Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
Cardiac arrest atau yang biasa dikenal henti jantung merupakan suatu
jantung yang adekuat, yang disebabkan oleh terjadinya asistole (tidak adanya
detak jantung) maupun disritmia (Park et al., 2020). Dalam penjelasan lain
sirkulasi. Karena dalam (Ngurah & Putra, 2019) menyebutkan bahwa henti
tubuh akan berdampak fatal, yaitu kerusakan otak. Menurut (Irianti, Irianto,
& Anisa Nuraisa Jausal, 2018) Cardiac arrest atau henti jantung adalah
keadaan hilangnya fungsi jantung yang tiba tiba yang ditandai dengan
adanya masalah pada irama jantung. Selain itu, cardiac arrest atau henti
jantung juga dapat dipicu oleh kelainan yang reversible, seperti hipoksia,
7
8
jantung, yaitu:
pada kasus sumbatan napas yang dikarena aspirasi isi lambung dan/atau
oto pernafasan.
b. Sirkulasi
a. Pada pasien tidak teraba nadi di arteri besar (karotis, radialis maupun
femoralis)
nyeri.
henti jantung yang disebut chain of survival atau “Rantai Bertahan Hidup”,
dimana tiap rantai ini saling berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Rantai
Bertahan Hidup ini terdiri dari dua tipe, yaitu In Hospital Cardiac Arrest
(IHCA) atau kejadian henti jantung di rumah sakit, dan Out of Hospital
Cardiac Arrest (OHCA) atau kejadian henti jantung diluar rumah sakit.
dengan keadaan henti napas maupun henti jantung disebut bantuan hidup
tindakan pemberikan napas buatan dan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada
kematian dalam waktu yang sangat singkat (sekitar 4-6 menit) (Andrianto,
Jantung Paru (RJP). Tindakan yang menjadi salah satu terapi segera untuk
kasus henti jantung dan dapat diterapkan pada semua kasus henti napas
maupun jantung ini terdiri dari pemberian bantuan napas dan sirkulasi pada
pasien.
a. Ketepatan.
dan penyakit)
b. Kecepatan.
berujung kematian.
Salah satu bagian dari bantuan hidup dasar adalah Resusitasi Jantung
2020):
a) Menganalisa Situasi
dan datar
2. Memperbaiki posisi korban dengan cara log roll (kepala, leher, dan
(AHA, 2020).
tidaknya sumbatan pada jalan nafas yang disebabkan benda asing dalam
mulut, jika ada benda asing segera bersihkan lebih dulu, buka mulut
dapat dibersihkan dengan jari telunjuk dan jari tengah yang dilapisi atau
2020).
kepala topang dagu (head tilt chin lift) namun hindari melakukan ini kepada
f) Breathing (pernafasan)
dengan hidung pasien, melihat pergerakan dinding dada 5-6 detik. Jika
tidak ada pernafasan segera beri nafas buatan sebanyak 10-12 kali per
g) Circulation
dan jari tengah di nadi karotis pasien ( di sisi kanan atau kiri leher sekitar
1-2cm dari thakhea) raba selama < 10 detik. Jika nadi tidak teraba dan
Pemberian Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP) pada pasien henti jantung
RJP tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksaan RJP
yang berkualitas untuk pasien dengan cardiac arrest atau henti jantung. Menurut
serta pelatihan yang jarang dilakukan. Pelatihan merupakan hal penting dalam
meningkatkan pengetahuan serta kualitas RJP yang diberikan (Kaminska et al., 2018).
a. Usia
(Ardiansyah et al., 2019 ini juga menyebutkan bahwa usia <35 tahun memiliki
performa lebih berkualitas dibandingkan usia 36-60 tahun. Hal ini didasari
oleh teori yang menjelaskan bahwa usia 25 tahun mampu mengambil volume
oksigen ini akan menurun sekitar 10 mg/kg/menit pada usia 35 tahun keatas,
b. Jenis Kelamin
peluang untuk melakukan kompresi dada yang berkualitas 3,85 kali lebih
ginjal dan akan memproduksi sel darah merah, selain itu tingginya proposi
Indeks Massa Tubuh atau IMT hanya dilakukan pada orang dewasa yang
berumur > 18 tahun, pengukuran ini tidak dapat diterapkan pada bayi, anak,
d. Kelelahan
dikatakan adekuat (Ardiansyah et al., 2019). Hal ini didasarkan oleh teori
yang menjelaskan bahwa jika kontraksi otot dilakukan lebih dari 5-10 detik
et al., 2019).
f. Rajin Olahraga
Otot punggung dan perut bergerak lebih ekstra daripada otot yang
lainnya dalam pemberian RJP yang berkualitas. Dalam penelitian (Lin et al.,