencapai
114
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
Teknologi: mesin dan Perkembangan industri hilir kelapa sangat pesat saat ini. Salah
peralatan terbaru satu industri besar pengolah kelapa adalah PT. Bumi Sari Mas
yang berada di perbatasan Kabupaten Padang Pariaman dan
Kota Padang, secara tidak langsung membawa teknologi
dengan lebih efisien. Selain itu dengan semakin berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan masuknnya para
investor dari luar maka merupakan peluang masuknya teknologi
ke Indonesia
Investasi (capital): sumber Kebutuhan investasi untuk industri hilir kelapa skala kecil dan
dan suku bunga menengah tidak terlalu tinggi.
2 Kondisi Permintaan lokal dan a. Jumlah penduduk Kabupaten Padang Pariaman sampai
permintaan ekspor (trend jumlah dan dengan tahun 2020 adalah 415.613 jiwa. Sedangkan jumlah
varian) penduduk sumatera barat adalah 5.535.132 jiwa. Hal tersebut
merupakan peluang pasar yang potensial untuk produk
turunan kelapa (VCO, coco fiber, arang briket, minuman air
kelapa, nata de coco)
b. Permintaan produk hilir kelapa disumbar tidak mengalami
penurunan walaupun pada masa pandemi seperti saat ini.
Kualitas/ daya saing Produk turunan kelapa Kabupaten Padang Pariaman cukup
produk hilir berdaya saing dipasar internasional. Berdasarkan data Dinas
Koperindag Padang Pariaman, tahun 2020 berhasil mengekspor
air kelapa sebanyak 16 ton, santan kelapa sebanyak 67,2ton dan
25ton kelapa parut dengan negara tujuan Inggris, Belanda dan
Taiwan.
115
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
Jalur pemasaran: Jalur pemasaran untuk saat ini masih melalui perusahaan besar
informasi pasar, yang bergerak di bidang ekspor impor.
promosi/pameran,
Kerjasama pemasaran,
rantai pemasaran.
3 Strategi, Inovasi Telah dilakukannya penelitian oleh lembaga pengembangan
struktur dan (produk dan teknologi milik pemerintah daerah maupun pihak universitas, namun
persaingan baru) proses komersialisasi belum optimal dilakukan, sehingga
perusahaan invensi masih dalam skala laboratorium
Efisiensi (proses produksi) Efisiensi proses produksi belum terlihat, karena masih diolah
secara tradisional dengan skala usaha kecil dan menengah. Saat
ini ada satu perusahaan pengolah yang cukup besar, yaitu PT.
Bumi Sari Mas yang menghasilkan produk santan kelapa
sebagai produk unggulan.
Teknologi informasi Saat ini jaringan komunikasi sudah masuk di Kabupaten Padang
Pariaman, bekerjasama dengan PT. Telkom dan Kominfo
Kelembagaan Masih belum merata disetiap kecamatan, saat ini kelembagaan
berupa kelompok tani dan gapoktan.
4 Industri terkait Keberadaan industri a. Industri terkait yang ada Kabupaten Padang Pariaman adalah
dan industri terkait (IKM, industri industri coco fiber dan coco peat yaitu: PT. Kurnia Coco
penunjang terkait lainnya) Mandiri di Korong Ampalu Tinggi, (b) UD. Suryadi Coco di
Kecamatan VII Koto Nagari Lareh Nan Panjang Korong
Bungin
b. PT. Ampalu Sukses Mandiri dan beberapa Industri rumah
tangga yang memproduksi arang briket di kecamatan Aur
Malintang
c. IKM rumah tangga kerajinan pot dari sabut kelapa di Desa
Pauh Timur Kecamatan Pariaman Tengah, Desa Kampuang
Kandang dan Padang Sago
d. IKM rumah tangga kerajinan sapu lidi Korong Kasai
Kecamatan Batang Anai dan jumlah nya cukup banyak
e. Untuk industri pendukung seperti jasa transportasi dan
pemasok peralatan dan mesin produksi, sudah cukup
memadai di Kabupaten Padang Pariaman.
Lokasi industri pendukung Berada disekitar Kabupaten Padang Pariaman dan Kota Padang
Kontinuitas, kuantitas dan Bahan baku bersumber dari hasil kebun kelapa di Kabupaten
kualitas pasokan Padang Pariaman
116
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
117
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
118
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
119
Jurnal Teknik Industri Vol.7, No. 2, 2021
Jurnal Hasil Penelitian dan Karya Ilmiah
dalam Bidang Teknik Industri
Mebel di Kabupaten Jepara. Jurnal Teknik Wulandari, N., & Chriswahyudi. (2018). Metode
Industri, 13(1), 22. Perbandingan Eksponensial (Mpe) Untuk
https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol13.no1.22 Menentukan Supplier Dan Activity Based
-30 Costing (Abc) Untuk Menentukan Produk
Vlados, C. (2019). Porter’s Diamond Approaches Yang Menguntungkan Serta Uji Hedonik
and the Competitiveness Web. International Untuk Mengetahui Pengaruh Bahan Baku Dari
Journal of Business Administration, 10(5), 33. Supplier Yang Berbeda Terhadap
https://doi.org/10.5430/ijba.v10n5p33 Organoleptik Produk Di .
Wardhani, D. R., & Abdillah, R. (2018). Jurnal.Umj.Ac.Id/Index.Php/Semnastek,
Pengambilan Keputusan Dengan Metode 17(Sistem Pengambilan Keputusan), 1–13.
Perbandingan Eksponensial (Mpe) Dalam https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek/a
Manajemen Kedai. 2004, 1–6. rticle/view/3504
https://doi.org/10.31219/osf.io/rx2p5
120