Modul Aplikasi Komputasi Bim - MSN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 84

BUILDING INFORMATION

MODELLING

Maris Setyo Nugroho, M.Eng.


Dian Eksana Wibowo, M.Eng.

TAHUN 2020
KATA PENGATAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT akhirnya modul pelatihan
BUILDING INFORMATION MODELING ini dapat terselesaikan dengan baik.
Modul pelatihan BUILDING INFORMATION MODELING ini disusun agar mudah
dipahami bagi para pemula, khususnya yang baru belajar mengenai BUILDING
INFORMATION MODELING. disamping itu, Modul ini diharapkan dapat
menunjang kegiatan akademik, terutama yang berhubungan dengan Mata Kuliah
Analisis Struktur I s.d. V, BAJA I, Beton I dan Beton II.

Dengan terselesaikannya modul SAP 2000 ini, penyusun mendapatkan bantuan


dari berbagai pihak, oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat.

Dengan menyadari tiada gading yang tak retak, penyusunan modul ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun,
sangat kami harapkan.

Wassalamu’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Penyusun,

TIM

ii
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

BAB I
PENDAHULUAN

Mengenal SAP2000 dan cara pemakaiannya


Program SAP2000 merupakan pengembangan program SAP yang di buat oleh Prof.
Edward L. Wilson dari University of California at Berkeley, US sekitar tahun 1970.
untuk melayani keperluan komersial dari program SAP, pada tahun 1975 dibentuk
perusahaan Computer & Structure, Inc. dipimpin oleh Ashraf Habibullah, dimana
perusahaan tersebut sampai saat ini masih eksis dan berkembang
(http://csiberkeley.com).

Sebagai program computer analisa struktur yang dikembangkan cukup lama dari
lingkungan universitas sehingga source code pada awal mulanya dapat dengan mudah
dipelajari, maka program SAP menjadi cikal bakal program-program analisa struktur di
dunia. Dengan reputasi lebih dari 30 tahun, program SAP dikenal secara luas dalam
komunitas rekayasa, khususnya di bidang teknik sipil dan secara spesifik lagi adalah
para structural engineer.

Program SAP mula-mula dikembangkan dalam versi main-frame. Sekitar tahun 1980
dibuat versi PC-nya, yaitu SAP80, dan tahun 1990 dengan versi SAP90, semuanya
dalam system operasi DOS. Ciri-ciri keduanya menggunakan file sebagai cara
memasukkan input data dalam mengopreasikannya. Ketika PC beralih dari system
DOS (teks) ke system operasi windows (grafis), versi SAP2000 dikeluarkan. Saat ini
versi PC yang terakhir adalah SAP2000 v.16.0 versi ini cukup canggih, karena dapat
melakukan analisa non-linier (deformasi besar, gap/kontak), kabel, beban ledak,
tahapan konstruksi dan sebagainya. Tetapi untuk kasus-kasus sederhana (umum)
pada level D3 dan S1 antara program lama dan baru tidak memberikan suatu
perbedaan yang signifikan, bahkan cenderung persis sama.

Program SAP2000 7.4 dan SAP2000 14.0 Versi Student


Sebagai program rekayasa professional yang bertaraf international, tidaklah heran jika
versi yang orisinil harganya mahal sehingga hanya dibeli peminat serius yang benar-
benar perlu dalam profesinya (konsultan, universitas). Sedangkan bagi mahasiswa
yang baru tertarik untuk mempelajarinya, tentulah cukup berat jika harus membelinya.
Salah satu solusi yang paling tepat adalah menggunakan versi terbatas non-komersil,
yaitu SAP2000 Student Version.

1
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Menurut informasi, SAP2000 mulai versi 8.3.3 tidak lagi mengeluarkan versi student,
tetapi telah diganti dengan versi research yang memerlukan persyaratan khusus untuk
memperolehnya dan masih harus membayar biaya lisensi tertentu (apalagi versi 11.0).
Oleh karena itu, dalam pembahasan digunakan versi sebelumnya, yaitu SAP2000 versi
7.4. walaupun bukan yang terbaru, tetapi fiturnya masih relevan untuk perencanaan
struktur yang umum.

Program versi student mempunyai kemampuan yang sama dengan program versi
penuh, yaitu dapat melakukan analisa struktur static/dinamik, dapat melakukan desain
penampang beton bertulang maupun struktur baja, tetapi disediakan manual program
dalam bentuk file *.pdf dan juga file-file pembelajaran secara multimedia. Yang
berbeda hanya kapasitasnya saja program tersebut hanya dapat digunakan untuk
struktur yang geometrinya dibentuk dengan jumlah nodal ≤ 100.

Sebagai materi pembelajaran, SAP2000 versi student mudah diperoleh. Dr. A. Zeiny,
Ph.D, P.E Dosen di California State University, Fresno, US, menyimpannya di server
kampus untuk di-download gratis melalui internet di
http://www.engr.osufresno.edu/~aelzeiny/instruct.html. di Indonesia juga dapat di
dowload versi student melalui internet di: http:// wiryanto.wordpress.com.

PERINGATAN! Hindari pemakaian program bajakan! Program computer rekayasa


prosesnya tergantung ketelitian operasi numeric yang dilakukan. Dengan memakai
program yang pernah “diotak-atik”, ada kemungkinan outpunya mengandung
“kesalahan” yang tidak mudah terdeteksi secara awam. Misalnya hasilnya semua
mirip, hanya kurang pada tanda minus (-) saja, sehingga selanjutnya tidak disadari
bahwa apa yang dianggap batang tarik sebenarnya adalah batang tekan yang
dapat mengalami bahaya tekuk.

Tampilan Awal Program


Program SAP2000 diciptakan khusus untuk lingkungan Windows, sehingga
pengoperasiannya juga secara grafis, yaitu mulai dari penyiapan input data,
menampilkan hasil, bahkan untuk desain penampang juga menggunakan tampilan
program yang sama. Meskipun demikian, masih menyediakan juga cara untuk
memasukkan data secara manual dengan file, karena bagi sebagian orang, cara
tersebut kadangkala lebih efektif untuk mendefinisikan penomoran nodal dan elemen.
Khususnya untuk geometri struktur yang besar, disediakan option untuk menciptakan
nodal dan elemen secara otomatis, yang berbeda dengan versi grafis. Keduanya saling
melengkapi.

2
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Menu input

Gambar 1. Tampilan awal program

Perintah dalam SAP2000


Dalam pemakaian program SAP2000, sebuah perintah (misalkan untuk menggambar
batang balok/kolom, mengganti jenis tumpuan, input data material/pembebanan, dll).
Dapat dilakukan lewat tiga cara:
1. Lewat menu yang ada (File, edit, Define, dst.) dan sub-sub menu yang sesuai.
2. Menggunakan tombol (toolbar) yang tampil pada layer sesuai perintahnya.
3. Dengan shortcut yang biasanya berupa kombinasi tombol keyboard (Ctrl+A,
F12, dan lain-lain).
Sebagai contoh: untuk memilih semua elemen dalam model yang ada, dapat dilakukan
dengan menggunakan salah satu dari ketiga cara di atas:
1. Melalui menu select > select > All
2. Menggunakan tombol (toolbar)
3. dengan shortcut Ctrl+A

Sistem Koordinat
Dalam Program SAP2000 dikenal 2 sistem koordinat yang digunakan:
1. sistem koordinat cartesian, berupa bidang ruang datar/kotak sumbu X-Y-Z
2. sistem koordinat cylindrical, berupa bidang ruang melingkar/silindris sumbu r-x-z.

3
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 2. Sistem koordinat Cartesian

Gambar 3. Sistem koordinat Cylindrical

Sumbu Lokal/Global
Pada Program SAP2000 digunakan dua macam sumbu:
1. sumbu Global, sebagai acuan keseluruhan model X-Y-Z
2. Sumbu lokal, acuan pada tiap elemen model (join, batang, area) 1-2-3; 1 = merah,
2= putih, 3 = biru.

Gambar 4. Contoh sumbu Global X-Y-Z (untuk keseluruhan model)\

4
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 5. Contoh sumbu Lokal 1-2-3 (pada tiap elemen)

Baik sumbu global maupun lokal, mengikuti kaidah tangan kanan (right-handed-
system), untuk penentuan arah sumbu-sumbunya adalah sebagai berikut:
1. Ibu Jari : arah sumbu X atau sumbu-1
2. Jari telunjuk : arah sumbu-Y atau sumbu-2
3. Jari tengah : arah sumbu-Z atau sumbu-3

Derajat kebebasan (DOF)


Derajat kebebasan (degree of freedom, DOF) menyatakan jenis pergerakan pada
model struktur yang memungkinkan. Untuk memahami derajat kebebasan,
sebelumnya perlu diketahui jenis pergerakan yang ada dalam SAP2000, yaitu:
1. Translasi (U), gerakan perpindahan sejajar dengan sumbu
2. Rotasi (R), gerakan putaran, memutari sumbu yang berkaitan
Sedangkan elemen arah yang ada dalam SAP2000 ada tiga, yaitu:
1. Arah sumbu-X
2. Arah sumbu-Y
3. Arah sumbu-Z
Untuk gerakan searah sumbu, memiliki nilai positif, sedangkan berlawanan sumbu
memiliki nilai negatif. Perlu diketahui juga, untuk rotasi dan momen juga mengikuti
kaidah tangan kanan, dimana ibu jari menunjuk arah sumbu, dan empat jari lainnya
menunjukkan arah putaran rotasi/momen.

5
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 6. Derajat Kebebasan

Objek dan Elemen


Elemen dasar dalam pemodelan SAP2000 adalah sebagai berikut:
1. Joint (titik nodal), berupa elemen titik/nodal
2. Frame (batang), berupa elemen garis (1D)
3. Area (luas), merupakan elemen luasan (2D)
4. Solid, merupakan elemen ruang (3D)

Pembebanan
Dalam SAP2000, menyangkut pembebanan, perlu dipahami beberapa istilah sebagai
berikut:
1. load case
Merupakan tipe beban yang akan dimasukkan dan dianalisis dalam model,
misalnya beban mati, beban hidup, beban angin, dll.
2. Function
Input berupa masukan data grafik atau data hubungan fungsi antara beberapa hal,
terutama untuk tipe beban non-statik, misalnya fungsi grafik akselerogram untuk
input beban gempa time history.
3. Analysis Case
Jenis analisis untuk tipe beban yang telah dimasukkan sebelumnya dalam load
case, diantaranya adalah jenis analisis beban statik, analisis response spectrum,
analisis time history dan lain-lain.

6
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

4. Load Combination
Kombinasi pembebanan dari beberapa tipe beban yang telah didefinisikan
sebelumnya, dilakukan pada tahap ini, dengan memberikan faktor pengali yang
sesuai untuk masing-masing tipe beban dan metode kombinasi.

7
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

BAB II
KONSEP DASAR ANALISIS STRUKTUR

Menurut Suhendro (2000), Berbagai macam struktur dan idealisasinya dibedakan


menjadi 5 (lima), diantaranya adalah sebagai berikut:
a. sistem rangka batang 2-dimensi (plane truss system)

Gambar 7. Sistem rangka batang 2-dimensi (plane truss system)

Struktur terbentuk dari elemen-elemen batang lurus (lazimnya prismatis) yang


dirangkai dalam bidang datar, dengan sambungan antar ujung-ujung batang
diasumsikan ”sendi sempurna”. Beban luar yang bekerja harus berabbbda di titik-
titik buhul (titik sambungan) dengan arah sembarang, namun harus sebidang
dengan bidang struktur tersebut. Posisi tumpuan, yang dapat berupa sendi atau rol,
juga harus berada pada titik buhul. Berdasarkan pertimbangan stabilitas struktur,
bentuk dasar dari rangkaian batang-batang tersebut umumnya adalah berupa
bentuk segitiga. Apabila semua persyaratan tersebut dipenuhi, maka dapat dijamin
bahwa semua elemen-elemen pembentuk sistem rangka batang 2-dimensi (plane
truss system) tersebut hanya akan mengalami gaya aksial desark atau tarik.
Berbagai contoh struktur di lapangan yang dapat diidealisasikan menjadi sistem
rangka batang 2-dimensi antara lain adalah: struktur kuda-kuda penyangga atap
bangunan, dan struktur jembatan rangka.

b. sistem rangka batang 3-dimensi (space truss system)


struktur terbentuk dari elemen-elemen batang lurus (llazimnya prismatis) yang
dirangkai dalam ruang 3-dimensi, dengan sambungan antar ujung-ujung batang
diasumsikan ”sendi sempurna”. Beban luar yang bekerja harus berada pada titik-
titik buhul (titik sambungan) dengan arah sembarang dalam ruang 3-dimensi.
Posisi tumpuan, yang lazimnya berupa sendi, juga harus berada pada titik buhul.
Berdasarkan pertimbangan stabilitas struktur, bentuk dasar dari rangkaian batang-

8
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

batang tersebut, umumnya adalah berupa bentuk segitiga. Apabila semua


persyaratan tersebut dipenuhi, maka dapat dijamin bahwa semua elemen-elemen
pembentuk sistem rangka batang 3-dimensi (space truss system) tersebut, hanya
akan mengalami gaya aksial desak atau tarik.

Gambar 8. Sistem rangka batang 3- dimensi

Berbagai contoh struktur di lapangan yang dapat diidealisasikan menjadi sistem


rangka 3-dimensi antara lain: struktur kuda-kuda penyangga atap bangunan yang
relatif luas (Misalnya : stadion, convention hall, mall, dan hanggar pesawat
terbang), struktur jembatan rangka berbentang panjang, menara-menara transmisi
listrik tegangan tinggi, dan menara-menara telekomunikasi/pemancar televisi/radio.

c. Sistem portal 2-dimensi (plane frame system)


Struktur terbentuk dari elemen-elemen batan lurus (lazimnya prismatis) yang
dirangkai dalam bidang datar, dengan sambungan antar ujung-ujung batang
diasumsikan ”kaku sempurna” namun dapat berpindah tempat dalam bidang
strukturnya dan dapat berputar dengan sumbu putar yang tegak lurus bidang
struktur tersebut. Beban luar yang bekerja boleh berada di titik-titik buhul maupun
pada titik-titik di sepanjang batang dengan arah sembarang namun harus sebidang
dengan bidang struktur tersebut. Posisi tumpuan, yang dapat berupa jepit, sendi
atau rol juga harus berada pada titik buhul. Mengingat sambungan-sambungan
antar ujung batang adalah kaku sempurna yang dapat menjamin stabilitas elemen,
maka sistem portal 2-dimensi ini meskipun lazimnya mendekati bentuk-bentuk segi-
empat, namun pada prinsipnya boleh bentuk sembarang dan tidak memerlukan
bentuk dasar segitiga seperti halnya pada sistem rangka batang 2-dimensi.
Elemen-elemen pembentuk sistem portal 2-dimensi (plane frame system) tersebut

9
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

akan dapat mengalami gaya-gaya dalam (internal forces) berupa: gaya aksial
(desak atau tarik), momen lentur (bending moment) dan gaya geser.

Gambar 9. Sistem portal 2- dimensi

Berbagai contoh struktur di lapangan yang dapat diidealisasikan menjadi sistem


portal 2-dimensi (plane frame system) antara lain adalah : struktur portal-portal
gedung berlantai banyak, struktur portal bangunan-bangunan
industri/pabrik/gudang, dan jembatan-jembatan balok menerus statis tak tentu.
Khusus pada sistem balok menerus, apabila beban yang bekerja didominasi oleh
gaya-gaya yang berarah tegak lurus sumbu batang, maka gaya aksial pada batang
relatif kecil atau bahkan tidak terjadi, dan gaya-gaya dalam yang diperhitungkan
dialami oleh elemen yang hanya berupa momen lentur dan gaya geser saja.

Gambar 10. Sistem balok menerus

10
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

d. sistem balok silang (grid system)


struktur terbentuk dari elemen-elemen batang lurus (lazimnya prismatis) yang
dirangkai dalam bidang datar, dengan sambungan antar ujung-ujung batang
diasumsikan ” kaku sempurna” namun dapat berpindah tempat dalam arah tegak
lurus bidang strukturnya, dan dapat berputar. Beban luar yang bekerja boleh
berada di titik-titik buhul maupun pada titik-titik di sepanjang batang dengan arah
harus tegak lurus terhadap bidang struktur tersebut. Posisi tumpuan, yang dapat
berupa jepit atau sendi, juga harus berada pada titik buhul. Mengingat sambungan
antar ujung-ujung batang adalah kaku sempurna yang dapat menjamin strbilitas
elemen, maka sistem balok silang ini meskipun lazimnya mendekati bentuk-bentuk
segi empat, namun pada prinsipnya boleh berbentuk sembarang. Elemen-elemen
pembentuk sistem balok silang (grid system) tersebut akan dapat mengalami gaya-
gaya dalam (internal forces) berupa: momen lentur (bending momen), momen torsi
(torsional moment) dan gaya geser gaya.

Berbagai contoh struktur di lapangan yang dapat diidealisasikan menjadi sistem


balok silang (grid system) antara lain adalah : struktur penyangga lantai-lantai
bangunan bertingkat banyak, struktur bangunan industri, struktur jembatan dan
struktur dermaga.

x
Y

Gambar 11. Sistem Balok silang (grid system)

e. Sistem portal 3-dimensi (space frame system)


Struktur terbentuk dari elemen-elemen batang lurus (lazimnya prismatis) yang
dirangkai dalam ruang 3-dimensi, dengan sambungan antar ujung-ujung batang
diasumsikan ”kaku sempurna” namun dapat berpindah tempat (translasi) dan
berputar dalam ruang 3-dimensi.
Beban luar yang bekerja boleh berada di titik-titik buhul maupun pada tiitk-titik di
sepanjang batang dengan arah sembarang. Posisi tumpuan, yang dapat berupa

11
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

jepit atau sendi, harus berada pada titik-titik buhul. Mengingat sambungan antar
ujung-ujung batang adalah kaku sempurna yang dapat menjamin stabilitas elemen,
maka sistem portal 3-dimensi ini meskipun lazimnya mendekati bentuk-bentuk segi
empat, namun pada prinsipnya boleh berbentuk sembarang.
Elemen-elemen pembentuk sistem portal 3-dimensi (space frame system) tersebut
akan dapat mengalami gaya-gaya dalam (internal forces) berupa: momen lentur
(bending moment) dalam 2 arah sumbu putar, momen torsi (torsional moment),
gaya geser dalam dua arah dan gaya aksial.

Gambar 12. Sistem Balok silang (grid system)

Berbagai contoh struktur di lapangan yang dapat di idealisasikan menjadi sistem


portal 3-dimensi antara lain adalah: struktur portal gedung bertingkat banyak,
struktur bangunan industri atau pabrik, struktur jembatan berbentang panjang,
struktur dermaga, dan sejenisnya, yang ditinjau secara tiga dimensi.

12
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

BAB III
STRUKTUR TRUSS 2D

TRUSS 2D – ANALISIS STATIK


Sebuah jembatan rangka batang bentang 25 m memiliki data struktur sebagai berikut:
1. Denah dan ukuran

Z
5000

25000

W W W W W

5000
DL DL DL DL

W W W W

25000

Gambar 13. Tampak depan jembatan

Beban mati (pelat jembatan+finishing)


PD = 10 kN
Beban hidup
PL = 8 kN
Beban angin
Pw = 5 kN

2. Baja Profil yang digunakan


Batang atas : 2L90x90x9
Batang bawah : 2L90x90x9
Batang diagonal : 2L80x80x8
Batang pengaku : 2L70x70x7
3. Mutu Bahan/material
Baja profil : BJ-37; fy = 240 MPa; fu = 370 MPa

13
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Model SAP2000 2-Dimensi


Berikut akan dibuat model SAP2000 untuk struktur jembatan di atas dengan tinjauan
secara 2 (dua) dimensi untuk salah satu truss.
A. INPUT MODEL
1. Memulai membuat file baru:
file > New Model From Template/New Model....atau shortcut : Ctrl+N

Gambar 14. Menu Coordinate System Definition

Jika keluar menu di atas, maka klik oke saja, selanjutnya klik menu Draw> edit
> grid, akan keluar seperti Gambar 15 di bawah:

Pilih besarnya nilai dari masing-


masing sumbu global sebagai
berikut:
X = 0; 2,5; 7,5; 12,5; 17,5; 22,5; 25
Y=0
Z = 0; 5
Kemudian klik > OK.

Gambar 15. Draw edit grid

14
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Langkah selanjutnya menggambar elemen frame dengan menggunakan Draw

> frame > elemen

2. Mengubah tampilan ke bidang X-Z dan 3D


Pilih bidang XZ pada layar di sebelah kiri, dan pilih 3D pada layar sebelah
kanan, maka akan tampil seperti berikut ini:

Gambar 16. Tampilan layer 2D dan 3D

3. Mendefinisikan tipe bahan


Define > Materials > Pilih Steel

Gambar 17. Material Property Data

Pada nilai Modulus elastisitas, isikan 2,1e8 (2,1.108 kN/m2 = 2,1.105 MPa), fy =
240000 kN/m2 (2,1.105 MPa), jika ada pilihan fu = 370000 kN/m2
Pada Poisson ratio, isikan 0,3
Klik OK

15
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

4. Mendefinisikan penampang elemen struktur

Define > Frame Section, pada click to, pilih Import Double Angle (klik cancel
jika muncul kotak dialog), pada Add to, pilih Add Double Angle. Maka isikan
seperti data di bawah ini:

Gambar 18. Double Angle Section

Selanjutnya, isikan untuk jenis/tipe profil siku yang lain dengan cara yang sama.

5. Mengganti tipe tumpuan struktur (sendi-rol)


Klik Joint, kemudian pilih menu > Assign > joint > Restraints

Gambar 19. Assign Joint Restraints

6. Mendefinisikan tipe beban\


Define > Static > Load Case
Inputkan tiga beban berikut: Mati/Dead; Hidup/Live; Angin/Wind, seperti pada
Gambar 20 di bawah.

16
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 20. Define static load case

7. Mendefinisikan kombinasi pembebanan


Define > Load Combination > Klik Add New Combo

Gambar 21. Define Load Combination

8. Mengaplikasikan pembebanan pada struktur


Assign > Joint Static Loads > Forces
Pada bagian loads isikan -10 pada force Global Z (beban mati 10 kN arah ke
bawah)
Klik OK

Gambar 22. Assgin Loads beban mati

17
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 23. Assign Loads beban hidup

Memasukkan Angin, besarnya 5 kN ke arah kanan

Beban Angin

Gambar 24. Assign Loads beban Angin

9. Mendefinisikan batang-batang jembatan sebagai elemen truss (ujung


sendi).
Select > Select > All atau Shortcut Ctrl+A
Assign > Frame > Releases/Partial Fixity
Aktifkan kotak start dan End untuk momen 33 (Major) pada kotak dialog yang
muncul lalu klik > OK

Gambar 24. Frame Releases

18
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

10. Menentukan tipe analisis struktur (truss 2-D)


Analyze > Set Analyze > Options kemudian pilih XZ Plane, karena yang akan
kita analisis berbentuk 2-Dimensi. Lalu klik OK. Kemudian pilih F5, RUN.

Gambar 25. Analyze Option

11. Melakukan analisis


Berikut disajikan hasil analisis program SAP2000.

Gambar 26. Analysis complete

19
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 26. Deformed Shape hasil RUN program SAP2000

B. Data Output
1. Menampilkan Deformasi struktur
Display > Show Deformed Shape.
Pada case/combo, pilih tipe beban yang akan dilihat
2. Menampilkan reaksi tumpuan
Display > Show Forces/Stress > Joints

Gambar 27. Reaksi tumpuan

3. Menampilkan gaya batang


Display > Show Forces/Stress > Frames/Cables > pilih Axial Forces

Gambar 28. Reaksi tumpuan

20
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

BAB IV
MODEL FRAME BETON 2 DIMENSI

Pada bagian ini akan dibahas sebuah portal beton seperti gambar dibawah, unit
dalam KN-m, modulus elastisitas beton Ec=2.104 MPa. Elemen kolom luar digunakan
penampang 400x500, kolom tengah 400x600, elemen balok dan lantai atap digunakan
penampang T seperti gambar , unit dalam mm. berat sendiri elemen masuk pada dead
load (DL), beban hidup (LL) dan beban gempa statik (E), seperti dijelaskan pada
gambar.
Portal direncanakan dengan code ACI 318-99 dengan mutu beton fc’=20MPa,
dengan mutu baja tulangan geser fy=240 MPa, dengan kombinasi pembebanan
disesuaikan dengan SK SNI 1991 sebagai berikut:
1. 1,2 DL + 1,6 LL
2. 1,05 DL + 0,6 LL + 1,05 E
3. 1,05 DL + 0,6 LL – 1,05 E
LL=20KN/m LL=5KN/m
LL=5KN/m DL=50KN/m DL=15KN/m
DL=15KN/m
+11,00
25 KN

LL=50KN/m LL=10KN/m
LL=10KN/m DL=80KN/m DL=25KN/m
DL=25KN/m
+7,50
30 KN

LL=50KN/m LL=10KN/m
LL=10KN/m DL=80KN/m DL=25KN/m
DL=25KN/m
+4,00
15 KN
600 500
120 120
500 400

250 200
BALOK LANTAI BALOK ATAP 0,00

6000 6000

Gambar 29. Model Portal Beton 2D


Untuk analisis dan desain model ini dapat dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:

21
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

A. MENENTUKAN GEOMETRI STRUKTUR


1. Tentukan unit yang sesuai, digunakan KN-m
2. Pilih menu File/New Model…pilih Grid Only

Gambar 30. File New Model


Pada New Coordinat Grid System klik Ok

3. Akan tampil 2 Layar 2D dan 3D

Gambar 31. Layar 2D dan 3D


4. Define Coordinate Systems Grid, pilih Modify/Show System

22
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 32. Coordinate Systems Grid


Pilih Glue Joints to Grid Lines
Isikan Pada sumbu X = 0, 6, 12
Y=0
Z = 0, 4, 7.5, 11
Pilih Ok!!!
5. pilih Draw, Draw frame/Cable
Gambarlah sesuai dengan soal, pada gambar 1.0
6. Pilih Tumpuan, caranya klik pada joint (ada 3 joint)
Lalu pilih Assign, Joint pilih Restraints
Pilih Jenis Tumpuan yaitu tumpuan Jepit seperti gambar dibawah

TUMPUAN JEPIT

Gambar 33. Joint Restraints


B. PENENTUAN MATERIAL BETON
Pada contoh ini digunakan penampang beton yang ditentukan sendiri karena
SAP 2000 tidak menyediakan. Langkah-langkah yang dilakukan ialah sebagai
berikut:
1. Pilih Material Beton pada Menu Define Materials

23
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 34. Define Materials

Akan Tampil Kotak seperti gambar dibawah:

Gambar 35. Define Materials


Pilih CONC, Klik Modify/Show Material, lalu tampil material property data

Gambar 36. Material Property Data

 Isikan modulus elastisitas beton = 20.000.000 kN/m2 (2.104MPa),


tegangan leleh tulangan longitudinal =400.000 KN/m2 (400MPa),

24
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

tegangan beton silinder = 20.000 KN/m2 (20 MPa), tegangan leleh


tulangan geser = 240.000 KN/m2 (240 MPa) dan tegangan geser beton =
15.000 KN/m2 (15 MPa), seperti pada Gambar 8
 Klik Ok!!!!
Menentukan Section
1. Define Frame/Cable Section tampil frame properties

Gambar 37. Frame Property

2. Pada Choose Property Type for Add, pilih Import Rectangular, pada kotak di
bawahnya pilih Add Rectangular, pada klik To pilih Add New Property:
3. Isikan Section Name dengan nama K400x500 untuk kolom tepi, pada material
pilih concrete.
4. Pada Reinforcement, pilih diameter 16, lalu klik Ok

Gambar 38. Rectangular Section

5. Untuk kolom, ke-2 sama, hanya tinggal diganti angkanya saja, caranya pilih
Add New Property Lalu isikan semua angka yang dibutuhkan seperti gambar
dibawah:

25
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 39. Rectangular Section


6. Klik Ok
7. ulangi langkah nomor 2 tersebut diatas untuk menentukan elemen balok
sebagai berikut:
 Klik pada drop-down box Add Tee, maka akan ditampilkan dialog box
“Tee Section” seperti gambar :

Gambar 40. Rectangular Section

 Isikan nama profil pada Section Name dengan T250x500 untuk balok
lantai, kemudian pilih CONC pada kotak material. Kemudian isikan tinggi
(t3) = 0.5, lebar sayap (t2) = 0.6, tebal sayap (tf) = 0.12 dan tebal badan
(tw) = 0.25.
 Klik pada Reinforcement, maka akan muncul dialog box seperti gambar
11, disini elemen Class sudah menunjuk Beam, Isikan selimut beton atas
(Top) = 0.05 dan bawah (bottom) = 0.05.

26
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

8. ulangi langkah nomor 4 untuk menentukan potongan balok atap dengan nama
potongan T200x400.

Gambar 41. Rectangular Section


Sekarang telah ada empat section, yaitu kolom K400x500 dan K400x600, serta
balok T250x500 dan T200x400, yang nantinya dapat digunakan untuk
menentukan property pada model strukturnya.

C. Menentukan Load Case


Untuk analisis struktur pada contoh ini diperlukan tiga macam Load Case.
Pertama ialah beban mati (DL), beban hidup (LL), dan beban gempa (E). langkah
untuk load case ini adalah sebagai berikut
1. pilih menu Define/Static Load Case, kemudian akan ditampilkan dialog box
“Static Load Case Name”. tentukan nama beban DL, tipe beban DEAD dan
faktor penggali sendiri.
2. ulangi langkah nomor 1 untuk menentukan beban LL dan E dengan faktor
penggali berat sendiri 0 seperti gambar.

Gambar 42. Define load case

D. Menentukan Beban Elemen dan Beban Joint


Beban mati (DL) dan beban hidup (LL) yang dikerjakan pada struktur,
besarnya sesuai dengan ketentuan pada gambar 1.

27
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

1. Pilih elemen pada bentang kiri untuk lantai 2 dan 3. pilih menu
Assign/Frame static load/Trapeziodal, maka akan tampil dialog box
“Trapeziodal Span Load” seperti gambarX. Dari dialog box ini kemudian :
 Pilih Load Case Name DL, Load Type Forces dan Direction Gravity,
Option Add to Exixting Load.
 Pada Trapeziodal Loads Pilih Absolut Distance From End-1 Kemudian
isikan data seperti pada gambar 13.
 Klik Ok

Gambar 43. Input distribusi beban

2. Pilih elemen pada bentang kanan untuk lantai 2 dan 3. pilih menu
Assign/Frame Static Load/Trapeziodal, maka akan tampil dialog box
“Trapeziodal Span Loads” seperti gambar 13. dari dialog box ini kemudian:
 Pada Trapeziodal Span Loads isikan seperti pada gambar 13.
 Klik Ok
3. Ulangi langkah 2 dan pada dialog box “Trapeziodal Span Load” isikan data
seperti gambar 13.
4. Ulangi langkah nomor 2, dengan toolbar pilih Load Case Name DL dan
Direction Gravity, isikan pada beban Point Loads dengan distances=3,
Load=80. seperti gambar 17.
5. Ulangi langkah nomor 1 sampai nomor 4 untuk menentukan beban hidup
(LL). Demikian juga untuk beban DL dan LL pada balok atap dilakukan
dengan mengulang langkah nomor 1 sampai 4 tersebut.

28
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 44. Input beban segitiga

Gambar 45. Input beban segitiga

Gambar 46. Input beban point load


6. Pilih Joint lantai dua paling kiri. Kemudian klik Assign, pilih frame loads, pilih
point. Dari tentukan Load Case Name E (gempa) dan pada Forces Global
X, isikan 15, lalu klik Ok.

29
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

7. Pilih Assign joint load pilih forces, muncul kotak dialog dan isikan untuk
menentukan beban gempa (E) pada joint paling kiri lantai 3 dan atap. Untuk
joint selanjutnya bisa dilakukan langkah yang sama.

Gambar 47. Rectangular Section


Semua beban sudah diberikan pada model struktur, dan data model struktur
sudah lengkap untuk dilakukan analisis.

E. Analisis Model.
Untuk analisis model ini dilakukan sebagai berikut:
1. Pilih menu Analyze/Set Options, maka akan ditampilkan dialog box “Analysis
Options” dari dialog box ini :
 Pilih pada Fast DOF’s dengan Plane Frame.
 Klik Ok
2. Pilih menu Analyze/Run, maka akan ditampilkan dialog box “Save Model File
As”. Dari dialog box ini:
 Simpanlah model dengan nama file : PORTAL, kita tidak perlu menuliskan
extension file SDB, karena program akan menambahkan sendiri.
 Klik pada Save.
3. Kemudian akan muncul window dengan menampilkan beberapa variasi
analisis. Apabila analisis telah lengkap, dan tidak ada pesan kesalahan (error)
atau peringatan (warning) pada baris paling akhir akan muncul pesan
ANALYSIS COMPLETE.
4. Klik Ok
Setelah dilakukan analisis maka dapat ditampilkan bentuk deformasi
struktur dan gaya-gaya yang terjadi, sesuai dengan kombinasi beban yang
diinginkan.

30
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 48. Bid. D. Shear 2-2

Gambar 49. Bidang Momen 3-3

Untuk menampilkan gambar bidang momen dan bidang D (gaya lintang),


dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
Klik display, pilih Show forces/Stresses, pilih frames/cables. Pilih beban
yang ingin ditampilkan, pada component pilih shear 2-2, dan pada bidang momen
pilih 3-3. apabila ingin menampilkan nilai dari momen dan gaya lintang, klik Show
Values on diagram.

31
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

F. Desain Struktur Beton


Untuk desain elemen struktur dilakukan sebagai berikut:
1. Pilih menu design/concrete design agar keadaan aktif
2. Plilih menu define/loadcombination, maka akan tampil dialog box “Define
Load Combinations”. Dari dialog box ini :
 Klik Add Default Design Combo maka akan ditampilkan dialog box Define
Load Combination seperti gambar 20
 Pilih Combination, DCON2, kemudian klik Modify/Show Combo, maka
akan tampil dialog box seperti gambar 20, ubahlah agar kombinasi menjadi
seperti gambar 21.
 Ulangi langkah di atas untuk mengubah kombinasi DCON3, DCON4, yang
disesuaikan dengan ketentuan pada SK SNI seperti Gambar 20.

Gambar 50. Design combo

Gambar 51. Respon combination data

32
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 52. tampilan respon combination data

Gambar 53. tampilan respon combination data

3. Pilih menu Option/preferences, kemudian klik pada tab Concrete, lalu pilih
Concrete Design Code ACI 318-99 seperti pada gambar X.
 Isikan faktor reduksi untuk bending/tension 0.80, shear 0.60 Compression
(T) 0.65 dan Compression (S) 0.70.
 Klik Ok.
4. Pilih menu Design/start design/check of structure, setelah beberapa saat
akan ditampilkan gambar luas tulangan yang diperlukan pada setiap elemen,
perlu diketahui bahwa luas yang ditampilkan pada gambar semuanya ialah
0,00. karena masih menggunakan unit dalam KN dan meter. Untuk
menampilkan luas tulangan dalam mm, ubahlah unit dalam N-mm, pada kotak
kanan bawah.

33
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

5. Apabila ingin mengetahui luas tulangan dan detail salah satu balok, kita dapat
memilih salah satu elmen balok dan klik dengan mouse kanan, maka akan
ditampilkan window informasi luas tulangan longitudinal dan tulangan gesernya.
Dari informasi ini jika di klik pada details, maka akan ditampilkan analisis
penampang sesuai code yang dipilih ialah ACI 318-99 seperti gambar 24.

Gambar 54. Analisis penampang sesuai ACI


6. Apabila ingin mengetahui luas tulangan dan detail salah satu kolom, kita dapat
memilih salah satu elmen kolom dan klik dengan mouse kanan, maka akan
ditampilkan window informasi luas tulangannya. Dari informasi ini ada tiga
pilihan ialah Interaction. Details dan Re-Design. Jika di-klik pada Details.
Maka akan ditampilkan analisis penampang sesuai code yang dipilih, ialah ACI
318-99, seperti gambar 24. dan jika di-klik pada interaction akan ditampilkan
diagram interaksi kolom beton bertulang sesuai dengan penampangnya
sebagai berikut :

Gambar 55. menu untuk diagram interaksi

34
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

BAB V
MODEL FRAME BETON 3 DIMENSI

Untuk model frame 3 Dimensi perlu diperhatikan adanya penomoran joint dan
elemen, terutama untuk joint pusat massa. Perlu juga diperhatikan arah sumbu-sumbu
lokal untuk elemen kolom / vertikalnya, karena arah sumbu-sumbu lokal ni harus
sesuai dengan model struktur yang ditentukan.

Gambar 56. Gambar portal 3D

Pada gambar 26 diberikan contoh portal 3 Dimensi yang sederhana, dengan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. semua bahan dari beton bertulang dengan modulus elastisitas Ec=2.107
KN/m2,. Kuat tekan beton fc’=25 MPa, baja tulangan fy=400 MPa, dan baja
sengkang fys=240 MPa.
2. semua kolom ukuranya 300x400 mm2, sumbu local 3 sejajar dengan sumbu
global Y. semua balok ukuran 250x500mm2.
3. semua balok dengan beban mati (DL) 20 KN/m’. dan beban hidup (LL) 8 KN/m’.
pada lantai 2 beban gempa static arah X (Ex) dan arah Y(Ey) 30 KN, dan pada
lantai 3 beban gempa untuk arah X (Ex) dan arah Y (Ey) 60 KN.
4. Koordinat pusat massa lantai 2 dan 3 untuk X=3.0 meter, Y=6.5meter, untuk Z
mengikuti tinggi lantainya. Pada setiap lantai, massa translasi arah X dan Y
besarnya 65 KN-detik2/m, dan inersia massa besarnya 850 KN-detik2-m2/m.

35
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Langkah-langkah untuk menentukan model frame 3 Dimensi dijelaskan sebagai


berikut:

A. Menentukan Geometri struktur


1. Pilih Unit yang sesuai dengan keinginan, dalam contoh ini unit dalam KN-m,
dari menu pilihan di kanan bawah dengan KN-m.
2. Pilih menu File/New Model, kemudian akan tampil dialog box Coordinate
System Definition.
3. Pada Dialog box Coordinate System Definition ini:
 Isikan pada area Number Of Grid Space untuk X=1, Y=0 dan Z=2
 Isikan pada area Grid Spacing X=6 dan Z=4, untuk Y biarkan saja
4. klik Ok.
Layar montor akan menampilkan windows dalam tampak 3D dan 2D
yang diatur secara vertikal. Jendela sebelah kanan menampilkan bidang X-Y
dari model struktur untuk Z=8, dan jendela sebelah kiri menampilkan
pandangan 3D dari model struktur.
5. Pada jendela kanan, klik ganda pada garis grid vertical, kemudian ubahlah
dengan Move Grid Line koordinat X arah 3 menjadi 0, dan 3 menjadi 6 klik Ok.
6. Pada Jendela kanan klik ganda pada garis grid horizontal, kemudian
tambahkan dengan Add Grid Line koordinat Y arah dengan 5 dan 11. klik Ok.
Pada jendela kiri akan tampak garis grid dalam 3 Dimensi.
7. Dengan toolbar pindahkan posisi bidang grid pada jendela kiri hingga Z=0, hal
ini ditunjukkan pada layer sebelah bawah kiri dengan keterangan X-Y Plane @
Z=0.
8. Pilih Menu Draw/New Label, maka akan ditampilkan dialog box seperti gambar
27. Dari dialog box ini isikan untuk joint, dibawah Next Number 1, Increment 1.

36
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 57. New Labels

9. dengan toolbar klik pada perpotongan grid kiri bawah dengan koordinat X=0
dan Y=0. kemudian klik lagi pada koordinat X=6 dan Y=0. kemudian klik lagi
pada koordinat X=6 dan Y =0, dan seterusnya sehingga pada koordinat Z=0
semua joint tergambar dengan nomor joint mengikuti gambar.XSX
10. dengan toolbar pindahkan posisi bidang grid pada jendela kiri hingga Z=4 hal
ini ditunjukkan pada layer sebelah bawah kiri dengan keterangan X-Y Plane @
Z=4. Ulangi langkah nomor 10 untuk menentukan joint pada lantai 2 sesuai
Gambar 27
11. Dengan toolbar pindahkan posisi bidang grid pada jendela kiri hingga Z=8. Hal
ini ditunjukkan pada layer sebelah kiri bawah dengan keterangan X-Y plane @
Z=8. Ulangi langkah nomor 10 untuk menentukan joint pada lantai 3 sesuai
gambar 27. Setelah selesai, maka pada layer akan tampak seperti Gambar 27.
12. dengan toolbar aktifkan Check box (V) Label pada Frame, lalu klik Ok.
13. Dengan toolbar gambarkan elemen kolom lantai 1 dengan nomor elemen
sesuai Gambar. 27
14. ulangi langkah nomor 14 untuk menggambarkankolom lantai 2, balok
lantai 2 dan lantai 3 dengan nomor elemen sesuai Gambar 27.
15. Pada jendela kanan tambahkan garis grid horizontal untuk koordinat X=3.0
dengan Add Grid Line seperti langkah nomor 5 atau 6.
16. Pada Jendela kanan pilih koordinat Z=4, kemudian dengan toolbar, klik pada
koordinat perpotongan garis grid X=3.0 dan Y=6.5, Joint ini ialah pusar massa
lantai 2 dengan nomor joint 19.
17. Pada jendela kanan, pilih koordinat Z=8, kemudian dngan toolbar klik pada
koordinat perpotongan garis grid X=3, dan Y=-6.5. joint ini adalah pusat massa
lantai 3 dengan nomor joint 20.
18. Pilih semua joint pada z=0, dengan toolbar tentukan dukungan jepit.

37
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

B. Menentukan Material dan Potongan Elemen Struktur.


Untuk menentukan material dan potongan elemen, dapat dilakukan dengan
cara seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
Nama-nama property potongan dapat digunakan sebagai berikut:
1. Untuk kolom diberi nama K30x40 dengan jumlah tulangan 4 pada arah
sumbu-3, dan arah sumbu 2, sehingga total tulangan pada penampang kolom
12 buah.
2. untuk balok diberi nama B25x50, tebal selimut beton 0,05 m (50mm).
3. setelah semua property elemen balok dan kolom ditentukan, yakinkan bahwa
sumbu-3 untuk kolom arahnya sesuai yang dikehendaki. Caranya ialah
sebagai berikut:
 Dengan toolbar aktifkan Check box (V) Show Extrussions yang ada
dibagian bawah, lalu
 Klik Ok, maka elamen struktur akan ditampilkan sesuai dengan property-
nya seperti gambar 28.
 Yakinkan bahwa arah lebar kolom (Sumbu-3) ialah searah sumbu global
Y seperti ketentuannya.

Gambar 58. tampilan elemen sesuai property

C. Menentukan Load Case dan Beban Pada Struktur


Load case yang bekerja pada model struktur terdiri dari beban DL, LL, gempa
Ex. Untuk beban DL digabungkan dengan berat sendiri elmennya, seperti
dijelaskan pada gambar 28.
Untuk menentukan beban gravitasi dan beban gempa pada model struktur
dilakukan sebagai berikut:

38
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

1. Pilih semua balok arah X maupun arah Y pada lantai 2 dan 3.


2. dengan toolbar pilih load case name DL dan direction Gravity, isikan pada
uniform load dengan 20.
3. pilih semua balok arah X maupun arah Y, kemudian dengan toolbar pilih load
case name LL dan direction gravity, isikan pada uniform load dengan 8.
4. pilih joint nomor 19 (pusat massa lantai 2), kemudian dengan toolbar pilih
load case name Ex, isikan beban gempa static arah sumbu X sebesar 30.
5. pilih joint 19 kemudian dengan toolbar pilih load case name EY, isikan beban
gempa static arah sumbu Y sebesar 30.
6. pilih joint nomor 20 (pusat massa lantai 3), kemudian dengan toolbar pilih
load case name Ex, isikan beban gempa static arah sumbu X sebesar 60.
7. Pilih joint nomor 20 kemudian dengan toolbar pilih load case name Ey, isikan
beban static arah sumbu Y sebesar 60.

Gambar 59. Load Case

D. Menentukan Diafragma dan Massa Tiap Lantai


Setelah semua beban static ditentukan, perlu ditentukan diafragma lantai dan
massa tiap lantai. Untuk menentukan diafragma dan massa tiap lantai ini dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Klik pada jendela kanan, kemudian dengan atau pilih lantai 2 (X-Y Plane
@Z=4).
2. Pilih semua joint pada jendela kanan, kemudian dari menu Assign pilih
Constrains, maka akan tampil dialog box Constrains, pada dialog box ini:
 Pada click to, pilih Add diapraghm, maka akan tampil dialog box
diapraghm constraint.
 Pada constraint name, biarkan namanya tetap DIAPH1.
 Pada Constraint Axes, pilih Z axes.
 Klik Oke!!!

39
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

3. dengan pilih lantai 3 (X_Y) plane @ Z=8), kemudian ulangi langkah no.2
untuk menentukan diafragma dengan nama DIAPH2.
4. pada lantai 3 (X-Y Plane @ z=8), pilih joint nomor 20.
5. Dari menu Assign pilih joint, lalu masses, maka akan tampil dialog box seperti
Gambar 30. Pada dialog box dibawah ini:
 Pada directon 1 di area Masses in local direction isikan dengan nilai 65.
 Pada direction 2 diarea Masses in local direction isikan dengan nilai 65
 Pada rotation about 3 di area mom. Of inertia in local direction, isikan
dengan nilai 850.
 Yang lain biarkan saja.
 Klik OK!
Data pada langkah no. 5 tersebut maksudnya adalah bahwa untuk beban
dinamik, struktur pada lantai 3, hanya berdeformasi dan translasi arah sumbu X dan
sumbu Y, serta rotasi terhadap sumbu Z.
6. Pada lantai 2 (X-Y plane @ z=4) pilih joint nomor 19, kemudian ulangi
langkah nomor 5 untuk menentukan massa translasi dan inersia massa pada
lantai 2.

Gambar 60. Joint massa.

E. Menentukan Beban Dinamik


Setelah massa tiap lantai dan diapraghma ditentukan, perlu ditentukan
beban dinamik pada model struktur. Beban dinamik yang dikerjakan pada model
struktur ini adalah Response Spectrum yang diambil dari pedoman perencanaan

40
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, SKBI-1.3.53. 1987 (PPKGURG-87).


Data yang diambil dari (PPKGURG-87) ini merupakan koefisien gempa dasar, dan
struktur dianggap berada diatas tanah lunak untuk wilayah 3. data tersebut dapat
dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 1. koefisien gempa dasar diatas tanah lunak untuk wilayah 3

Waktu (detik) Koefisien

0 0.07
1 0.07
2 0.035
3 0.035

Untuk menentukan beban dinamik, langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. pilih Define/Respon spectrum function, maka akan tampil dialog box Define
respon spectrum function.
2. klik Add New function, maka akan tampil dialog box function definition pada
box berikut ini:
 beri nama PPKGURG pada function name
 isikan di bawah time dengan 0, dibawah value dengan 0,07 klik Add.
 isikan di bawah time dengan 1, dibawah value dengan 0,07 klik Add.
 isikan di bawah time dengan 2, dibawah value dengan 0,035 klik Add.
 isikan di bawah time dengan 3, dibawah value dengan 0,035 klik Add.
3. klik ok.

Gambar 61. function definition

41
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

Gambar 62. Respon Spectrum case data.

4. pilih menu define/ Respon spectrum case, maka akan ditampilkan dialog box
Define respon spectra, klik pada Add New Spectra, maka akan tampil dialog
box Response Spectrum Case data:
 isikan response spectrum case name dengan nama PPKGURG.
 Isikan pada damping dengan 0,05 (5%).
 Pada area input response spectra. Pada U1 pilih function PPKGURG,
dan scale factor 9,81.
 Pada area input response spectra, p[ada U2 pilih function PPKGURG
dan scale factor 9,81.
 Klik OK.

F. Analisis Model
Setelah semua data beban static dan dinamik ditentukan, dapat dilakukan analisis
model sebagai berikut:
1. simpanlah dengan nama Latihan DINAMIK 3D.
2. Pilih menu Analyze/Set Options.
 Aktifkan Check Box Dynamic analysis.

42
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

 Klik pada set dynamic parameter dan ubahlah number of mode menjadi 6.
 Klik OK.
3. pilih menu Analyze/Run.
4. Ok.
5. Amati pada berbagai mode dari 1 sampai dengan 6
6. Selesai……SELAMAT BELAJAR & TERUS BELAJAR!!!!

Licenced By:

Faqih Ma’arif

43
Modul Pelatihan SAP 2000
Struktur Truss 2D

PUSTAKA

Dewobroto, Wiryanto. 2005. Jurnal Teknik Sipil - UPH, Vol.1 No.2 Juli. Perancangan Balok
Beton Bertulang dengan SAP2000

Faqih, Ma’arif. 2008. Modul pelatihan SAP2000. Jurusan teknik sipil dan perencanaan Fakultas
Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UNY.

Http://Syont.Wordpress.Com. 2007. Perancangan dengan SAP 2000.

Yoso Wigroho, Haryanto, 2004. Analisis dan perencangan struktur frame megunakan SAP 2000
v.7.42. Andi Offset : Yogyakarta.

44
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

BAB VI
PERANCANGAN BALOK BETON BERTULANG

A. ASUMSI DESAIN
Program SAP2000 akan menghitung dan melaporkan luas tulangan baja perlu
untuk lentur dan geser berdasarkan harga momen dan geser maksimum dari
kombinasi beban dan juga kriteria-kriteria perencanaan lain yang ditetapkan untuk
setiap Code yang diikuti. Tulangan yang diperlukan tadi akan dihitung berdasarkan
titik-titik yang dapat dispesifikasikan dalam setiap panjang element.

Semua balok hanya dirancang terhadap momen lentur dan geser pada sumbu
mayor saja, sedangkan dalam arah minor balok dianggap menyatu dengan lantai
sehingga tidak dihitung. Jika dalam kenyataannya perlu perancangan lentur dalam
arah minor (penampang bi-aksial) maka perencana harus menghitung tersendiri,
termasuk jika timbul torsi.

Dalam mendesain tulangan lentur sumbu mayor, tahapan yang dilakukan adalah
mencari momen terfaktor maksimum (untuk kombinasi beban lebih dari satu) dan
menghitung kebutuhan tulangan lenturnya. Penampang balok didesain terhadap
momen positif Mu+ dan momen negatif Mu- maksimum dari hasil momen terfaktor
envelopes yang diperoleh dari semua kombinasi pembebanan yang ada. Momen
negatif pada balok menghasilkan tulangan atas, dalam kasus tersebut maka balok
selalu dianggap sebagai penampang persegi. Momen positif balok menghasilkan
tulangan bawah, dalam hal tersebut balok dapat direncanakan sebagai
penampang persegi atau penampang balok-T

B. TAHAPAN DESAIN
Menentukan Momen Terfaktor Maksimum

45
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Gambar 63. Menu Kombinasi Beban


Momen terfaktor maksimum untuk tulangan lentur maupun gaya geser terfaktor
untuk sengkang / tulangan geser diperoleh dari berbagai kombinasi pembebanan
(Load Combination) dari hasil kombinasi Load Case yang dikalikan dengan faktor
beban sesuai dengan peraturan perencanaan yang digunakan.
Menu di samping dapat diakses dari : Define – Load Combination – Add New
Combo. Agar dapat dikombinasi, jangan lupa mendefinisikan terlebih dahulu Load
Case dengan cara : Define – Static Load Case – Add New Load

Gambar 64. Mendefinisikan Penampang Balok T

C. MENENTUKAN JUMLAH TULANGAN LENTUR PERLU


Bentuk penampang yang dapat digunakan dalam proses desain ini adalah
penampang kotak (Rectangular Section) untuk momen negatif dan momen
positip serta penampang T (Tee Section) untuk momen positip saja. Pada

46
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

penampang T yang menerima momen negatif maka bagian sayapnya


diabaikan dan dianggap sebagai penampang kotak.

Gambar 65. Mendefinisikan Penampang Balok T

Menu diatas dapat diakses dari: Define – Frame Sections – Add Tee. Untuk
penampang kotak maupun lingkaran cara mendefinisikan sama hanya pilihan
terakhirnya adalah Add Rectangular dan Add Circle. Informasi data untuk
penulangan pada kotak dialog di atas akan ditampilkan dipojok kiri bawah jika
material yang dipilih adalah CONC (concrete) . Data material untuk concrete
secara default sudah disediakan oleh program, tetapi tentu saja perlu disesuaikan
dengan mutu beton / baja tulangan yang digunakan, untuk itu digunakan menu :
Define – Material – CONC – Modify / Show Material.

Gambar 66. Menetapkan Data Material Untuk Desain

Catatan : jangan lupa Satuan Unit yang digunakan, yang terlihat pada bagian
pojok kanan bawah dari tampilan program SAP2000.

Selanjutnya penampang dihitung sebagai penampang tulangan tunggal, tetapi jika


ternyata tidak mencukupi (over-reinforced section) maka program akan mencoba

47
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

menambahkan tulangan tekan dan mendesain ulang sebagai penampang tulangan


rangkap.
Karena peraturan di Indonesia (SK SNI T-15-1991-03) mengacu peraturan
Amerika (ACI 318-89) maka detail perhitungan yang dilakukan program mirip
dengan perencanaan umum yang berlaku di Indonesia. Meskipun demikian tentu
saja ada perbedaan yaitu pada faktor beban (dapat dirubah pada saat
memasukkan beban kombinasi) dan faktor reduksi kekuatan harus disesuaikan
Faktor reduksi kekuatan dapat diubah melalui menu: Option – Preferences –
Concrete – Strength Reduction Factor seperti berikut:

Gambar 67. Parameter ACI 318-99

D. CONTOH HITUNGAN KOMPUTER BALOK


Balok kantilever bentang 3.5 m mempnyai penampang berbentuk persegi, yang
memikul beban merata dan beban terpusat terfaktor (dianggap berat sendiri sudah
termasuk dalam spesifikasi beban yang diberikan).
Jika digunakan mutu beton f’c 28 MPa dan mutu baja tulangan fy 400 MPa (lentur)
dan fy 240 MPa (sengkang), desain penulangan menurut SK SNI T-15 1991-03
dengan bantuan program SAP2000.

Jawab :
1. Aktifkan program SAP2000, tetapkan Unit Satuan, yaitu kN-m.
2. Susun geometri, misalnya dengan template yang telah disediakan dan
dimodifikasi sesuai dengan model yang diinginkan, caranya :
a) Dari menu : File – New Model from Template dan klik gambar balok menerus
(Beam).

48
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

b) Kemudian dari template yang ada dipilih yang paling mendekati misalnya
adalah template Beam untuk balok menerus.

Data di atas diberikan karena secara default


program akan menempatkan sumbu (0,0)
tengah-tengah balok yang dihasilkan dan
sebenarnya yang diperlukan adalah agar
diberikan garis bantu pada layar (grid-lines)
yang sesuai dengan dimensi model.
Gambar 68. Beam

c) Balok pada hasil template dihapus saja, kemudian grid-lines dimodifikasi sesuai
ukuran yang diharapkan , caranya: Draw – Edit Grid atau klik double grid-lines,
sehingga keluar menu :

Dari menu yang ditampilkan maka grid-


lines x= - 3.5 dihapus dan ditambahkan
grid-lines baru yaitu x = 0.75 serta x=1.5.

Gambar 69. Modify Grid lines

d) Dengan grid-lines yang baru tersebut maka akan lebih mudah untuk
menggambar model struktur sebagai berikut :

Gambar 70. contoh kasus pembebanan

3. Melengkapi data geometri dengan data material dan penampang, karena unit
satuan yang digunakan kN-m sedangkan parameter material dalam MPa maka
dalam memasukkan parameter tersebut unit satuannya diubah terlebih dahulu
dengan N-mm.

49
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

a) Dari menu: Define – Materials – CONC – Modify / Show Material, parameter


untuk mutu beton dan tulangan dimasukkan.

Gambar 71. Material Property Data

b) Dari menu: Define – Frame Sections – Add Rectangular, parameter dimensi


untuk penampang kotak dimasukkan.

Gambar 72. Rectangular Section


c) Selanjutnya type desain (balok atau kolom) serta penempatan tulangan pada
penampang beton tersebut dimasukkan dengan meng-klik tombol
Reinforcement pada menu diatas sehingga kotak dialog Reinforcement Data
ditampilkan :

Data mengenai Reinforcement Overrides for


Ductile Beams adalah yang berkaitan dengan
perencanaan struktur tahan gempa, oleh karena balok
yang direncanakan adalah balok biasa maka data50
diatas dapat diabaikan (dibiarkan bernilai nol).
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Gambar 73. Reinforcement Data

E. Susun data pembebanan


Beban yang diberikan dalam problem perencanaan di atas sudah dalam bentuk
beban terfaktor, selain itu berat sendiri sudah dimasukkan dalam parameter beban
yang diberikan, maka :
d) Load Case ditetapkan melalui menu : Define – Static Load Case .

Parameter Self Weight Multiplier yang


sebelumnya bernilai 1 (default) iubah
menjadi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa berat sendiri tidak dimasukkan
pada Load Case bernama LOAD1.
Type beban (misal DEAD pada
gambar di atas) tidak berpengaruh
sehingga tidak perlu diubah.

Gambar 74. Static Load Case

e) Beban merata dimasukkan dalam elemen balok melalui : Assign – Frame


Static Load – Point and Uniform

jangan lupa sebelum mengakses


menu maka unit satuan harus diubah
dulu agar sesuai dengan spesifikasi
perencanaan, selain itu element
balok yang akan diberi beban harus
dipilih / ditandai terlebih dulu dengan
mouse. 51
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Catatan : alternatif lain gunakan

Gambar 75. Point and uniform span loads

f) Beban terpusat dimasukkan dalam nodal

setelah ditandai (select) dengan mouse


maka beban dapat dimasukkan melalui :
Assign – Joint Static Load –Forces

Catatan : alternatif lain , gunakan

Gambar 76. Joint forces

g) Tahap akhir dari pembebanan adalah mendefinisikan kombinasi pembebanan


yang akan dipakai dalam perencanaan penampang.

Karena Load Case hanya satu (LOAD1) dan


sudah terfaktor maka sebenarnya tidak ada
yang bisa dikombinasikan, meskipun
demikian tetap perlu didefinisikan terlebih
dahulu, caranya:

Define– Load Combination – Add New


Combo , hingga tampil kotak dialog seperti
pada gambar di samping.

Gambar 77. load combination


h) Selanjutnya beban-beban untuk setiap Load Case yang diberikan pada elemen
batang maupun pada titik nodal dapat ditampilkan pada layar komputer untuk
keperluan check ulang melalui : Display – Show Loads – Frames.

Hal tersebut penting karena kadang-


kadang tidak secara sengaja beban
dapat terdefinisikan ulang dan
keadaan tersebut hanya dapat 52
diketahui jika dibandingkan antara nilai
yang tercantum pada layar dengan
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Gambar 78. show frame loads

Tabulasi pembebanan pada joint

Cara lain checking beban-


beban dapat juga dilakukan
melalui :
Gambar 79. Output joint Display–Show Input Tables –
Loading Data sehingga akan
ditampilkan kotak dialog
Tabulasi pembebanan pada elemen batang Display Loading Options
yang akan menampilkan
option pembebanan apa yang
dapat ditampilkan dalam
bentuk tabulasi

Gambar 80. Output batang

Khusus untuk kasus perencanaan ini maka data beban yang dapat ditampilkan
adalah Joint Forces dan Frame Span Distributed Loads seperti gambar
diatas.

F. Analisa Struktur Balok Kantilever.


Jika geometri, material, penampang dan pembebanan sudah diberikan maka
selanjutnya dapat dilakukan analisa struktur untuk mengetahui deformasi, gaya-
momen pada batang serta reaksi tumpuan yang terjadi. Analisa struktur dilakukan
melalui menu: Analyze – Run.
Catatan : alternatif lain , gunakan tombol

53
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Gambar 81. Diagram Gaya Geser dan Bending Moment

G. Desain Penampang Balok Kantilever


Jika proses berjalan baik (dapat ditampilkan Diagram Gaya Geser dan Bending
Moment) maka proses desain penampang dapat dimulai.
a) Mengacu pada peraturan perencanaan Indonesia (SK SNI T-15 1991-03) maka
Strength Reduction Factor harus disesuaikan melalui: Option – Preferences –
Concrete.

Gambar 82. Diagram Gaya Geser dan Bending Moment

b) Secara default program akan mendesain struktur beton bertulang sebagai


struktur tahan gempa

54
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Gambar 83. Diagram Gaya Geser dan Bending Moment

yaitu dengan mengklasifikasikan struktur sebagai portal dengan kategori


Intermediate atau Special, untuk portal biasa maka kategorinya Ordinary.
Oleh karena itu sebelum proses desain maka kategori struktur harus dirubah
terlebih dahulu, caranya pilih dahulu elemen struktur yang ada dengan mouse
kemudian dari menu Design – Redefine Element Design Data sehingga
muncul kotak dialog disamping. Pada bagian Element Type di aktifkan dengan
memberi tanda √, selanjutnya pilih option Sway Ordinary, dan klik OK untuk
keluar dari kotak dialog tersebut.

c) Selanjutnya proses desain dimulai melalui menu : Design – Start Design /


Check of Structure. Sebagai hasilnya pada layar akan ditampilkan luas
tulangan lentur (default) , tetapi melalui menu Design – Diplay Design Info
maka informasi jumlah luas tulangan geser juga dapat dipilih

Kadang-kadang apabila unit satuan yang digunakan tidak cocok,


nilai yang ditampilkan bisa terlalu kecil sehingga bila dibulatkan
yang terlihat hanya nilai nol, misal luas tulangan 3000 mm2 bila
dalam satuan meter menjadi 0.003 m2, sehingga bila dibulatkan
dalam dua desimal akan menjadi 0.00 m2.

Gambar 84. Display design info

Oleh karena itu perhatikan UNIT SATUAN yang digunakan karena nilai yang
ditampilkan adalah sesuai dengan unit satuan tersebut.
d) Hasil desain yang ditampilkan dengan cara yang sudah diuraikan adalah
secara keseluruhan dari struktur tersebut, jadi jika strukturnya besar jelas
informasi yang disajikan tidak berguna karena angka-angka yang ditampilkan
saling bertumpuk. Pada umumnya informasi untuk setiap element batang yang
cukup mendetail lebih berguna, untuk itu yang dapat dilakukan adalah:

Pilih element batang dengan mouse


Klik tombol kanan mouse

55
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

maka kotak dialog Concrete Design Information akan tampil

Jika tombol ReDesign di-klik

maka kotak dialog Element Overwrite


Assignments akan ditampilkan
sehingga element yang dipilih dapat
didesain ulang berdasarkan element type
rangka yang beda (Special, Intermediate,
Ordinary dan Non-Sway)
tanpa harus menganalisis ulang struktur
secara keseluruhan.

Jika tombol Details digunakan maka


Gambar 85. Concrete Design Information akan ditampilkan hitungan perancangan
penampang pada element yang sedang
dipilih secara lebih detail (lihat gambar
disamping).

Gambar 86. Concrete Design Information ACI

e) Hasil dapat dicetak ke file dan selanjutnya dapat didokumentasikan dengan


lebih mudah, yaitu dengan mengakses menu : File – Print Design Tables

Tombol File Name untuk mendefinisikan


nama file penampung dan direktori
dimana file tersebut akan ditempatkan di
hardisk.

Gambar 87. Print Design Tables

56
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Catatan : perlu menjadi perhatian bahwa UNIT SATUAN output yang dicetak
tergantung konfigurasi yang digunakan sesaat sebelum permintaan cetak diberikan
dan hal itu dapat dilihat pada informasi yang ditampilkan pada pojok kanan bawah dari
program SAP2000. Untuk contoh output cetak yang ditampilkan di-set dalam satuan N-
mm. (output di bawah telah di edit seperlunya).

57
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Referensi
1. Wiryanto Dewobroto, Diktat Perkuliahan : Struktur Beton I , Jurusan Teknik Sipil ,
Universitas Pelita Harapan , 2003
2. E.L.Wilson, SAP2000® Integrated Finite Element Analysis and Design of
Structures : CONCRETE DESIGN MANUAL, Computers and Structures, Inc.
Berkeley, California, USA, Version 7.40 May 2000.
3. Standar SK SNI T-15-1991-03 : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung, Yayasan LPMB, Bandung, 1991.

BAB VII
PENGARUH RIGID END OFFSET

A. Peninjauan Analisa Portal Terhadap Pengaruh Rigid End Offset


Pada kenyataannya rangka portal bangunan gedung bagian pertrmuan antara
kolom dan balok mempunyai kekauan yang tak terhingga. Dalam analisis sering
diabaikan karena untuk tujuan kecepatan proses desain ataupun kemampuan
software Structural Analysis yang digunakan, menurut Portland Cement Asociation

58
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

(1992). Hal ini akan menyebabkan hasil analisa struktur yang over-estimate pada
hasil defleksi dan under-estimate pada hasil gaya pada ujung elemen. Akan
dipelajari perbedaan tinjauan Analisa Struktur terhadap pengaruh keadaan
tersebut. Program bantu SAP2000 mempunyai kemampuan untuk representasi
keadaan tersebut, hasil
keluaran merupakan hasil dari ujung elemen yang ditinjau terhadap Rigid End
tersebut yaitu pada ujung (i') dan (j'), seperti yang dijelaskan berikut.

Gambar 88. Rigid End pada portal beton 3D

Rigid Zone pada elemen kolom berada pada daerah setinggi h balok, sedangkan
pada elemen balok karena letak elemen frame yaitu pada titik pusat center maka
Rigid Zone berada pada daerah ½ lebar kolom. Elemen diluar daerah tersebut
merupakan elemen frame normal (non rigid).
Akan dipelajari pengaruh tersebut terhadap analisa struktur dari denah bangunan
gedung dibawah ini. Dianggap tumpuan terjepit penuh, untuk tujuan kemudahan
penyampaian makalah ini portal hanya ditinjau secara 2 dimensi.

59
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Gambar 89. Peninjauan portal 2D rigid end offset

Gambar 90. Studi Kasus Denah 2 lantai


Dimensi :
1. Kolom 40x40 cm
2. Balok 40x25 cm
3. Lantai Beton tebal 12 cm (Lantai 2 dan Atap)

Gambar 91. Portal 2D

Direncanakan mutu beton f'c = 25 Mpa, sehingga Mod. Elastisitas Ec=4700 f c' =
23500 MPa

Pembebanan Struktur (Tinjau daerah yg diarsir Portal As-2)


1. Berat Pelat lantai tebal 12 cm, W plt = 0,12 x 24 = 2,88 kN/m2
2. Berat Plafond, Finishing dan elektrikal, Wpfe = 1 kN/m2
Beban Mati DL merata, Jumlah = 3,88 kN/m2 x (2+2)m = 15,52 kN/m'

60
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

1. Dinding Batu bata ½ bt setinggi 3,5 m, Wddg = 2,5 x 3,5 = 8,75 kN/m'
2. Berat sendiri struktur dihitung langsung SAP2000 dengan Self weight multiplier
sebesar 1.
3. Beban Hidup merata, Whidup = 4 kN/m2 x (2+2)m = 16 kN/m' (Bekerja pada
Lt.2)
Kombinasi Pembebanan yang ditinjau yaitu 1,2DL + 1,6 LL
Adapun pemodelan Analisa struktur yang ditinjau adalah :
A Tanpa Rigid End ( faktor = 0 )
B Dengan Rigid End Sebagian ( faktor = 0,5 )
C Dengan Rigid End Penuh 1 ( faktor = 0,8 ) pengaruh retak.
D Dengan Rigid End Penuh 2 ( faktor = 1,0 )
Model A (R igid End Offset Factor = 0)
(Digram Momen Lentur)

Gambar 92. Diagram Momen lentur hasil analisis SAP2000 Model A


Gaya terbesar pada Balok akibat beban kombinasi (1,2DL + 1,6 LL)
1. Momen, M3-3 = + 130,06 kN.m (Tengah Bentang)
= - 234,63 kN.m (Ujung Tepi Kanan pertemuan dgn Kolom)
2. Geser, V2-2 = 204,91 kN (Ujung Tepi pertemuan dgn Kolom)
Gaya terbesar pada Kolom
1. Momen, M3-3 = + 94,19 kN.m (Ujung Atas pertemuan dengan Balok)
2. Geser, V2-2 = 35,23 kN
3. Aksial, P = 305,83 kN
Model B (R igid End Offset Factor = 0,5) offset 0,2 m
(Diagram Momen Lentur)

61
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Gambar 93. Bending Momen Diagram Hasil analisis SAP2000 Model B


Gaya terbesar pada Balok akibat beban kombinasi (1,2DL + 1,6 LL)
1. Momen, M3-3 = + 122,78 kN.m (Tengah Bentang)
= - 202,15 kN.m (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
2. Geser, V2-2 = 193,42 kN (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
Gaya terbesar pada Kolom
1. Momen, M3-3 = + 88,96 kN.m (Ujung Atas pertemuan dengan Balok)
2. Geser, V2-2 = 35,97 kN
3. Aksial, P = 305,95 kN
Model C (R igid End Offset Factor = 0,8) offset 0,2 m
(Diagram Momen Lentur)

Gambar 94. Bending Momen Diagram Hasil analisis SAP2000 Model C

Gaya terbesar pada Balok akibat beban kombinasi (1,2DL + 1,6 LL)
1. Momen, M3-3 = + 118,49 kN.m (Tengah Bentang)
= - 206,44 kN.m (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
2. Geser, V2-2 = 193,43 kN (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
Gaya terbesar pada Kolom
1. Momen, M3-3 = + 89,99 kN.m (Ujung Atas pertemuan dengan Balok)
2. Geser, V2-2 = 36,36 kN
3. Aksial, P = 306,04 kN
Model D (R igid End Offset Factor = 1,0) offset 0,2 m
(Diagram Momen Lentur)

62
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Gambar 95. Bending Momen Diagram Hasil analisis SAP2000 Model D

Gaya terbesar pada Balok akibat beban kombinasi (1,2DL + 1,6 LL)
1. Momen, M3-3 = + 115,68 kN.m (Tengah Bentang)
= - 209,26 kN.m (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
2. Geser, V2-2 = 193,43 kN (Ujung Tepi Kanan, offset dari Kolom 0,2 m)
Gaya terbesar pada Kolom
1. Momen, M3-3 = + 90,65 kN.m (Ujung Atas pertemuan dengan Balok)
2. Geser, V2-2 = 36,60 kN
3. Aksial, P = 306,10 kN
Grafik hubungan gaya internal balok dan kolom dengan faktor rigid end dijelaskan
berikut.

Garis merah adalah momen positif (tengah bentang)


Garis kuning adalah momen negatif (ujung tepi)
Gambar 96. Grafik hubungan gaya internal balok dan kolom dengan faktor rigid end

Garis kuning adalah momen Mu Kolom


Gambar 97. Grafik Hubungan antara Mu Kolom dan Rigid end factor

63
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Selisih hasil perhitungan Momen Mu berdasarkan tinjauan tanpa rigid zone dan
tinjauan dengan rigid zone penuh (faktor = 1,0), pada elemen Balok yaitu sebesar :
1. Momen Positif (tengah bentang ) = (130,06-115,68)/130,06 x 100 = 11,06 %
2. Momen Negatif (ujung tepi kanan) = (234,63-209,26)/234,63 x 100 = 10,81 %
Sedangkan selisih hasil perhitungan pada elemen Kolom yaitu sebesar :
● Momen Positif (ujung atas) = (94,19-90,65)/91,19 x 100 = 3,76 %
Terlihat disini hasil perhitungan dengan tinjauan rigid zone lebih kecil berkisar 10%
dari tinjauan perhitungan biasa.

B. KESIMPULAN
Dari hasil analisa struktur dengan program bantu SAP2000 yang sudah ditinjau
tersebut, menjelaskan pada elemen balok bahwa semakin tinggi faktor rigid end
offset maka momen positif tengah bentang akan semakin mengecil sedangkan
sebaliknya pada ujung tepi momen negatif akan semakin membesar. Sedangkan
pada elemen kolom, karena gaya momen terbesar yaitu pada ujung atas/bawah
maka semakin besar nilai faktor rigid end akan semakin besar pula hasil momen.
Hal ini sesuai dengan prinsip analisa struktur bahwa semakin besar kekangan
terhadap perputaran/rotasi suatu tumpuan akan memberikan kemampuan
menerima/menahan momen yang semakin besar pula. Menurut E. L Wilson (1995)
penggunaan representasi rigid zone sesuai pula untuk diterapkan pada analisa
dinding geser baik yang mempunyai lubang maupun tidak, ini karena pengaruh
distribusi tegangan yang tidak kontinuitas pada daerah pertemuan sprandel beam
dan shearwall (pernyataan tersebut akan dipelajari oleh penyusun pada
kesempatan yang akan datang).

64
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

BAB VII
PENDETAILAN TULANGAN

A. Tahapan Pemodelan Elemen Struktur Kolom


1. Membuka Softwere Tekla Structures
Arahkah Krusor ke Icon Tekla Structure > Klik Kanan > Run Administrator (Atau
bisa juga klik 2x kali pada Icon)
2. Memilih setup:
Setup terdiri dari tiga komponen yaitu:
Environemnt : Pilih South-East Asia
Role : All
Configuration : Engineer
3. Membuat dan Menyimpan Lembar Kerja
Klik New > Isikan Nama File > Pilih Lokasi Penyimpanan > Klik Create

4. Edit Grid
Arahkan krusor ke grid > Klik Kanan > Pilih Properties

65
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Masukkan data grid sesuai dengan denah gambar


Coordinates : X,Y,Z
Label : X, Y, Z
Dengan satuan (mm)
Jika sudah terisi Klik Modify > Close

Jika data sudah benar grid akan berubah sesuai gambar berikut:

66
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

5. Menggambar Elemen Struktur Kolom Beton


Pilih menu Concrete > Create Concrete Column > Arahkan Krusor ke Grid
Posisi Kolom yang Akan Digambar > Klik Kiri

6. Edit Data Kolom Sesuai Data Perencanaan


Klik Kolom > Edit Ukuran Kolom > Edit Elevasi Kolom

67
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

7. Mebuat Detail Tulangan Kolom


Klik Menu Applications & Components > Klik Columns Automated
Reinforcement Layout

Isi data detail penulangan yang digunakan melalui menu


Longitudinal Rebar > Primary Ties > Secondary Reinforcement > Klik Apply >
Select Kolom yang Akan Diberi Tulangan

68
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

8. Menggandakan Kolom dengan Menu Copy


Cklik Kanan > Copy > Klik Kolom yang Akan Dicopy > Klik Diordinat Awal
Diposisi Kolom yang Akan Di Copy > Klik Ordinat yang Dituju

Berikut Tampilan Bila Kolom Sudah Dicopy

69
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

9. Membuat Pondasi Foot Plat


Kilk Menu Concrete > Create Pad Footing > Klik pada Ordinat yang Akan
Diberi Foot
Plat

Jika sudah Diklik Akan Muncul Tampilan Seperti Gambar Berikut:

70
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

10. Mebuat Detail Tulangan Foot Plat


Klik Menu Applications & Components > Klik Pad Footing Reinforcement

Isi data detail penulangan yang digunakan melalui menu Picture >
Primary Bar > Secondary Bar > Save As sesuai Nama/Tipe Foot Plat >
Klik Applay > Select Foot Plat yang Akan Diberi Tulangan

71
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

11. Menggandakan Foot Plat dengan Menu Copy


Cklik Kanan > Copy > Klik Foot Plat yang Akan Dicopy > Klik Diordinat Awal
Diposisi Foot Plat yang Akan Di Copy > Klik Ordinat yang Dituju

Berikut Tampilan Bila Foot Plat Sudah Dicopy

72
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

B. Tahapan Pemodelan Elemen Struktur Balok


1. Menggambar Elemen Struktur Balok
Pilih Menu Concrete > Create Concrete Beam > Beam > Klik Sesuai Ordinat
yang Dituju

Berikut tampilan balok setelah digambar

73
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

10. Membuat Tulangan Balok


Klik Menu Applications & Components > Klik Rectangular Beam- Automated
Reinforcement Layout

Isi data detail penulangan yang digunakan melalui menu Longitudinal Rebar >
Stem Strrips> End Bar > Klik Apply > Select Balok yang Akan Diberi Tulangan

74
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Isikan data diameter dan jarak sengkang

Isikan Data Tulangan Ujung

75
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

11. Membuat Tulangan Balok Dengan Menu Rebar in Beam


Klik Menu Applications & Components > Klik 2X Rebar in Beam

Isian Data Tulangan Pokok bagian Bawah melalui menu > Primary Bottom Bars
> Isian data Tulangan Lainnya Sesaui dengan Perencanaan

76
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

12. Menggandakan Balok dengan Menu Copy


Cklik Kanan > Copy > Klik Balok yang Akan Dicopy > Klik Diordinat Awal
Diposisi Balok yang Akan Di Copy > Klik Ordinat yang Dituju

Berikut Tampilan Gambar Setelah Balok Dicopy

77
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

C. Tahapan Pemodelan Elemen Struktur Plat Lantai


13. Menggambar Elemen Struktur Plat Lantai
Klik Menu Concrete > Create Concrete Slab > Klik Ordinat yang Dituju

Berikut tampilan gambar plat

78
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

14. Membuat Detail Penulangan Plat Lantai


Klik Menu Applications & Components > Klik 2X Slab Bars > Isikan Data
Tulangan Plat

Tampilan data penulangan plat

79
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

15. Setelah data penulangan Plat terisi > Klik Modify > Klik Ok > Klik Plat yang
Akan Diberi Tulangan

16. Menggandakan Plat dengan Menu Copy


Cklik Kanan > Copy > Klik Plat yang Akan Dicopy > Klik Diordinat Awal Diposisi
Plat yang Akan Di Copy > Klik Ordinat yang Dituju

80
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

 Berikut Tampilan Gambar Setelah Plat Dicopy

17. Copy Elemen Struktur ke Lantai-2


Select Object yang Akan Di Copy > Klik Kanan > Copy > Klik Titik Ordinat Awal
> Klik Ordinat yang Dituju

81
Modul BIM
Perancangan Balok Bertulang

Berikut Tampilan Gambar Setelah Plat Dicopy

PUSTAKA
1. Suyono Nt., 2006. Catatan Penggunaan SAP2000.
2. Computers and Structures Inc., 2004 “CSI Analysis Reference Manual for
SAP2000,
3. ETABS & SAFE”
4. Naveed Anwar, 2002 “Building Structures – Modeling and Analysis Concepts”
5. Portland Cement Association, 1992 “PCA Frame – Manual”
6. E. L Wilson, 1995 “No Title : Personal Website“ Online www.wilson.org, Juli 2005

82

Anda mungkin juga menyukai