Laporan GPK
Laporan GPK
Laporan GPK
PENGANTAR
I. Latar Belakang
Pendidikan inklusif merupakan bentuk reformasi pendidikan yang merangkul
keberagaman dan menekankan sikap anti diskriminasi, perjuangan persamaan hak dan
kesempatan, keadilan dan perluasan akses dan mutu pendidikan bagi semua. Pendidikan
inklusif sebagai suatu sistem harus mengakomodasi keterlibatan semua peserta didik untuk
mengikuti pendidikan tanpa kecuali. Implikasinya semua satuan layanan pendidikan (formal
dan nonformal) harus melayani semua peserta didik tanpa mempedulikan keadaan fisik,
intelektual, sosial, emosi, bahasa, atau kondisikondisi lain, anak-anak dengan potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted and talented children), pekerja anak dan anak
jalanan, anak di daerah terpencil, anak-anak dari kelompok etnik dan bahasa minoritas dan
anakanak yang tidak beruntung dan terpinggirkan dari kelompok masyarakat (Salamanca
Statement, 1994). Dengan demikian semua peserta didik memperoleh pendidikan yang adil dan
berimbang (equity dan equality) sesuai dengan kebutuhannya. Inilah yang dimaksud dengan
merangkul atau mengakomodasi keberagaman.
Layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus di sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif menjadi sebuah keniscayaan, ketika semua warga negara mempunyai hak
untuk mendapat layanan pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu tidak serta merta
membutuhkan pelayanan yang sempurna, melainkan layan pendidikan yang mampu
mengakomodasi keberagaman peserta didik. Bentuk akomodasi terhadap keberagaman peserta
didik antara lain harus didukung oleh kompetensi guru yang memadai. Sehingga guru yang
bersangkutan mampu untuk memberikan akomodasi yang layak bagi peserta didiknya.
Kebijakan Pemerintah tentang merdeka belajar, telah menyemangati kita semua untuk berbuat
yang terbaik bagi peserta didik kita.
Menurut undang-undang semua anak memiliki hak yang sama untuk memperoleh
layanan pendidikan yang bermutu, yaitu pendidikan yang sesuai dengan karakteristik mereka
yang beragam. Inilah makna belajar merdeka dalam konteks pemeblajaran bagi peserta
berkebutuhan khusus. Bentuk-bentuk akomodasi layanan pendidikan didasarkan kepada
keberagaman potensi, keberagaman hambatan, keberagaman kebutuhan, keberagaman gaya
belajar, dan keberagaman passion dalam belajar. Oleh karena itu para pendidik seyogyanya
terus meningkatkan kualifikasi kompetensinya agar mampu memberikan layan terbaik bagi
peserta didiknya. Sejalan dengan makin bertambahnya kesadaran masyarakat terhadap isu
keberagaman dan pentingnya Pendidikan bagi semua, hingga saat ini jumlah sekolah yang
menyelenggarakan sistem pendidikan inklusif terus bertambah.
Termasuk semakin banyak daerah-daerah yang mendeklarasikan kabupaten/kota
inklusif dan bahkan provinsi yang inklusif. Maka akan semakin banyak anak-anak
berkebutuhan khusus yang dilayani, baik dilayani di sekolah khusus maupun di sekolah umum
yang menyelenggarakan pendidikan inklusif. Keberadaan guru-guru pembimbing khusus di
sekolah inklusif diharapkan tidak hanya bertindak sebagai pembimbing anak-anak
berkebutuhan khusus di sekolahnya, melainkan dapat menjadi motor penggerak bagu guru-
guru lainnya untuk terus belajar melayani anak-anak berkebutuhan khusus.
Sehingga sejalan dengan yang digulirkan oleh pemerintah tentang guru penggerak.
Namun demikian, peningkatan jumlah layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan
khusus belum sejalan dengan penyediaan guru-guru yang memiliki kompetensi dalam
melayani anak-anak berkebutuhan khusus. Khususnya, pelayanan anak berkebutuhan khusus
di sekolah-sekolah umum. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan guru yang memiliki
kompetensi dalam melayani anak-anak berkebutuhan khusus saat ini menjadi sangat penting.
Pemenuhan kebutuhan guru, seyogyanya tidak hanya dalam pemenuhan kebutuhan
secara kuantitas, akan sangat baik pemenuhan juga dalam arti peningkatan kualifikasi
kompetensinya. Guna memenuhi tantangan tersebut di atas, pemerintah dalam hal ini
Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus,
menyusun program pemenuhan kekurangan guru pembimbing khusus di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif dan sekolah umum yang melayani keberagaman peserta
didik. Program pemenuhan kekurangan guru pembimbing khusus dilakukan melalui kegiatan
bimbingan teknis. Petunjuk teknis ini merupakan acuan dalam pelaksanaan program
pemenuhan guru pembimbing khusus.
B. DASAR PELAKSANAAN
1. Surat KEMDIKBUD DIRJEN GTK Nomor : 1278/B6/GT.02.15/2022 Tentang
Penetapan Peserta Bimbingan Teknis Pemenuhan Guru Pembimbing Khusus Tahap
Pemahaman konsep.
2. Surat Tugas SMAN 1 Sungai Pandan nomor : 094/345-SMAN 1 SP/Disdikbud/2022
C. PENYELENGGARAAN
Penyelenggara kegiatan ini yaitu Direktorat Guru Pendidikan Menengah dan
Pendidikan Khusus Direktorat Jenderal Guru Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi.
Jumlah Jam 22 26
F. HASIL KEGIATAN
Hasil kegiatan dari penyelenggaraan bimbingan teknis pemenuhan guru pembimbing
khusus di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, antara lain:
1. Terpenuhinya sebagian dari kebutuhan guru pembimbing khusus di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif.
2. Meningkatnya pengetahuan dan pemahaman guru tentang filosofi dan konsep dan
prinsip dasar penyelenggaraan pendidikan inklusif.
3. Meningkatnya sikap positif terhadap keberagaman karakteristik peserta didik
berkebutuhan khusus.
4. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukan identifikasi
dan asesmen bagi PDBK.
5. Meningkatnya keterampilan guru terampil untuk mendeteksi potensi belajar,
hambatan perkembangan, dan kebutuhan belajar PDBK.
6. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penyesuaian
(adaptasi) kurikulum, pembelajaran, dan penilaian untuk memenuhi kebutuhan
peserta didik;
7. Meningkatnya kemampuan merancang dan menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif bagi semua peserta didik sehingga dapat belajar secara optimal;
8. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam merancang, melaksanakan
dan mengevaluasi program yang mengakes pendidikan inklusif; dan
9. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan untuk membina, memantau dan
mengevaluasi penyelenggaraan pendidikan inklusif.
G. PENUTUP
Dalam pelaksanaan Kegiatan Bimbingan Teknis Pemenuhan Guru Pebimbing Khusus
di sekolah penyelenggara Pendidikan inklusif. Tingkat keberhasilan kegiatan ini sangat
bergantung pada pemahaman, kesadaran, keterlibatan dan upaya sungguh-sungguh dari
segenap unsur pelaksana proses di satuan pendidikan. Kegiatan ini sangat baik dan perlu
dilaksanakan secara terus menerus karena manfaatnya banyak sekali bagi guru dan siswa
dikarenakan siswa berkebutuhan khusus itu ada dimana saja dan sekolah khusus untuk anak
berkebutuhan khusus itu sangat sedikit serta tidak bias menjangkau ke seluruh daerah.
Demikian Laporan Kegiatan Bimbingan Teknis Guru Pembimbing Khusus (GPK).
Rahmalinda, S.Pd
NIP. 19950819 201903 2 015
Lampiran
1. SK Penugasan
2. Foto Kegiatan
FOTO KEGIATAN