Laporan Mekflu
Laporan Mekflu
Laporan Mekflu
1.2. Tujuan
1. Dapat menggunakan alat Hydraulics Bench
2. Untuk mendapatkan hasil mengukur debit menggunakan Hydraulics Bench
Q = ΔV/Δt
0.00048
0.00047
0.00046
0.00045
0.00044
0.00043
0.00042
22.1 19.81 20.41 20.33 20.78
t (detik)
b. Bukaan ke 2
Tabel Data
Pengukura V1 V2 ΔV t Δt Q
n (m3) (m3) (m3) (s) (s) (m3/s)
1 0,01 0,02 0,01 6,71 6,71 0,00149
2 0,02 0,03 0,01 15,84 9,13 0,001095
3 0,03 0,04 0,01 23,9 8,06 0,001241
4 0,04 0,05 0,01 32,26 8,36 0,001196
5 0,05 0,06 0,01 40,56 8,3 0,001205
Rerata 0.01 8,112 8.112 0.001245
Grafik Data
0.001
0.0008
0.0006
0.0004
0.0002
0
6.71 9.13 8.06 8.36 8.3
t (detik)
c. Bukaan ke 3
Tabel Data
V1 V2 ΔV t Δt Q
Pengukuran
(m3) (m3) (m3) (detik) (detik) (m3/detik)
1 0,01 0,02 0,01 3,46 3,46 0,00289
2 0,02 0,03 0,01 8,22 4,76 0,002101
3 0,03 0,04 0,01 12,89 4,67 0,002141
4 0,04 0,05 0,01 17,62 4,73 0,002114
5 0,05 0,06 0,01 22,25 4,63 0,00216
Rerata 0,01 4,45 4,45 0,002281
Grafik Data
0.0025
Q (m3/detik)
0.002
0.0015
0.001
0.0005
0
3.46 4.76 4.67 4.73 4.63
t (detik)
d. Bukaan ke 4
Tabel Data
V1 V2 ΔV t Δt Q
Pengukuran
(m3) (m3) (m3) (s) (s) (m3/s)
1 0,01 0,02 0,01 1,77 1,77 0,00565
2 0,02 0,03 0,01 3,94 2,17 0,004608
3 0,03 0,04 0,01 5,83 1,89 0,005291
4 0,04 0,05 0,01 8,87 3,04 0,003289
5 0,05 0,06 0,01 11,7 2,83 0.003534
Rerata 0,01 2,34 2,34 0,004474
Grafik Data
Laju Aliran Volumetrik
0.006
0.005
0.004
Q (m3/detik)
0.003
0.002
0.001
0
1.77 2.17 1.89 3.04 2.83
t (detik)
Q = ΔV/Δt
Q = 0,01 / 22,1
Q = 0.000452 m3/s
1.8. Kesimpulan
Debit air di pengaruhi oleh volume yang tersedia dan waktu yang diperlukan untuk mencapai
volume air tersebut.
Debit air sama dengan volume. Jika volume menurun maka debit air pun akan menurun, bila
volume menurun maka debit air pun menurun. Akan tetapi debit air dengan waktu berbanding
terbalik.
Q =V Q≠t
1.9. Dokumentasi
BAB II
2.2. Tujuan
Untuk dapat mengkalibrasi dengan menggunakan Dead Weight Piston Gauge
Gambar 2. Bagian dalam Dead Weight Piston Gambar 3. Bagian luar Dead Weight Piston
Gauge Gauge
Keterangan
1. Base Plate 4. Weights
2. Manometer 5. Overflow
3. Weight support 6. Drain plug
2.4. Dasar Teori
Tekanan diaplikasikan pada pemberat yang ditempatkan di atas suatu pen penahan berat atau
beban. Yang mana terhubung ke piston berisi minyak di dalam sistem pipa, sedemikian
hingga manometer akan menunjukkan tekanan tertentu.
F = m.g P = F/A
3.1 Maksud
1. Menghitung tekanan hidrostatik
2. Menentukan pusat tekanan
3.2 Tujuan :
1. Dapat menggunakan alat Hydrostatic Pressure Apparatus
2. Dapat menghitung tekanan hidrostatik
3. Dapat menentukan pusat tekanan
Gambar 2. Bagian dalam Dead Weight Piston Gambar 3. Bagian luar Dead Weight Piston
Gauge Gauge
Keterangan :
1. Base Plate 4. Weights
2. Manometer 5. Overflow
3. Weight support 6. Drain plug
F = m.g P = F/A
Angle (°) Lowest Water Level st(mmWC) Highest Water Level sh(mmWC)
20° 12 106
Level arm I(mm) Timbangan Fg(N) Water Level s(mm) Id(mm) Resultan Fd(N)
190 1 64 178,6667 1,0586
190 1,5 76 174,6667 1,6035
190 2,5 96 168 2,7623
190 3,5 114 164,2338 4,0478
190 5,5 150 158,6038 6,6965
190 8 192 155,8871 9,7866
1
I D =200− . s
3
1
I D =200− .54=182 mm
3
F D =P . A
54 ×10−3
F D =(1000 × × 9,81)(0,075 × 0,054)
2
F D =1,0727 N
F G . I G=F d . I d
0,19 Nm=0,1952 Nm
3.8 Kesimpulan
1. Besar gaya hidrostatis berbanding lurus dengan luas dari penampang alat peraga dan
ketinggian bagian tercelupnya. Sehingga semakin besar volume benda yang tercelup
maka semakin besar gaya hidrostatisnya.
2. Semakin besar massa beban (M) maka semakin tinggi muka air (v) nya karena
semakin berat massa beban maka jumlah air yang dibutuhkan untuk menyeimbangkan
lengan timbangan semakin banyak. Ini dibuktikan pada kondisi tenggelam
seluruhnya.
3.9 Dokumentasi
BAB IV
4.1. Maksud
1. Untuk mengetahui cara kerja alat Metacentric Height Apparatus.
2. Mengetahui menghitung tinggi metacentric.
4.2. Tujuan
1. Untuk dapat mengerti tentang tinggi metacentric.
2. Untuk dapat menghitung tinggi metacentric.
Keterangan :
1. Pontoon 5. Position of Horizontal Sliding Weight
2. Vertical Sliding Weight 6. Draught
3. Horizontal Sliding Weight 7. Heel Indicator
4. Position of Vertical Sliding Weight
mh . x
xS = =0,055. x
m+mV +mh
mV . z+ ( m+ mh ) . z g
zS = =5,364+ 0,156. z
m+mV + mh
d xS xS
=
dα α
4.5. Prosedur Pelaksanaan
1. Isi bak dengan air sesuai dengan kebutuhan.
2. Siapkan benda apung.
3. Tentukan nilai x.
4. Tentukan nilai z sesuai petunjuk asisten.
5. Masukkan benda apung ke dalam bak, amati yang terjadi.
6. Ukur sudut derajat kemiringan benda apung.
7. Lakukan prosedur ini dengan nilai 1,5, 2,5, dan 3,5.
4
3
2
1
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
dxs/dα
4
3
2
1
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
dxS/dα
4
3
2
1
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03
dxs/dα
4.8. Kesimpulan
Nilai GM akan bergantung pada sudut putar ponton, jarak beban transversal, massa beban
transversal, dan ponton.
Semakin negatif nilai GM maka semakin miring atau tidak stabil ponton tersebut. Semakin
positif nilai GM semakin besarnya kemampuan untuk menstabilkan ke posisi semula.
Nilai GM adalah nilai yang mengidentifikasi stabilitas benda.
Tinggi metasentrum dapat ditentukan dengan menghitung dari selisih jarak antara titik
apung pada titik metasentrum dengan jarak antara titik apung dengan titik berat ponton.
4.9. Dokumentasi
BAB V
DIMENSI PIPA
5.1. Maksud
Untuk mengetahui penggunaan alat ukur jangka sorong dan mengetahui dimensi pipa
5.2. Tujuan
Untuk dapat mengerti cara dan penerapan pengukuran pipa
1 2 2
A= π ( 0,0254) =0,0005 m
4
(0,0005)
R= =0,00635 m
(0,0798)
5.8. Kesimpulan
Luas penampang pada bagian dalam sangat berpengaruh dalam kecepatan aliran. Semakin
besar luas penampang tersebut maka semakin kecil kecepatan aliran, dan begitu juga
sebaliknya semakin kecil luas penampang tersebut maka semakin besar kecepatan aliran.
5.9. Dokumentasi
BAB VI
DEBIT ALIRAN
6.1. MAKSUD
Untuk mengkalibrasi koefisien ambang ukur Thompson
6.2. TUJUAN
1. Untuk dapat mengukur debit dengan menggunakan ambang ukur Thompson
2. Untuk dapat menghitung koefisien debit dan debit dengan persamaan Thompson
Ambang ukur Thompson merupakan salah satu ambang ukur yang ada. Bentuk ambang ukur
menyerupai huruf “V” dengan sudutnya 90 ° . Persamaan Thompson yang dipergunakan
adalah
( )
5
1
Q=C . tan α h 2
2
α = 90°
C = koefisien Thompson=1,39
Debit aliran
Jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang lintang aliran tiap satu satuan waktu
disebut debit aliran (Q) . Debit aliran biasanya diukur dalam volume zat cair tiap
satuan waktu sehingga satuannya adalah meter kubik per detik (m3 /dt ) atau satuan
yang lain (liter/detik, liter/menit dsb).
Di dalam zat cair ideal , dimana tidak terjadi gesekan, kecepatan aliran V adalah sama
disetiap titik pada tampang lintang. Apabila tampang aliran tegak lurus pada arah
aliran adalah A, maka debit aliran diberikan oleh bentuk berikut
Q = AV
Apabila zat cair tidak kompresibel mengalir secara kontinyu melalui pipa atau saluran
terbuka, dengan tampang aliran konstan maupun tidak konstan, maka volume zat
cair yang lewat tiap satuan waktu adalah sama di semua tampang. Keadaan ini
disebut dengan Hukum Kontinuitas aliran zat cair
Q=V /dt
3
Q=0,00141÷ 2,39=0,00059m / s
( )
5
1
Q=C . tan α h2
2
Q
C=
( )
5
1
tan α h2
2
0,00059
C= =1,49
0,000397
Toleransi C= |C−1,39
1,39 |
×100
Toleransi C= |1,49−1,39
1,39 |
× 100
Toleransi C=6,93 %
6.8. Kesimpulan
Terdapat 7 percobaan yang hasilnya memenuhi persyaratan toleransi C.
Sampel aliran air pada saat pelaksanaan praktikum memiliki debit sebesar 0,000628 m 3/s.
6.9. Dokumentasi
BAB VIII
JENIS ALIRAN
8.1. Maksud
Mengetahui penggunaan alat Osborne Reynolds.
8.2. Tujuan
1. Dapat menggunakan Osborne Reynolds.
2. Menerti dan mengetahui aliran laminer dan turbulen.
Keterangan Gambar:
1. Base plate. 9. Ball block.
2. Water reservior. 10. Connection for water supply.
3. Flow optimised inflow. 11. Waste water discharge.
4. Alumunium well. 12. Drain cock.
5. Metering tap. 13. Control valve.
6. Brass inflow tip. 14. Lid.
7. Overflow section. 15. O-ring.
8. Test pipe. 16. Ink tank.
8.4. Dasar Teori
Hukum Newton Tentang Kekentalan Zat Cair
Kekentalan zat cair menyebabkan terbentuknya gaya-gaya geser antara dua elemen zat
cair. Keberadaan kekentalan ini menyebabkan terjadinya kehilangan tenaga selama
pengaliran atau diperlukan energi untuk menjamin adanya pengaliran.
Hukum Newton tentang kekentalan memyatakan bahwa tegangan geer antara dua
partikel (gradien kecepatan).
Reynolds menunjukan bahwa aliran dapat diklasifikasi berdasarkan suatu angka tertentu.
Angka tersebut diturunkan dengan membagi kecepatan aliran dai dalam pipa dengan
nilai μ/ ρD yang disebut angka Reynolds. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut
ini:
V
V.D
Re = μ atau Re =
v
ρD
Keterangan :
D = diameter penampang selang (10 mm)
V = kecepatan aliran (m/s)
v = viskositas zat cair
8.5. Prosedur Pelaksanaan
1. Isi tinta dengan tinta yang sudah di campuri dengan air.
2. Tempatkan alat di atas Hydraulic Bench.
3. Hubungkan slang inlet ke pipa inlet.
4. Alirkan air dari pipa inlet untuk mengisi water reservoir hingga ketinggian di atas
flow-optimised inflow.
5. Buka kran pembuangan dan pastikan aliran air stabil.
6. Buka kran pipa tinta, atur supaya tidak terlalu banyak.
7. Atur kran inflow dan kran pembuangan hingga diperoleh jenis aliran yang
ditunjukan oleh perilaku tinta di tabung pengamatan.
8. Ukur volume air yang melalui pembuangan dan catat waktunya menggunakan stop
watch.
9. Lakukan percobaan ini beberapa kali.
10. Ukur suhu air pada saaat percobaan.
Q=V / dt
3
Q=0,000059÷ 2,16=0,00002731m / s
v=Q/ A
Q
v=
1
× π × D2
4
0,00002731
v= =0,3478 m
1 2
× π ×(0,01)
4
v× D
ℜ=
v
0,3478× 0,01
ℜ= =3810,07
0,0000009128
8.8. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:
2.
8.1. Dokumentasi