13 Tokoh Sosiologi Di Dunia Dan Teorinya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

13 Tokoh Sosiologi di Dunia dan Teorinya – Paling

Lengkap
Sosiologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari mengenai perilaku sosial antara
kelompok dengan kelompok lainnya ataupun dari individu dengan individu lainnya.
Manusia merupakan makhluk sosial yang mana sehari-harinya akan selalu berkaitan
dengan hubungan sosial. Sebagai sebuah bidang studi tentu saja cakupan dari ilmu
sosiologi ini sangat lah luas.

Tak hanya mempelajari bagaimana pengaruh orang terhadap orang lain namun juga
pada bidang-bidang lainnya. Di dalam sebuah bidang studi tentu saja terdapat tokoh-
tokoh di dalamnya yang memiliki peran dalam mengembangkan bidang ilmu tersebut.
Nah berikut ini beberapa tokoh-tokoh sosiologi dunia dengan teori nya dalam ilmu
sosiologi, sebagai berikut:

1. Auguste Comte (1798-1857)

Auguste Comte merupakan ilmuwan asal Perancis yang juga mendapat


julukan sebagai Bapak Sosiologi. Istilah sosiologi pertama kalinya juga dikemukakan
oleh Comte di tahun 1839. Berikut beberapa isi dari teori dari Augusthe Comte
sebagai tokoh dalam sosiologi:

 Sebelumnya, penggunaan istilah fisika sosial digunakan yang diadaptasi daro


Adholpe Quetelet digunakan untuk menunjukkan studi statistika yang berkaitan
dengan gejala miral.
 Kemudian Comte mengubahnya menjadi sosiologi yang menandakan sebagai
ilmu yang baru untuk masyarakat.
 Comte merupakan tokoh yang menganut aliran positivisme yang cukup terkenal.
Penganut positivis ini percaya jika masyarakat merupakan salah satu bagian dari
alam yang mana menggunakan metode penelitian empiris digunakan untuk
hukum-hukum sosial. (baca juga: Pengaruh Letak Geografis Indonesia)

2. Herbet Spencer (1820-1903)

Merupakan seorang filsuf asal Inggris sekaligus pemikir dari teori liberal
klasik yang terkemuka. Meskipun sebagian besar dari karya-karya nya menuliskan
tentang politik namun dirinya lebih dikenal dengan julukan ” Bapak Darwinisme
Sosial”. Spencer menganalisis masyarakat dengan mengibaratkan sebagai sistem
evolusi. Beberapa teori yang ditemukan dalam Herbet Spencer dalam perumusannya
sebagai tokoh sosiologi:

 Menurut Specer, objek sosiologi yang utama adalah keluarga, agama, politik,
industri, serta pengendalian sosial. Termasuk pula di dalamnya yaitu masyarakat
setempat, pembagian kerja, asosiasi, pelapisan sosial, ilmu pengetahuan, dan
penelitian mengenai keindahan dan kesenian.
 Di tahun 1879, Specer mengemukakan mengenai teori Evolusi Sosial yang
sampai saat ini masih digunakan meskipun banyak mengalapi perubahan.  (baca
juga: Fungsi Bahasa Daerah)
 Specer meyakini jika masyarakat mengalami evolusi, dari yang awalnya
merupakan masyarakat primitif dan kemudian menjadi masyarakat Industri.
 Sebagai organisme, manusia berevolusi sendiri terlepas dari tanggung jawab dan
kemauannya serta dibawah suatu hukum. (baca juga: Ciri-Ciri Kapitalisme)

3. Emile Durkheim (1859-1917)

Durkheim lebih membicarakan tentang kesadaran kolektif yang digunakan


sebagai kekuatan moral untuk mengikat individu di dalam suatu masyarakat. Melalui
tulisannya yaitu The Division of Labor in  Society, Durkheim menggunakan
pendekatan kolektivis untuk sebuah pemahaman jika masyarakat dapat dikatakan
modern atau primitif. Solidaritas tersebut dalam bentuk nilai, adat istiadat, serta
kepercayaan yang diyakini bersama. (baca juga: Ciri-Ciri Masyarakat Tradisional)

Pada masyarakat primitif, mereka dipersatukan dengan ikatan moral yang kuat serta
memiliki hubungan yang terjalin yang dinamakan Solidaritas Mekanik. Sedangkan
untuk masyarakat modern, kesadaran kolektif tersebut menurun dikarenakan adanya
ikatan dengan pembagian kerja yang rumit serta saling ketergantungan yang disebut
Solidaritas Organik, sebagai berikut landasan politik dari Emile Durkheim sebagai
tokoh sosiologi yang dia rumuskan:

 Di karya selanjutnya yaitu The Role of Sociological Method, Dhurkeim


menjelaskan mengenai cara kerja yang dikenal dengan fakta sosial yaitu fakta-
fakta yang berasal dari luar individu yang mana dapat mengontrol individu
tersebut agar bisa berpikir, bertindak, serta memiliki daya paksa.
 Fakta sosial sendiri terbagi menjadi dua yaitu material dan nonmaterial.
Selanjutnya Durkheim juga mampu membuktikan jika ada pengaruh antara fakta
sosial dengan pola bunuh diri.
 Hal ini beliau simpulkan jika ada 4 jenis tipe bunuh diri yaitu egoistik, altruistik,
anomik, serta fatalistik. (baca juga: Kegiatan Eskpor dan Impor)
4. Karl Marx (1818-1883)

Karl Marx menggunakan pendekatan materialisme historis mempercayai jika


penggerak dari sejarah manusia meurpakan konflik kelas. Marx berpendapat jika
kekusaan serta kekayaan yang ada tidak terdistribusi merata di dalam masyarakat
sehingga membuat adanya kaum penguasa dengan memiliki alat produksi yang selalu
terlibat masalah oleh kaum buruh yang mengalami eksploitasi.

Ilmu sosiologi Marxis lebih menjelaskan mengenai kapitalisme yang mana produksi
komoditas dapat mempengaruhi keseluruhan dari pengejaran keuntungan. Hal ini
karena nilai-nilai produksi telah meresap ke segala bidang hidup. Tingkat keuntungan
yang didapat akan menentukan berapa banyak layanan yang akan diberikan. Hal inilah
yang dimaksudkan oleh Marx jika infrastruktur ekonomi akan sangat menentukan
suprastruktur. (baca juga: Manfaat Perdagangan Internasional)

Pendekatan sosiologi Marxis memang memiliki kesimpulan mengenai ide pembaruan


sosial yang mana sudah dibuktikan sebagai ide yang cukup cermelang di abad XX,
berikut ini rinciannya.

 Masyarakat dibangun dengan dasar konflik


 Masyarakat harus dilihat sebagai bentuk totalitas di dalam ekonomi yang mana
menjadi faktor dominan.
 Penggerak dasar dari segala perubahan sosial yang ada adalah ekonomi.
 Perkembangan serta perubahan sejarah tidak terjadi secara acak namun bisa
dilihat dari hubungan antara manusia dengan kelompok ekonomi.
 Individu memang dibentuk masyarakat namun bisa mengubah masyarakat itu
sendiri melalui tindakan yang rasional dengan didasarkan pada premis-premis
ilmiah. (baca juga: Perkembangan Wilayah Indonesia)
 Bekerja di lingkup masyarakat kapitalis bisa menyebabkan keterasingan.
 Melalui kritik yang ada, manusia bisa memahami serta mengubag posisi dari
sejarah mereka sendiri.

5. Max Weber (1846-1920)

Teori yang dikemukakan oleh Max Weber tidak sependapat dengan Marx,
yang mana menyatakan jika ekonomi menjadi kekuatan pokok perubahan sosial. Dari
karyanya yaitu “Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme”, Weber berpendapat jika
kebangkitan pandangan suatu religius tertentu (Protestanisme) lah yang membawa
masyarakat menuju perkembangan kapitalismen. Kaum Protestan yang memiliki
tradisi Kalvinis menyatakan jika kesuksesan finansial menjadi tanda utama jika Tuhan
berpihak pada mereka. Sehingga untuk mendapatkan tanda ini, maka mereka akan
menjalani gaya hidup yang hemat, rajin menabung, serta menginvestasikan
keuntungannya agar bisa mendapatkan modal yang banyak. (baca juga: Macam-
Macam Ras Di Indonesia)

Pandangan lainnya dari Weber adalah mengenai perilaku individu yang bisa
mempengaruhi masyarakat secara luas, hal ini lah yang dinamakan sebagai Tindakan
Sosial. Menurutnya, tindakan sosial bisa dipahami asalkan kita dapat memahami ide,
niat, nilai, serta kepercayaan sebagai bentuk dari motivasi sosial. Pendekatan inilah
yang dinamakan Verstehen. (baca juga: Ciri-Ciri Negara Maju)

6. Georg Simmel (1859-1919)

Georg Simmel memang terkenal dengan karyanya yang menjelaskan spesifik


mengenai tindakan serta interaksi individual, misalnya saja pada bentuk interaksi, tipe
berinteraksi, pelacuran, kemiskinan, serta masalah-masalah dalam skala kecil. Bahkan
karya-karya dari Simmel ini menjadi rujukan dari tokoh-tokoh dalam sosiologi yang
berada di Amerika, dan juga ada beberapa landasan teori yah sebagai berikut:

 Salah satu karyanya yang cukup terkenal adalah mengenai Filsafat Uang. Simmel
memang dikenal sebagai ahli sosiologi yang sikapnya cenderung menentang
modernisasi atau yang dikenal dengan bervisi pesimistik.
 Pandangan ini sering dikenal dengan Pesimisme Budaya. Menurutnya,
modernisasi membuat manusia tumbuh dan berkembang tanpa kualitas karena
terjebak dengan rasionalitasnya sendiri. (baca juga: Bencana Alam Di Indonesia)

Selain itu gejala monetisasi yang berlangsung di berbagai aspek kehidupan nyatanya
dapat membelenggu masyarakat terutama pada hal pembekuan kreativitas individu,
bahkan dalam hal ini dapat mengubah kesadaran. Hal ini dikarenakan adanya uang
yang menjadi alat pembayaran namun kekuatan dapat menjadi pembebas manusia atas
manusia. Sehingga uang tak hanya dijadikan sebagai alat namun sebagai tujuan. (baca
juga: Bentuk Penyimpangan Sosial)
7. Ferdinand Tonnies (1855-1936)

Ferdinand Tonnies telah mengkaji bentuk dan pola ikatan sosial serta
organisasi yang mana menghasilkan klasifikasi sosial. Menurut Tonnies, masyarakat
memiliki sifat gemeinschaft atau gesselschaft. Masyarakat gemeinschaft merupakan
masyarakat yang memiliki hubungan sosial yang tertutup, dihargai oleh setiap
anggotanya, serta didasar atas kepatuhan sosial dan hubungan kekeluargaan.

 Sedangkan untuk masyarakat gesselschaft merupakan masyarakat yang memiliki


hubungan kekeluargaan yang sudah memudar, hubungan sosialnya lebih
cenderung ke impersonal karena pembagian kerja yang rumit.
 Bentuk dari masyarakat seperti ini dapat terlihat pada masyarakat perkotaan.
Teori yang dimiliki oleh Tonnies ini memang akhirnya berhasil untuk
membedakan antara konsep tradisional dengan modern di dalam lingkup sosial
dengan menggunakan gemeinschaft dan gesselschaft. (baca juga: Macam-Macam
kebutuhan Manusia)

8. Herbert Marcuse (1898-1979)

Herbert Marcuse, seorang ilmuwan Jerman yang juga anggota dari Mazhab
Frankurt ini menjadi terkenal di tahun 1960an dikarenakan adanya dukungan kepada
gerakan radikal dan antikemapanan. (baca juga: Permasalahan Lingkungan Hidup)

Berikut beberapa paham yang ditemukan dalam teori Herbert Marcuse dalam
keterangannya sebagai berikut:

 Bahkan Herbert Marcuse diberi julukan sebagai “Kakek Teroris” karena


kritikannya kepada masyarakat kapitalis.
 Pada karyanya yaitu One Dimensional Man di tahun 1964 menyatakan jika
kapitalisme mencaiptakan kebutuhan dan kesadaran yang palsu serta budaya
massa yang mana memperbudak pekerja. (baca juga: Cara Mengatasi Masalah
Persebaran Penduduk)

9. Leopold Von Wiese (1876-1949)

Von Wiese yang merupakan ilmuwan asal Jerman menyatakan jika sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat empiris dan berdiri sendiri. Objek
sosiologi sendiri merupakan penelitian terhadap hubungan antara manusia dengan
manusia lainnya yang menjadi kenyataan sosial. Sehingga menurutnya objek khusus
dari ilmu sosiologi merupakan proses sosial atau interaksi sosial. Penelitian
selanjutnya difokuskan kepada struktur sosial yang mana menjadi saluran dari
hubungan manusia.

Berikut arti dari perumusan dan beberapa teori penting dalam tokoh Leopold Von
Wiese sebagai tokoh dalam sosiologi:

 Menurut Wiese, sosiologi merupakan penelitian yang memfokuskan pada


hubungan antara manusia yang mana merupakan kenyataan sosial.
 Wiese meneliti mengenai klasifikasi proses-proses sosial yang ditekankan pada
proses sosial asosiatif dan disosiatif.
 Dari kategori proses tersebut kemudian dibagi kembali menjadi proses yang lebih
kecil.
 Sosiologi harus memusatkan perhatiannya kepada hubungan-hubungan manusia
tanpa dikaitkan dengan tujuan dan kaidah yang ada. Sosiologi juga harus memulai
dengan observasi kepada perilaku konkrit tertentu. (baca juga: Perbedaan
Kolonialisme dan Imperialisme Barat)

10. Antonio Gramsci (1891-1937)

Ahli sosiologi asal Italia ini merupakan salah satu orang pemikir kunci dari
pendefinisian ulang perdepatan tentang kelas dan kekuasaan. Konsep nya adalah
mengenai Hegemoni yang mana mendiskusikan tentang kompleksitas dari masyarakat
modern.

Berikut beberapa landasan teori yang diajarkan Antonio Gramsi dalam masa
terkenalnya sebagai tokoh dalam sosiologi:

 Gramsci berpendapat jika kaum Borjouis memiliki kuasa bukan karena adanya
paksaan namun dikarenakan adanya persetujuan, pemebntukan aliansi politik
dengan kelompok lainnya serta bekerja secara ideologis agar dapat mendominasi
di dalam masyarakat. (baca juga: Kenampakan Alam)
 Ide tentang hegemoni (memenangkan kekuasaan atas dasar persetujuan
masyarakat) ini memang menjadi hal yang menarik dikarenakan di kenyataannya
individu selalu memiliki reaksi serta mendefinisikan ulang mengenai masyarakat
dan kebudayaan di tempat mereka berada.
 Ide-ide dari Gramsci ini memang banyak  memiliki pengaruh pada studi
mengenai kebudayaan populer.

11. George Herbert Mead (1863-1931)

Merupakan salah satu tokoh dari sentra interaksionisme simbolik yang


memiliki gambaran mengenai pembentukan diri atau yang dikenal dengan tahap
sosialisasi di dalam penggamabaran pertumbuhan anak. Menurutnya pertumbuhan
anak terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap bermain (play stage), tahap permainan (game
stage), serta tahap pengambilan peran orang lain ( taking role the other), berikut teori
yang dijelaskan dalam George dalam tokoh sosiologi:
 Manusia tidak akan bereaksi kepada dunia di sekitarnya secara langsung, namun
mereka akan bereaksi kepada makna yang dihubungkan dengan kejadian ataupun
benda yang ada di sekitaran mereka. (baca juga: Unsur Unsur Budaya)
 W.I Thomas menyatakan jika definisi dari sebuah situasi, dimana kita hanya bisa
bertindak tepat jika sudah menentukan sifat dari situasinya.
 Kegagalan ketika merumuskan sebuah situasi dengan tepat dan benar bisa
menyebabkan dampak-dampak yang kurang menyenangkan. (baca juga: Peran
Indonesia di Era Globalisasi)

12. Lester Frank Ward (1841-1913)

Menurutnya, Sosiologi memiliki tujuan untuk melakukan penelitian


mengenai kemajuan-kemajuan manusia. Lester Frank Ward sendiri membedakan
antara ilmu sosiologi murni yang berfokus pada asal serta perkembangan gejala sosial
dengan ilmu sosiologi terapan yang lebih mengkhususkan pada perubahan-perubahan
yang terjadi di masyarakat dikarenakan adanya usaha-usaha manusia. Ward
menyatakan jika manusia berkembang dari tingkatan yang rendah menuju status
seperti saat ini, berikut teori yah:

Berikut beberapa teori yang ditemukan dalam perumusannya Lester Frank Ward
dalam dia menjadi tokoh dalam sosiologi:

 Ward meyakini jika masyarakat kuno dapat ditandai dengan kesederhanan dan
kemiskinan moral.
 Sedangkan pada masyarakat modern dapat ditandai dengan hal yang lebih
kompleks, bahagia, serta mendapatkan kebebasan yang berlebih.
 Sosiologi terapan meliputi kesadaran dalam menggunakan ilmu pengetahuan
ilmiah yang digunakan untuk dapat mencapai kehidupan masyarakat menjadi
lebih baik dari sebelumnya. (baca juga: Peninggalan Sejarah Hindu Budha)

13. Vilfredo Pareto (1848-1923)


Menurut Vilfredo Pareto, sosiologi didasarkan atas obervasi yang dilakukan
terhadap tindakan-tindakan, percobaan terhadap fakta serta rumus-rumus yang
matematis. Masyarakat adalah sistem kekuatan yang sangat seimbang, keseimbangan
itu tergantung dari ciri ciri tingkah laku serta tindakan manusia. Serta tindakan-
tindakan tersebut tergantung dari keinginan dan dorongan yang ada di dalam diri
manusia. (baca juga: Jenis-Jenis Manusia Purba)

 Pareto memang dikenal akan kriteria efisiensi ekonominya, bahkan dirinya juga
diakui sebagai pendiri ilmu sosiologi di abad ke 20 bersama dengan Durkheim
dan Weber.
 Penekanan teori pareto lebih kepada akar-akar hukum yang ada di sumber-sumber
yang menentang analisis mengenai rasional ortodoks dan pembangunanya yang
membenarkan logis di atas pondasi non-logos.
 Di dalam karyanya yang berjudul “The Mind and Society” , Pareto mencoba
menyangkan pernyataan Marxisme dengan menggunakan eksistensi kasl
penguasa atau yang dikenal dengan kelompok elite.
 Pareto menyatakan jika kaum elite tak perlu mendapat posisi dikarenakan
supremasi ekonomisnya serta perubahan sosial dan politik dapat terjadi
dikarenakan sirkulasi kaum elite yang tidak didukung dengan faktor-faktor
ekonomi

Anda mungkin juga menyukai