ASKEP GEA - Raya Ma'tan-Dikonversi
ASKEP GEA - Raya Ma'tan-Dikonversi
ASKEP GEA - Raya Ma'tan-Dikonversi
TINGKAT : II C
MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Adapun
judul makalah yang akan dibahas adalah “Asuhan Keperawatan Pada Gastroenteritis”.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat berguna bagi kami sendiri dan orang lain, guna
memperluas wawasan ilmu dan meningkatkan prestasi dalam belajar.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas ini. Akhir kata tak ada gading yang tak retak, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk bisa jadi evaluasi yang berguna
sehingga dapat belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.
1. LATA R BELAKANG
Pada kasus gangguan pemenuhan keseimbangan elektrolit, sebenarnya masih ada diagnosa
yang dapat saja muncul. Akan tetapi pada kasus ini difokuskan pada masalah diare sehingga
tindakan lebih banyak diarahkan pada dehidrasi klien .
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa saja bagian bagian dari konsep dasar medis pada penyakit gastroenteritis?
b. Apa saja bagian bagian dari konsep dasar keperawatan pada penyakit
gastroenteritis ?
3. TUJUAN
a. Mengetahui konsep dasar medis pada penyakit gastroenteritis
b. Mengetahui konsep dasar keperawatan pada penyakit gastroenteritis
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
1. DEFENISI
Gastroenteritis (GE) adalah peradangan yang terjadi padalambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpadisertai muntah (Sowden, et all, 1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung danintestinal yang disebabkan oleh
bakteri yang bermacam-macam, virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari denganatau tanpa darah dan
lendir dalam tinja, terjadi secara mendadak danberlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan
anak yang sebelumnyasehat (Mansjoer Arif, 2000).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kalisehari pada bayi dan lebih
dari 3 kali sehari pada anak dengankonsistensi encer, dapat berwarna hijau/ dapat pula
bercampur lendir dandarah/ lendir saja. (Ngastiyah, 2005)
Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas mulut dibatasi oleh
palatum, sedangkan pada bagian bawah dibatasi oleh mandibula, lidah, dan
struktur lain dari dasar mulut. Bagian lateral mulut dibatasi oleh pipi. Sementara
itu, bagian depan mulut dibatasi oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang
menuju faring.
Rongga mulut atau nama lainnya rongga bukal atau rongga oral mempunyai
beberapa fungsi yaitu menganalisis material makanan sebelum menelan, proses
mekanis dari gigi, lidah, dan permukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva, dan
digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak
a. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan samping oleh
membrane mukosa. Lidah menempati rongga mulut dan melekat secara
langsung pada epiglotis dalam faring. Lidah diinervasi oleh berbagai saraf.
Bagian sensorik diinervasi oleh nevrus lingualis, yang merupakan cabang saraf
kranial V (trigeminal). Nevrus ini menginervasi dua pertiga anterior lidah
untuk pengecapan. Saraf kranial VII (fasialis) meninervasi dua pertiga anterior
untuk rasa kecap. Saraf kranial IX (glosofaringeal) meginervasi sepertiga
posterior untuk raba dan rasa kecap. Sementara itu, inervasi motorik dilakukan
oleh saraf kranial XII(hipoglosus). Fungsi utama lidah meliputi :
1) Proses mekanik dengan cara menekan, melunakkan, dan membagi
material;
2) Melakukan manipulasi material makanan di dalam rongga mulut dan
melakukan fungsi dalam proses menelan;
3) Analisis sensori terhadap karakteristik material, suhu, dan reseptor rasa;
serta
4) Menyekresikan mukus dan enzim.
b. Gigi
Pertumbuhan gigi merupakan proses fisiologis dan dapat menyebabkan salvias
yang berlebihan serta rasa tidak nyaman (nyeri). Manusia mempunyai dua set
gigi yang tumbuh sepanjang masa kehidupan mereka. Set pertama adalah gigi
primer (gigi susu atau desisua) yang bersifat sementara dan tumbuh melalui
gusi selama tahun pertama serta kedua kehidupan. Gigi susu berjumlah 5 buah
pada setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 20), muncul (erupsi) pada
sekitar 6 bulan sampai 2 tahun. Gigi susu berangsur tanggal pada usia 6
sampai 12-13 tahun, kemudian diganti secara bertahap oleh gigi tetap (gigi
permanen) pada orang dewasa. Set kedua atau set gigi permanen berjumlah 8
buah pada setiap setengah rahang (jumlahnya seluruhnya 32) dan mulai
tumbuh pada usia sekitar 6 tahun. Pada usia 25 tahun ditemukan semua gigi
permanen, dengan kemungkinan pengecualian dari gigi molar ketiga atau gigi
sulung.
Sebuah gigi mempunyai mahkota, leher, dan akar. Mahkota gigi menjulang di
atas gigi, lehernya dikelilingi gusi, dan akarnya berada di bawahnya. Gigi
dibuat dari bahan yang sangat keras, yaitu dentin. Di dalam pusat strukturnya
terdapat rongga pulpa. Pulpa gigi berisi sel jaringan ikat, pembuluh darah, dan
serabut saraf. Bagian gigi yang menjulang di atas gusi ditutupi email, yang
jauh lebih keras daripada dentin.
2. Esophagus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap kehati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri
dari lapisan mukosa (sebelahdalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
duabelas jari (duodenum), ususkosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
Usus halus terbagi menjadi duodenum, jejunum, dan ileum. Panjang usus halus
saat lahir 300-350 cm, meningkat sekitar 50% selama tahun pertama kehidupan.
Saat dewasa panjang usus halus mencapai ± 6 meter.
Duodenum merupakan bagian terpendek usus, sekitar 7,5-10 cm, dengan diameter
1-1,5 cm. Jejenum terletak diantara duodenum dan ileum. Panjang jejunum 2,4 m.
panjang ileum sekitar sekitar 3,6 m. Ileum masuk sisi pada lubang ileosekal, celah
oval yang dikontrol oleh sfinker otot.
5. Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus duabelas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya keusus kosong (jejunum). Usus
duabelas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya
oleh selaput peritoneum. pH usus duabelas jari yang normal berkisar pada derajat
sembilan. Pada usus duabelas jari terdapat dua muara saluranya itu dari pancreas
dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan kedalam usus duabelasjari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk kedalam duodenum melalui sfingter pylorus dalam jumlah yang
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
6. Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usushalus, di antara usus
duabelas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum).Pada manusiadewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 12 meter adalah bagian usus kosong.
Usus kosong dan usus penyerapan
Digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong
berupa membrane mucus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas
permukaan dari usus.
7. Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2- 4m dan terletak setelah
duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH
antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam empedu.
8. UsusBesar (kolon)
Kolon mempunyai panjang sekitar 90-150 cm, berjalan dari ileum ke rektum.
Secara fisiologis kolon menyerap air, vitamin, natrium, dan klorida, serta
mengeluarkan kalium, bikarbonat, mukus, dan menyimpan feses serta
mengeluarkannya. Selain itu, kolon merupakan tempat pencernaan karbohidrat
dan protein tertentu, maka dapat menghasilkan lingkungan yang baik bagi bakteri
untuk menghasilkan vitamin K.
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak diserap, seperti zat besi,
kalium, fosfat yang ditelan, serta mensekresi mukus, yang mempermudah
perjalanan feses. Usus besar berjalan dari katup ileosekal ke anus. Panjang usus
besar bervariasi, sekitar ± 180 cm. Usus besar dibagi menjadi bagian sekum,
kolon asenden, kolon transversum, kolon desensen, dan kolon sigmoid. Sekum
adalah kantong besar yang terletak pada fosa iliaka kanan. Sekum berlanjut ke
atas sebagai kolon asenden. Dibawah lubang ileosekal, apendiks membuka ke
dalam sekum.
9. Hati
Hati merupakan kelenjar paling besar dalam tubuh dengan berat ±1300-1550 g.
hati merah cokelat, sangat vascular, dan lunak. Hati terletak pada kuadran atas
kanan abdomen dan dilindungi oleh tulang rawan kosta. Bagian tepi bawah
mencapai garis tulang rawan kosta. Tepi hati yang sehat tidak teraba. Hati
dipertahankan posisinya oleh tekanan organ lain di dalam abdomen dan
ligamentum peritoneum.
10. Pankreas
Merupakan organ panjang pada bagian belakang abdomen atas,memiliki struktur
yang terdiri atas kaput (didalam lengkungan duodenum), leher pankreas, dan
kauda (yang mencapai limpa). Pancreas merupakan organ ganda yang terdiri atas
dua tipe jaringan, yaitu jarinagan sekresi interna dan eksterna.
11. Peritoneum
3. Etiologi
Faktor infeksi diare menurut Ngasityah (2016) .
1. Faktro Presipitasi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare
b. Infeksi bakteria : vibrio, E.coli ,salmonellacampilobaster
c. Infeksi virus :Rostavirus, Calcivirus,Entrovirus ,Adenovirus,Astrovirus
d. Infeksi parasite : cacing, protozoa (entamoba histolica, giardia lambia), jamur
(candida aibicans).
e. Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti Tonsilitas,
bronkopneumonia, ensevalitis, meliputi:
f. Faktor malabsorbi : karbohidrat, lemak, protein
g. Faktor makanan : basi, racun,alergi
h. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas
2. Faktor Predisposisi
a. Usia
i. Anak-anak <5 Tahun
Balita atau anak-anak belum memiliki daya tahan tubuh yang kuat
sehinggah mudah terserang infeksi atau virus
ii. Lansia
Lansia cenderung mengalami penurunan daya tahan tubuh, sehingga lebih
mudah terinfeksi gastroenteritias
b. Faktor Imun (Hipersensitifitas, AIDS, Penderita Kanker yang sedang
menjalani Kemoterapi)
4. KLASIFIKASI
1. Gastroenteritis akut
Gastroenteritis akut atau Diare akut adalah diare yang diakibatkan oleh virus yang
bernama rotavirus yang di tandai dengan buang air besar lembek/cair yang
frekuensinya biasa 3 kali dalam sehari dan berlangsung dalam 14 hari. Virus tersebut
meruoakan virus usus patogen yang menjadi penyebab utama diare akut pada anak-
anak. Diare jenis ini adalah diare yang sangat sering terjadi. Salah satu penyebab
diare akut adalah banyaknya mengkomsumsi minuman beralkohol dan bersoda.
Gastroenteritis akut atau diare akut sering disertai dengan demam, sakit kepala,
muntah dan sakit perut. Untuk orang dewasa diare ini kadang-kadang bisa sembuh
tanpa pengibatan. (Anon. 2017)
2. Gastroenteritis kronik
Gastroenteritias akut yang umumnua bersifat menahun, diantaranya diare akut dan
akut disebut gastroenteritis sebakut (diare persiten). Gastroenteritis kronik adalah
diare yang hilang timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti
penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama
diare kronik ini lebih dari 30 hari.( Sudaryat, 2016)
3 Disentri
Jenis diare disentri ini didefenisikan dengan diare yang disertai adanya darah dalam
feses, yang menyebabkan anoreksia, menurunya berat bdan dengan cepat, serta
terjadi kerusakan mukosa usus yang di sebabkan bakteri invavise. Diare disentri juga
membutuhkan penanganan khusus karena antibiotik mempunyai pengaruh yang kuat
terhadap penyakit. Disentri merupakan 10-15% dari kejadian diare pada anak di
bawah umur 5 Tahun, namun mwnyebabkan 25% kematian oleh diare tersebut.
Disentri mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap pertumbuhan dan keadaan
gizi pada anak daripada diare akut. ( Adawiyah, 2017)
4. Diare persisten
Diare persisten adalah diare akut dengan atau tanpa disertai darah berlanjut 14 hari
atau lebih. Jika terdapat dehidrasi sedang atau berat diklasifikasikan berat atau
kronik. Diare persisten menyebabkan kehilangan berat badan karena pengeluaran
volume feses dalam jumlah yang banyak dan beresiko mengalami diare. Diare
persisten di bagi menjadi dua yaitu : diare persisten berat dan diare persisten tidak
berat atau ringan. Diare persisten berat merupakan diare yang berlangsung selama
lebih dari 14 hari, dengan tanda dehidrasi sehingga anak memerlukan pearawatan di
rumah sakit. Sedangkan persiten diare tidak berat atau ringan merupakam diare yang
berlangsung selama 14 hari atau lebih yang tidak menunjukkan tanda dehidrasi.
(Aniani, 2016).
5. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar gastroenteritis disebabkan oleh infeksi virus. Ada dua jenis virus yang
menjadi penyebab utama gastroenteritis, yaitu Norovirus dan Rotavirus. Selain kedua
jenis virus ini, gastroenteritis juga bisa disebabkan oleh Adenovirus dan Astrovirus.
Penularannya dapat terjadi melalui kontak langsung, misalnya saat berjabat tangan
dengan penderita atau tidak sengaja menghirup cipratan air liur yang keluar saat
penderita bersin. Virus juga dapat menular melalui makanan, minuman, dan benda
yang telah terkontaminasi virus.
Kebiasaan tidak mencuci tangan setelah buang air atau sebelum makan juga dapat
meningkatkan risiko terjadinya gastroenteritis. Oleh karena itu, usahakan untuk
selalu mencuci tangan sebelum makan atau setelah beraktivitas di luar ruangan.
PATHWAY
ETILOGI
Predisposisi presipitasi
Pengeluran
Kulit disekitar elektrolit Frekuensi Mual dan
Agen pirogenik
anus lecet dan berlebih defekasi muntah
iritasi meningkat
Dx : kekurangan
Dx : resiko volume cairan Dx : hipertermi Dx :
kerusakan integrasi Dx : diare
NOC : ketidakseimbang
kulit NOC :
Keseimbangan NOC : termuregulasi an nutrisi kurang
NOC:status cairan keseimbangan dari kebutuhan
peradangan cairan NIC :perawatan tubuh
NIC : manajemen demam
NIC : manajemen cairan NIC : NOC : ketidak
peradanga pada manajemen seimbangan
anus cairan nutrisi
NOC : status
nutrisi
NIC : manajemen
nutrisi
6. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda umum : keadaan umum gelisah/lemah/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen
menurun
2. Tanda tambahan : ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mulut, dan lidah
3. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti nafas cepat dan
dalam (asidosis metabolic), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hepernatremia)
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
1. Dehidrasi ringan : kehilangan cairan kurang dari 5% berat badan.
a. Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan
b. Keadaan umum baik
c. Haus, sadar, gelisah
d. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah
e. TD normal, RR normal dan nadi normal, status mental normal.
f. Turgor abdomen baik, bising usus normal.
g. Mukosa sedikit kering.
h. Urin sedikit mengurang
i. Akral hangat.
2. Dehidrasi sedang : kehilangan cairan antara 5-9 % berat badana.
a. Apabila didaptkan 2 tanda utama ditambahkan 2 atau lebih tambahan
b. Keadaan umum gelisah
c. Ubub-ubun besar sedikit cekung mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa
mulut dan bibir sedikit kering
d. Haus meningkat.
e. Nadi cepat dan lemah, TD normal, RR cepat.
f. Turgor menurun, akral hangat
g. Setatus mental normal sampai lesu.
h. Keluaran urin mengurang.
3. Dehidrasi berat : kehilangan cairan lebih dari 10 % berat badana.
a. Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambahkan 2 atau lebih tambahan
b. Kesadaran menurun, lemas, takikardi, ektremitas dingin.
c. Nadi capat dan halus kadang takteraba, TD menurun.
d. Haus meningkat.
e. Keluaran urin tidak ada.
f. Ubun-ubun cekung, mata sangat cekung, air mata ada, mukosa mulut dan bibir
sangat kering
g. Turgor sangat kurang dan akral dingin
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium.
a. Pemeriksaan tinja.
Tes tinja untuk mengetahui makroskopi dan mikroskopi, baik kuman
penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotic serta mengetahui pH dan
kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila
memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup,bila memungkikan.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.
3. Pemeriksaan darah
a. pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan
fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
b. Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik.
8. PENATALAKSANAAN
9. KOMPLIKASI
a. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit merupakan komplikasi utama,
terutamapadalanjutusiadananak-anak.Padadiareakutkarenakolera,kehilangan
cairan terjadi secara mendadak sehingga cepat terjadi syok hipovolemik.
Kehilangan elektrolit melalui feses dapat mengarah terjadinya hipokalemia
dan asidosismetabolic.
b. Pada kasus-kasus yang terlambat mendapat pertolongan medis, syok
hipovolemiksudahtidakdapatdiatasilagi,dapattimbulnekrosistubularakutginjal
dan selanjutnya terjadi gagal multi organ. Komplikasi ini dapat juga terjadi
bila penanganan pemberian cairan tidak adekuat, sehingga rehidrasi optimal
tidak tercapai.
c. Haemolityc Uremic Syndrome (HUS) adalah komplikasi terutama oleh EHEC.
Pasien HUS menderita gagal ginjal, anemia hemolisis, dan trombositopeni 12-
14 hari setelah diare. Risiko HUS meningkat setelah infeksi EHEC dengan
penggunaan obat anti-diare, tetapi hubungannya dengan penggunaan antibiotik
masih kontroversial.
d. Sindrom Guillain – Barre, suatu polineuropati demielinisasi akut, merupakan
komplikasi potensial lain, khususnya setelah infeksi C. jejuni; 20-40% pasien
Guillain – Barre menderita infeksi C. jejuni beberapa minggu sebelumnya.
Pasien menderita kelemahan motorik dan mungkin memerlukan ventilasi
mekanis. Mekanisme penyebab sindrom Guillain – Barre belum diketahui.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Disini, semua
data-data dikumpulkan secara sistematis gunamenentukan status kesehatan
klien saat ini. Pengkajian dilakukan secara komperhensifterkiat dengan
aspek biologis, psikologis, social maupun spiritual klien. Tujuan pengkajian
adalah mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien. Metode
utama yang dapat digunakan dalam pengumpulan data adalah wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostic
1. Identitas klien.
Gastroenteritis dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang balita atau anak-anak karena
belum memiliki daya tahan tubuh yang kuat, sehingga mudah terserang
infeksi, lansia cenderung mengalami penurunan daya tahan tubuh, sehingga
lebih mudah terinfeksi flu perut atau gastroenteritis.
2. Keluhan utama.
Yang harus dikaji adalah mual muntah, demam, penurunan nafsu makan
dan sakit perut.
Yang harus dikaji antara lain penyakit anak sebelumnya, apakah pernah
dirawat di RS sebelumnya, obat-obatan yang digunakan sebelumnya,
riwayat alergi, riwayat operasi sebelumnya atau kecelakaan dan imunisasi
dasar.
B. Diagnosa
Diagnosa keerawatan yang mungkn muncul pada pasien gastroenteritis yaitu:
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
2. Penurunan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah
3. Ketidaknyamanan berhubungan dengan kram/nyeri abdomen.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi.
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.
C. INTERVENSI
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
cairan yang berlebihan.
Intervensi :
a. Oberservasi tanda vital
Rasional : Vital sign dapat dipengaruhi cairan.
b. Observasi tanda-tanda dehidrasi.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat dehidrasi.
c. Ukur balance cairan
Rasional : Balance cairan seimbang, dehidrasi teratasi.
d. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum air
putih (2.000–2.500 cc/hari).
Rasional : Minum banyak dapat mengurangi dehidrasi.
e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi cairan,
pemeriksaan Lab. Elektrolit.
Rasional: Terapi cairan disesuaikan dengan dehidrasi.
D. DISCHARGE PLANNING
1. Jelaskan pada pasien apa saja penyebab diare.
2. Ajarkan cara mencegah diare dan penularannya.
3. Tekankan pada pasien untuk memperhatikan pola makannya.
4. Hindari makanan dan minum yang terkontaminasi.
5. Anjurkan pasien menggunakan obat-obat yang diresepkan.
6. Anjurkan pasien untuk berolahaga.
7. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi.
Konsep Tumbuh Kembang Anak
Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan
perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami
perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara
perkembangan. Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang
sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan dan
perkembangan adalah sebagai berikut : Pertumbuhan adalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) (Adriana, 2013). Perkembangan (development) adalah
bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel
tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga
dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Pada tahap ini anak mampu
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat,
mendengar, menyentuh dan aktivitas motorik. Semua kegiatan yang
dilakukan berfokus pada mulut (oral).
Pada tahap ini anak sudah membentuk gambaran mental dan mampu
menyelesaikan aktivitas yang ada dalam pikirannya, mampu menduga
dan memperkirakan dengan pikirannya yang abstrak.
Pada masa ini kepuasan dan kesenangan anak didapat melalui kegiatan
menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara.Ketergantungan pada
orang di sekelilingnya sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk
mendapatkan rasa aman.Masalah yang sering terjadi pada masa ini
adalah masalah penyapihan dan makan.
Pada tahap ini kepuasan anak terletak pada rangsangan autoerotic yaitu
merabaraba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya
dan mulai suka pada lawan jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada
ibunya daripada ayahnya demikian juga sebaliknya anak perempuan
suka sama ayahnya.
Pada tahap ini bayi membentuk rasa percaya kepada seseorang baik
orang tua maupun orang yang mengasuhnya atau perawat yang
merawatnya.Kegagalan atau kesalahan dalam mengasuh atau merawat
pada tahap ini dapat menimbulkan rasa tidak percaya pada anak.
Pada tahap ini anak sudah mulai mencoba mandiri dalam tugas tumbuh
kembangnya seperti fungsi motorik dan bahasa, mulai latihan jalan
sendiri dan belajar berbicara. Pada tahap ini pula anak akan merasakan
malu apabila orang tua terlalu melindungi dan tidak memberikan
kemandirian atau kebebasan pada anak bahkan menuntut anak dengan
harapan yang tinggi.
3). Tahap inisiatif vs rasa bersalah (4-6 tahun/pra sekolah)
Pada tahap ini terjadi perubahan pada anak khususnya perubahan fisik,
kematangan usia dan perubahan hormonal. Anak akan menunjukkan
identitas dirinya seperti “siapa saya”. Apabila kondisi ini tidak sesuai
dengan suasana hati maka kemungkinan akan terjadi kebingungan
dalam peran.
1. Imunisasi Dasar
Imunisasi dasar Vaksin BCG Vaksin BCG & pelarut
Kontra indikasi: Kejang atau gejala kelainan otak pada bayi baru lahir atau
kelainan saraf serius .
Efek samping: Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri, dan kemerahan
pada lokasi suntikan, disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar
kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel),
dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah
pemberian.
Vaksin Hepatitis B
Deskripsi: Vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-
infecious, berasal dari HBsAg.
Efek Samping: Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di
sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya
hilang setelah 2 hari.
Deskripsi: Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis
tipe 1, 2, dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan.
Cara pemberian dan dosis: Secara oral (melalui mulut), 1 dosis (dua tetes)
sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4
minggu.
Kontra indikasi: Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek
berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
Efek Samping: Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah
mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila
muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang. Penanganan efek samping:
Orangtua tidak perlu melakukan tindakan apa pun.
Vaksin Inactive Polio Vaccine (IPV)
Kontra indikasi:
Efek samping: Reaksi lokal pada tempat penyuntikan: nyeri, kemerahan, indurasi,
dan bengkak bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah penyuntikan dan bisa
bertahan selama satu atau dua hari.
Vaksin Campak
Cara pemberian dan dosis: 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri
atas atau anterolateral paha, pada usia 9–11 bulan.
2. Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat
kekebalan atau untuk memperpanjang masa perlindungan. Imunisasi lanjutan
diberikan kepada anak usia bawah tiga tahun (Batita), anak usia sekolah dasar, dan
wanita usia subur, jenis imunisasi lanjutan :
Vaksin DT
Efek Samping: Gejala-gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan
yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Penanganan Efek samping:
• Orangtua dianjurkan untuk memberikan minum anak lebih banyak
• Jika demam, kenakan pakaian yang tipis
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin
• Jika demam berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3–4 jam (maksimal
6 kali dalam 24 jam)
• Anak boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Vaksin Td
Deskripsi: Suspensi kolodial homogen berwarna putih susu dalam vial gelas,
mengandung toksoid tetanus murni, terabsorpsi ke dalam aluminium fosfat.
Indikasi: Perlindungan terhadap tetanus neonatorum pada wanita usia subur.
Cara pemberian dan dosis: secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan
dosis 0,5 ml.
Kontra indikasi:
• Gejala-gejala berat karena dosis TT sebelumnya.
• Hipersensitif terhadap komponen vaksin.
• Demam atau infeksi akut.
Efek samping: Jarang terjadi dan bersifat ringan seperti lemas dan kemerahan
pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.
Penanganan efek samping:
• Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
• Anjurkan ibu minum lebih banyak
PENGAMATAN KASUS
I. Pengkajian :
Kamar : Alloanamnese :
A. Identifikasi
1. Pasien
Nama initial : An.R Warganegara : Indonesia
2. Orang Tua
NamaBapak : Tn. P NamaIbu : Ny. M
B. Data Medik
1. Diagnosamedik
Saat masuk : Gastroenteritis
5. RiwayatTumbuhKembangsebelumsakit:
• Mulai tengkurap : usia 3 bulan
• Mulai merangkak : usia 7 bulan
• Mulai duduk : usia 9 bulan
• Mulai berjalan : usia 12 bulan
• Mulai bicara : usia 19 bulan
6. RiwayatAlergi : ibu pasien mengatakan anaknya tidak memiliki alergi
7. CatatanVaksinasi
Jenis Vaksin I II III
BCG Baru lahir - -
DPT 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Polio 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak 9 bulan - -
Hepatitis B 12 jam setelah lahir 1 bulan 3 bulan
8. Test Diagnostik
a. Laboratorium: -
b. USG: ibu pasie mengatakan pernah melakukan USG pada usia kehamilan 6 bulan
c. Lain-lain: -
9. Therapi: -
C. KeadaanUmum
1. KeadaanSakit
Pasien tampak sakit ringan / Sedang / berat / tidak tampak sakit
Alasan: pasien tampak lemah, semua kebutuhan pasien dibantu oleh keluarga dan
perawat juga terpasang Nacl 20 tetes/menit
2. Tanda-Tanda Vital
a. Kesadaran :
Skalakoma scale /pediatric coma scale
1) Responmotorik :6
2) Responbicara :5
3) Responmembukamata :4
Jumlah : 15
Kesimpulan : komposmentis
Kesimpulan : composmentis
Kuat lemah
4. Genogram
keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: laki-laki meninggal
: perempuan meninggal
: klien
Keadaan sejak sakit : Keluarga mengatakan nafsu makan anak menjadi kurang dan
kadang tidak habis, serta anak masih konsumsi makanan pedas tetapi tidak sesering
sebelum sakit
3. PolaEliminasi
a. Keadaansebelumsakit : Keluarga pasien mengatakan anak tidak mengalami
gangguan pada pola eliminasi , BAB 1 kali sehari
▪ Uji kekuatan otot : 4 (Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat menahan
atau melawan tahanan perawat)
▪ Refleks fisiologi : +
▪ Refleks patologi : +
Babinski : Kiri : Positif Negatif
5. PolaTidurdanIstirahat
a. Keadaansebelumsakit : Keluarga mengatakan sebelum sakit anak tidur teratur
lebih dari 7 jam setiap malam,serta anak sering tidur siang
6. PolaPersepsiKognitif
a. Keadaansebelumsakit : Keluarga mengatakan saat BAB tidak merasakan nyeri
sama sekali
Keadaansejaksakit: Keluarga mengatakan saat BAB anak tersebut merasakan
nyeri dan sering merasa haus
1. 24/7/20 DS:ibu klien mengatakan BAB - Hilang cairan dan Kekurangan volume
lebih dari 4 kali dalam elektrolit berlebihan cairan
sehari,dengan konsistensi feses
cair
DO:
- peristaltik usus 37×/
menit
- Turgo kulit lebih dari 3
detik
- Kulit tampak kering
2
24/7/20 DS:ibu klien mengatakan bahwa - Ketidakmampuan Ketidakseimbangan
nafsu makan anak mejadi kurang mengabsorpsi nutrien nutrisi kurang dari
dan tidak habis kebutuhan tubuh
DO:
- BB sebelum sakit : 13 kg
BB selama sakit :11 kg
- Frekuensi BAB
3 24/7/20 DS:ibu klien mengatakan Kerusakan integritas
meningkat
anaknya sering mengeluh gatal kulit
sekitat rectum setelah BAB
DO:
- Tampak daerah sekitar
anus berwarna
kemerahan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Tentukam jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan
b. Monitor kalori dan
asupan makanan
c. Tawarkan
makanna ringan
yang padat gizi
Manajemen cairan
a. Monitor TTVklien
b. Jaga intake ataj
asupan yang
adekuat dan catat
output pasien
c. Tawarkan
makaman yang
mengandung buah
buahan
IMPLEMENTASI
Raya
II,III 09:00 Mengidentifikasi perubahan berat badan
Ma’tan
terakhir
Raya
III,II,I 09:15 Berikan salep pada daerah anus setelah
Ma’tan
dibersihkan
P : intervensi dilanjutkan
P :lanjutkan intervensi
P :pertahankan intervensi
P : lanjutkan intervensi
P : pertahankan intervensi
P: pertahankan intervensi :
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
A : masalah teratasi
P: intervensi dipertahankan
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diare adalah kondisi dimana terjafi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari),
serta perubahan dalam isi (lebih dari 200gr/hari) dan konsistensi feses (cair). Hal ini biasa
dihubungkan dengan dorongan ketidaknyamanan perianal, inkotinensia atau kombinasi dari
faktor-faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan sekresi usus, absorbs
muscosal atau motilitas dapat menimbulkan diare. Jadi, defenisi diare dibuat berdasarkan
masa feses dan kandungan air yang melebihi biasanya
SARAN
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-
sumber yang lebh banyak yang tentunya dapat di pertanggungjawabkan.