Cara Pengerjaan
Cara Pengerjaan
Cara Pengerjaan
Pekerjaan tanah pada proyek Ini meliputi pekerjaan galian tanah, ground anchor,
inclinometer, dewatering dan pemasangan piezometer. Luas bangunan yang dimiliki Proyek Ini
adalah ± 3.000 m². Kedalaman galian tanah pada proyek ini hingga mencapai level -10.350.
Level tersebut adalah level terendah yang akan digunakan untuk pondasi raft. Sedangkan rata–
rata kedalaman adalah pada level -8.850. Volume galian tanah total bangunan hingga mencapai
elevasi -8.850 sebanyak ± 25.225 m³, volume galian tanah untuk area pile cap, pit lift, gutter dan
sumpit sebanyak ± 1.110 m³, volume galian tanah di area open cut sebanyak ± 2.885 m³ dan
volume galian tanah di area soldier pile sebanyak 1.010 m³. Sehingga total pekerjaan galian di
proyek Ini sebanyak 30.230 m³. Durasi pekerjaan galian tanah ini dilaksanakan selama 45 hari
kerja dengan elevasi tanah existing adalah ± 0.000.
Struktur dinding penahan tanah yang dilaksanakan di proyek ini berupa soldier pile dengan
sistem penyokong tambahan menggunakan jangkar tanah (ground anchor) untuk mengurangi
defleksi horizontal, penurunan bangunan di sebelah area galian dan memperpendek panjang
pembenaman dinding penahan tanah (lokasi pemasangan ground anchor terlampir).
Ground anchor direncanakan untuk ditambatkan di capping beam pada barisan soldier pile
dengan panjang soldier 11.800 mm dan membentuk sudut 45° terhadap bidang horizontal.
Kepala anchor (bond length) direncanakan mulai pada kedalaman minus 16 m dari muka tanah
asli, pada lapisan tanah lanau pasir padat. Diameter anchor 20 cm dan tendon berupa 2 strand Æ
½” dari baja mutu tinggi.
Selama pekerjaan galian tanah, perlu dipasang satu alat yang disebut inclinometer untuk
mewaspadai terhadap pergerakan tanah lateral yang ditimbulkan karena dapat berakibat pada
kelongsoran.
Pekerjaan dewatering di proyek ini menggunakan 2 titik sumur dewatering sedalam ± 18 m
yang dilengkapi dengan 2 buah pompa deep well, 4 buah pompa submersible, 3 buah pompa
submersible 5,5 W, dan 2 buah pompa bensin. Perubahan elevasi muka air tanah dapat
dimonitoring dengan menggunakan alat yang disebut piezometer. Pekerjaan dewatering ini
dilaksanakan selama ± 6 bulan.
LINGKUP KERJA
Lingkup pekerjaan yang saling berhubungan adalah dengan pekerjaan tanah adalah sebagai
berikut:
A. Pekerjaan Galian Tanah
B. Pekerjaan Soldier Pile
1. Pekerjaan Pengeboran, Fabrikasi dan Pengecoran Soldier Pile
2. Pekerjaan Potong Kepala Soldier Pile
C. Pekerjaan Struktur Capping Beam
1. Pekerjaan Lantai Kerja
2. Pekerjaan Bekisting Capping Beam
3. Pekerjaan Pembesian
4. Pekerjaan Pengecoran Beton
D. Pekerjaan Ground Anchor
1. Pekerjaan Pemasangan Pipa Ground Anchor setiap jarak 6 m
2. Pekerjaan Prestressing Ground Anchor
3. Pekerjaan Releasing Ground Anchor
E. Pekerjaan Dewatering
F. Pekerjaan Pemasangan Inclinometer
Pekerjaan galian tanah di proyek ini akan dikerjakan sampai dengan elevasi -10.350
(elevasi terdalam) atau ± 10,35 m dari muka tanah existing dan elevasi rata-rata galian tanah
sampai elevasi -8.850 atau ± 8,85 m dari muka tanah existing, sehingga perlu diperhatikan
stabilitas dari lereng galian. Oleh karena itu, di proyek ini akan dilaksanakan dengan 2 metode,
yaitu :
1) Sistem Open Cut dengan volume 2.885 m³ dilaksanakan di sisi area proyek yang berhadapan
dengan tanah kosong (di sisi belakang area fabrikasi besi dan sisi depan jalan Setiabudi ± 7000
mm di muka site office) dan akan dilaksanakan dengan kemiringan sudut sebesar 45° (gambar
metode galian tanah terlampir),
2) Sistem Soldier Pile dengan volume 1.010 m³ untuk sisi proyek yang bersebelahan dengan
gedung gereja, sisi belakang proyek yang bersebelahan dengan gedung Ini Plaza, dan sisi jalan
Setiabudi pada lokasi yang akan digunakan sebagai area loading/unloading dock (gambar denah
soldier pile terlampir).
Berdasarkan perhitungan, kapasitas 1 buah excavator adalah 255 m3 (sekitar 15 ritase) dalam
1 hari, sehingga agar proses pekerjaan galian dapat berlangsung dengan baik diperlukan minimal
3 buah excavator.
Untuk mendukung kelancaran pekerjaan galian dan buangan tanah, dibuat jalan selebar 5
meter pada arah melintang/diagonal lokasi proyek sebagai akses dump truk pengangkut tanah
dengan bantuan excavator di tiap sisinya untuk membantu estafet tanah dari dasar galian (gambar
terlampir).
f. Sebelum mencabut mata bor dan pipa bor, bilas sekali lagi agar kotoran/lumpur yang tersisa
tidak ada lagi,
g. Cabut pipa bor dan mata bor, lanjutkan pengeboran di titik selanjutnya.
Struktur capping beam digunakan untuk menyatukan seluruh soldier pile agar menjadi
rangkaian struktur yang berfungsi sebagai dinding penahan tanah. Selain itu juga berfungsi untuk
penambatan pemasangan ground anchor dan merupakan bagian yang mampu menahan terhadap
defleksi yang mungkin timbul akibat gaya-gaya yang bekerja.
Pekerjaan capping beam ini terletak 1500 mm di bawah elevasi tanah existing ± 0.000 dan
total panjang capping beam mencapai ± 240 m dengan dimensi beam 1150 x 800 mm.
Rangkaian sistem dinding penahan tanah (soldier pile) yang telah terangkai dengan capping
beam, disatukan/ditambatkan pula pada retaining wall setebal 300 mm.
Pekerjaan struktur capping beam meliputi :
1. Pekerjaan lantai kerja atau pengecoran dengan mutu beton B0 sampai permukaan rata setebal 50
mm,
2. Pemasangan bekisting untuk capping beam menggunakan precast panel tebal 50 mm,
3. Batas stop cor capping beam dengan bagian lain adalah dengan bekisting triplek dan kawat
ayam pada balok,
4. Pekerjaan pembesian dapat dilakukan setelah lantai kerja (beton B0) kering,
5. Pekerjaan pengecoran capping beam dengan mutu beton fc’ = 250 kg/cm² setebal 800 mm.
Ground anchor yang digunakan di proyek Ini terletak pada area soldier pile yang memiliki
panjang 11.800 mm terhadap bottom capping beam sebanyak 6 titik dan terpasang setiap jarak 6
m terhadap anchor sebelumnya.
Pekerjaan ground anchor ini membutuhkan peralatan sebagai berikut :
1. Mesin bor 1250 ex Toho dan perlengkapannya ( pompa air, mata bor Æ 20 cm )
2. Grout mixer ( mesin pencampur grouting )
3. Grout Pump MG-10 ex Koken
4. Pipa tremie ¾”
5. Dongkrak / jack hidraulik type K-100 ex Freyssinet
6. Stressing Pump single
7. Auto level dan bak ukur
8. Generator 20 PK ex Yanmar
9. Meteran
Anchor block yang digunakan dengan type block 4S/7K Freyssinet system dan di ujung anchor
menggunakan steel guaide.
D.4. Spreader
Spreader terbuat dari bahan polyethylene (PE) dan digunakan untuk menempatkan atau
mendistribusikan strands.
D.5. Spacer
Spacer juga terbuat dari steel ring dan digunakan untuk menyediakan space dengan dinding
lubang untuk grouting material.
D.7. Grease
Grease/gemuk yang digunakan SGLM 2 ex Pertamina
1. Persiapan
a. Buat lubang penampungan air untuk persiapan sirkulasi air pengeboran,
b. Marking elevasi dan posisi titik pengeboran,
c. Menyiapkan air secukupnya untuk keperluan pengeboran,
d. Siapkan material yang akan digunakan untuk anchor dan grouting, seperti strand dan material
grouting serta material lainnya.
Strand harus di fabrikasi dan diikat sedemikian rupa sehingga dapat dijamin ketepatan posisi
pada waktu pemasangan di lubang boring dengan panjang dan jumlah strand sesuai gambar
rencana. Total panjang strand terdiri dari bond length, free length, dan stressing length,
e. Siapkan sejumlah strand untuk membentuk rangkaian kelompok strand sesuai desain,
f. Pasang di strand bond length, tie spreader dan centralizer sebagai sarana agar posisi anchor
berada tepat pada posisi yang dikehendaki dan dimatikan dengan pemasangan anchor nose,
g. Potong pipa PVC Æ 150 sesuai panjang strand untuk free length dan stressing length,
h. Lumuri dengan grease/gemuk bagian strand yang akan digunakan untuk free strand, tetapi tetap
jaga agar strand yang akan digunakan untuk bond length,
i. Masukkan masing-masing bagian free strand ke pipa PVC. Atur kembali susunan strand dan
ikatan dengan sempurna, pastikan tidak ada bagian strand yang tertukar posisinya; dan kelompok
strand siap dipasang,
j. Siapkan air yang memenuhi standard sebagai air campuran beton untuk air grouting,
k. Selama pelaksanaan pengeboran, pekerjaan dewatering tidak boleh berhenti untuk menjamin
tidak ada air rembesan dari sekeliling lubang boring yang akan mengganggu dan mengakibatkan
keruntuhan lubang boring.
2. Pelaksanaan
2.1. Pengeboran
a. Arahkan dan setting posisi mesin bor, pastikan mesin tidak akan bergeser/bergerak pada waktu
pengeboran sedang berlangsung,
b. Arahkan mata bor pada sudut pengeboran yang telah ditentukan dan pastikan/kunci sudut yang
telah didapat,
c. Pekerjaan pengeboran dapat dilaksanakan dengan diameter lubang bor Æ 20 cm,
d. Sistem pengeboran menggunakan Rotary Percusive Wet Drilling, air pembilasan harus terus
dijalankan untuk membuang lumpur dan kotoran lain dari lubang yang telah dibor,
e. Lanjutkan pekerjaan sampai kedalaman yang ditentukan, yaitu 1 m lebih panjang dari panjang
free length dan bond length ( 26 m + 1 m = 27 m ),
f. Sebelum mencabut mata bor dan pipa bor, bilas sekali lagi agar kotoran/lumpur yang tersisa
tidak ada lagi,
g. Cabut pipa bor dan mata bor, lanjutkan pengeboran di titik selanjutnya.
2.2. Grouting
a. Grout body (bond length) direncanakan mulai dari elevasi -16.0 m dari muka tanah asli, pada
lapisan tanah pasir kelanauan,
b. Pasang selang grouting tipe HDPE Æ 1,5” menembus kelompok strand yang akan dipasang
sampai ujung bond length,
c. Masukkan kelompok strand tersebut ke lubang bor dengan hati-hati sampai kedalaman yang
diminta,
d. Setelah kelompok strand tersebut dapat sempurna masuk ke lubang bor, maka lubang bor siap
untuk digrouting,
e. Buat campuran grouting yang terdiri dari semen tipe I/ordinary portland cement, expanding
agent plastizer (Cebex-100 ex Fosroc) dan air. Perbandingan jumlah air yang diperlukan
terhadap jumlah semen sebesar 0,425 dengan campuran grouting sebanyak 1 zak semen : 50 kg
semen : 20 liter air (untuk 1 m panjang bor berdiameter 20 cm) : 227 gram cebex-100,
f. Jeda waktu yang diperlukan antara proses pengeboran dengan grouting paling lambat 24 jam,
g. Campurkan seluruh material tersebut dengan hati-hati, penuangan air ke semen dilakukan sedikit
demi sedikit sampai didapatkan campuran yang homogen. Check kekentalan campuran grouting
dengan kerucut viskositas. Standard kekentalan campuran grouting apabila campuran grouting
yang dimasukkan ke dalam kerucut viscositas habis dalam waktu 20 – 30 detik,
h. Pompa material grouting yang sudah jadi ke lubang bor melalui selang grout tube 1,5” sampai
penuh. Selama proses pengisian grout, pipa tremie ditarik perlahan-lahan keluar sesuai dengan
volume atau elevasi grouting yang sudah masuk di lubang bor,
i. Catat dan rekam volume grouting yang telah masuk sebagai cross check data,
j. Pasang selongsong/pelindung kelompok strand dalam posisi yang kuat dan benar sehingga tidak
terjadi pergeseran dan kebocoran sebelum dilakukan pengecoran,
k. Persiapkan dan laksanakan pekerjaan capping beam yang juga berfungsi sebagai struktur/dinding
permanen,
l. Penarikan ground anchor dapat dilakukan apabila mutu beton capping beam talah mencapai
min. fc’ = 250 kg/cm².
a. Teliti dan pastikan bahwa tidak ada bagian strand yang tertekuk yang dapat menimbulkan
terjadinya tambahan gesekan,
b. Pasang prestressing anchor head dengan hati-hati,
c. Setting hidraulic jack yang sesuai dengan tipe anchor head dan dengan kapasitas yang sesuai
dengan beban yang akan ditarik,
d. Buat rekaman/monitoring yang berisi mengenai data beban (cycle), lamanya proses stressing,
pergeseran/pergerakan anchor head.
e. Syarat yang diperlukan agar proses stressing dapat dilakukan apabila mutu grouting telah
mencapai 28 Mpa dengan mengacu pada persyaratan stressing umum yang meliputi :
- Lock of : 110 % x working load
- Cycle : 1 cycle
- Lower limit ext : 90 % x elastic extention design
f. Acuan/syarat yang digunakan agar ground anchor dapat ditentukan untuk suitability test harus
memiliki target test sebesar 125 % x working load, minimal 1 cycle dan untuk proofing test
dipilih dari salah satu titik ground anchor yang terpasang.
2.4. Testing
Ada 3 (tiga) jenis test tarik yang dapat dipilih untuk pekerjaan ground anchor, yaitu :
a. Proving test adalah pengujian tarik anchor yang dilakukan bukan pada used anchor dan
anchor tersebut ditarik/dicabut sampai lepas. Beban jacking dimulai dari 5% yang akan
dinaikkan secara periodik pada beban dan waktu tertentu sesuai dengan cycle load yang terjadi.
Penambahan beban tidak boleh lebih dari 10% dan proses stressing akan dihentikan pada beban
maksimum sampai anchor tersebut lepas,
b. On site suitable test adalah pengujian tarik anchor yang dipilih secara acak terhadap ground
anchor yang terpasang dengan prosentase test sebesar 5% dari keseluruhan jumlah anchor.
Beban jacking dimulai dari 10% yang akan dinaikkan secara periodik pada beban dan waktu
tertentu dan akan diturunkan secara periodik pada beban dan waktu tertentu pula sesuai dengan
cycle load yang terjadi. Penambahan/pengurangan tidak lebih dari 50%, beban maksimum yang
ditarik/di-stressing 125% dari beban kerja untuk 1 (satu) ground anchor.
Pada test ini, sesudah ground anchor diberi beban maka anchor head dilepas kembali (tidak
dimatikan),
c. On site acceptance test adalah pengujian tarik anchor terhadap seluruh ground anchor yang
terpasang. Beban jacking dimulai dari 10% yang akan dinaikkan secara periodik pada beban dan
waktu tertentu dan akan diturunkan secara periodik pada beban dan waktu tertentu pula sesuai
dengan cycle load yang terjadi. Penambahan/pengurangan tidak lebih dari 50% beban maksimum
yang ditarik/di-stressing 125% dari beban kerja untuk 1 (satu) ground anchor. Pada test ini,
monitoring terhadap pergeseran anchor head harus diamati dengan seksama karena setelah test
selesai maka semua ground anchor akan dimatikan anchor head-nya.
Pada proyek Ini menggunakan on site suitable test (dipilih salah satu dari 6 anchor yang
terpasang) yang mengacu pada schedule sebagai berikut :
Fpu for 1 strand : 184 kN
Jumlah strand : 2
Beban : 225 kN
RAM area of jack : 203.4 cm²
Elastic extension : 33.6 mm
Lower limit : 30.2 mm
Upper limit : 104.2 mm
2.5. Monitoring
Selama proses pekerjaan ground anchor (sampai pekerjaan urugan kembali selesai)
pergerakan tanah dan bangunan di sekeliling proyek harus dimonitor untuk menjamin keamanan
dan keselamatan pekerjaan galian serta bangunan dan tanah sekeliling area galian. Monitoring
dilakukan minimal 1x seminggu apabila tidak terjadi hal-hal yang ekstrim, seperti : adanya
pekerjaan galian yang cepat, adanya tambahan beban yang tinggi di luar area ground anchor,
hujan dengan intensitas besar dan lama, dan lain-lain.
Pekerjaan monitoring yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Inclinometer
adalah monitoring pergerakan tanah (baik lateral atau transversal). Elevasi dasar pipa
inclinometer ini akan dipasang pada kedalaman minus 15.000 di belakang soldier pile sisi gereja
sebanyak 2 (dua) buah,
b. Piezometer
adalah monitoring elevasi air. Pipa piezometer ini akan diletakkan di luar area galian di dekat
pipa inclinometer sehingga lateral pressure akibat perbedaan elevasi air dapat di monitor dengan
tepat.
c. Settlement dan displacement plate
adalah monitoring terhadap pergerakan/settlement tanah ataupun bangunan yang terjadi di sekitar
area galian dengan memasang bearing plate setelah kuat tekan beton capping beam dan bracket
mencukupi untuk menerima gaya jacking.
Head anchor dapat dilepas setelah proses realese atau detensioning, yang kemudian
dilanjutkan dengan final grouting untuk menutup lubang anchor pada bagian dalam capping
beam. Pekerjaan ini dilakukan setelah pengecoran slab lantai basement dan sebelum pengecoran
akhir pada bukaan slab.
E. Inclinometer
Stabilitas tanah dapat diketahui dengan menggunakan alat yang disebut soil inclinometer.
Dalam hal ini untuk mengetahui gerakan tanah lateral yang diakibatkan oleh galian, yang
dikorelasi dengan prediksi disain. Dengan data pengukuran, maka akan dengan cepat melakukan
tindakan yang tepat apabila terjadi slidding yang akan membahayakan. Agar asumsi data akurat
bottom pipa Inclinometer harus terpasang dengan kuat pada lapisan tanah yang cukup keras.
inclinometer dipasang bottom cap untuk menutup lubang pipa di ujung pipa inclinometer,
· Setelah lubang bor bersih, pipa inclinometer dimasukkan secara bertahap (per 2 batang / interval
6 m) sampai mendekati dasar lubang,
· Check apakah alur rel pipa inclinometer terpasang dengan baik,
· Test fungsi alur dengan memasukkan sensor dummy,
· Back fill lubang bor dengan pasir,
· Lindungi pipa inclinometer dengan pipa besi, cor permukaan tanah di sekitar pipa inclinometer,
· Ujung atas pipa inclinometer juga harus ditutup menggunakan bahan kedap air untuk mencegah
intrusi air semen masuk ke dalam pipa selama proses grouting berlangsung,
· Salah satu alur pipa inclinometer harus menghadap sisi galian, dimana alur lainnya tegak lurus
terhadap sisi galian,
· Ukur elevasi top of inclinometer pipe,
· Setelah itu, pipa yang terekspose dari muka tanah diberi penutup/perlindungan berupa pipa besi.
4. Monitoring
· Pembacaan awal (base reading) inclinometer dapat dilakukan 3 hari setelah grouting dengan
menggunakan alat baca dari GEOKON ex USA,
· Melakukan monitoring secara periodik (dilakukan per 2 minggu atau sesuai permintaan) posisi
dari pipa inclinometer yang terpasangdilakukan per 2 minggu atau sesuai permintaan.
· Besarnya pergeseran dari pipa tersebut yang diasumsikan sebagai besarnya pergeseran tanah di
sekitarnya.
1. Persiapan
· Rangkaikan Probe Sensor pada Data Mate (data recording) dengan kabel yang sudah ditandai
tiap interval 50 cm,
· Pasang pulley assembly (roda katrol) untuk memudahkan penarikan probe,
· Setting pada Data Mate : nama proyek, nomor titik, dan kedalaman pembacaan.
2. Pengambilan data di lapangan
· Hidupkan data recording,
· Masukkan probe ke dalam pipa inclinometer (arah A0 tegak lurus dinding/tebing galian) yang
sudah dipasang sampai bawah, setelah posisi probe stabil rekam data posisinya,
· Kemudian tarik probe 50 cm ke atas, setelah posisi probe stabil rekam data posisinya, begitu
seterusnya tiap interval 50 cm direkam datanya, sehingga didapatkan data A0 dan B0 direction,
· Putar probe 180° dan masukkan kembali ke pipa inclinometer, kemudian lakukan kembali
perekaman data tiap interval kedalaman 50 cm, sehingga didapatkan data A180 dan B180
direction.
4. Reporting
F. Pekerjaan Dewatering
Pada prinsipnya pekerjaan dewatering digunakan untuk mengeringkan lahan galian agar
pekerjaan basement dapat dilaksanakan dengan baik.
Berdasarkan data penyelidikan tanah yang kami terima, secara umum lapisan tanah atas
cenderung berupa tanah lempung dan lanau (CH) dengan konsentrasi lunak hingga sedang
setebal 6.0 m, diikuti lapisan lanau kelempungan (ML) dengan konsentrasi sedang hingga teguh
setebal 10.0 m. Sehingga kondisi tanah galian pada level -8.900 berupa tanah lempung lanau
(CH-ML).
Pada observasi awal, kami telah melakukan penggalian setempat pada beberapa lokasi yang
berdekatan, air disedot pada satu lubang ternyata tidak berdampak pada penurunan air di lubang
sebelahnya secara significant. Maka berdasarkan indikasi awal tersebut, pekerjaan dewatering
dalam proyek ini kami rencanakan dengan menggunakan 2 buah titik pompa deep well pada
lokasi galian ( DW-1, DW-2 ) dengan kedalaman 18 m (gambar posisi titik dewatering
terlampir).
1.1. Peralatan
Untuk mendukung pekerjaan dewatering diperlukan berbagai macam alat dan bahan, sebagai
berikut :
§ Mesin bor YBM-2ZES kapasitas 320 m ex Jepang sebanyak 1 unit
§ Panel induk ex lokal sebanyak 1 unit
§ Panel distribusi ex lokal sebanyak 3 unit
§ Panel pompa ex lokal sebanyak 9 unit
§ Pompa Deep well Grundfos kapasitas 2.2-3.7 kW ex USA sebanyak 2 unit
§ Pompa (Submersible Pump) HCP kapasitas 2.2-3.7 kW ex Taiwan sebanyak 4 unit
§ Pompa (Submersible Pump) HCP kapasitas 5.5 kW ex Taiwan sebanyak 3 unit
§ Pompa Premium/bensin Honda GX-120 kapasitas 3” dan Honda GX-160 kapasitas 2” ex Jepang
sebanyak 2 unit
§ Dipmeter 30 m ex Inggris sebanyak 1 unit
§ Menentukan saluran air yang akan dipakai untuk menampung buangan air dewatering keluar
lokasi proyek (gambar terlampir),
§ Merenovasi saluran existing yang telah sebagian rusak akibat pekerjaan soldier pile dengan
membuat saluran dari buis beton ex dusaspun dengan kemiringan 0,35% di sepanjang sisi gereja,
§ Pada saat melakukan perbaikan saluran, aliran air ditampung terlebih dahulu pada sebuah bak
kontrol sementara dan dipompa keluar ke saluran existing di luar lokasi proyek (gambar
terlampir),
§ Menyiapkan pompa (submersible pump) sebanyak 6 titik dan 2 titik pompa bensin pada saluran
sementara apabila terjadi hujan karena debit air yang tinggi,
§ Membersihkan dan memonitor saluran jangan sampai terjadi pemampatan saluran karena sampah
atau lainnya.
Pekerjaan dewatering diperlukan selama pekerjaan struktur berkisar 6 bulan (s/d bulan
Februari 2008) untuk menghindari terjadinya uplift.
§ Menentukan 2 titik sumur dewatering dengan menggunakan pompa deep well pada area proyek
dengan radius 25 meter. Titik pompa ini juga harus berada pada area yang tidak mengganggu
pekerjaan teknis struktur,
§ Pengeboran sumur dewatering dengan diameter 400 mm sampai kedalaman 18 m dari muka tanah
existing,
§ Melubangi pipa pvc Æ 8” yang akan dipasang dan dilapisi aquifer serta dibungkus dengan kawat
nyamuk plastik,
§ Masukkan pipa pvc tersebut dan celah antara pipa pvc dan tanah diisi dengan split,
§ Lakukan pembersihan sumur dari lumpur sisa pengeboran,
§ Menentukan jalur pipa dan arah buangan air supaya tidak mengganggu pekerjaan struktur yang
ada,
§ Bila diperlukan membuat gutter atau sumpit sementara pada area proyek untuk menghindari
terjadinya banjir jika terjadi kerusakan pada pompa,
§ Pasang panel utama, kemudian kabel-kabel yang menghubungkan panel utama dengan panel
distribusi,
§ Turunkan pompa deep well ke dalam sumur dewatering yang sudah bersih, kemudian pasang
pompa-pompa permukaan (submersible pump) di sumpit-sumpit yang telah tersedia,
§ Pompa-pompa yang ada dapat dioperasikan,
§ Perlu diingat agar dilakukan pengecekan arus listrik dari genset, panel-panel dan pompa serta
pengontrolan sistem pembuangan secara berkala,
§ Memonitor terus selama pekerjaan dewatering dan membuat langkah-langkah penanganan jika
terjadi hal-hal yang membahayakan atau mengganggu pekerjaan struktur.
Pada proyek ini akan dibuat sumur pengamatan (Piezometer) sebanyak 2 (dua) buah titik
yang akan digunakan untuk memonitor muka air tanah (gambar posisi titik piezometer
terlampir).
§ Pengukuran elevasi permukaan air tanah dimonitoring dari alat tersebut setiap hari.