Referat Manajemen Pasien Kritis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

PENANGANAN PASIEN KRITIS

Dis
usu
n oleh:
Anjani Khoirrunnissa Utami 1102017029

Pembimbing:
dr. Uus Rustandi, Sp.An-KIC
dr. Ruby Satria Nugraha, Sp.An, M.Kes
dr. Rizky, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU ANESTESI


RSUD ARJAWINANGUN
PERIODE 27 JUNI 2022 – 17 JULI 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4

2.1. Penyakit Kritis....................................................................................4

2.1.1 Penilaian Awal Pasien Kritis............................................................4

2.1.2 Penentuan Tingkat Perawatan Pasien Sakit Kritis............................11

2.1.3 Penanganan Pasien dengan Penyakit Kritis......................................12

2.2. Critical Care & Intensive Care Unit..................................................14

2.2.1 Jenis-jenis Critical Care Unit...........................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

BAB I
PENDAHULUAN

2
Penyakit kritis adalah proses yang mengancam jiwa dengan tanpa adanya intervensi
medis diperkirakan akan mengakibatkan kematian atau morbiditas yang signifikan. Keadaan
ini merupakan akibat dari suatu proses patofisiologis yang melibatkan gangguan pernapasan,
kardiovaskular, dan neurologis. Penatalaksanaan yang tidak efektif atau kegagalan untuk
melakukan intervensi secara tepat waktu dapat menyebabkan kegagalan multi organ dan
kematian meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sistem organ yang terlibat . Maka
dari itu, perawatan yang optimal, cepat dan professional sangat diperlukan untuk
menstabilkan keadaan pasien kritis8. Seringkali tidak terdapat gejala atau tanda bermakna
yang menunjukkan indikator awal penyakit kritis, karena tubuh pasien masih dapat
mengkompensasi perubahan fisiologis abnormal untuk waktu yang lama. Penilaian dalam
mengidentifikasi pasien kritis dapat menggunakan Early Warning System (EWS) dan ABCD
E (Penilaian Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure)5,10.
Critical care management adalah perawatan khusus yang diberikan kepada pasien den
gan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa dan yang membutuhkan perawatan lebih komp
rehensif. Intensive Care Unit (ICU) merupakan bagian dari Critical Care dan suatu bagian or
ganisasi rumah sakit yang memiliki entitas yang berbeda dalam aktivitas perawatan klinis 1,4. I
CU digunakan untuk memantau dan mendukung fungsi vital yang terancam atau gagal pada p
asien kritis, yang memiliki penyakit yang berpotensi membahayakan kehidupan, sehingga tin
dakan diagnostik dan terapi medis atau bedah yang memadai dapat dilakukan untuk meningk
atkan hasil dan prognosis pasien1.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1 Penyakit Kritis
Penyakit kritis adalah proses yang mengancam jiwa dengan tanpa adanya intervensi
medis diperkirakan akan mengakibatkan kematian atau morbiditas yang signifikan. Keadaan
ini merupakan akibat dari suatu proses patofisiologis yang melibatkan gangguan pernapasan,
kardiovaskular, dan neurologis. Penatalaksanaan yang tidak efektif atau kegagalan untuk
melakukan intervensi secara tepat waktu dapat menyebabkan kegagalan multi organ dan
kematian meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sistem organ yang terlibat . Maka
dari itu, perawatan yang optimal, cepat dan professional sangat diperlukan untuk
menstabilkan keadaan pasien kritis8

2.1.1 Penilaian Awal Pasien Kritis


Seringkali tidak terdapat gejala atau tanda bermakna yang menunjukkan
indikator awal penyakit kritis, karena tubuh pasien masih dapat mengkompensasi
perubahan fisiologis abnormal untuk waktu yang lama. Penilaian dalam
mengidentifikasi pasien kritis dapat menggunakan Early Warning System (EWS) dan
ABCDE (Penilaian Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure)5,10.
a. Airway, periksa apakah ada atau tidaknya obstruksi jalan nafas. Obstruksi pars
ial dapat mengakibatkan penurunan kesadaran akibat berkurangnya perfusi jari
ngan atau hipoksia. Stridor menunjukkan obstruksi jalan napas yang besar, sua
ra serak menyiratkan keterlibatan pita suara, keduanya merupakan tanda yang
mengkhawatirkan dan memerlukan tindakan segera oleh ahli anestesi atau ahli
yang berpengalaman. Cara sederhana dan cepat untuk menilai jalan napas adal
ah dengan mengajukan pertanyaan seperti “apa kabar” jawaban yang jelas dan
koheren menyiratkan jalan napas yang paten 5,10.
b. Breathing, pastikan apakah fungsi respirasi pasien telah adekuat. Nilai fungsi r
espirasi pasien dengan ‘look, listen, feel’, perhatikan aktivitas otot pernafasan,
perhatikan apakah tampak adanya peningkatan usaha dalam bernafas, apakah t
erdapat sianosis, dan periksa saturasi oksigen dengan pulse oksimeter5,10.
c. Circulation, periksa ada atau tidaknya tanda-tanda syok baik itu syok hipovole
mik, kardiogenik, atau distributif. Perubahan warna kulit, produksi keringat, d
an penurunan kesadaran dapat menjadi tanda-tanda penurunan perfusi 10,12
d. Disability,Tingkat kesadaran dapat dinilai dengan cepat menggunakan AVPU
dimana pasien dinilai sebagai waspada (A), responsif suara (V), responsive ny
4
eri (P), atau tidak responsive (U). Sebagai alternatif dapat menggunakan skor
GCS (Glasgow Coma Scale) 10,12
e. Exposure, Periksa apakah ada tanda-tanda trauma, perdarahan, reaksi kulit, pa
kaian pasien dapat dilepas untuk melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh 12

Gambar 1 Penilaian dan Tatalaksana ABCDE12

5
Gambar 2. Alur Pengkajian Pasien10

Terdapat beberapa sistem penilaian yang dirancang untuk menilai kepa


rahan tingkat penyakit salah satunya yaitu menggunakan National Early Warning Sco
re yang umum digunakan untuk mendeteksi dan merespons keadaan pasien yang me
mburuk dan penanda gangguan fisiologis9. Skor NEWS ini telah berkembang menjadi
banyak jenis modifikasi seperti NEWS-2 (tabel 2.) dan MEWS (tabel 4.) yang merupa
kan modifikasi skor NEWS oleh National Health Service United Kingdom.
Penilaian dan penanganan secara tepat dan ideal dapat membantu prediksi pasi
en yang beresiko perburukan, observasi secara proaktif, dan intervensi tepat waktu unt
uk mencegah perburukan9,10. Sering sekali tanda-tanda awal penyakit yang berpotensi
menjadi berat atau menyebabkan pasien sakit kritis tidak terdeteksi atau terlewatkan b
egitu saja. Sehingga sering kali tanda dan gejala menjadi tersamarkan dan tidak kentar
a. Dapat dilihat pada gambar 2 beberapa tanda-tanda early dan late dari terjadinya per
burukan pada pasien9.

6
Gambar 2. Top Five Early and Late Signs of Physiological Deterioration9

Tabel 1. National Early Warning Score 1

*Interpretasi Skor NEWS (tabel 1.): 0, 1 – 4 termasuk pada clinical risk yang low, Sk
or 5 – 6 termasuk pada clinical risk yang medium, Skor 7 atau lebih termasuk pada cli
nical risk yang High.

7
Tabel 2. National Early Warning Score-2 9

Tabel 3. National Early Warning Score-2 Thresholds 9

8
Tabel 4. Interpretasi Skor NEWS 9

9
Gambar 3. Lembar skoring NEWS (NHS.co.uk)

10
Tabel 5. Modified Early Warning Score (MEWS)1

2.1.2 Penentuan Tingkat Perawatan Pasien Sakit Kritis


Setelah penilaian awal dan penilaian dengan skor NEWS dilakukan, dalam me
nentukan tingkat perawatan pasien kritis terdapat klasifikasi Tingkat Perawatan Intens
ive Care Society tahun 2009 menggambarkan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh
pasien sakit kritis di rumah sakit sesuai dengan kebutuhan klinis mereka, terlepas dari
lokasi pasien. Definisi tersebut awalnya diterbitkan pada tahun 2002, setelah publikasi
oleh Comprehensive Critical Care pada tahun 2000, dan terakhir direvisi merefleksi
Critical Care Minimum Dataset (CCMDS) pada April 20062.

Tabel 6. Levels of Critical Care (Intensive Care Society, 2009)


Level 0 Pasien yang kebutuhannya dapat dipenuh
i melalui perawatan bangsal normal di ru
mah sakit.
Level 1 Pasien yang berisiko kondisinya membur
uk, atau mereka yang baru saja dipindah
kan dari tingkat perawatan yang lebih tin
ggi, yang kebutuhannya dapat dipenuhi d
i bangsal dengan saran dan dukungan ta
mbahan dari tim perawatan kritis.
Level 2 Pasien yang memerlukan observasi atau i
ntervensi yang lebih rinci termasuk duku
ngan untuk sistem organ tunggal yang ga
gal atau perawatan pasca operasi.

11
Level 3 Pasien yang membutuhkan bantuan pern
apasan lanjutan, atau bantuan pernapasan
dasar bersama-sama dengan dukungan se
tidaknya dua sistem organ. Tingkat ini m
encakup semua pasien kompleks yang m
embutuhkan dukungan untuk kegagalan
multi-organ.

2.1.3 Penanganan Pasien dengan Penyakit Kritis


Penanganan awal dapat dibagi sebagaimana yang ditulis di bawah ini, namun
nyatanya proses sakit kritis dapat terjadi secara simultan sehingga perlu terus mendap
at perawatan mulai dari bangsal, ruang operasi atau pada bagian emergensi. Pembagia
n yang dimaksud adalah :
a. Penanganan segera (seperti pada 2.1.1)
b. Penilaian utuh (seperti pada 2.1.1)
c. Transfer ke Critical Care Unit
d. Perawatan awal di Critical Care Unit
e. Penanganan keluarga pasien kritis

2.1.3.1 Pengelolaan lanjutan Pasien Kritis 6


a. Pendekatan pasien seperti anamnesis, pemeriksaan fisik, kajian hasil pe
meriksaan, identifikasi masalah beserta penanggulangannya, dan infor
masi kepada keluarga.
b. Pemeriksaan fisik dari seluruh aspek fisiologis dan data demografi min
imal 1 kali sehari.
c. Observasi dan monitoring rutin → EKG, tekanan darah arteri, CVP, te
kanan darah a. pulmonalis, fungsi ginjal, neurologis, fungsi hati, ventil
asi mekanis, sedasi dan analgesia, nutrisi, kontrol infeksi

2.1.3.2 Pemantauan Umum Pasien Kritis 6

12
Pencatatan menggunakan status khusus pasien kritis yang meliputi diag
nosis lengkap yang menyebabkan dirawat di Critical Care Unit, data tanda vit
al, pemantauan fungsi organ khusus (jantung, paru, ginjal, dan sebagainya) sec
ara berkala, jenis dan jumlah asupan nutrisi dan cairan, catatan pemberian obat,
serta jumlah cairan tubuh yang keluar dari pasien 6.
Pencatatan nilai-nilai pengukuran tanda vital secara berkala dilakukan
minimal 1 jam sekali dengan interval sesuai kondisi pasien6.
Pemantauan umum meliputi:
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi tensi, nadi, suhu, respirasi,
dan SpO2
b. Pemeriksaan fisik meliputi sistem saraf, sistem kardiovaskular, sist
em respirasi, sistem gastrointestinal, sistem traktus urinarius, dan si
stem lokomotif.
c. Balance cairan dilakukan setiap 3 – 6 jam, diperhitungkan intake d
an output cairan.
d. Evaluasi CVP (Central Venous Pressure), dengan melakukan Flui
d Challenge Test.
e. Pemeriksaan Laboratorium, meliputi:
 Analisa gas darah
 Gula darah
 Darah rutin
 Elektrolit
 Ureum, Kreatinin
 Keton darah sesuai indikasi
 Keton urine sesuai indikasi
 Hemostasis lengkap sesuai indikasi
 SGOT/SGPT sesuai indikasi
 Pemeriksaan lain bila dibutuhkan

2.2 Definisi Critical Care & Intensive Care Unit


13
Critical care management merupakan penanganan pasien yang berurusan menangani
pasien dengan sakit kritis atau suatu keadaan yang merupakan dampak dari suatu penyakit ya
ng berpotensi mengancam jiwa sehingga umumnya membutuhkan penanganan di Intensive C
are Unit atau ICU1,2
Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri denga
n staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang dituju
kan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, ceder
a, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan p
rognosis dubia yang diharapkan masih reversible. ICU menyediakan kemampuan dan sarana,
prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan menggunakan k
eterampilan staf medik, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaa
n-keadaan tersebut6

2.2.1 Jenis-jenis Critical Care Unit

1. Intensive Care Unit (ICU)


Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri
dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus dan perlengkapan yang khusu
s yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita
penyakit akut, cedera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial
mengancam nyawa dengan prognosis dubia yang diharapkan masih reversible. ICU m
enyediakan kemampuan dan sarana, prasarana serta peralatan khusus untuk menunjan
g fungsi-fungsi vital dengan menggunakan keterampilan staf medik, perawat dan staf l
ain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut6

2. High Care Unit (HCU) atau High Dependency Unit (HDU)


HCU adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi stabil
dari fungsi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran namun masih memerlukan pengob
atan, perawatan, dan pemantauan secara ketat. Tujuannya yaitu untuk mengetahui sec
ara dini perubahan-perubahan yang membahayakan, sehingga bisa segera dipindahkan
ke ICU untuk dikelola lebih baik7.
HCU menyediakan pemantauan dan dukungan invasif untuk pasien dengan ata
u berisiko mengalami kegagalan organ tunggal akut atau akut-kronis, terutama di man
a risiko perburukan klinis yang diprediksi tinggi atau tidak diketahui. Ini dapat bertind
14
ak sebagai unit 'step-up' atau 'step-down' antara tingkat perawatan yang diberikan di b
angsal umum dan di ICU1. Terdapat 3 tipe HCU, yaitu7:
1. Separated/ Conventional/ Freestanding HCU adalah HCU yang berdiri sendiri
(independent), terpisah dari ICU.
2. Integrated HCU adalah HCU yang menjadi satu dengan ICU
3. Paralel HCU adalah HCU yang terletak berdekatan dengan ICU5.

2.2.2 Tujuan Pelayanan Intensive Care


Adapun tujuan pelayanan Intensive Care antara lain sebagai berikut1 :
a. Melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya kematian atau cacat.
b. Mencegah terjadinya penyulit
c. Menerima rujukan dari level yang lebih rendah & melakukan rujukan ke level
yang lebih tinggi
d. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
e. Mengurangi angka kematian pasien kritis dan mempercepat proses penyembuh
an pasien.

2.2.3 Alur Pelayanan Intensive Care


Pasien yang memerlukan pelayanan ICU dapat berasal dari:
1. Pasien dari IGD
2. Pasien dari HCU
3. Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain, seperti kamar bersalin, rua
ng endoskopi, ruang dialisis, dan sebagainya.
4. Pasien dari bangsal (Ruang Rawat Inap).

Bagan 1. Alur Pelayanan ICU di RS (Perdici, 2010)

15
2.2.5 Indikasi Masuk ICU
Pelayanan di ICU membutuhkan tindakan resusitasi jangka panjang yang meli
puti dukungan hidup untuk fungsi fungsi vital seperti Airway (fungsi jalan napas), Bre
athing (fungsi pernapasan), Circulating (fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fun
gsi organ lain, disertai dengan diagnosis dan terapi definitif1.
Prosedur masuk dan keluar ICU telah ditetapkan oleh rumah sakit namun dala
m pelaksanaan prosedur masuk ICU, indikasi masuk ICU, kontraindikasi masuk ICU
dan kriteria keluar ICU sangat perlu di sosialisasikan dan di pahami kepada seluruh te
naga di Rumah sakit baik perawat di IGD, ruangan rawat biasa, IBS, laboratorium, da
n lainnya agar tidak menjadi konflik dalam proses masuk dan keluar pasien ICU1,4. Ke
luarga juga perlu mendapat edukasi sebelum pasien masuk ke ICU dengan prosedur, r
esiko, dan biaya perawatan di ICU. Dalam keadaan yang terbatas, pasien yang memer
lukan terapi intensif (prioritas 1) lebih didahulukan dibandingkan dengan pasien yang
hanya memerlukan pemantauan intensif (prioritas 2) penilaian objektif atas berat dan
prognosis penyakit hendaknya digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menentu
kan prioritas masuk ICU 6

a. Pasien prioritas 1

16
Kelompok ini merupakan pasien kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi int
ensif dan tertitrasi, seperti dukungan / bantuan ventilasi, alat penunjang fungsi org
an / sistem yang lain, infus obat obat vasoaktif / inotropik, obat anti artimia, serta
pengobatan lain secara kontinyu dan tertitrasi. Sebagai contoh antara lain : sepsis
berat, gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa,
hipoksemia, infark miokard akut. Terapi pada golongan prioritas 1 umumnya tidak
mempunyai batas6.
b. Pasien prioritas 2
Kelompok pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU,
sebab sangat beresiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera. Contoh pasie
n yang menderita penyakit dasar jantung paru gagal ginjal akut dan berat atau pasi
en yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada golongan pasien priorit
as 2 tidak mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah6.
c. Pasien prioritas 3
Kelompok pasien ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status kese
hatan sebelumnya, yang disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya, atau penya
kit akutnya secara sendirian atau kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manf
aat terapi di ICU pada golongan ini sangat kecil. Contoh pasien dengan keganasan
metastatik disertai peyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan nafas ata
u pesien penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit aku
t berat. pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan a
kutnya saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resus
itasi jantung6.
d. Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi
masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan, dengan catatan bahwa p
asien-pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU a
gar fasilitas ICU yang terbatas tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1 (s
atu), 2 (dua), 3 (tiga)6. Pasien yang tergolong demikian antara lain:
a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup y
ang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak menyingkir
kan pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”. Sebenarnya pasien-p
asien ini mungkin akan mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedi
a di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
17
b. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
c. Pasien yang telah dipastikan mengalami batang otak namun hanya karena kepe
ntingan donor organ, maka pasien dapat dirawat di ICU. Tujuan perawatan di I
CU hanya untuk menunjang fungsi organ sebelum dilakukan pengambilan org
an untuk donasi6.

2.2.6 Pelayanan ICU


Tabel 5. Klasifikasi Pelayanan ICU 6
18
NO. KEMAMPUAN PELAYANAN
PRIMER SEKUNDER TERSIER
1. Resusitasi Jantung Paru Resusitasi Jantung Paru Resusitasi Jantung Paru
2. Pengelolaan jalan nafas, term Pengelolaan jalan nafas, termasu Pengelolaan jalan nafas, termasuk int
asuk intubasi trakeal dan vent k intubasi trakeal dan ventilasi m ubasi trakeal dan ventilasi mekanik
ilasi mekanik ekanik
3. Terapi Oksigen Terapi Oksigen Terapi Oksigen
4. Pemasangan kateter vena sent Pemasangan kateter vena sentral Pemasangan kateter vena sentral, arte
ral dan arteri ri, Swan Ganz, dan ICP monitor
5. Pemantauan EKG, pulsoksim Pemantauan EKG, pulsoksimetr Pemantauan EKG, pulsoksimetri, dan
etri, dan tekanan darah non in i, dan tekanan darah non invasiv tekanan darah non invasive dan invasi
vasive e dan invasif f, Swan Ganz dan ICP serta ECHO m
onitor
6. Pelaksanaan terapi secara titra Pelaksanaan terapi secara titrasi Pelaksanaan terapi secara titrasi
si
7. Pemberian nutrisi enteral dan Pemberian nutrisi enteral dan pa Pemberian nutrisi enteral dan parente
parenteral renteral ral
8. Pemeriksaan laboratorium kh Pemeriksaan laboratorium khusu Pemeriksaan laboratorium khusus de
usus dengan cepat dan menye s dengan cepat dan menyeluruh ngan cepat dan menyeluruh
luruh
9. Memberikan tunjangan fungsi Memberikan tunjangan fungsi vi Memberikan tunjangan fungsi vital d
vital dengan alat-alat portabel tal dengan alat-alat portabel sela engan alat-alat portabel selama transp
selama transportasi pasien ga ma transportasi pasien gawat ortasi pasien gawat
wat
10. Kemampuan melakukan fisiot Kemampuan melakukan fisioter Kemampuan melakukan fisioterapi d
erapi dada api dada ada
11. - Melakukan prosedur isolasi Melakukan prosedur isolasi
12. - Melakukan hemodialisis intermit Melakukan hemodialisis intermiten d
en dan kontinyu an kontinyu

2.2.7 Monitoring dan Evaluasi Pasien di ICU

19
Monitoring dan evaluasi pasien di ICU dimaksud untuk menindaklanjuti dan
menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat diupayakan penanga
nan efektif. Indikator pelayanan ICU yang digunakan adalah sistem skoring prognosis
dan keluaran di ICU. Sistem skoring prognosis dibuat dalam 24 jam pasien masuk ke
ICU. Contoh sistem skoring menurut Pedoman ICU yang dikeluarkan oleh Perdici tah
un 2010 adalah APACHE II (Acute Phsyiologic dan Chronic Health Evaluation), SA
PS II (Simplified Acute Physiologic Score), dan MODS (Multiple Organ Dysfunction
Score). Rerata nilai skoring prognosis dalam periode tertentu dibandingkan dengan ke
luaran aktualnya. Pencapaian yang diharapkan adalah angka mortalitas yang sama ata
u lebih rendah dari angka mortalitas terhadap rerata nilai skoring prognosis6.
Parameter yang digunakan pada APACHE II adalah suhu tubuh, rerata tekana
n darah arteri, laju nadi, laju pernafasan, oksigenasi, pH darah arteri, kadar natrium se
rum, kadar kalium serum, kadar kreatinin, hematokrit, leukosit, skala koma glasgow,
umur, dan keadaan penyakit kronis. Setiap parameter memiliki bobot nilai masing-ma
sing 6.
Parameter yang digunakan pada SAPS II adalah umur, laju nadi, tekanan dara
h sistolik, suhu tubuh, rasio PaO2/FiO2, jumlah urin selama 24 jam, kadar urea serum,
nilai leukosit, kadar kalium serum, kadar natrium serum, kadar bikarbonat serum, kad
ar bilirubin serum, skala koma glasgow, keadaan kesehatan kronis, dan indikasi masu
k ICU 6.
Sistem penilaian perawatan kritis, seperti APACHE II didasarkan pada hubung
an ini. Pasien yang menderita serangan jantung atau yang meninggal di rumah sakit u
mumnya memiliki nilai fisiologis abnormal yang tercatat juga pada periode sebelumn
ya, seperti halnya pasien yang memerlukan transfer ke ICU. Temuan ini telah menyeb
abkan tanda-tanda vital utama dimasukkan ke dalam penilaian Early Warning Score
(EWS). EWS merupakan sistem yang berbeda menggunakan berbagai kombinasi para
meter termasuk pernapasan, saturasi oksigen, denyut nadi, tekanan darah, suhu dan tin
gkat kesadaran serta indikator lainnya, seperti keluaran urin dan nyeri. Tanda vital yan
g diukur pasien dibandingkan dengan satu set nilai referensi, dengan pengukuran di at
as atau di bawah titik yang ditentukan yang digunakan sebagai pemicu eskalasi. Form
at bervariasi tetapi banyak yang menggunakan pendekatan serupa, memberikan poin u
ntuk berbagai tingkat kekacauan fungsi yang berbeda. Peningkatan atau penurunan le
bih lanjut kemudian dapat dilacak dengan perubahan dalam EWS yang direkam dari
waktu ke waktu, sehingga EWS yang digunakan dengan cara ini digambarkan sebagai
20
‘track and trigger system'. Banyak sistem lintasan dan pemicu yang berbeda telah dik
embangkan dan dikategorikan secara luas sebagai sistem parameter tunggal atau multi
parameter, sistem skor berbobot agregat atau kombinasi respon, dengan National Earl
y Warning Score (NEWS) yang diterbitkan pada tahun 2012 dan direvisi pada tahun 2
017, sekarang banyak digunakan di Inggris Raya dan di tempat lain1.

2.2.8 Kriteria Keluar ICU


Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh k
epala ICU dan/atau tim yang merawat pasien, antara lain:
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga tidak me
merlukan terapi atau pemantauan yang intensif lebih lanjut.
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak bermanfaa
t atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi pada waktu itu pasien
tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus (seperti ventilasi mekanis).
Contoh golongan pasien demikian, antara lain pasien yang menderita penyakit
stadium akhir (misalnya ARDS stadium akhir). Sebelum dikeluarkan dari ICU sebaik
nya keluarga pasien diberikan penjelasan ntensi pasien dikeluarkan dari ICU.
a. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar paksa).
b. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada pasien lai
n yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang lebih intensif. Pas
ien seperti ini hendaknya diusahakan pindah ke ruang yang khusus untuk pemanta
uan secara ntensify aitu High Care Unit (HCU)6.
Adapun indikasi atau kriteria keluar ICU antara lain sebagai berikut:
1. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil.
2. Terapi dan perawatan intensif tidak memberi hasil pada pasien.
3. Pasien mengalami mati batang otak.
4. Pasien mengalami stadium akhir (ARDS stadium akhir)
5. Pasien/keluarga menolak dirawat lebih lanjut di ICU (pulang paksa).

2.2.9 Keiteria Masuk dan Kriteria Keluar HCU


Penentuan indikasi pasien yang masuk ke HCU dan keluar dari HCU serta pasi
en yang tidak dianjurkan untuk dirawat di HCU ditentukan berdasarkan kriteria sebag
ai berikut7 :
21
1. Indikasi Masuk
a. Pasien gagal organ yang berpotensi mempunyai risiko tinggi untuk terj
adi komplikasi dan tidak memerlukan monitor dan alat bantu invasif
b. Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif

2. Indikasi Keluar
a. Pasien yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat
b. Pasien yang cenderung memburuk dan atau memerlukan pemantauan
dan alat bantu invasive sehingga perlu pindah ke ICU

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Bersten, A., Handy, J. Critical Care Outreach and Rapid Respinse Systems on Oh’s In
tensive Care Manual Ed 8. Elsevier: www.elsevier.com. 2019. p11.
2. Intensive Care Society. Guidelines For The Provision Of Intensive Care Services Ed 2.
The Faculty of Intensive Care Medicine. 2019. p9.
3. Brown A et al. Recognition of the critically ill patient and escalation of therapy. Anae
sthesia and intensive care medicine. https://doi.org/10.1016/j.mpaic.2018.11.011
4. Butterworth, J., Mackey, D., Wasnick, J. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiolog
y Ed 6. McGraw-Hill: Lange. 2018.
5. Bennett K, et al. Recognizing the critically ill patient. Anaesthesia and intensive care
medicine. http://dx.doi.org/10.1016/j.mpaic.2015.10.001
6. Indonesian Society of Intensive Care Unit. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan ICU.
http://perdici.org/pedoman-ICU/PERDICI
7. Indonesian Society of Intensive Care Unit. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan HC
U. http://perdici.org/pedoman-HCU/PERDICI
8. Mselle, L. Msengi, Halima. Caring Critically III patients in the General Wards In Tan
zania : Experience of Nurses and Physicians. International Journal of Critical Care an
d Emergency Medicine. http://dx.doi.10.23937/2474-3674/1510047. 2018
9. NHS UK. National Early Warning Score: Standardising the Assessment of Acute-Ilne
ss Severity in the National Health System United Kingdom. United Kingdom: RCP L
ondon https://www.rcplondon.ac.uk/projects/outputs/national-early-warning-score-ne
ws-2. 2017
10. Robertson, L., Al-hadad, M. Recognizing The Critically Ill Patient. https://www.anaes
thesiajournal.co.uk/article/S1472-0299(12)00266-/abstract. 2013
11. Sheperd, S. Stretch, Benjamin. Criteria for Care Intensive Care Unit Admission and S
everity of Ilness. Surgery, https://doi.org/10.1016/j.mpsur. 2020.11.004

23
12. Thim, Troels. Vinther, Niels. et all. Initial Assessment and Treatment with The Airwa
y, Breathing, Circulation, Disability, Exposure (ABCDE) Approach. International Jou
rnal of General Medicine. https://doi.org/10.2147/IJGM.S28478

24

Anda mungkin juga menyukai