Kel 6 Askep Gerontik Sindrom Insomnia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK KELOMPOK 6

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S DENGAN


MASALAH INSOMNIA DI DESA TAMAN ENDAH
KEC. PURBOLINGGO, KAB.LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2022

TUGAS KELOMPOK
Disusun oleh:

1. Farich Jaya Achmadi 6. Andi Priawan


2. Satriyo Priyono 7. Sri Atun
3. Istianah 8. M.Ilyas
4. Ponirah 9. Rudiansyah
5. Katarina Litani 10. Ratnawati

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2022
1. Bab 1
1.1 Pendahuluan
Lansia atau yang sering di kenal dengan sebutan lanjut usia yang berarti
seseorang yang memiliki umur lebih dari 60 tahun keatas. Menurut WHO
pengelompokan usia dibagi menjadi 4 golongan atara lain yaitu lansia dengan
umur 45-60 tahun (middle age), umur 50-75 tahun (elderly), umur 75- 90
tahun (old), umur diatas 90 tahun (very old). Pada lanjut usia akan mengalami
suatu perubahan dari biologis, fisik, kejiwaan dan sosial (Rahmah, 2015).
Seiring dengan bertambahnya umur pada lansia semakin bertambahnya
masalah pada lansia diantaranya penurunan fungsi tubuh baik secara fisik,
fisiologis maupun psikologis. Adapun masalah kesehatan jiwa yang terjadi
pada lansia antara lain kecemasan, depresi, insomnia, paranoid dan demensia,
jika lansia mengalami hal tersebut maka akan sangat mengganggu aktifitas
sehari-hari pada lansia (Siti, Fatma, Rosidawati, & Ahmad, 2008). Kejadian
insomnia pada lansia di Indonesia mencapai angka 67%, hal tersebut menjadi
masalah yang sering muncul di bandingkan dengan masalah kesehatan yang
lainnya (Sayekti & Hendrati, 2015).
Menurut Buysse (2008), insomnia dapat dikenal sebagai gangguan tidur
yang paling sering dialami oleh banyak orang di dunia karena pada saat itu
seseorang akan mengalami kesulitan untuk tidur ataupun mengalami kesulitan
untuk mempertahankan tidur dan kualitas tidur akan memburuk (Sayekti &
Hendrati, 2015). Insomnia merupakan tanda gejala kelainan tidur yang berupa
kesulitan untuk memulai tidur atau mempertahankan tidurnya walaupun
memiliki kesempatan untuk tidur (Nur, 2012). Pada umumnya gelaja klinis
akibat gangguan tidur bisa berupa penurunan konsentrasi, perhatian, respon
akan menjadi lambat, membuat kesalahan ataupun kelalaian. Insomnia juga
dapat mengingkatkan stres pada seseorang sehingga mudah untuk marah yang
mengakibatkan efektivitas kerja menurun.
Insomnia berdampak pada kehidupan sosial penderita, psikologis, dan
fisik. Selain itu dampak ekonomi yang disebabkan insomnia juga cukup berat,
diantaranya adalah hilangnya produktivitas dan biaya pengobatan pada
pelayanan kesehatan. Para ahli banyak meneliti tentang dampak insomnia.
khusus pada lansia. Selain meningkatan risiko penyakit generatif seperti
hipertensi, penyakit jantung, depresi dan stres. insomnia ternyata juga
merupakan manifestasi gangguan tidur ini (Ghaddafi, 2010). World Health
Organization (WHO) menjelaskan di Amerika Serikat lansia yang mengalami
gangguan pola tidur pertahun sekitar 100 juta orang. Insomnia merupakan
gangguan tidur yang sering di temukan. Setiap tahun diperkirakan sekitar
20% - 50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17%
mengalami gangguan tidur serius. Prevalensi gangguan tidur lansia
diantaranya yaitu sekitar 67% pada tahun 2010 (Utami, 2015).
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, proporsi lansia di Indonesia
sebesar 7,59%. Artinya terdapat 18,04 juta jiwa lansia di Indonesia. Jumlah
lansia perempuan adalah 9,75 juta, lebih banyak daripada lansia laki-laki
yaitu 8,29 juta. Berdasarkan jenit tempat tinggal, lansia di pedesaan (10,36
juta), lebih banyak daripada di perkotaan (7,69 juta). Berdasarkan umurnya,
sebagian besar lansia di Indonesia merupakan lansia muda yang berumur
antara 60-90 tahun dengan jumlah 10,75 juta jiwa (Badan Pusat Statistik,
2011). Data akurat insomnia di Lampung belum ada, sebagaimana data
insomnia untuk seluruh indonesia hanya berdasarkan perkiraan, sekitar 10-
11,7% dari jumlah penduduk (Dinkes, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh dari prasurvey terhadap 8 lansia yang
ada diwilayah desa Taman Endah didapatkan 6 lansia mengalami masalah
gangguan pola tidur dengan kriteria sulit untuk tidur, sering terbangun dan
bangun terlalu awal. Berdasarkan hasil survey tersebut penulis mengangkat
judul Asuhan Keperawatan Gerontik pada Tn.S dengan masalah insomnia
dalam menyelesaikan tugas Statse Gerontik Program Studi Ners Fakultas
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Tahun 2022.
1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan dengan judul “Asuhan Keperawatan Lansia Pada
Tn.S Dengan Masalah Insomnia” adalah sebagai berikut:
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan Gerontik pada lansia
dengan insomnia atau gangguan pola tdur
1.2.2 Tujuan Khusus
Laporan ini dibuat agar penulis mampu:
1.2.2.1 Melakukan pengkajian pada lansia dengan masalah insomnia
1.2.2.2 Melakukan perencanaan tindakan atau intervensi pada lansia
dengan masalah insomnia
1.2.2.3 Melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan pada lansia
dengan masalah Insomnia
1.2.2.4 Melakukan pendokumentasian keperawatan pada lansia dengan
masalah insomnia
2. Bab 2 : Daftar Pustaka
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses biologis yang tidak
dapat dihindari. Proses penuaan terjadi secara alamiah. Hal ini dapat
menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologis.
(Mustika, 2019). Lansia merupakan suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya bisa dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak
permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang akan melewati tiga tahap dalam kehidupannya yaitu
masa anak, dewasa dan juga tua.(Mawaddah, 2020).
2.1.2 Ciri-Ciri Lansia
Menurut Oktora & Purnawan, (2018) adapun ciri dari lansia
diantaranya :
2.1.2.1 Lansia merupakan periode kemunduran Kemunduran pada
lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis
sehingga motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansiayang memiliki
motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka
akanmempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga
lansia yang memilikimotivasi yang tinggi, maka kemunduran
fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
2.1.2.2 Penyesuaian yang buruk pada lansia prilaku yang buruk
terhadap lansia membuat mereka cenderung mengembangkan
konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk.Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh:
lansia yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan
untuk pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya
kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri dari
lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki harga diri
yang rendah.

2.1.3 Klasifikasi Lansia


Menurut Lilik Marifatul (2011) terdapat beberapa versi dalam
pembagian kelompok lansia berdasarkan batasan umur, yaitu sebagai
berikut. Menurut WHO, lansia dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
2.1.3.1 Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45-59 tahun
2.1.3.2 Lansia (edderly), yaitu kelompok usia 60-74 tahun
2.1.3.3 Lansia tua (old),yaitu kelompok usia 75-90 tahun
2.1.3.4 Lansia sangat tua (very old),yaitu kelompok usia lebih dari 90
tahun.

2.2 Konsep Sindrom Insomnia


2.2.1 Definisi Insomnia
Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan untuk tidur, kesulitan
untuk tetap tidur, bangun terlalu pagi atau tidur yang tidak nyenyak
walaupun waktu dan kesempatannya cukup (Simon Atkins, 2014).
Insomnia adalah gangguan tidur yang paling umum pada populasi
umum dan umumnya ditemui dalam praktik medis. Insomnia
didefinisikan sebagai persepsi subjektif dari kesulitan dengan inisiasi
tidur, durasi, konsolidasi, atau kualitas yang terjadi meskipun ada
peluang yang memadai.
Kekurangan tidur, dan itu menghasilkan beberapa bentuk
gangguan di siang hari. Insomnia dapat hadir dengan berbagai keluhan
dan penyebab yang spesifik. Insomnia mengacu pada insomnia kronis,
yang terjadi selama setidaknya satu bulan, berlawanan dengan insomnia
akut atau sementara, yang dapat berlangsung berharihari hingga
berminggu-minggu (Sharon dkk, 2017).
2.2.2 Etiologi Insomnia
2.2.2.1 Stress, kekawatiran tentang pekerjaan, kesehatan, sekolah atau
keluarga, kematian atau penyakit dari orang yang dicintai,
perceraian atau kehilangan pekerjaan dapat membuat pikiran
menjadi aktif di malam hari, sehingga sulit untuk tidur.
2.2.2.2 Kecemasan dan depresi. Hal ini mungkin disebabkan
ketidakseimbangan kimia dalam otak atau karena kekawatiran
yang menyertai depresi.
2.2.2.3 Obat-obatan. Beberapa resep obat dapat mempengaruhi proses
tidur, termasuk beberapa antidepresan, obat jantung dan tekanan
darah, obat alergi, stimulan (seperti Ritalin) dan kortikosteroid).
2.2.2.4 Kafein, nikotin dan alkohol. Kopi, teh, cola dan minuman yang
mengandung kafein adalah stimulan yang terkenal. Nikotin
merupakan stimulan yang dapat menyebabkan insomnia.
Alkohol adalah obat penenang yang dapat membantu seseorang
jatuh tertidur, tetapi mencegah tahap lebih dalam tidur dan
sering menyebabkan terbangun di tengah malam.
2.2.2.5 Kondisi medis. Jika seseorang memiliki nyeri kronis, kesulitan
bernafas, dan sering buang air kecil, kemungkinan mereka
mengalami insomnia lebih besar. Kondisi ini dikaitkan dengan
insomnia akibat arthritis, kanker, gagal jantung,enyakit paru-
paru, gaestroesophageal reflux disease (GERD), stroke, penyakit
parkinson dan alzheimer.
2.2.2.6 Perubahan lingkungan atau jadwal kerja. Kelelahan akibat
perjalanan jauh atau pergeseran waktu kerja dapat menyebabkan
terganggunya irama sirkadian tubuh sehingga sulit untuk tidur.
Ritme sirkadian bertindak sebagai jam internal, mengatur siklus
tidur-bangun, metabolisme dan suhu tubuh (Hidayatus
Syadiyah, 2018).
2.2.3 Gejala Insomnia
2.2.3.1 Berbaring dan terjaga dalam waktu yang lama di tempat tidur
setiap malam sebelum tidur
2.2.3.2 Sering terbangun tengah malam
2.2.3.3 Bangun lebih awal setiap pagi dan tidak bisa kembali tidur
2.2.3.4 Merasa lelah dan tidak bertenaga saat bangun (Simon Atkins,
2014).
2.2.4 Kalsifikasi Insonia
Menurut Simon Atkins (2014), insomnia dapat dikategorikan
menjadi :
2.2.4.1 Insomnia Primer
Insomnia ini mempengaruhi sekitar 25 persen dari semua
penderita insomnia. Hal ini didefinisikan sebagai insomnia yang
terjadi meskipun tidak ada pemicu medis, psikologis maupun
pemicu yang berhubungan dengan lingkungan. Sesuai diagnosis,
hal ini harus terjadi setidaknya selama satu bulan, dengan
masalah mengenai bisa atau tetap tidur. Penyebab utama dari
insomnia primer yang pertama adalah persepsi tidur yang salah,
yang kedua adalah insomnia idiopatik, tampaknya terjadi pada
orang yang otaknya tetap aktif pada malam hari, disebabkan
masalah siklus tidur-bangun atau yang biasa disebut
hyperarousal (otak penderita bukannya tenang pada malam hari,
melainkan otak telah meningkatkan kerja pancaindra, informasi
dan pengolahan memori pada malam hari).
2.2.4.2 Insomnia Sekunder Penyebab insomnia sekunder sangatlah luas.
Beberapa penyebab utamanya adalah :
 Kondisi menyakitkan : arthritis, gangguan sakit kepala
(seperti migrain atau tension headache), sakit gigi, sakit
punggung
 Kondisi yang mempengaruhi pernafasan : asma, bronchitis
kronis, emfisema, gagal jantung
 Fluktuasi hormonal : konsisi tiroid terlalu aktif
(hipertiroidisme), menopausal hot flushes, menstruasi dan
sindrom premenstruasi, kehamilan
 Gangguan pencernaan : heartburn, reflux, hiatus hernia
 Masalah kesehatan mental : depresi, kecemasan, gangguan
bipolar, dimensia
 Gangguan tidur lainnya : sindrom kaki gelisah, kram malam,
apnea tidur, jet lag, bekerja dengan shift yang tidak biasa
 Stimulan : alkohol, nikotin, kafein
 Efek samping obat-obatan
2.2.5 Komplikasi Insomnia
Tidur sama pentingnya dengan makanan yang sehat dan olahraga yang
teratur. Insomnia dapat mengganggu kesehatan mental dan fisik.
Komplikasi insomnia itu sendiri meliputi :
2.2.5.1 Perempuan lebih mungkin mengalami insomnia, perubahan
hormon selama siklus megangguan dalam pekerjaan atau di
sekolah
2.2.5.2 Saat berkendara, reaksi refleks akan lebih lambat sehingga
meningkatkan reaksi kecelakaan
2.2.5.3 Masalah kejiwaan, seperti kecemasan atau depresi
2.2.5.4 Kelebihan berat badan atau kegemukan
2.2.5.5 Daya tahan tubuh yang rendah
2.2.5.6 Meningkatkan resiko dan keparahan penyakit jangka panjang,
contohnya tekanan darah yang tinggi, sakit jantung dan diabetes
melitus (Hidayatus Syadiyah, 2018).
2.2.6 Penatalaksanaan Insomnia
Insomnia memiliki pengaruh yang buruk bagi kesehatan lansia
sehingga masalah tersebut harus diatasi. Adapun intervensi yang dapat
digunakan untuk mengatasi insomnia pada lansia yaitu dengan terapi
farmakologis dan nonfarmakologis :
2.2.6.1 Terapi farmakologis
Tujuan dari terapi farmakologis yaitu untuk menghilangkan
keluhan penderita insomnia sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup pada lanjut usia (Galimi, 2010). Ada lima prinsip
dalam farmakologi, yaitu menggunakan dosis rendah tetapi
efektif, dosis yang diberikan bersifat intermitten (3-4 kali dalam
seminggu), pengobatan jangka pendek (3-4 minggu),
penghentian terapi tidak menimbulkan kekambuhan pada gejala
insomnia, memiliki efek sedasi yang rendah sehingga tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari. Terapi farmakologi yang
paling efektif untuk insomnia yaitu dengan Benzodiazepine atau
nonBenzodiazepine (Galimi,2010). Non-Benzodiazepine
memiliki efek pada reseptor GABA dan berkaitan secara selektif
pada reseptor Benzodiazepine subtife di otak. Obat ini efektif
pada lansia karena dapat diberikan dalam dosis yang rendah.
Obat golongan ini memiliki efek hipotoni otot, gangguan
perilaku, kekambuhan insomnia jika dibandingkan dengan
golongan BZDs obat golongan non-Benzodiazepine yang aman
untuk lansia adalah Zeleplon, Zolpidem, Eszopiclone dan
Ramelton. Obat Zeleplon, zolpidem dan eszopiclone dapat
berfungsi untuk mengurangi sleep latency sedangkan ramelton
digunakan pada klien yang mengalami kesulitan untuk
mengawali tidur (Galimi, 2010).
2.2.6.2 Terapi nonfarmakologis
Intervensi keperawatan yang bisa digunakan untuk
meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi gangguan tidur
adalah dengan terapi nonfarmakologis, yaitu dengan
memberikan terapi massage punggung Terapi massage
punggung dapat meningkatkan rasa rileks sehingga
meningkatkan keinginan tidur. Massage dapat diartikan sebagai
pijat yang telah disempurnakan dengan ilmu-ilmu tentang tubuh
manusia atau gerakan-gerakan tangan mekanis terhadap tubuh
manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk
pegangan atau teknik.

2.3 Konsep Askep


Konsep Asuhan Keperawatan pada lansia dengan masalah insomnia adalah
sebagai berikut:
2.3.1 Pengkajian fisik
 Identitas
 Keluhan utama
Klien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terbangun di malam hari
 Riwayat penyakit sekarang
 Kaji riwayat tidur klien
a.Apakah anda mengalami sakit kepala ketika bangun?
b.Kapan pertama kali anda menyadari masalah ini?
c.Sudah berapa lama masalah ini terjadi?
d.Berapa lama waktu yang anda butuh kan untuk tertidur?
e.Bagaimana pengaruh kurang tidur bagi anda?
 Kaji pola tidur biasa
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang
dulu?

 Kaji penyakit fisik, TTV


Apakah anda menderita penyakit fisik yang dapat mengganggu tidur
anda?

 Kaji terhadap peristiwa hidup yang baru terjadi


 Kaji status emosional dan mental
 Kaji rutinitas menjelang tidur
Seberapa jauh perbedaan tidur anda saat ini dari tidur anda yang
dulu?

 Kaji lingkungan tidur


 Pola fungsi Gordon
a.Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit
tindakan yang dilakukan klien untuk menunjang kesehatannya.

b.Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis
makanan, dan volume minuman perhari, makanan kesukaan.

c.Pola aktivitas dan latihan


Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan
mandiri, dibantu atau menggunakan alat

d.Pola tidur dan istirahat


Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji
penyebabnya

e.Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab),
Qualitas (kualitas nyerinya seperti apa), Region(didaerah mana
yang nyeri),Scala(skala nyeri1-10), Time(kapan nyeri terasa
bertambah berat).

f.Pola manajemen koping stress


g.Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan masalah gangguan pola tidur mungkin merasakan
adanya ketidak nyamanan yang cukup tinggi apalagi pada pasien
yang disertai dengan penyakit lainnya ia merasakan adanya
kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-
hari menjadi berubah.

 Pengkajian Psikososial dan spritual


a.Psikososial
b.Masalah emosional.
c.Spiritual
 Fungsional klien
a. Indeks Barthel yang dimodifikasi
Penilaian didasarkan pada tingkat bantuan orang lain dalam
meningkatkan aktivitas fungsional. Penilaian meliputi makan,
berpindah tempat, kebersihan diri, aktivitas di toilet, mandi,
berjalan di jalan datar, naik turun tangga, berpakaian, mengontrol
defikasi dan berkemih.
b. Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk
aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi
fungsi mandiri atau bergantung dari klien dalam hal: makan,
kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke kamar mandi, mandi dan
berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan disimpulkan dengan
system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan orang
lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya. Salah satu
keuntungan dari alat ini adalah kemampuan untuk mengukur
perubahan fungsi aktivitas dan latihan setiap waktu, yang
diakhiri evaluasi dan aktivitas rehabilitasi.
c. Status mental dankognitif gerontik
- Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan
intelektual. Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang
berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori dalam
hubungannya dengan kemampuan perawatan diri, memori
jangka panjang dan kemampuan matematis atau perhitungan
(Pfeiffer, 2002).
- Mini Mental Status Exam(MMSE)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul antara lain :
- Gangguan pola tidur b.d kurang control tidur
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungantidur:
intervensi pola tidur 1. Identifikasi pola aktivitas
menurun dengan dan tidur
indikator sebagaiberikut: 2. Identifikasi faktor
1. Keluhan sulit pengganggu tidur
tidur 1-5 3. Tetapkan jadwal rutin
2. Keluhan tidur
sering terjaga1-5 4. Anjurkan menepati
3. Keluhan tidak kebiasaan tidur
puas tidur1-5 5. Anjurkan menghindari
4. Keluhan pola makanan/minu man yang
tidur berubah mengganggu tidur
1-5
5. Keluhan
istirahat 1- 5
3. Bab 3 : Penerapan Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 16 September 2022
3.1.1 IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.S
Umur : 70 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan :Kawin
Alamat : Desa Taman Endah, Kec.Purbolinggo,
Kab.Lampung Timur

3.1.2 RIWAYAT KEPERAWATAN


Status Kesehatan Saat ini :
- Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri kepala dan sulit tidur dimalam hari atau
sering terbangun dari tidur pada malam hari.
- Status kesehatan umum selama setahun yang lalu
Klien mengatakan mengetahui mempunyai penyakit vertigo sejak + 1
tahun yang lalu.
- Obat-obatan yang digunakan
Klien mengatakan mengkonsumsi obat yang didapatkan dari
Puskesmas dengan anjuran dari dokter.
- Alergi
Klien mengatakan tidak ada alergi makanan ataupun alergi obat-
obatan.

Aspek Psiko-sosial-spiritual
- Psikologis
Klien mengatakan keluarga dirumah merupakan orang terdekat dan
selalu peduli terhadap kesehatannya. Semakin menua klien
mnegatakan semakin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta agar
lebih ikhlas menerima keadaaan dan berharap semoga selalu diberikan
kesehatan.
- Sosial
Klien mengatakan penghasilan dan sumber keuangan setiap bulannya
dari anak-anak, keseharian klien beraktifitas dikebun untuk menanam
tanaman dan setiap 1 minggu sekali mengikuti pertemuan lansia yang
diadakan di Puskesmas.
- Spiritual
Klien mengatakan selalu beribadah tepat waktu dan mengikuti
kegiatan-kegiatan keagamaan untuk mengisi waktu luang.

Pola kebiasaan sehari-hari (saat ini)


Pola nutrisi
- Frekuensi : 3-4x/hari
- Nafsu makan : baik
- Jenis Makanan : nasi, sayur dan lauk-pauk
- Kebiasaan sebelum makan : makan buah atau minum dahulu
- Kesulitan mengunyah : terdapat kesulitan untuk mengunyah
- Nyeri saat menelan : tidak ada

Pola eliminasi
Buang air kecil
- Frekuensi : 6-7x/hari
- Nyeri saat Bak : tidak ada
- Retensi urine : tidak ada
- Inkontinensia : kadang-kadang
Buang air besar
- Frekuensi :1x/hari
- Waktu : tidak tentu
- Keluhan : tidak ada gangguan
- Penggunaan laxatif/pencahar : tidak ada

Pola personal hygene


Mandi
- Frekuensi :2x/hari
- Penggunaan sabun : sabun mandi
Oral hygene :
- Frekuensi 2x/hari
- Waktu : pagi dan malam
- Penggunaan pasta gigi : iya menggunakan pasta gigi
Cuci rambut
- Frekuensi :3x/minggu
- Penggunaan shampo : menggunakan sampo

Pola istirahat dan tidur


- Lama tidur : 4-5jam/hari
- Kebiasaan tidur siang : kadang-kadang
- Kebiasaan sebelum tidur/pengantar tidur : makan malam setelah sholat
isya
- Keluhan/masalah : sulit tidur

Pola aktivitas dan latihan


- Kegiatan dalam pekerjaan sehari-hari : dirumah atau berkebun
- Kegiatan waktu luang : membersihkan rumah
- Olah raga :pagi hari dengan jalan-jalan di sekitar rumah
- Keluhan dalam beraktifitas : kadang pusing

3.1.3. PEMERIKSAAN FISIK


Tanda-tanda vital :
Suhu : 36,5 c
Nadi : 82 x/menit
Respirasi : 20 x/m
Tekanan darah : 130/90 mmHg

Pemeriksaan head to toe


Tabel Pemeriksaan Fisik dan Observasi
Pemeriksaan fisik dan Klien (Tn. S)
observasi
Keadaan umum Composmentis
Tekanan darah 130/90 mmHg
Nadi 82 x/menit
Pernafasan 20 x/menit
Suhu 36,50C
GDS 105 mg/dl
BB 57 kg
TB 158 cm
IMT 22
Kepala Bentuk kepala mesochepal, tidak ada lesi,
warna rambut berwarna putih, rambut tidak
mudah rontok.
Mata Pergerakan bola mata simetris, sclera an
ikterik, konjungtiva an anemis, kelopak
mata bersih, iris berwarna kelabu,
ketajaman mata kabur/rabun.
Telinga Letak telinga simetris, fungsi pendengaran
belum mengalami penurunan pendengaran,
tidak ada cairan yang keluar dari telinga,
telinga tampak ada sedikit serumen.
Mulut, gigi dan lidah Keadaan mulut bersih, gusi gigi berwarna
kemerahan, jumlah gigi ada 20 gigi, tidak
ada gigi palsu, mukosa bibir lembab dan
tidak kering.
Dada Pergerakkan dinding dada simetris, bentuk
dada normal, tidak ada benjolan, bunyi
ketuk dada kanan dan kiri sonor, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada suara nafas
tambahan, bunyi nafas vesikular.
Sistem kardiovaskuler Siskulasi perifer:
Nadi 87x/m, irama reguler, denyut kuat,
distensi vena jugolaris tidak ada, warna
kulit kemerahan, CRT <2 detik, edema
tidak ada.

Sirkulasi jantung:
Irama reguler, kelainan bunyi jantung tidak
ada, nyeri dada tidak ada, keluhan lain
tidak ada.
Abdomen Tidak ada edema, tidak ada benjolan, tidak
ada nyeri tekan, bising usus 7 x/menit,
bunyi ketuk timpani.
Kulit Kulit bersih berwarna cokelat sawo
matang, turgor kulit tidak elastis dan
kering.
Punggung Tidak ada edema, bentuk punggung kanan
dan kiri simetris, tidak ada benjolan, tidak
ada nyeri tekan.
Ekstremits atas Tidak ada edema, akral hangat, klien
mengatakan lemas pada ekstremitas atas
setelah melakukan aktivitas sehari-hari.
Ekstremitaas bawah Tidak ada edema, klien mengatakan lemas
dan seperti kesemutan pada ekstremitas
bawah setelah melakukan aktivitasnya dan
tidak menggunakan alat bantu berjalan.
akral hangat.
Genetalia Klien mengtakan tidak ada keluhan.

INSTRUMEN PENGKAJIAN TENTANG KEMANDIRIAN


1. KATZ Indeks
Termasuk dalam kategori manakah klien anda:
A : Mandiri dalam makan, kontinen, toileting, berpakaian, berpindah
dan
mandi
B : Mandiri dalam semua hal, kecuali salah satu dari fungsi diatas
C : Mandiri, kecuali mandi dan satu fungsi lain
D : Mandiri, kecuai mandi,berpakaian dan satu fungsi lain
E : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, toileting dan satu fungsi lain
F : Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, toileting, berpakaian dan satu
fungsi lain
G : Ketergantungan untuk semua fungsi
Intepretasi : A

2. Barthel Indeks
No Kriteria Dengan Mandiri Nilai
bantuan
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tt dan sebaliknya 5 – 10 15 1
3 Personal toilet 0 5 5
4 Keluar masuk toilet 5 10 10
5 Mandi 5 15 15
6 Jalan dipermukaan datar 0 5 5
7 Naik turun tangga 5 10 10
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol Bowels 5 10 10
10 Kontrol Bladder 5 10 10
Intepretasi : 100

3. Pengkajian individu dan lingkungan


* Apakah klien mengalami gangguan penglihatan ?
( ) Ya ( √ ) Tidak ( ) Kanan/kiri/keduanya
* Kapan terjadinya ? ( ) Siang/malam/semua ( )Jauh/dekat/keduanya
* Bagaimana ? ( ) Remang-remang/terlihat dobel/buta
* Pakai alat bantu kacamata ? ( ) Ya (√ ) Tidak
* Jika memakai kacamata bagaimana fungsinya ? (√) Jelas
* Apakah Klien mengalami gangguan pendengaran ?
( ) Ya ( √ ) Tidak ( ) Ka/ki/keduanya ( ) Sensori/konduksi/campuran
* Membran Telinga ? (√) Utuh ( ) Cacat
* Apakah mengalami gangguan neuromuskuler ? ( ) Ya (√ ) Tidak
* Apakah klien mengalami kelemahan fisik ? ( ) Ya (√ ) TidaK
* Apakah klien mengalami postural Hypertensi ? ( ) Ya (√ ) Tidak
* Apakah klien mengalami inkontinensia ? ( ) Ya (√ ) Tidak
* Yang manakah ? ( ) Defekasi/miksi/keduanya
* Apakah klien pernah jatuh ? ( ) Ya (√ ) Tidak
* Berapa kali ? ( ) > 3 kali/bulan ( ) > 1 kali/bulan ( ) Baru sekali
* Kapan terjadinya ? ( ) Siang/malam
* Dimana terjadinya ? ( ) Diluar rumah ( ) Dikamar tidur ( )
Dikamar mandi
* Apakah masing-masing ruang/jalan/gang ada lampu?( √ )Ya
* Fungsinya ? (√ ) Baik ( ) Tidak
* Apakah ada lampu emergensi ? (√) Ya (√ ) Berfungsi baik
( √ ) Mudah dijangkau ( √ ) Mencukupi
* Apakah ada pegangan ? (√ ) Ya ( ) Tidak
* Apakah warna lantai dengan dinding sama ? ( ) Ya (√ ) Tidak
* Apakah ada warna gelap sebagai warna pembatas antara dinding dan
lantai ? (√) Ya ( ) Tidak
* Bagaimana kondisi lantai kamar mandi ? ( ) Licin ( ) Tidak rata ( )
Kasar (√) Bersih ( ) Kotor
* Bagaimana kondisi lantai didalam rumah dan teras ? ( ) Licin
( )Tidak rata ( ) kasar (√ ) Bersih ( )Kotor
* Adakah tangga/undak-undakan ? (√ ) Ya ( ) Tidak
* Dimana ? ( ) Didalam rumah (√) Diluar rumah
* Berapa sudut tangga ? (√) > 60 ( ) 30 – 60 ( ) < 30
* Berapa jarak ketinggian tiap anak tangga ? ( ) > 30 cm ( ) 15-30 cm
(√) < 15 cm
* Ada pegangan pada tangga ? (√ ) Ya ( ) Tidak
* Ada jalan khusus untuk kursi roda ? ( ) Ya ( √ ) Tidak

PENGKAJIAN STATUS MENTAL


1. Short Portable Status Questioner (SPSMQ)
Instruksi :
Ajukan pertanyaan 1 – 10 pada daftar ini dan catat semua jawaban
Catat jumlah kesalahan total berdasarkan sepuluh pertanyaan
Pertanyaan
Benar Salah No

√ 1. Tanggal berapa hari ini ?


√ 2. Hari apa sekarang ini ?
√ 3. Apa nama tempat ini ?
√ 4. Berapa nomor telepon anda ?
√ 4A Dimana alamat anda ?
√ 5. Berapa umur anda?
√ 6. Kapan anda lahir ?
√ 7. Siapa presiden Indonesia sekarang ?
√ 8. Siapa presiden sebelumnya ?
√ 9. Siapa nama ibu anda ?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap
angka baru, semua secara menurun
Score total :8
Interpretasi hasil : baik

2. Mini – Mental State Exam (MMSE)


N Nilai Nilai
Kriteria
o maximal klien
1 Orientasi
5 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan

5 5 Dimana kita sekarang berada ?


 Negara
 Propinsi
 Kota
 PSTW
 Wisma
2 Registrasi
3 3 Sebutkan nama 3 objek oleh pemeriksa,kemudian
tanyakan kepada klien ketiga objek tadi :
 Buku
 Tensi
 meja
3 Perhatian
dan
kalkulasi
5 0 Minta klien untuk memulai angka 100 kemudian
kurangi 7 sampai 5 kali/tingkat :
 …………………..

4 Mengingat
3 3 Minta klien untuk mengulangi ke 3 objek pada
pertanyaan no 2 :
 Buku
 Tensi
 Meja

5 Bahasa
9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan pada
klien nama benda tersebut :
 1 buku
 1 tensi

Minta klien untuk Mengulang kata berikut : “tak ada


jika, dan, atau, tetapi “ bila benar nilai 1 point
 1 Pernyataan benar

Minta Klien untuk mengikuti perintah berikut


 1 Ambil kertas ditangan
 1 Lipat dua
 1 taruh dilantai

Perintahkan pada klien untuk satu hal (bila aktifitas


sesuai perintah nilai 1 point)
 1 mengambil buku

Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat


dan menyalin gambar :
 1 saya
 1 gambar bunga

Skor : 25
Intepretasi hasil : baik

PENGKAJIAN FUNGSI SOSIAL /APGAR KELUARGA


No Pernyataan Selalu Jarang Tidak
Pernah
1 Saya puas bisa kembali pada keluarga (teman) √
saya untuk membantu saya saat saya sedang
susah (adaptasi)

2 Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya √


mengungkapkan masalah atau membicarakan
sesuatu dengan saya (hubungan)
3 Saya puas bahwa keluarga (teman) saya √
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4 Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya √
saat saya mengekspresikan emosi seperti
marah, sedih, gembira (afek)
5 Saya puas dengan cara keluarga (teman) saya √
menyediakan waktu bersama-sama
(pemecahan)

SKOR :5
Intepretasi hasil : baik

3.1.4 ANALISA DATA


No Data Masalah Etiologi
1 DS : Gangguan Ketidakmampuan
- Tn. S mengatakan mengeluh pola tidur mengontrol pola
kepalanya terasa sakit (insomnia) tidur
- Tn. S mengatakan mengetahui Ditandai dengan
menderita vertigo sejak + 1 gejaa dan tanda
tahun yang lalu. sebagai berikut:
- Tn. S mengatakan sulit tidur di 1. Proses penuaan
malam hari 2. Sulit tidur di
- Tn.S mengatakan sering malam hari
terbangun di malam hari 3. Terbangun dan
DO: sulit untuk tidur
- Keadaan umum : kembali
Composmentis Nyeri akut 1. Nyeri kepala
- Tekanan darah :130/90
mmHg
- Nadi :82 Gangguan 1. Gangguan pola

x/menit rasa istirahat

- Pernafasan :20 nyaman

x/menit
- Suhu :36,50C
- GDP :105
mg/dl
- BB :57 kg
- TB :158 cm
- IMT :22

3.2 Diagnosa Keperawatan


-Gangguan pola tidur
- nyeri akut
- Gangguan rasa nyaman

3.3. Rencana Keperawatan


Diagnosa
Intervensi
Keperawatan Luaran
No Keperawatan
(SLKI)
(SIKI)
(SDKI)
1. Gangguan pola Pola tidur Dukungan tidur
tidur Tujuan : Setelah dilakukan Observasi:
D.0055 tindakan keperawatan  Identifikasi pola
selama 1x 24 jam aktivitas dan tidur
Pengertian: diharapkan pola tidur  Identifikasi factor
Gangguan membaik pengganggu tidur
kualitas dan Kriteria hasil:  Identifikasi
kuantitas waktu 1. Keluhan sulit tidur makanan dan
tidur akibat menurun minuman yang
faktor eksternal 2. Keluhan sering terjaga mengganggu tidur
menurun  Identifikasi obat
3. Keluhan tidak puas tidur tidur yang
menurun dikonsumsi
4. Keluhan pola tidur Terapeutik:
berubah menurun  Modifikasi
5. Keluhan istirahat tidak lingkungan
cukup menurun  Batasi waktu tidur
 Fasilitasi
menghilangkan
stress sebelum tidur
 Tetapkan jadwal
tidur rutin
 Lakukan prosedur
untuk meningkatkan
kenyamanan
 Sesuaikan jadwal
pemberian obat dan
atau tindakan untuk
menunjang siklus
tidur terjaga

Edukasi:
 Jelaskan pentingnya
tidak cukup tidur
delama sakit
 Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
 Anjurkan
menghindari
makanan dan
minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengandung
supresor terhadap
tidur REM
 Ajarkan relaksasi
otot autogenic atau
cara non
farmakologi
lainnya.

2. Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri


D.0077 Tujuan : setelah dilakukan Observasi:
tindakan keperawatan 1x  Identifikasi lokasi,
Pengertian: 24 jam diharapkan tingkat karakteristik durasi,
Pengalaman nyeri menurun frekuensi, kualitas,
sensorik atau intensitas nyeri
emosional
yang berkaitan Kriteria Hasil:  Identifikasi skala
dengan
kerusakan 1. Frekuensi nadi membaik nyeri
jaringan aktual 2. Pola nafas membaik  Identifikasi respon
atau 3. Keluhan nyeri menurun nyeri non verbal
fungsional, 4. Meringin menurun  Identifikasi faktor
dengan onset 5. Gelisah menurun yang memperberat
mendadak atau 6. Kesulitan tidur menurun dan memperingan
lambat dan nyeri
berintensitas  Identifikasi
ringan hingga oengetahuan dan
berat yang keyakinan tentang
berangsung nyeri
kurang dari 3  Identifikasi
bulan pengaruh nyeri pada
gangguantidur kualitas hidup
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik:
 Berikan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Ajarkan teknij
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
3 Gangguan Status Kenyamanan Terapi Relaksaasi
Rasa Nyaman Tujuan : Setelah dilakukan
D.0074 tindakan keperawatan 1x Observasi:
24 jam diharapkan status  Identifikasi
Pengertian: kenyamanan meningkat penurunan tingkat
Perasaan energi
kurang senang, Kriteria hasil: ketidakmampuan
lega dan 1. Keluhan tidak nyaman berkonsentrasi atau
sempurna menurun gejala yang
dalam dimensi 2. Gelisah menurun mengganggu
fisik, 3. Keluhan sulit tidur kemampuan
psikospiritual, menurun kognitif
lingkungan 4. Lelah menurun  Identifikasi teknik
dan sosial 5. Postur tubuh membaik relaksasi yang
pernah efektid
digunakan
 Periksa ketegangan
otot, frekuensi nadi,
tekanan darah dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
Terapeutik:
 Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa gangguan
dengan
pencahayaan dan
suhu ruang nyaman
jika memungkinkan
 Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis lain
jika sesuai
Edukasi:
 Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan
dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis,
musik, meditasi,
nafas dalam,
relaksasi otot
progresif)
 Anjurkan
mengambil posisi
yang nyaman
 Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik yang
dipilih

3.4 Implementasi dan evaluasi


CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa
No Tgl/ waktu Implementasi Evaluasi
kepereawatan
(SOAP)
1 17 Gangguan pola Observasi : S
September tidur - Mengidentifika - Klien mengatkan
2022 si pola tidur melakukan
- Mengidentifika aktivitas disiang
Pukul si kebutuhan hari
15.00 WIB waktu tidur - Klien mengatakan
- Memonitor tidur malam
pola tidur sebelum jam 10
- Memonitor - Klien mengatkan
aktifitas sehari- tidak lagi makan
hari di malam hari

Teraupetik: O
- Membatasi - TD : 130/90
waktu tidur - Nadi 88 x/m
- Menetapkan - Rr 20 x/m
jadawal tidur - Suhu 36,5 C
rutin
- Melakukan A
prosedur untuk - Gangguan pola
meningkatkan tidur
knenyamanan
- Menyesuaikan P
jadwal - Lanjutkan
pemberian obat intervensi,
dan atau observasi,
tindakan untuk teraupetik, edukasi
menunjang dan kolaborasi
siklus tidur
terjaga

Edukasi:
- Menjelaskan
pentingnya
tidur yang
cuckup
minimal 6-7
jam dimalam
hari
- Menganjurkan
menepati
kebiasaan
waktu tidur

Kolaborasi
- Berkolaborasi
dengan
pemegang
program PTM
di Puskesmas
setempat

17 Nyeri akut Manajemen Nyeri - Klien mengatkan


September nyeri kepala
2022 Observasi: hilang dan timbul
15.30 WIB - Mengidentifika - Klien mengatakan
si lokasi, nyeri kepala lebih
karakteristik sering muncul di
durasi, sore sampai
frekuensi, malam hari
kualitas, - Klien mengatakan
intensitas nyeri sudah
- Mengidentifika - Klien mengatakan
si skala nyeri sudah minum obat
- Mengdentifikas yang diberikan
i respon nyeri
non verbal O
- Mengidentifika - TD : 130/90
si faktor yang - Nadi 88 x/m
memperberat
dan - Rr 20 x/m
memperingan - Suhu 36,5 C
nyeri
- Mengidentifika A
si pengaruh - Masalah teratasi
nyeri pada
kualitas hidup P
- Monitor efek - Lanjutkan
samping intervensi,
penggunaan observasi,
analgetik teraupetik, edukasi
dan kolaborasi
Terapeutik:
- Memberikan
teknik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
rasa nyeri
- Memfasilitasi
istirahat dan
tidur
- Mempertimban
gkan jenis dan
sumber nyeri
dalam
pemilihan
strategi
meredakan
nyeri

Edukasi:
- Menjelaskan
penyebab,
periode dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan
strategi
meredakan
nyeri
- Mengajarkan
teknij
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

17 Gangguan rasa Terapi Relaksaasi S


september nyaman - Klien mengatakan
2022 Observasi: sudah
16.30 WIB - Mengidentifika mempraktikkan
si penurunan teknik relaksasi
tingkat energi pernafasan
ketidakmampua - Klien Klien
n mengatkan ada
berkonsentrasi perubahan dari
atau gejala sebelumnya
yang - Klien mengatakan
mengganggu sekarang lebih
kemampuan nyaman
kognitif
- Mengidentifika O
si teknik - TD : 130/90
relaksasi yang - Nadi 88 x/m
pernah efektid - Rr 20 x/m
digunakan - Suhu 36,5 C
- Memeriksa
ketegangan
otot, frekuensi A
nadi, tekanan - Masalah teratasi
darah dan suhu
sebelum dan
sesudah latihan P
- Lanjutkan
Terapeutik: intervensi,
- Menciptakan observasi,
lingkungan teraupetik, edukasi
tenang dan dan kolaborasi
tanpa gangguan
dengan
pencahayaan
dan suhu ruang
nyaman jika
memungkinkan
- Memberikan
informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
- Menggunakan
relaksasi
sebagai strategi
penunjang
dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain jika sesuai

Edukasi:
- Menjelaskan
tujuan, manfaat,
batasan dan
jenis relaksasi
yang tersedia
(mis, musik,
meditasi, nafas
dalam, relaksasi
otot progresif)
- Menganjurkan
mengambil
posisi yang
nyaman
- Menganjurkan
sering
mengulangi
atau melatih
teknik yang
dipilih

4. Bab 4 : Penutup
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil laporan peneliti menyimpulkan bahwa:
4.1.1 Gangguan pola tidur yang dialami oleh lansia dalam laporan yakni Tn. S
merupakan akibat dari gangguan rasa nyeri yang berhubungan dengan
vertigo.
4.1.2 Kualitas tidur pada lansia dalam penelitian yang mengalami gangguan
tidur tergolong dalam kualitas tidur buruk.
4.1.3 Asuhan keperawatan yang diberikan yakni kontrol waktu tidur dan teknik
relaksasi rasa nyaman.
4.1.4 Kualitas tidur pada lansia yang mengalami gangguan tidur setelah
diberikan asuhan keperawatan tergolong dalam kualitas tidur baik.
Terjadi penurunan kualitas tidur setelah diberikan asuhan keperawatan
dan edukasi dari perawat.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Lansia
Bagi lansia dengan insomnia atau Penderita Gangguan Tidur Diharapkan
dapat memahami dan menerapkan edukasi dan konseling yang diberikan
untuk meningkatkan kualitas tidur yang dapat dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
4.2.2 Bagi Institusi Keperawatan
Uraian dalam laporan asuhan keperawatan ini dapat dijadikan bahan
referensi dan bahan dalam upaya untuk mengatasi gangguan tidur pada
lansia untuk meningkatkan kualitas tidur lansia
4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan
dengan mencari efektifitas menggunakan dua kelompok (control dan
intevensi).

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, April, Tutu. (2012) Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika


Dewanto, George. (2009) Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
Saraf . Jakarta: EGC
Ghaddafi, M. (2010). Tatalaksana Insomnia dengan Farmakologi dan Non-
farmakologi. E-Jurnal Medika Udayana, 1-17.
Kemenkes,(2018). RisetKesehatan Dasar, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian RI Tahun2018
Kementrian Kesehatan RI. INFODATIN Pusat Data dan Informasi.Kementrian
Kesehatan RI2014
Mottaqin, Arif. (2011) Asuhan Keperwatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Syaraf. Jakarta: Salemba Medika
Rahmah. (Januari- Juni 2015). Pendekatan Konseling Spiritual Pada Lanjut Usia
( LANSIA). Al-Hiwar , Volume 03, Nomer 05.
Sayekti, N. P., & Hendrati, L. Y. (2015). Analisis Resiko Depresi, Tingkat Sleep
Hygiene dan Penyakit Kronis Dengan Kejadian Insomnia Pada Lansia.
Jurnal Berkala Epidemologi, 3, No. 2, 181-193.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia :
Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia :
Jakarta
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1.Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia : Jakarta
Utami, M. 2015. Pengaruh Aktivitas, Leverage, dan Pertumbuhan perusahaan
dalam memprediksi Financial Distress Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2012. Jurnal Akuntansi.
3(1): 5-10.

Anda mungkin juga menyukai