Modul Aplikasi Komputasi Bim - MSN
Modul Aplikasi Komputasi Bim - MSN
Modul Aplikasi Komputasi Bim - MSN
MODELLING
TAHUN 2020
KATA PENGATAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT akhirnya modul pelatihan
BUILDING INFORMATION MODELING ini dapat terselesaikan dengan baik.
Modul pelatihan BUILDING INFORMATION MODELING ini disusun agar mudah
dipahami bagi para pemula, khususnya yang baru belajar mengenai BUILDING
INFORMATION MODELING. disamping itu, Modul ini diharapkan dapat
menunjang kegiatan akademik, terutama yang berhubungan dengan Mata Kuliah
Analisis Struktur I s.d. V, BAJA I, Beton I dan Beton II.
Dengan menyadari tiada gading yang tak retak, penyusunan modul ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun,
sangat kami harapkan.
TIM
ii
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai program computer analisa struktur yang dikembangkan cukup lama dari
lingkungan universitas sehingga source code pada awal mulanya dapat dengan mudah
dipelajari, maka program SAP menjadi cikal bakal program-program analisa struktur di
dunia. Dengan reputasi lebih dari 30 tahun, program SAP dikenal secara luas dalam
komunitas rekayasa, khususnya di bidang teknik sipil dan secara spesifik lagi adalah
para structural engineer.
Program SAP mula-mula dikembangkan dalam versi main-frame. Sekitar tahun 1980
dibuat versi PC-nya, yaitu SAP80, dan tahun 1990 dengan versi SAP90, semuanya
dalam system operasi DOS. Ciri-ciri keduanya menggunakan file sebagai cara
memasukkan input data dalam mengopreasikannya. Ketika PC beralih dari system
DOS (teks) ke system operasi windows (grafis), versi SAP2000 dikeluarkan. Saat ini
versi PC yang terakhir adalah SAP2000 v.16.0 versi ini cukup canggih, karena dapat
melakukan analisa non-linier (deformasi besar, gap/kontak), kabel, beban ledak,
tahapan konstruksi dan sebagainya. Tetapi untuk kasus-kasus sederhana (umum)
pada level D3 dan S1 antara program lama dan baru tidak memberikan suatu
perbedaan yang signifikan, bahkan cenderung persis sama.
1
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Menurut informasi, SAP2000 mulai versi 8.3.3 tidak lagi mengeluarkan versi student,
tetapi telah diganti dengan versi research yang memerlukan persyaratan khusus untuk
memperolehnya dan masih harus membayar biaya lisensi tertentu (apalagi versi 11.0).
Oleh karena itu, dalam pembahasan digunakan versi sebelumnya, yaitu SAP2000 versi
7.4. walaupun bukan yang terbaru, tetapi fiturnya masih relevan untuk perencanaan
struktur yang umum.
Program versi student mempunyai kemampuan yang sama dengan program versi
penuh, yaitu dapat melakukan analisa struktur static/dinamik, dapat melakukan desain
penampang beton bertulang maupun struktur baja, tetapi disediakan manual program
dalam bentuk file *.pdf dan juga file-file pembelajaran secara multimedia. Yang
berbeda hanya kapasitasnya saja program tersebut hanya dapat digunakan untuk
struktur yang geometrinya dibentuk dengan jumlah nodal ≤ 100.
Sebagai materi pembelajaran, SAP2000 versi student mudah diperoleh. Dr. A. Zeiny,
Ph.D, P.E Dosen di California State University, Fresno, US, menyimpannya di server
kampus untuk di-download gratis melalui internet di
http://www.engr.osufresno.edu/~aelzeiny/instruct.html. di Indonesia juga dapat di
dowload versi student melalui internet di: http:// wiryanto.wordpress.com.
2
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Menu input
Sistem Koordinat
Dalam Program SAP2000 dikenal 2 sistem koordinat yang digunakan:
1. sistem koordinat cartesian, berupa bidang ruang datar/kotak sumbu X-Y-Z
2. sistem koordinat cylindrical, berupa bidang ruang melingkar/silindris sumbu r-x-z.
3
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Sumbu Lokal/Global
Pada Program SAP2000 digunakan dua macam sumbu:
1. sumbu Global, sebagai acuan keseluruhan model X-Y-Z
2. Sumbu lokal, acuan pada tiap elemen model (join, batang, area) 1-2-3; 1 = merah,
2= putih, 3 = biru.
4
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Baik sumbu global maupun lokal, mengikuti kaidah tangan kanan (right-handed-
system), untuk penentuan arah sumbu-sumbunya adalah sebagai berikut:
1. Ibu Jari : arah sumbu X atau sumbu-1
2. Jari telunjuk : arah sumbu-Y atau sumbu-2
3. Jari tengah : arah sumbu-Z atau sumbu-3
5
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Pembebanan
Dalam SAP2000, menyangkut pembebanan, perlu dipahami beberapa istilah sebagai
berikut:
1. load case
Merupakan tipe beban yang akan dimasukkan dan dianalisis dalam model,
misalnya beban mati, beban hidup, beban angin, dll.
2. Function
Input berupa masukan data grafik atau data hubungan fungsi antara beberapa hal,
terutama untuk tipe beban non-statik, misalnya fungsi grafik akselerogram untuk
input beban gempa time history.
3. Analysis Case
Jenis analisis untuk tipe beban yang telah dimasukkan sebelumnya dalam load
case, diantaranya adalah jenis analisis beban statik, analisis response spectrum,
analisis time history dan lain-lain.
6
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
4. Load Combination
Kombinasi pembebanan dari beberapa tipe beban yang telah didefinisikan
sebelumnya, dilakukan pada tahap ini, dengan memberikan faktor pengali yang
sesuai untuk masing-masing tipe beban dan metode kombinasi.
7
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
BAB II
KONSEP DASAR ANALISIS STRUKTUR
8
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
9
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
akan dapat mengalami gaya-gaya dalam (internal forces) berupa: gaya aksial
(desak atau tarik), momen lentur (bending moment) dan gaya geser.
10
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
x
Y
11
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
jepit atau sendi, harus berada pada titik-titik buhul. Mengingat sambungan antar
ujung-ujung batang adalah kaku sempurna yang dapat menjamin stabilitas elemen,
maka sistem portal 3-dimensi ini meskipun lazimnya mendekati bentuk-bentuk segi
empat, namun pada prinsipnya boleh berbentuk sembarang.
Elemen-elemen pembentuk sistem portal 3-dimensi (space frame system) tersebut
akan dapat mengalami gaya-gaya dalam (internal forces) berupa: momen lentur
(bending moment) dalam 2 arah sumbu putar, momen torsi (torsional moment),
gaya geser dalam dua arah dan gaya aksial.
12
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
BAB III
STRUKTUR TRUSS 2D
Z
5000
25000
W W W W W
5000
DL DL DL DL
W W W W
25000
13
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Jika keluar menu di atas, maka klik oke saja, selanjutnya klik menu Draw> edit
> grid, akan keluar seperti Gambar 15 di bawah:
14
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Pada nilai Modulus elastisitas, isikan 2,1e8 (2,1.108 kN/m2 = 2,1.105 MPa), fy =
240000 kN/m2 (2,1.105 MPa), jika ada pilihan fu = 370000 kN/m2
Pada Poisson ratio, isikan 0,3
Klik OK
15
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Define > Frame Section, pada click to, pilih Import Double Angle (klik cancel
jika muncul kotak dialog), pada Add to, pilih Add Double Angle. Maka isikan
seperti data di bawah ini:
Selanjutnya, isikan untuk jenis/tipe profil siku yang lain dengan cara yang sama.
16
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
17
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Beban Angin
18
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
19
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
B. Data Output
1. Menampilkan Deformasi struktur
Display > Show Deformed Shape.
Pada case/combo, pilih tipe beban yang akan dilihat
2. Menampilkan reaksi tumpuan
Display > Show Forces/Stress > Joints
20
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
BAB IV
MODEL FRAME BETON 2 DIMENSI
Pada bagian ini akan dibahas sebuah portal beton seperti gambar dibawah, unit
dalam KN-m, modulus elastisitas beton Ec=2.104 MPa. Elemen kolom luar digunakan
penampang 400x500, kolom tengah 400x600, elemen balok dan lantai atap digunakan
penampang T seperti gambar , unit dalam mm. berat sendiri elemen masuk pada dead
load (DL), beban hidup (LL) dan beban gempa statik (E), seperti dijelaskan pada
gambar.
Portal direncanakan dengan code ACI 318-99 dengan mutu beton fc’=20MPa,
dengan mutu baja tulangan geser fy=240 MPa, dengan kombinasi pembebanan
disesuaikan dengan SK SNI 1991 sebagai berikut:
1. 1,2 DL + 1,6 LL
2. 1,05 DL + 0,6 LL + 1,05 E
3. 1,05 DL + 0,6 LL – 1,05 E
LL=20KN/m LL=5KN/m
LL=5KN/m DL=50KN/m DL=15KN/m
DL=15KN/m
+11,00
25 KN
LL=50KN/m LL=10KN/m
LL=10KN/m DL=80KN/m DL=25KN/m
DL=25KN/m
+7,50
30 KN
LL=50KN/m LL=10KN/m
LL=10KN/m DL=80KN/m DL=25KN/m
DL=25KN/m
+4,00
15 KN
600 500
120 120
500 400
250 200
BALOK LANTAI BALOK ATAP 0,00
6000 6000
21
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
22
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
TUMPUAN JEPIT
23
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
24
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
2. Pada Choose Property Type for Add, pilih Import Rectangular, pada kotak di
bawahnya pilih Add Rectangular, pada klik To pilih Add New Property:
3. Isikan Section Name dengan nama K400x500 untuk kolom tepi, pada material
pilih concrete.
4. Pada Reinforcement, pilih diameter 16, lalu klik Ok
5. Untuk kolom, ke-2 sama, hanya tinggal diganti angkanya saja, caranya pilih
Add New Property Lalu isikan semua angka yang dibutuhkan seperti gambar
dibawah:
25
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Isikan nama profil pada Section Name dengan T250x500 untuk balok
lantai, kemudian pilih CONC pada kotak material. Kemudian isikan tinggi
(t3) = 0.5, lebar sayap (t2) = 0.6, tebal sayap (tf) = 0.12 dan tebal badan
(tw) = 0.25.
Klik pada Reinforcement, maka akan muncul dialog box seperti gambar
11, disini elemen Class sudah menunjuk Beam, Isikan selimut beton atas
(Top) = 0.05 dan bawah (bottom) = 0.05.
26
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
8. ulangi langkah nomor 4 untuk menentukan potongan balok atap dengan nama
potongan T200x400.
27
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
1. Pilih elemen pada bentang kiri untuk lantai 2 dan 3. pilih menu
Assign/Frame static load/Trapeziodal, maka akan tampil dialog box
“Trapeziodal Span Load” seperti gambarX. Dari dialog box ini kemudian :
Pilih Load Case Name DL, Load Type Forces dan Direction Gravity,
Option Add to Exixting Load.
Pada Trapeziodal Loads Pilih Absolut Distance From End-1 Kemudian
isikan data seperti pada gambar 13.
Klik Ok
2. Pilih elemen pada bentang kanan untuk lantai 2 dan 3. pilih menu
Assign/Frame Static Load/Trapeziodal, maka akan tampil dialog box
“Trapeziodal Span Loads” seperti gambar 13. dari dialog box ini kemudian:
Pada Trapeziodal Span Loads isikan seperti pada gambar 13.
Klik Ok
3. Ulangi langkah 2 dan pada dialog box “Trapeziodal Span Load” isikan data
seperti gambar 13.
4. Ulangi langkah nomor 2, dengan toolbar pilih Load Case Name DL dan
Direction Gravity, isikan pada beban Point Loads dengan distances=3,
Load=80. seperti gambar 17.
5. Ulangi langkah nomor 1 sampai nomor 4 untuk menentukan beban hidup
(LL). Demikian juga untuk beban DL dan LL pada balok atap dilakukan
dengan mengulang langkah nomor 1 sampai 4 tersebut.
28
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
29
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
7. Pilih Assign joint load pilih forces, muncul kotak dialog dan isikan untuk
menentukan beban gempa (E) pada joint paling kiri lantai 3 dan atap. Untuk
joint selanjutnya bisa dilakukan langkah yang sama.
E. Analisis Model.
Untuk analisis model ini dilakukan sebagai berikut:
1. Pilih menu Analyze/Set Options, maka akan ditampilkan dialog box “Analysis
Options” dari dialog box ini :
Pilih pada Fast DOF’s dengan Plane Frame.
Klik Ok
2. Pilih menu Analyze/Run, maka akan ditampilkan dialog box “Save Model File
As”. Dari dialog box ini:
Simpanlah model dengan nama file : PORTAL, kita tidak perlu menuliskan
extension file SDB, karena program akan menambahkan sendiri.
Klik pada Save.
3. Kemudian akan muncul window dengan menampilkan beberapa variasi
analisis. Apabila analisis telah lengkap, dan tidak ada pesan kesalahan (error)
atau peringatan (warning) pada baris paling akhir akan muncul pesan
ANALYSIS COMPLETE.
4. Klik Ok
Setelah dilakukan analisis maka dapat ditampilkan bentuk deformasi
struktur dan gaya-gaya yang terjadi, sesuai dengan kombinasi beban yang
diinginkan.
30
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
31
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
32
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
3. Pilih menu Option/preferences, kemudian klik pada tab Concrete, lalu pilih
Concrete Design Code ACI 318-99 seperti pada gambar X.
Isikan faktor reduksi untuk bending/tension 0.80, shear 0.60 Compression
(T) 0.65 dan Compression (S) 0.70.
Klik Ok.
4. Pilih menu Design/start design/check of structure, setelah beberapa saat
akan ditampilkan gambar luas tulangan yang diperlukan pada setiap elemen,
perlu diketahui bahwa luas yang ditampilkan pada gambar semuanya ialah
0,00. karena masih menggunakan unit dalam KN dan meter. Untuk
menampilkan luas tulangan dalam mm, ubahlah unit dalam N-mm, pada kotak
kanan bawah.
33
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
5. Apabila ingin mengetahui luas tulangan dan detail salah satu balok, kita dapat
memilih salah satu elmen balok dan klik dengan mouse kanan, maka akan
ditampilkan window informasi luas tulangan longitudinal dan tulangan gesernya.
Dari informasi ini jika di klik pada details, maka akan ditampilkan analisis
penampang sesuai code yang dipilih ialah ACI 318-99 seperti gambar 24.
34
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
BAB V
MODEL FRAME BETON 3 DIMENSI
Untuk model frame 3 Dimensi perlu diperhatikan adanya penomoran joint dan
elemen, terutama untuk joint pusat massa. Perlu juga diperhatikan arah sumbu-sumbu
lokal untuk elemen kolom / vertikalnya, karena arah sumbu-sumbu lokal ni harus
sesuai dengan model struktur yang ditentukan.
35
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
36
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
9. dengan toolbar klik pada perpotongan grid kiri bawah dengan koordinat X=0
dan Y=0. kemudian klik lagi pada koordinat X=6 dan Y=0. kemudian klik lagi
pada koordinat X=6 dan Y =0, dan seterusnya sehingga pada koordinat Z=0
semua joint tergambar dengan nomor joint mengikuti gambar.XSX
10. dengan toolbar pindahkan posisi bidang grid pada jendela kiri hingga Z=4 hal
ini ditunjukkan pada layer sebelah bawah kiri dengan keterangan X-Y Plane @
Z=4. Ulangi langkah nomor 10 untuk menentukan joint pada lantai 2 sesuai
Gambar 27
11. Dengan toolbar pindahkan posisi bidang grid pada jendela kiri hingga Z=8. Hal
ini ditunjukkan pada layer sebelah kiri bawah dengan keterangan X-Y plane @
Z=8. Ulangi langkah nomor 10 untuk menentukan joint pada lantai 3 sesuai
gambar 27. Setelah selesai, maka pada layer akan tampak seperti Gambar 27.
12. dengan toolbar aktifkan Check box (V) Label pada Frame, lalu klik Ok.
13. Dengan toolbar gambarkan elemen kolom lantai 1 dengan nomor elemen
sesuai Gambar. 27
14. ulangi langkah nomor 14 untuk menggambarkankolom lantai 2, balok
lantai 2 dan lantai 3 dengan nomor elemen sesuai Gambar 27.
15. Pada jendela kanan tambahkan garis grid horizontal untuk koordinat X=3.0
dengan Add Grid Line seperti langkah nomor 5 atau 6.
16. Pada Jendela kanan pilih koordinat Z=4, kemudian dengan toolbar, klik pada
koordinat perpotongan garis grid X=3.0 dan Y=6.5, Joint ini ialah pusar massa
lantai 2 dengan nomor joint 19.
17. Pada jendela kanan, pilih koordinat Z=8, kemudian dngan toolbar klik pada
koordinat perpotongan garis grid X=3, dan Y=-6.5. joint ini adalah pusat massa
lantai 3 dengan nomor joint 20.
18. Pilih semua joint pada z=0, dengan toolbar tentukan dukungan jepit.
37
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
38
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
39
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
3. dengan pilih lantai 3 (X_Y) plane @ Z=8), kemudian ulangi langkah no.2
untuk menentukan diafragma dengan nama DIAPH2.
4. pada lantai 3 (X-Y Plane @ z=8), pilih joint nomor 20.
5. Dari menu Assign pilih joint, lalu masses, maka akan tampil dialog box seperti
Gambar 30. Pada dialog box dibawah ini:
Pada directon 1 di area Masses in local direction isikan dengan nilai 65.
Pada direction 2 diarea Masses in local direction isikan dengan nilai 65
Pada rotation about 3 di area mom. Of inertia in local direction, isikan
dengan nilai 850.
Yang lain biarkan saja.
Klik OK!
Data pada langkah no. 5 tersebut maksudnya adalah bahwa untuk beban
dinamik, struktur pada lantai 3, hanya berdeformasi dan translasi arah sumbu X dan
sumbu Y, serta rotasi terhadap sumbu Z.
6. Pada lantai 2 (X-Y plane @ z=4) pilih joint nomor 19, kemudian ulangi
langkah nomor 5 untuk menentukan massa translasi dan inersia massa pada
lantai 2.
40
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
0 0.07
1 0.07
2 0.035
3 0.035
Untuk menentukan beban dinamik, langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. pilih Define/Respon spectrum function, maka akan tampil dialog box Define
respon spectrum function.
2. klik Add New function, maka akan tampil dialog box function definition pada
box berikut ini:
beri nama PPKGURG pada function name
isikan di bawah time dengan 0, dibawah value dengan 0,07 klik Add.
isikan di bawah time dengan 1, dibawah value dengan 0,07 klik Add.
isikan di bawah time dengan 2, dibawah value dengan 0,035 klik Add.
isikan di bawah time dengan 3, dibawah value dengan 0,035 klik Add.
3. klik ok.
41
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
4. pilih menu define/ Respon spectrum case, maka akan ditampilkan dialog box
Define respon spectra, klik pada Add New Spectra, maka akan tampil dialog
box Response Spectrum Case data:
isikan response spectrum case name dengan nama PPKGURG.
Isikan pada damping dengan 0,05 (5%).
Pada area input response spectra. Pada U1 pilih function PPKGURG,
dan scale factor 9,81.
Pada area input response spectra, p[ada U2 pilih function PPKGURG
dan scale factor 9,81.
Klik OK.
F. Analisis Model
Setelah semua data beban static dan dinamik ditentukan, dapat dilakukan analisis
model sebagai berikut:
1. simpanlah dengan nama Latihan DINAMIK 3D.
2. Pilih menu Analyze/Set Options.
Aktifkan Check Box Dynamic analysis.
42
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
Klik pada set dynamic parameter dan ubahlah number of mode menjadi 6.
Klik OK.
3. pilih menu Analyze/Run.
4. Ok.
5. Amati pada berbagai mode dari 1 sampai dengan 6
6. Selesai……SELAMAT BELAJAR & TERUS BELAJAR!!!!
Licenced By:
Faqih Ma’arif
43
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D
PUSTAKA
Dewobroto, Wiryanto. 2005. Jurnal Teknik Sipil - UPH, Vol.1 No.2 Juli. Perancangan Balok
Beton Bertulang dengan SAP2000
Faqih, Ma’arif. 2008. Modul pelatihan SAP2000. Jurusan teknik sipil dan perencanaan Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UNY.
Yoso Wigroho, Haryanto, 2004. Analisis dan perencangan struktur frame megunakan SAP 2000
v.7.42. Andi Offset : Yogyakarta.
44
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
BAB VI
PERANCANGAN BALOK BETON BERTULANG
A. ASUMSI DESAIN
Program SAP2000 akan menghitung dan melaporkan luas tulangan baja perlu
untuk lentur dan geser berdasarkan harga momen dan geser maksimum dari
kombinasi beban dan juga kriteria-kriteria perencanaan lain yang ditetapkan untuk
setiap Code yang diikuti. Tulangan yang diperlukan tadi akan dihitung berdasarkan
titik-titik yang dapat dispesifikasikan dalam setiap panjang element.
Semua balok hanya dirancang terhadap momen lentur dan geser pada sumbu
mayor saja, sedangkan dalam arah minor balok dianggap menyatu dengan lantai
sehingga tidak dihitung. Jika dalam kenyataannya perlu perancangan lentur dalam
arah minor (penampang bi-aksial) maka perencana harus menghitung tersendiri,
termasuk jika timbul torsi.
Dalam mendesain tulangan lentur sumbu mayor, tahapan yang dilakukan adalah
mencari momen terfaktor maksimum (untuk kombinasi beban lebih dari satu) dan
menghitung kebutuhan tulangan lenturnya. Penampang balok didesain terhadap
momen positif Mu+ dan momen negatif Mu- maksimum dari hasil momen terfaktor
envelopes yang diperoleh dari semua kombinasi pembebanan yang ada. Momen
negatif pada balok menghasilkan tulangan atas, dalam kasus tersebut maka balok
selalu dianggap sebagai penampang persegi. Momen positif balok menghasilkan
tulangan bawah, dalam hal tersebut balok dapat direncanakan sebagai
penampang persegi atau penampang balok-T
B. TAHAPAN DESAIN
Menentukan Momen Terfaktor Maksimum
45
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
46
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Menu diatas dapat diakses dari: Define – Frame Sections – Add Tee. Untuk
penampang kotak maupun lingkaran cara mendefinisikan sama hanya pilihan
terakhirnya adalah Add Rectangular dan Add Circle. Informasi data untuk
penulangan pada kotak dialog di atas akan ditampilkan dipojok kiri bawah jika
material yang dipilih adalah CONC (concrete) . Data material untuk concrete
secara default sudah disediakan oleh program, tetapi tentu saja perlu disesuaikan
dengan mutu beton / baja tulangan yang digunakan, untuk itu digunakan menu :
Define – Material – CONC – Modify / Show Material.
Catatan : jangan lupa Satuan Unit yang digunakan, yang terlihat pada bagian
pojok kanan bawah dari tampilan program SAP2000.
47
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Jawab :
1. Aktifkan program SAP2000, tetapkan Unit Satuan, yaitu kN-m.
2. Susun geometri, misalnya dengan template yang telah disediakan dan
dimodifikasi sesuai dengan model yang diinginkan, caranya :
a) Dari menu : File – New Model from Template dan klik gambar balok menerus
(Beam).
48
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
b) Kemudian dari template yang ada dipilih yang paling mendekati misalnya
adalah template Beam untuk balok menerus.
c) Balok pada hasil template dihapus saja, kemudian grid-lines dimodifikasi sesuai
ukuran yang diharapkan , caranya: Draw – Edit Grid atau klik double grid-lines,
sehingga keluar menu :
d) Dengan grid-lines yang baru tersebut maka akan lebih mudah untuk
menggambar model struktur sebagai berikut :
3. Melengkapi data geometri dengan data material dan penampang, karena unit
satuan yang digunakan kN-m sedangkan parameter material dalam MPa maka
dalam memasukkan parameter tersebut unit satuannya diubah terlebih dahulu
dengan N-mm.
49
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Khusus untuk kasus perencanaan ini maka data beban yang dapat ditampilkan
adalah Joint Forces dan Frame Span Distributed Loads seperti gambar
diatas.
53
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
54
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Oleh karena itu perhatikan UNIT SATUAN yang digunakan karena nilai yang
ditampilkan adalah sesuai dengan unit satuan tersebut.
d) Hasil desain yang ditampilkan dengan cara yang sudah diuraikan adalah
secara keseluruhan dari struktur tersebut, jadi jika strukturnya besar jelas
informasi yang disajikan tidak berguna karena angka-angka yang ditampilkan
saling bertumpuk. Pada umumnya informasi untuk setiap element batang yang
cukup mendetail lebih berguna, untuk itu yang dapat dilakukan adalah:
55
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
56
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Catatan : perlu menjadi perhatian bahwa UNIT SATUAN output yang dicetak
tergantung konfigurasi yang digunakan sesaat sebelum permintaan cetak diberikan
dan hal itu dapat dilihat pada informasi yang ditampilkan pada pojok kanan bawah dari
program SAP2000. Untuk contoh output cetak yang ditampilkan di-set dalam satuan N-
mm. (output di bawah telah di edit seperlunya).
57
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Referensi
1. Wiryanto Dewobroto, Diktat Perkuliahan : Struktur Beton I , Jurusan Teknik Sipil ,
Universitas Pelita Harapan , 2003
2. E.L.Wilson, SAP2000® Integrated Finite Element Analysis and Design of
Structures : CONCRETE DESIGN MANUAL, Computers and Structures, Inc.
Berkeley, California, USA, Version 7.40 May 2000.
3. Standar SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, Yayasan LPMB, Bandung, 1991.
BAB VII
PENGARUH RIGID END OFFSET
58
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
(1992). Hal ini akan menyebabkan hasil analisa struktur yang over-estimate pada
hasil defleksi dan under-estimate pada hasil gaya pada ujung elemen. Akan
dipelajari perbedaan tinjauan Analisa Struktur terhadap pengaruh keadaan
tersebut. Program bantu SAP2000 mempunyai kemampuan untuk representasi
keadaan tersebut, hasil
keluaran merupakan hasil dari ujung elemen yang ditinjau terhadap Rigid End
tersebut yaitu pada ujung (i') dan (j'), seperti yang dijelaskan berikut.
Rigid Zone pada elemen kolom berada pada daerah setinggi h balok, sedangkan
pada elemen balok karena letak elemen frame yaitu pada titik pusat center maka
Rigid Zone berada pada daerah ½ lebar kolom. Elemen diluar daerah tersebut
merupakan elemen frame normal (non rigid).
Akan dipelajari pengaruh tersebut terhadap analisa struktur dari denah bangunan
gedung dibawah ini. Dianggap tumpuan terjepit penuh, untuk tujuan kemudahan
penyampaian makalah ini portal hanya ditinjau secara 2 dimensi.
59
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Direncanakan mutu beton f'c = 25 Mpa, sehingga Mod. Elastisitas Ec=4700 f c' =
23500 MPa
60
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
1. Dinding Batu bata ½ bt setinggi 3,5 m, Wddg = 2,5 x 3,5 = 8,75 kN/m'
2. Berat sendiri struktur dihitung langsung SAP2000 dengan Self weight multiplier
sebesar 1.
3. Beban Hidup merata, Whidup = 4 kN/m2 x (2+2)m = 16 kN/m' (Bekerja pada
Lt.2)
Kombinasi Pembebanan yang ditinjau yaitu 1,2DL + 1,6 LL
Adapun pemodelan Analisa struktur yang ditinjau adalah :
A Tanpa Rigid End ( faktor = 0 )
B Dengan Rigid End Sebagian ( faktor = 0,5 )
C Dengan Rigid End Penuh 1 ( faktor = 0,8 ) pengaruh retak.
D Dengan Rigid End Penuh 2 ( faktor = 1,0 )
Model A (R igid End Offset Factor = 0)
(Digram Momen Lentur)
61
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Gaya terbesar pada Balok akibat beban kombinasi (1,2DL + 1,6 LL)
1. Momen, M3-3 = + 118,49 kN.m (Tengah Bentang)
= - 206,44 kN.m (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
2. Geser, V2-2 = 193,43 kN (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
Gaya terbesar pada Kolom
1. Momen, M3-3 = + 89,99 kN.m (Ujung Atas pertemuan dengan Balok)
2. Geser, V2-2 = 36,36 kN
3. Aksial, P = 306,04 kN
Model D (R igid End Offset Factor = 1,0) offset 0,2 m
(Diagram Momen Lentur)
62
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Gaya terbesar pada Balok akibat beban kombinasi (1,2DL + 1,6 LL)
1. Momen, M3-3 = + 115,68 kN.m (Tengah Bentang)
= - 209,26 kN.m (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
2. Geser, V2-2 = 193,43 kN (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
Gaya terbesar pada Kolom
1. Momen, M3-3 = + 90,65 kN.m (Ujung Atas pertemuan dengan Balok)
2. Geser, V2-2 = 36,60 kN
3. Aksial, P = 306,10 kN
Grafik hubungan gaya internal balok dan kolom dengan faktor rigid end dijelaskan
berikut.
63
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Selisih hasil perhitungan Momen Mu berdasarkan tinjauan tanpa rigid zone dan
tinjauan dengan rigid zone penuh (faktor = 1,0), pada elemen Balok yaitu sebesar :
1. Momen Positif (tengah bentang ) = (130,06-115,68)/130,06 x 100 = 11,06 %
2. Momen Negatif (ujung tepi kanan) = (234,63-209,26)/234,63 x 100 = 10,81 %
Sedangkan selisih hasil perhitungan pada elemen Kolom yaitu sebesar :
● Momen Positif (ujung atas) = (94,19-90,65)/91,19 x 100 = 3,76 %
Terlihat disini hasil perhitungan dengan tinjauan rigid zone lebih kecil berkisar 10%
dari tinjauan perhitungan biasa.
B. KESIMPULAN
Dari hasil analisa struktur dengan program bantu SAP2000 yang sudah ditinjau
tersebut, menjelaskan pada elemen balok bahwa semakin tinggi faktor rigid end
offset maka momen positif tengah bentang akan semakin mengecil sedangkan
sebaliknya pada ujung tepi momen negatif akan semakin membesar. Sedangkan
pada elemen kolom, karena gaya momen terbesar yaitu pada ujung atas/bawah
maka semakin besar nilai faktor rigid end akan semakin besar pula hasil momen.
Hal ini sesuai dengan prinsip analisa struktur bahwa semakin besar kekangan
terhadap perputaran/rotasi suatu tumpuan akan memberikan kemampuan
menerima/menahan momen yang semakin besar pula. Menurut E. L Wilson (1995)
penggunaan representasi rigid zone sesuai pula untuk diterapkan pada analisa
dinding geser baik yang mempunyai lubang maupun tidak, ini karena pengaruh
distribusi tegangan yang tidak kontinuitas pada daerah pertemuan sprandel beam
dan shearwall (pernyataan tersebut akan dipelajari oleh penyusun pada
kesempatan yang akan datang).
64
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
BAB VII
PENDETAILAN TULANGAN
4. Edit Grid
Arahkan krusor ke grid > Klik Kanan > Pilih Properties
65
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Jika data sudah benar grid akan berubah sesuai gambar berikut:
66
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
67
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
68
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
69
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
70
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Isi data detail penulangan yang digunakan melalui menu Picture >
Primary Bar > Secondary Bar > Save As sesuai Nama/Tipe Foot Plat >
Klik Applay > Select Foot Plat yang Akan Diberi Tulangan
71
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
72
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
73
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Isi data detail penulangan yang digunakan melalui menu Longitudinal Rebar >
Stem Strrips> End Bar > Klik Apply > Select Balok yang Akan Diberi Tulangan
74
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
75
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
Isian Data Tulangan Pokok bagian Bawah melalui menu > Primary Bottom Bars
> Isian data Tulangan Lainnya Sesaui dengan Perencanaan
76
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
77
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
78
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
79
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
15. Setelah data penulangan Plat terisi > Klik Modify > Klik Ok > Klik Plat yang
Akan Diberi Tulangan
80
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
81
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang
PUSTAKA
1. Suyono Nt., 2006. Catatan Penggunaan SAP2000.
2. Computers and Structures Inc., 2004 “CSI Analysis Reference Manual for
SAP2000,
3. ETABS & SAFE”
4. Naveed Anwar, 2002 “Building Structures – Modeling and Analysis Concepts”
5. Portland Cement Association, 1992 “PCA Frame – Manual”
6. E. L Wilson, 1995 “No Title : Personal Website“ Online www.wilson.org, Juli 2005
82