Laporan Mekflu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

BAB I

Pungukuran Laju Aliran Volumetrik


1.1. Maksud
Mengetahui penggunaan alat Hydraulics Bench

1.2. Tujuan
1. Dapat menggunakan alat Hydraulics Bench
2. Untuk mendapatkan hasil mengukur debit menggunakan Hydraulics Bench

1.3. Alat dan Bahan


1. Hydraulics Bench dan kelengkepannya
2. Stop watch
3. Air

Gambar alat Hydraulics Bench


Keterangan
1. Volumetric measuring tank with channel 7. Water Supply for accessories with pump
2. Remote sight gauge 8. Flow control valve
3. Sliding valve 9. Overflow pipe
4. Sump tank 10. Switch box
5. Draink cock 11. Discharge cap
6. Submersible motor driven pump 12. Water Supply connection for accessories
with pump
1.4. Dasar Teori
Laju volume dapat dihitung dengan persamaan :

Q = ΔV/Δt

Keterangan : Q = laju volume aliran atau debit (m3 / detik)


ΔV = perubahan volume (m3)
Δt = selang waktu pengukuran (detik)

1.5. Prosedur Pelaksana


1. Isi tangki dengan air ledeng hingga permukaan air berada di 10 cm di bawah pinggir
tangki.
2. Hubungkan konektor power supply.
3. Tutup penutup pipa pada ujung pipa inlet.
4. Nyalakan power.
5. Nyalakan pompa.
6. Buka klep / kran aliran dengan hati – hati.
7. Tutup klep pengeluaran.
8. Isi tangki sampai dengan alat ukur menunjukkan volume tangki sebesar 10 liter
9. Hitung waktu yang diperlukan dengan menggunakan stopwatch untuk menaikkan muka
air mulai dari 10 liter ke 20 liter dan seterusnya dengan selisih kenaikan 10 liter.
10. Lakukan percobaan ini kembali untuk bukaan kran / klep berbeda.

1.6. Data dan Analisis data


a. Bukaan ke 1
Tabel Data
V1 V2 ΔV t Δt Q
Pengukuran
(m3) (m3) (m3) (s) (s) (m3/s)
1 0,01 0,02 0,01 22,1 22,1 0,000452
2 0,02 0,03 0,01 41,91 19.81 0,000505
3 0,03 0,04 0,01 62,32 20.41 0,00049
4 0,04 0,05 0,01 82,65 20.33 0,000492
5 0,05 0,06 0,01 103,43 20.78 0,000481
Rerata 0,01 20,686 20.686 0,000484
Grafik Data

Laju Aliran Volumetrik


0.00051
0.0005
0.00049
Q (m3/detik)

0.00048
0.00047
0.00046
0.00045
0.00044
0.00043
0.00042
22.1 19.81 20.41 20.33 20.78
t (detik)

b. Bukaan ke 2
Tabel Data
Pengukura V1 V2 ΔV t Δt Q
n (m3) (m3) (m3) (s) (s) (m3/s)
1 0,01 0,02 0,01 6,71 6,71 0,00149
2 0,02 0,03 0,01 15,84 9,13 0,001095
3 0,03 0,04 0,01 23,9 8,06 0,001241
4 0,04 0,05 0,01 32,26 8,36 0,001196
5 0,05 0,06 0,01 40,56 8,3 0,001205
Rerata 0.01 8,112 8.112 0.001245
Grafik Data

Laju Aliran Volumetrik


0.0016
0.0014
0.0012
Q (m3/detik)

0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0
6.71 9.13 8.06 8.36 8.3
t (detik)

c. Bukaan ke 3
Tabel Data
V1 V2 ΔV t Δt Q
Pengukuran
(m3) (m3) (m3) (detik) (detik) (m3/detik)
1 0,01 0,02 0,01 3,46 3,46 0,00289
2 0,02 0,03 0,01 8,22 4,76 0,002101
3 0,03 0,04 0,01 12,89 4,67 0,002141
4 0,04 0,05 0,01 17,62 4,73 0,002114
5 0,05 0,06 0,01 22,25 4,63 0,00216
Rerata 0,01 4,45 4,45 0,002281

Grafik Data

Laju Aliran Volumetrik


0.0035
0.003

0.0025
Q (m3/detik)

0.002
0.0015
0.001
0.0005

0
3.46 4.76 4.67 4.73 4.63
t (detik)

d. Bukaan ke 4
Tabel Data
V1 V2 ΔV t Δt Q
Pengukuran
(m3) (m3) (m3) (s) (s) (m3/s)
1 0,01 0,02 0,01 1,77 1,77 0,00565
2 0,02 0,03 0,01 3,94 2,17 0,004608
3 0,03 0,04 0,01 5,83 1,89 0,005291
4 0,04 0,05 0,01 8,87 3,04 0,003289
5 0,05 0,06 0,01 11,7 2,83 0.003534
Rerata 0,01 2,34 2,34 0,004474

Grafik Data
Laju Aliran Volumetrik
0.006

0.005

0.004
Q (m3/detik)

0.003

0.002

0.001

0
1.77 2.17 1.89 3.04 2.83
t (detik)

1.7. Contoh Perhitungan


a. Contoh Perhitungan Q (m3/s)

Q = ΔV/Δt

Q = 0,01 / 22,1

Q = 0.000452 m3/s

1.8. Kesimpulan
Debit air di pengaruhi oleh volume yang tersedia dan waktu yang diperlukan untuk mencapai
volume air tersebut.

Debit air sama dengan volume. Jika volume menurun maka debit air pun akan menurun, bila
volume menurun maka debit air pun menurun. Akan tetapi debit air dengan waktu berbanding
terbalik.

Q =V Q≠t

1.9. Dokumentasi
BAB II

Kalibrasi Alat Ukur Tekanan


2.1. Maksud
Mengkalibrasi satuan tekanan (bar) ke massa (kg)

2.2. Tujuan
Untuk dapat mengkalibrasi dengan menggunakan Dead Weight Piston Gauge

2.3. Alat dan Bahan


1 set Dead Weight Piston Gauge

Gambar 2. Bagian dalam Dead Weight Piston Gambar 3. Bagian luar Dead Weight Piston
Gauge Gauge

Gambar 4. Tampak atas Dead Weight Piston


Gauge

Keterangan
1. Base Plate 4. Weights
2. Manometer 5. Overflow
3. Weight support 6. Drain plug
2.4. Dasar Teori
Tekanan diaplikasikan pada pemberat yang ditempatkan di atas suatu pen penahan berat atau
beban. Yang mana terhubung ke piston berisi minyak di dalam sistem pipa, sedemikian
hingga manometer akan menunjukkan tekanan tertentu.

F = m.g P = F/A

A = (π.d2)/4 = (π.122)/4 = 113.1 mm2

Keterangan : F = Gaya F (N)


m = Massa (kg)
g = gravitasi (9,81m/det2)
A = Luas (113,1mm2)
P = Pascal atau tekanan (Pa)

2.5. Prosedur Pelaksana


1. Buka kran overflow.
2. Buka Penutup.
3. Jika perlu, isikan minyak ke dalamnya.
4. Atur manometer hingga menunjukkan angka nol dengan memutar Counterbalance
Cylinder.
5. Masukkan piston.
6. Putar Counterbalance Cylinder hingga angka di manometer menunjukkan angka sesuai
dengan tekanan piston.
7. Tambahkan tekanan sesuai dengan petunjuk asisten.
8. Ukur/baca manometer pada setiap penambahan tekanan.
9. Timbang ring beban berikut pistonnya.

2.6. Data dan Analisa Data


Tekanan
Tekanan Gaya F Gaya F M M M
Manomete KR 01 KR 02
No Actual Actual Mano Actual Mano Timbang
r (%) (%)
(bar) (N) (N) (kg) (kg) (kg)
(bar)
1 0,334 0,35 3,7775 3,9585 0,3851 0,4035 0,38 1,3243 4,778
2 0,5 0,5 5,655 5,655 0,5765 0,5765 0,151 73,8075 0
3 1 1,1 11,31 12,441 1,1529 1,2682 0,57 50,5595 10,0009
4 1,5 1,5 16,965 16,965 1,7294 1,7294 0,57 67,0406 0
5 2 2 22,62 22,62 2,3058 2,3058 0,57 75,2797 0
6 2,5 2,49 28,275 28,1619 2,8823 2,8707 0,57 80,2241 0,4025
2.7. Contoh Perhitungan
a. Contoh Perhitungan F (N)
F = m.g

b. Contoh Perhitungan m (kg)


c. Contoh Perhitungan KR (%)
BAB III

Hydrostatic Pressure (Tekanan Hidrostatis)

3.1 Maksud
1. Menghitung tekanan hidrostatik
2. Menentukan pusat tekanan

3.2 Tujuan :
1. Dapat menggunakan alat Hydrostatic Pressure Apparatus
2. Dapat menghitung tekanan hidrostatik
3. Dapat menentukan pusat tekanan

3.3 Alat dan Bahan :


1. Satu set Hydrostatic Pressure Apparatus
2. Pipet air

Gambar 2. Bagian dalam Dead Weight Piston Gambar 3. Bagian luar Dead Weight Piston
Gauge Gauge

Gambar 4. Tampak atas Dead Weight Piston


Gauge

Keterangan :
1. Base Plate 4. Weights
2. Manometer 5. Overflow
3. Weight support 6. Drain plug

3.4 Dasar Teori :


Tekanan diaplikasikan pada pemberat yang ditempatkan di atas suatu pen penahan berat atau
beban. Yang mana terhubung ke piston berisi minyak di dalam sistem pipa, sedemikian hingga
manometer akan menunjukkan tekanan tertentu.

F = m.g P = F/A

A = (π.d2)/4 = (π.122)/4 = 113.1 mm2

Keterangan : F = Gaya F (N)


m = Massa (kg)
g = gravitasi (9,81m/det2)
A = Luas (113,1mm2)
P = Pascal atau tekanan (Pa)
3.5 Prosedur Pelaksanaan
1. Buka kran overflow.
2. Buka Penutup.
3. Jika perlu, isikan minyak ke dalamnya.
4. Atur manometer hingga menunjukkan angka nol dengan memutar Counterbalance Cylinder.
5. Masukkan piston.
6. Putar Counterbalance Cylinder hingga angka di manometer menunjukkan angka sesuai
dengan tekanan piston.
7. Tambahkan tekanan sesuai dengan petunjuk asisten.
8. Ukur/baca manometer pada setiap penambahan tekanan.
9. Timbang ring beban berikut pistonnya.

3.6 Analisa Data


Tabel Data
Angle (°) Lowest Water Level st(mmWC) Highest Water Level sh(mmWC)
0° 0 100
Level arm I(mm) Timbangan Fg(N) Water Level s(mm) Id(mm) Resultan Fd(N)
190 1 54 182 1,0727
190 1,5 68 177,3333 1,7011
190 2,5 88 170,6667 2,8488
190 3,5 106 164,8810 4,1202
190 5,5 140 159,2593 6,6218
190 8 184 156,2189 9,8591

Angle (°) Lowest Water Level st(mmWC) Highest Water Level sh(mmWC)
20° 12 106
Level arm I(mm) Timbangan Fg(N) Water Level s(mm) Id(mm) Resultan Fd(N)
190 1 64 178,6667 1,0586
190 1,5 76 174,6667 1,6035
190 2,5 96 168 2,7623
190 3,5 114 164,2338 4,0478
190 5,5 150 158,6038 6,6965
190 8 192 155,8871 9,7866

Kesetimbangan Momen Beban = Momen Air


Angle = 0°
Momen Akibat Beban Momen Akibat Air
0,19 0,1952
0,285 0,3017
0,475 0,4862
0,665 0,6793
1,045 1,0546
1,52 1,5402
Angle = 20°
Momen Akibat Beban Momen Akibat Air
0,19 0,1891
0,285 0,2801
0,475 0,4641
0,665 0,6648
1,045 1,0621
1,52 1,5256

3.7 Contoh Perhitungan


a. Contoh Perhitungan ID (cm)

1
I D =200− . s
3

1
I D =200− .54=182 mm
3

b. Contoh Perhitungan FD (cm)

F D =P . A

54 ×10−3
F D =(1000 × × 9,81)(0,075 × 0,054)
2

F D =1,0727 N

c. Contoh Perhitungan Kesetimbangan Momen (N.m)

M ( akibat beban )=M ( Akibat Air )

F G . I G=F d . I d

( 1 ) . ( 0,19 )=( 1,0727 ) . ( 0,182 )

0,19 Nm=0,1952 Nm
3.8 Kesimpulan
1. Besar gaya hidrostatis berbanding lurus dengan luas dari penampang alat peraga dan
ketinggian bagian tercelupnya. Sehingga semakin besar volume benda yang tercelup
maka semakin besar gaya hidrostatisnya.
2. Semakin besar massa beban (M) maka semakin tinggi muka air (v) nya karena
semakin berat massa beban maka jumlah air yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan
lengan timbangan semakin banyak. Ini dibuktikan pada kondisi tenggelam
seluruhnya.

3.9 Dokumentasi
BAB IV

Tinggi Metacentrum Benda Apung

4.1. Maksud
1. Untuk mengetahui cara kerja alat Metacentric Height Apparatus.
2. Mengetahui menghitung tinggi metacentric.

4.2. Tujuan
1. Untuk dapat mengerti tentang tinggi metacentric.
2. Untuk dapat menghitung tinggi metacentric.

4.3. Alat dan Bahan


Satu set alat Metacentric Height Apparatus

Keterangan :
1. Pontoon 5. Position of Horizontal Sliding Weight
2. Vertical Sliding Weight 6. Draught
3. Horizontal Sliding Weight 7. Heel Indicator
4. Position of Vertical Sliding Weight

4.4. Dasar Teori


Stabilitas Benda Terapung, yaitu:
1. Stabil jika zm > 0
2. Tidak Stabil jika zm < 0

Persamaan-persamaan yang digunakan:


z m=x S . cot α

mh . x
xS = =0,055. x
m+mV +mh

mV . z+ ( m+ mh ) . z g
zS = =5,364+ 0,156. z
m+mV + mh

d xS xS
=
dα α
4.5. Prosedur Pelaksanaan
1. Isi bak dengan air sesuai dengan kebutuhan.
2. Siapkan benda apung.
3. Tentukan nilai x.
4. Tentukan nilai z sesuai petunjuk asisten.
5. Masukkan benda apung ke dalam bak, amati yang terjadi.
6. Ukur sudut derajat kemiringan benda apung.
7. Lakukan prosedur ini dengan nilai 1,5, 2,5, dan 3,5.

4.6. Data dan Analisa Data


Pengukuran 1
x = 1,5 cm ; xS = 0,0825 cm
d xS Kondisi
z α zS zm
dα Pengamatan
3 3,5 5,832 1,35 0,0236
6 4 6,3 1,18 0,0206
9 6,5 6,768 0,724 0,0127
STABIL
12 10,5 7,236 0,445 0,0079
15 20 7,704 0,227 0,00413
18 30,5 8,172 0,14 0,0027

Grafik Hubungan Antara dxS/da dengan zS


9
8
7
6
5
ZS

4
3
2
1
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03

dxs/dα

Persamaan garis : y = -99,24x + 8,1868

Perpotongan dengan sumbu Y.


Z = 18,0949 zS = 8,1868
Pengukuran 2
x = 2,5 cm ; xS = 0,1375 cm
d xS Kondisi
z α zS zm
dα Pengamatan
3 5 5,832 1,57 0,0275
6 7 6,3 1,12 0,02
9 10 6,768 0,78 0,0138
STABIL
12 15 7,236 0,513 0,0092
15 23,5 7,704 0,316 0,0059
18 31 8,172 0,23 0,0044

Grafik Hubungan Antara dxS/da dengan zS


9
8
7
6
5
ZS

4
3
2
1
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
dxS/dα

Persamaan garis : y = -95,627x + 8,2898

Perpotongan dengan sumbu Y.


z = 18,7551 zS = 8,2898
Pengukuran 3
x = 3,5 cm ; xS = 0,1925 cm
d xS Kondisi
z α zS zm
dα Pengamatan
3 7 5,832 1,568 0,0275
6 9,5 6,3 1,15 0,0203
9 12 6,768 0,906 0,016
STABIL
12 13,5 7,236 0,802 0,0143
15 27,5 7,704 0,37 0,007
18 34 8,172 0,285 0,0057

Grafik Hubungan Antara dxS/da dengan zS


9
8
7
6
5
ZS

4
3
2
1
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03

dxs/dα

Persamaan garis : y = -104,82x + 8,5882

Perpotongan dengan sumbu Y.


z = 20,6679 zS = 8,5882

4.7. Contoh Perhitungan


4.7.1.Contoh Perhitungan xS (cm)
x S =0,055. x
x S =0,055. ( 1,5 ) =0,0825 cm

4.7.2.Contoh Perhitungan ZS (cm)


z S =5,364+0,156. z
z S =5,364+0,156. ( 3 )=5,832 cm

4.7.3.Contoh Perhitungan ZM (cm)


Z m=x S . cot α
Z m=(0,0825) . cot(3,5¿)=1,348863077 cm ≅ 1,35 cm ¿

4.7.4.Contoh Perhitungan dx S /dα (cm)


dx S /dα =x S /α
dx S /dα =1,5÷ 3,5=0,428571428

4.8. Kesimpulan
 Nilai GM akan bergantung pada sudut putar ponton, jarak beban transversal, massa beban
transversal, dan ponton.
 Semakin negatif nilai GM maka semakin miring atau tidak stabil ponton tersebut. Semakin
positif nilai GM semakin besarnya kemampuan untuk menstabilkan ke posisi semula.
 Nilai GM adalah nilai yang mengidentifikasi stabilitas benda.
 Tinggi metasentrum dapat ditentukan dengan menghitung dari selisih jarak antara titik
apung pada titik metasentrum dengan jarak antara titik apung dengan titik berat ponton.

4.9. Dokumentasi
BAB V

DIMENSI PIPA

5.1. Maksud
Untuk mengetahui penggunaan alat ukur jangka sorong dan mengetahui dimensi pipa

5.2. Tujuan
Untuk dapat mengerti cara dan penerapan pengukuran pipa

5.3. Alat dan Bahan


1. Pipa Ukur
2. Jangka Sorong

5.4. Dasar Teori

5.5. Prosedur Pelaksana


1. Perisapkan alat-alat yang digunakan
2. Ukur dengan menggunakan Jangka sorong, diameter dalam pipa dan diameter luar pipa
3. Ukur jarak tiap segmen dengan menggunakan pita ukur, yaitu jarak bak hulu dan bak hilir,
bak dan ambang ukur Thompson, sambungan pipa pada piezometer.

5.6. Data dan Analisa Data


Data Dimensi Pipa
Warna Pipa : Biru muda

Segmen Panjang (m) D Luar (m) D Dalam (m) A P R


Hulu - 4 0,47 3,21 0,0254 0,0005 0,0798 0,00635
4 - 4E 4,63 3,21 0,0254 0,0005 0,0798 0,00635
4E - Sambungan 0,11 3,21 0,0254 0,0005 0,0798 0,00635
Sambungan - 4 D 0,09 3,21 0,0254 0,0005 0,0798 0,00635
4D - 4C 0,96 3,21 0,0254 0,0005 0,0798 0,00635
4C - 4B 0,43 3,21 0,0254 0,0005 0,0798 0,00635
4B - 4A 3,88 3,21 0,0254 0,0005 0,0798 0,00635
4A - hilir 0,15 3,21 0,0254 0,0005 0,0798 0,00635
Data Dimensi Pipa
Warna Pipa : Biru muda
Segmen Tinggi
Hulu 68,,942
4 68,142
4E 66,417
4D 89,692
4C 92,067
4B 71,017
4A 68,267
Hilir 68,585

5.7. Contoh Perhitungan

5.7.1.Contoh Perhitungan A (m2)


2 1 2
A=π r = π Ddalam
4

1 2 2
A= π ( 0,0254) =0,0005 m
4

5.7.2.Contoh Perhitungan P (m)


P=2 πr=π D dalam

P=π ( 0,0254 )=0,0798 m

5.7.3.Contoh Perhitungan R (m)


A
R=
P

(0,0005)
R= =0,00635 m
(0,0798)

5.8. Kesimpulan
Luas penampang pada bagian dalam sangat berpengaruh dalam kecepatan aliran. Semakin
besar luas penampang tersebut maka semakin kecil kecepatan aliran, dan begitu juga
sebaliknya semakin kecil luas penampang tersebut maka semakin besar kecepatan aliran.
5.9. Dokumentasi

BAB VI

DEBIT ALIRAN
6.1. MAKSUD
Untuk mengkalibrasi koefisien ambang ukur Thompson

6.2. TUJUAN
1. Untuk dapat mengukur debit dengan menggunakan ambang ukur Thompson
2. Untuk dapat menghitung koefisien debit dan debit dengan persamaan Thompson

6.3. ALAT DAN BAHAN


1. Bak ukur debit dengan ambang Thompson
2. Stop Watch
3. Gelas Ukur
4. Ember

6.4. DASAR TEORI


Ambang ukur Thompson

Ambang ukur Thompson merupakan salah satu ambang ukur yang ada. Bentuk ambang ukur
menyerupai huruf “V” dengan sudutnya 90 ° . Persamaan Thompson yang dipergunakan
adalah

( )
5
1
Q=C . tan α h 2
2

Keterangan : h= tinggi air pada am ambang

α = 90°

C = koefisien Thompson=1,39

Q = debit aliran (m3 /dt )

Debit aliran

Jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang lintang aliran tiap satu satuan waktu
disebut debit aliran (Q) . Debit aliran biasanya diukur dalam volume zat cair tiap
satuan waktu sehingga satuannya adalah meter kubik per detik (m3 /dt ) atau satuan
yang lain (liter/detik, liter/menit dsb).

Di dalam zat cair ideal , dimana tidak terjadi gesekan, kecepatan aliran V adalah sama
disetiap titik pada tampang lintang. Apabila tampang aliran tegak lurus pada arah
aliran adalah A, maka debit aliran diberikan oleh bentuk berikut
Q = AV
Apabila zat cair tidak kompresibel mengalir secara kontinyu melalui pipa atau saluran
terbuka, dengan tampang aliran konstan maupun tidak konstan, maka volume zat
cair yang lewat tiap satuan waktu adalah sama di semua tampang. Keadaan ini
disebut dengan Hukum Kontinuitas aliran zat cair

V1 A 1 = V 2 A 2 atau Q = AV adalah konstan

6.5. PROSEDUR PELAKSANAAN


1. Siapkan stop watch dan ember.
2. Setelah aliran stabil, tampang air pada ember secukupnya dan catat waktu di setiap stop
watch.
3. Ukur banyaknya air yang ditampung dengan menggunakan gelas ukur, dan catat hasilnya.
4. Hitung debit dan hitung koefisien Thompson yang terjadi.
5. Bandingkan dengan angka yang ditentukan.
6. Lakukan prosedur ini beberapa kali sehingga diperoleh angka yang mendekati dengan
toleransi < 5%.
7. Ukur tinggi zat cair pada masing-masing picnometer.
6.6. Data dan analisa Data
koefisien Ambang Ukur Thompson
 h awal = 10,24 cm
 h akhir = 14,6 cm
 Δh = 4,36 cm
Tabel Data
waktu/t Toleransi
Pengukuran Volume (ml) Q (m³/dt) Δh⁵̒ ´² C
(dt) C
1 1410 2,39 0,00059 0,000397 1,49 6,93
2 1160 3,18 0,00036 0,000397 0,92 33,89
3 1790 3,03 0,00059 0,000397 1,49 7,07
4 990 1,75 0,00057 0,000397 1,43 2,53
5 1050 1,47 0,00071 0,000397 1,80 29,46
6 850 1,44 0,00059 0,000397 1,49 6,99
7 1000 1,6 0,00063 0,000397 1,57 13,28
8 740 1,16 0,00064 0,000397 1,61 15,62
9 720 1,12 0,00064 0,000397 1,62 16,52
10 950 1,44 0,00066 0,000397 1,66 19,57
11 840 1,07 0,00079 0,000397 1,98 42,29
12 810 1,29 0,00063 0,000397 1,58 13,81
13 810 1,29 0,00063 0,000397 1,58 13,81
14 650 1,09 0,00060 0,000397 1,50 8,08
15 630 1,04 0,00061 0,000397 1,53 9,79
16 840 1,47 0,00057 0,000397 1,44 3,57
17 760 1,13 0,00067 0,000397 1,69 21,90
18 790 1,21 0,00065 0,000397 1,64 18,33
19 680 1,06 0,00064 0,000397 1,62 16,27
20 580 0,72 0,00081 0,000397 2,03 46,00

Toleransi C ≤ 10% : - 6,93 % (Pengukuran 1),


- 7,07 % (Pengukuran 3),
- 2,53 % (Pengukuran 4),
- 6,99 % (Pengukuran 6),
- 8,08 % (Pengukuran 14),
- 9,79 % (Pengukuran 15), dan
- 3,57 % (Pengukuran 16).

Nilai Q rerata : 0,000587 m³/s


Suhu air : 24°C
Data Tinggi Piezometer
Segmen Tinggi Awal (cm) Tinggi Akhir(cm) Tinggi Rerata (cm)
hulu 164,5 164,5 164,5
4 144,4 144,4 144,4
4E 123,2 121,5 122,35
4D 103,7 103 103,35
4C 96,35 96,8 96,575
4B 87,85 87,8 87,825
4A 67,5 67,3 67,4

6.7. Contoh Perhitungan

6.7.1.Contoh Perhitungan Q (m3/s)

Q=V /dt

3
Q=0,00141÷ 2,39=0,00059m / s

6.7.2.Contoh Perhitungan C (koefisien Thompson)

( )
5
1
Q=C . tan α h2
2

Q
C=
( )
5
1
tan α h2
2

0,00059
C= =1,49
0,000397

6.7.3.Contoh Perhitungan Toleransi C

Toleransi C= |C−1,39
1,39 |
×100

Toleransi C= |1,49−1,39
1,39 |
× 100
Toleransi C=6,93 %

6.8. Kesimpulan
 Terdapat 7 percobaan yang hasilnya memenuhi persyaratan toleransi C.
 Sampel aliran air pada saat pelaksanaan praktikum memiliki debit sebesar 0,000628 m 3/s.

6.9. Dokumentasi
BAB VIII

JENIS ALIRAN

8.1. Maksud
Mengetahui penggunaan alat Osborne Reynolds.

8.2. Tujuan
1. Dapat menggunakan Osborne Reynolds.
2. Menerti dan mengetahui aliran laminer dan turbulen.

8.3. Alat dan Bahan


1. Osborne reynolds demosntration apparatus dan kelengkapannya.
2. Tinta.
3. Slang.
4. Stop watch.
5. Thermometer.

Keterangan Gambar:
1. Base plate. 9. Ball block.
2. Water reservior. 10. Connection for water supply.
3. Flow optimised inflow. 11. Waste water discharge.
4. Alumunium well. 12. Drain cock.
5. Metering tap. 13. Control valve.
6. Brass inflow tip. 14. Lid.
7. Overflow section. 15. O-ring.
8. Test pipe. 16. Ink tank.
8.4. Dasar Teori
Hukum Newton Tentang Kekentalan Zat Cair
Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara dua elemen zat
cair. Keberadaan kekentalan ini menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama
pengaliran atau diperlukan energi untuk menjamin adanya pengaliran.

Hukum Newton tentang kekentalan memyatakan bahwa tegangan geer antara dua
partikel (gradien kecepatan).

Hukum Newton Tentang Kekentalan Zat Cair.


Aliran viskos dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu aaliran laminer dan aliran turbulen.
Dari percobaan Osborne Reynolds dapat disimpulkan bahwa aliran laminer pada
kecepatan kecil, pencampuran tidak terjadi dan partikel-partikel zat cair bergerak dalam
lapisan-lapisan yang sejajar, dan menggelincir terhadap lapisan di sampingnya.
Sedangkan aliran turbulen bahwakecepatan lebih besar, warna menyebar pada seluruh
penampang pipa dan terlihat bahwa percampuran dari partikel-partikel zat cair terjadi.

Reynolds menunjukan bahwa aliran dapat diklasifikasi berdasarkan suatu angka tertentu.
Angka tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan aliran dai dalam pipa dengan
nilai μ/ ρD yang disebut angka Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut
ini:

V
V.D
Re = μ atau Re =
v
ρD

Keterangan :
 D = diameter penampang selang (10 mm)
 V = kecepatan aliran (m/s)
 v = viskositas zat cair
8.5. Prosedur Pelaksanaan
1. Isi tinta dengan tinta yang sudah di campuri dengan air.
2. Tempatkan alat di atas Hydraulic Bench.
3. Hubungkan slang inlet ke pipa inlet.
4. Alirkan air dari pipa inlet untuk mengisi water reservoir hingga ketinggian di atas
flow-optimised inflow.
5. Buka kran pembuangan dan pastikan aliran air stabil.
6. Buka kran pipa tinta, atur supaya tidak terlalu banyak.
7. Atur kran inflow dan kran pembuangan hingga diperoleh jenis aliran yang
ditunjukan oleh perilaku tinta di tabung pengamatan.
8. Ukur volume air yang melalui pembuangan dan catat waktunya menggunakan stop
watch.
9. Lakukan percobaan ini beberapa kali.
10. Ukur suhu air pada saaat percobaan.

8.6. Data dan Analisa Data


Suhu air saat percobaan T = 24 °C
Viskositas zat cair v = 0,0000009128

Tabel 8.1. Data


Q (m³/s) Kecepatan (m/s) Re Jenis Aliran (perhitungan)
0.00002731 0.3478 3810.07 Turbulance
0.00000633 0.0806 882.83 Laminer
0.00000223 0.0284 310.86 Laminer
0.00005467 0.6960 7625.30 Turbulance
0.00000082 0.0104 114.17 Laminer

8.7. Contoh Perhitungan


8.7.1. Contoh Perhitungan Q (m3/s)

Q=V / dt

3
Q=0,000059÷ 2,16=0,00002731m / s

8.7.2. Contoh Perhitungan v (m / s)

v=Q/ A

Q
v=
1
× π × D2
4
0,00002731
v= =0,3478 m
1 2
× π ×(0,01)
4

8.7.3. Contoh Perhitungan Re

v× D
ℜ=
v

0,3478× 0,01
ℜ= =3810,07
0,0000009128

8.8. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Bilangan Reynold Aliran laminer berdasarkan hasil perhitungan sebesar 882,83,


310,86, dan 114,17, aliran critical tidak ada dan turbulen 3810,07 dan 7625,30.

2.

8.1. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai