Pengaruh Literasi Keuangan Dan Inklusi Keuangan Terhadap Kinerja Umkm Di Sidoarjo
Pengaruh Literasi Keuangan Dan Inklusi Keuangan Terhadap Kinerja Umkm Di Sidoarjo
Pengaruh Literasi Keuangan Dan Inklusi Keuangan Terhadap Kinerja Umkm Di Sidoarjo
ABSTRAK
Meningkatnya literasi keuangan dan inklusi keuangan dapat mengembangkan usaha mikro kecil
menengah (UMKM) karena pelaku UMKM dapat memahami konsep dasar produk keuangan,
perencanaan dan pengelolaan keuangan yang baik, juga melindungi di kemudian hari dari
penipuan dan pekerjaan tidak sehat dari pasar keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh literasi keuangan dan inklusi keuangan terhadap perkembangan kerja
UMKM di Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif.
Data yang dikumpulkan dari penelitian berdasarkan wawancara dan distribusi kuesioner dengan
teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Teknik analisis data dalam penelitian
ini adalah analisis regresi berganda linier dengan membantu program SPSS komputer. Hasil
penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa literasi keuangan dan inklusi keuangan merupakan
faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja UMKM di Sidoarjo.
Kata Kunci : Literasi Keuangan, Inklusi Keuangan, Kinerja UMKM.
ABSTRACT
Raising financial literation and inclusion of financial can developing small micro
entrepreneurship (UMKM) because the agent of UMKM can undesrtand the basic concept of
financial product, planning and good management financial, also protecting then from deception
and unhealthy work from financial market. This research purposes to know the affection of
financial literation and financial inclusion toward developing UMKM work in Sidoarjo area.
This research is used ex-post facto with the quantitative approaching. The collected data of the
research based on the interview and quetioner distribution with sampling technique which is
simple random sampling. Technique of data analysis in this research is analysis of linier double
regression with helping program SPSS computer. The result of this research can conclude that
financial literation and financial inclusive prove that be an affected factor of developing work
UMKM in Sidoarjo.
Keywords : Financial Literation, Financial Inclusion, Developing work of UMKM
3214
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi negara kehadiran UMKM
sangatlah penting dalam menyumbang Produk Domestik Bruto disetiap negara serta
berperan besar dalam menyerap tenaga kerja. Untuk membantu upaya
pengembangan UMKM tahun 2008 Pemerintah Indonesia membentuk Undang-
Undang mengenai UMKM, yaitu UU No. 20 Tahun 2008 mengenai pengertian dari
usaha yang terdiri dari usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Sesuai hasil
sensus UMKM Provinsi Jawa Timur yang dilakukan BPS Provinsi Jawa Timur
tahun 2012 total jumlah UMKM di Jawa Timur sebanyak 6.825.931. SUTAS 2018
menyatakan wilayah Sidoarjo memiliki jumlah UMKM yang terdaftar pada Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur sebanyak 171.264 (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sidoarjo, 2018). Produk unggulan UMKM di Jawa Timur yang
paling mendominasi adalah sektor makanan dan minuman sebanyak 60%. Salah
satu wilayah yang menyumbang tingkat produksi makanan terbanyak adalah
Sidoarjo yang 17 Kecamatannya memproduksi makanan olahan dengan jumlah
total terdaftar adalah 289.
Terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh pengusaha UMKM dalam
meningkatkan usaha, salah satunya adalah kurangnya modal baik jumlah maupun
sumber dananya (Anggraini & Nasution, 2013). Indonesia memiliki Otoritas Jasa
Keuangan untuk membantu pembiayaan usaha bagi para pelaku usaha yaitu OJK
yang pada tahun 2014, mengeluarkan Surat Edaran No.1/SEOJK.07/2014 tentang
pelaksanaan edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan kepada
konsumen dan masyarakat, pelaksanaan edukasi yang dilakukan harus berdasarkan
pada 4 prinsip yaitu inklusif, sistematis dan terukur, kemudahan akses serta
kolaborasi.
Literasi keuangan dan Inklusi keuangan jadi menarik untuk diteliti karena
pada Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) yang dilakukan oleh
OJK tahun 2013 menunjukkan adanya hubungan erat antara literasi keuangan
dengan inklusi keuangan, dikarenakan jika semakin tinggi literasi keuangan
seseorang maka semakin besar pula tingkat pemanfaat produk dan layanan jasa
keuangannya (otoritas jasa keuangan, 2017). Literasi keuangan juga dapat diartikan
sebagai suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), kemampuan
(skill), dan keyakinan (confidence) agar keuangan masyarakat dapat lebih sejahtera
dan juga mampu mengelola keuangan. Lestari (2015) dalam mengukur literasi
keuangan dapat menggunakan indeks literasi keuangan untuk menentukan tingkat
pengetahuan, kepercayaan dan kecakapan masyarakat pada lembaga keuangan.
Menurut Hung et al. (2009) literasi keuangan adalah mengenai sejauh mana
seseorang memahami konsep keuangan dan pengelolaan keuangan yang tepat
sehingga ia dapat mengambil keputusan baik jangka pendek maupun perencanaan
jangka panjang menurut dinamika kebutuhan dan kondisi perekonomian. Menurut
Lusardi, annamaria; Mitchell (2008) literasi keuangan merupakan keterampilan
seseorang untuk mengaplikasikan pengetahuan, serta keahlian yang dimilikinya
agar mencapai perilaku keuangan yang lebih baik, sehingga pengetahuan, keahlian
dan perilaku tersebut menjadi kesatuan yang saling berkaitan dalam konsep literasi
keuangan. Pengetahuan keuangan mencakup pengetahuan tentang konsep dasar
keuangan, seperti: dasar bunga majemuk, perbedaan nilai nominal dan nilai riil,
3215
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
pengetahuan dasar mengenai diversifikasi risiko, nilai waktu, nilai dari uang, dan
lain-lain (Santoso et al., 2015).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan
merupakan kecakapan atau tingkat pemahaman individu ataupun masyarakat
mengenai bagaimana mereka mengelola keuangannya secara efektif sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi perekonomian yang dihadapinya. Di Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sudah menetapkan visi, misi dan prinsip dari literasi keuangan.
Visi literasi keuangan yakni menjadikan masyarakat Indonesia supaya mempunyai
tingkat literasi keuangan yang tinggi sehingga mereka bisa memilih dan
memanfaatkan keuangan untuk mencapai kesejahteraan. Sedangkan misi literasi
keuangan, yakni untuk mendidik masyarakat agar dapat mengelola keuangannya
secara cerdas; dan memperluas akses baik itu informasi maupun penggunaan
produk dan jasa keuangan dengan mengembangkan infrastruktur yang mendukung
literasi keuangan (Otoritas Jasa Keuangan, 2016)
Mereka yang literate akan memiliki banyak keuntungan. Pernyataan yang
disampaikan Hidajat et al. (2015) bahwa program literasi keuangan dapat menjadi
obat berbagai macam penyakit yang berkaitan dengan krisis keuangan. Beberapa
sisi positif bagi mereka yang mempunyai literasi keuangan yang tinggi di antaranya:
akan mempunyai kecakapan dalam pengelolaan keuangan, pengambilan keputusan
keuangan yang relevan dengan informasi dan meminimalisir peluang dalam
membuat kesalahan keuangan, memiliki investasi di pasar modal, dan mampu
meminimalisir serta mengatasi persoalan keuangan yang pada nantinya akan
bermanfaat bagi kehidupan sejahtera, sehat dan bahagia. Hidajat et al. (2015)
mereka yang memiliki keuangan yang rendah akan memiliki jumlah tabungan yang
sedikit, tidak memiliki program pensiun untuk hari tua, cenderung berhutang
dengan suku bunga yang tinggi dan mempunyai sedikit diversifikasi portofolio.
Masyarakat memiliki hambatan dalam mengakses lembaga keuangan.
Tingginya unbankable people disebabkan karena gap kemiskinan antar provinsi,
rendahnya pembiayaan UMKM, suku bunga kredit mikro tinggi, asymmetric
information, kemampuan manajemen UMKM kurang memadai, monopoli bank
pada sektor mikro, dan terbatasnya saluran distribusi jasa keuangan. Inilah yang
menjadi alasan urgennya pengimplementasian financial inclusion. Indonesia
memiliki beberapa program unggulan untuk mendukung program inklusi keuangan
ini diantaranya adalah pengadaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program Tabungan-
KU, E-Money, Telkomsel Cash, Program “Ke Bank”, serta peningkatan layanan
microfinance. Program ini dibuat antara lain guna memudahkan masyarakat untuk
mengakses program program jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (2016),
menjelaskan bahwa peningkatan literasi dan inklusi keuangan diyakini bisa
mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) karena pelaku
UMKM dapat lebih memahami konsep dasar dari produk keuangan, melakukan
perencanaan dan pengelolaan keuangan yang lebih baik, serta melindungi mereka
dari penipuan dan usaha tidak sehat di pasar keuangan.
Selain itu, literasi keuangan juga memberikan manfaat yang besar pada sektor
seperti jasa keuangan maupun masyarakat, yakni: pemilihan dan penggunaan
produk dan jasa keuangan menurut kebutuhan, kecakapan dalam merencanakan
keuangan dengan lebih baik; serta terhindar dari aktivitas yang merugikan seperti
3216
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas (Otoritas Jasa Keuangan, 2016).
Ruang lingkup literasi keuangan mencakup berbagai materi atau pengetahuan
berkaitan dengan keuangan itu sendiri, seperti: (1) pengertian transaksi ekonomi
dan bermacam-macam jenis praktiknya; (2) mengetahui sumber daya ekonomi,
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya manusia; (3) pengenalan
konsep belanja sebagai pemenuhan kebutuhan dasar, yang mencakup skala
prioritas, gaya hidup ugahari dan ilmu konsumen; (4) memahami konsep
menyimpan secara tradisional maupun modern di antaranya menabung, asuransi
dan investasi; (5) memahami konsep berbagi yang mencakup amal dan pajak; serta
(6) memahami konsep praktik keuangan tidak sehat, serta kejahatan keuangan
seperti korupsi, investasi bodong ataupun kejahatan finansial lainnya (Furqani,
2017).
Pentingnya peningkatan pengetahuan yang dilakukan akan membuat
pengusaha UMKM mengenal akses keuangan formal seperti perbankan. Sama
halnya yang di ungkapkan oleh (Herdjiono et al., 2016) bahwa financial knowledge
theory memiliki kaitan erat dengan literasi keuangan karena dapat diajarkan dan
dipahami melalui edukasi keuangan. Sehingga dengan adanya pemberian edukasi
keuangan dapat meningkatkan pengetahuan keuangan, serta dapat mengurangi
terjadinya persoalan keuangan dimasa depan, dan peningkatan pengetahuan
keuangan juga akan meningkatkan kemampuan pengusaha dalam menggunakan
layanan keuangan pada lembaga keuangan yang ada.
Masalah tingginya jumlah masyarakat yang belum memiliki layanan
keuangan diperbankan disebabkan karena gap kemiskinan, rendahnya pembiayaan
UMKM, suku bunga kredit mikro tinggi, monopoli bank pada sektor mikro, dan
terbatasnya saluran distribusi jasa keuangan yang menjadikan literasi keuangan
sebagai pendukung pengembangan keterampilan dan produk keuangan bagi
pengusaha UMKM sesuai dengan kebutuhan mereka, kondisi tersebut menjadi
alasan pentingnya meningkatkan inklusi keuangan. Terzi (2015), bahwa inklusi
keuangan juga masuk dalam program literasi keuangan yang dimana semakin tinggi
peningkatan inklusi keuangan maka akan meningkatkan stabilitas ekonomi bagi
suatu negara.
Menurut Lusardi et al. (2013) dirumuskan bahwa literasi keuangan
merupakan faktor yang fundamental untuk pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
keuangan. Dari sudut pandang konsumen, literasi keuangan yang baik akan
memunculkan keputusan pembelanjaan yang mengedepankan kualitas. Hal ini akan
berakibat pada kompetisi di industri yang menjadi sehat dan kompetisi akan
mengedepankan inovasi dalam barang dan jasa yang ditawarkan ke konsumen.
Selain itu, dengan literasi keuangan yang baik juga bisa meminimalkan terjadinya
keputusan yang salah terhadap isu ekonomi dan keuangan yang muncul. Dari sudut
pandang penyedia jasa keuangan, literasi keuangan yang baik akan memberikan
informasi yang memadai mengenai produk, pemahaman resiko pada pelanggan dan
efisiensi biaya. Sedangkan dari sudut pandang pemerintah, dengan adanya literasi
keuangan yang baik pada masyarakat maka pemerintah dapat memperoleh
pemasukan pajak dengan maksimal untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas
pelayanan publik.
3217
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
3218
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
(3) penggunaan jasa sistem keuangan formal yang berkelanjutan, dan (4) akibat
yang ditimbulkan dari pemanfaatan jasa keuangan terhadap kehidupan masyarakat.
Oleh sebab itu, inklusi keuangan biasanya diukur menggunakan indikator seperti:
kepemilikan rekening tabungan, asuransi, jasa pembayaran, dan kredit dari lembaga
keuangan formal (Fajar, 2012).
Perilaku keuangan (financial behavior) erat kaitannya dengan tanggung
jawab keuangan dan bagaimana cara mengelola keuangan (Nababan & Sadalia,
2013). Oleh karena itu diperlukan peran industri keuangan dalam membantu
mengelola keuangan termasuk untuk mendapatkan modal pengembangan usaha.
Seseorang yang memiliki perilaku keuangan yang bertanggung jawab cenderung
menggunakan keuangannya dengan efektif seperti: untuk berinvestasi, menabung
dan mengontrol keuangan, serta membayar pajak tepat waktu. Berdasarkan latar
belakang diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh literasi keuangan dan inklusi keuangan terhadap kinerja UMKM di
Sidoarjo.
Konsep pada literasi keuangan dibagi menjadi 2 yaitu penggunaan (finance
application), dan pemahaman (finance knowledge), dengan adanya pengetahuan
keuangan yang dimiliki akan memudahkan individu tersebut dalam mengelola
keuangannya dengan baik, seperti: bagaimana mengelola pendapatan untuk
berinvestasi atau menggunakannya sebagai kebutuhan sehari-hari, yang nantinya
akan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk menggunakan hasil dari
investasi tersebut. (Halim & Astuti, 2015) menjelaskan bahwa pengetahuan
keuangan merupakan keterampilan memahami, membuat analisis, dan mengelola
keuangan yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan keuangan dengan tepat
untuk meminimalisir terjadinya persoalan keuangan.
Masalah tingginya jumlah masyarakat yang belum memiliki layanan
keuangan diperbankan membuktikan bahwa perusahaan perbankan belum mampu
menjangkau seluruh wilayah padahal ini akan menentukan bagaimana perilaku
masyarakat dalam melakukan investasi, mengelola keuangan, serta menyimpan
keuangan dan melakukan penganggaran dengan baik dan bertanggung jawab.
Financial Behavior akan berkaitan dengan cara seseorang dalam melakukan, dan
memanfaatkan berbagai sumber keuangan yang tersedia bagi dirinya (Nababan &
Sadalia, 2013). Maka, seseorang yang memiliki perilaku keuangan yang
bertanggung jawab, akan cenderung menggunakan uang yang dimilikinya dengan
lebih efektif, sehingga pada setiap perilaku keuangannya dapat mempengaruhi
kesejahteraan keuangannya.
Literasi keuangan merupakan tingkat pemahaman individu ataupun
masyarakat mengenai bagaimana mereka mengelola keuangannya secara efektif
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perekonomian yang dihadapi. Pengukuran
literasi keuangan biasanya menggunakan indeks literasi keuangan sebagai ukuran
dalam menentukan tingkatan pengetahuan, kecakapan, dan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga keuangan, baik itu produk maupun jasanya (OJK,
2016). OJK menjelaskan bahwa indeks literasi keuangan terbagi menjadi 4
tingkatan, antara lain: (1) well literate; (2) sufficient literate; (3) less literate; serta
(4) not literate (OJK, 2013). Jika literasi keuangan dapat memudahkan pengguna,
baik dari sudut konsumen, penyedia jasa keuangan, maupun pemerintah dalam
3219
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
3220
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
rupiah).
Jika Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 berfokus hanya pada aspek
keuangan saja, namun berbeda halnya dengan yang tercantum dalam Rencana
Strategis Kementrian Koperasi dan UMKM periode tahun 2005-2009 yang
menjelaskan tentang UMKM dari beberapa aspek, di antaranya: (a) Usaha Mikro
yaitu aktivitas ekonomi masyarakat dalam skala kecil, masih tradisional, dan juga
informal, atau dengan kata lain usaha tersebut belum terdaftar, belum tercatat, dan
belum memiliki badan hukum, dengan total penghasilan per tahun maksimal
sebesar Rp 100.000.000; atau kekayaan bersih sebesar Rp 50.000.000 (b) Usaha
Kecil yaitu aktivitas ekonomi masyarakat yang memiliki ciri: (1) jumlah kekayaan
bersih maksimal sebesar Rp 200.000.000; belum termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau (2) penghasilan per tahun maksimal sebesar Rp 1.000.000.000;
(3) perusahaan adalah milik WNI; (4) Perusahaan berdiri sendiri atau bukan cabang
dari usaha menengah maupun usaha besar; serta (5) memiliki bentuk usaha
perseorangan dan tidak memiliki badan hukum (c)Usaha Menengah adalah aktivitas
ekonomi masyarakat yang memiliki ciri: (1) jumlah kekayaan bersih >Rp
200.000.000 sampai dengan maksimal Rp 10.000.000.000, belum termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; (2) mempunyai kekayaan bersih maksimal sebesar Rp
10.000.000.000; (3) perusahaan adalah milik WNI; (4) Perusahaan berdiri sendiri
atau bukan dari usaha besar; serta (5) memiliki bentuk perseorangan, dan tidak
memiliki badan hukum.
Selain mengacu pada Undang-Undang, kriteria dari Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) juga dapat dikelompokkan berdasarkan sudut atau arah
perkembangan usahanya. Sebagaimana pernyataan Rahmana (2008) yang
dikemukakan oleh Sudaryanto, Ragimun & Rahma (tanpa tahun) bahwa Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terbagi dalam beberapa kategori, yaitu: (1)
livelihood activities, yaitu Usaha Kecil Menengah untuk penghasilan atau sektor
informal; (2) micro enterprise, yaitu Usaha Kecil Menengah yang bersifat pengrajin
tetapi belum bersifat kewirausahaan; (3) small dynamic enterprise, yaitu Usaha
Kecil Menengah yang bersifat kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan
subkontrak dan ekspor; serta (4) fast moving enterprise, yaitu Usaha Kecil
Menengah yang bersifat kewirausahaan dan segera bertransformasi sebagai Usaha
Besar (UB).
Paramasari (2009) menjelaskan bahwa walaupun Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) memiliki berbagai definisi, akan tetapi kesemuanya
mempunyai karakteristik yang sama di antaranya: (1) struktur organisasi yang
sederhana; (2) tidak memiliki kelebihan karyawan; (3) pembagian pekerjaan yang
tidak ketat; (4) mempunyai tingkatan dalam manajerial yang pendek; (5) kegiatan
yang dilakukan tidak sepenuhnya formal dan jarang menggunakan perencanaan;
serta (6) kurang dalam membedakan aset milik pribadi dengan aset milik
perusahaan.
Sedangkan berdasarkan kuantitas tenaga kerjanya, Badan Pusat Statistik
(BPS) menyatakan bahwa Usaha Mikro merupakan entitas usaha yang mempunyai
jumlah karyawan kurang dari 5 orang, Usaha Kecil merupakan entitas usaha yang
mempunyai jumlah karyawan sebanyak 5 hingga 19 orang, dan Usaha Menengah
merupakan entitias usaha yang mempunyai karyawan sebanyak 20 hingga 99 orang
3221
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
(Arifah, 2012). Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai,
2008:14). Hal senada diungkapakan oleh Mulyadi (2007, p. 337) bahwa kinerja
merupakan kesuksesan individu, kelompok, maupun suatu organisasi dalam
melaksanakan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui tindakan yang
dikehendaki. Samir (2011) mengungkapkan bahwa kinerja perusahaan merupakan
keterampilan yang dimiliki pengelola usaha dalam mengambil tindakan dengan
konsekuensi yang bisa diterima.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dibuat simpulan bahwa kinerja
perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk mencapai target yang telah
ditentukan sebelumnya. Semua jenis usaha utamanya UMKM, pasti memiliki
tujuan agar usahanya memiliki kinerja terbaik. Persyaratan utama untuk
mewujudkan perkembangan UMKM yaitu dengan kinerja yang baik pada seluruh
sektor yang ada seperti sektor keuangan, produksi, distribusi dan pemasaran.
Rivai (2008) berpendapat bahwa syarat pengukuran sebuah perusahaan yang
memiliki kinerja yang berkualitas, yaitu melalui input dan output. Input berkaitan
dengan potensi dan terwujud dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab untuk mengetahui apakah kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilakukan perusahaan berjalan dengan baik, antara lain: (1) who? yaitu siapa pihak
yang dinilai dan siapa yang akan menilai; (2) what? yakni objek yang dinilai seperti
hasil kerja, kemampuan sikap, motivasi kerja, dimensi waktu, dan potensi yang
dapat berkembang di masa depan; (3) why? yaitu penjelasan mengenai tujuan dari
pengukuran kinerja seperti pemeliharaan potensi kerja, penentun kebutuhan
pelatihan, dasar pengembangan karier, serta promosi jabatan; (4) when? yaitu kapan
waktu pelaksanaan pengukuran kinerja itu sendiri; (5) where? yaitu dimana akan
dilakukan pengukuran kinerja; serta (6) how? yaitu metode seperti apa yang akan
dipilih? Sedangkan output yaitu hasil yang dicapai dari program, kegiatan, atau
kebijakan. Syarat lainnya untuk mengukur kinerja perusahaan berhubungan dengan
output pengukuran misalnya: hasil penilaian yang jelas dan kesuksesan pengukuran
kinerja.
Kinerja merupakan kemampuan suatu usaha untuk memenuhi target yang
telah ditentukan sebelumnya. Suatu ukuran dibutuhkan dalam mengukur kinerja
seperti tingkat kesuksesan atau hasil pencapaian dari sebuah usaha. Ukuran yang
digunakan adalah indikator kinerja utama atau Key Performance Indicator yang
mempunyai rangkaian proses bisnis dengan tujuan yang nyata, ukuran kuantitatif
dan kualitatif dari hasil yang sebanding dengan tujuan, serta penyelidikan terhadap
elemen-elemen yang mempengaruhi tujuan untuk mengetahui strategi apa yang
telah diterapkan perusahaan menurut visi dan misi dari perusahaan tersebut
(Moeheriono, 2012). Maka, kinerja yang baik di semua sektor baik keuangan,
produksi, distribusi maupun pemasaran merupakan syarat mutlak bagi UMKM
untuk bisa terus hidup dan berkembang serta untuk mengoptimalkan tujuan semua
UMKM.
(Aribawa, 2016) mengemukakan bahwa dalam menganalisis kinerja UMKM,
diperlukan suatu pendekatan yang berdasar pada beberapa asumsi, antara lain: (1)
3222
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
sumber daya yang terbatas menjadikan pengukuran kinerja sulit untuk dilakukan
secara kuantitatif; (2) indikator keuangan yang kompleks dalam mengukur kinerja,
berakibat pada kurang aktualnya kondisi perusahaan yang sebenarnya; (3)
pengukuran kinerja pada umumnya kurang cocok jika diterapkan pada perusahaan
selain perusahaan besar dengan manajemen terstruktur.
Namun, terlepas dari asumsi-asumsi tersebut, pendapat yang diungkapkan
oleh (Rapih, 2015), pengukuran kinerja UMKM dapat dilakukan dengan beberapa
indikator antara lain: (1) pertumbuhan keuntungan dalam nominal uang yang
semakin mengalami peningkatan; (2) jumlah konsumen yang membeli produk
semakin meningkat; (3) jumlah penjualan produk meningkat; (4) jumlah aset
perusahaan baik aset tetap, maupun tidak tetap meningkat.
Widiyanti (2016) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa variabel
literasi keuangan dapat mempengaruhi kinerja UMKM. Hasil penelitian ini sesuai
dengan financial knowledge theory dimana pengetahuan keuangan berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk memahami, menganalisis dan mengelola
keuangan yang tersedia bagi dirinya untuk menghasilkan keputusan keuangan
dengan tepat, dan dapat membantu perkembangan kinerja UMKM. Sehingga,
literasi keuangan dianggap sebagai hal yang sangat penting bagi perkembangan
kinerja suatu usaha, khususnya UMKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2011) menunjukkan bahwa variabel
inklusi keuangan dapat mempengaruhi kinerja UMKM. Ini sesuai dengan financial
behavior yang berkaitan dengan perilaku keuangan seseorang yang cenderung lebih
bertanggung jawab dalam manajemen atas keuangannya. Bank Indonesia (2014),
menjelaskan bahwa inklusi keuangan akan memberikan manfaat kepada
masyarakat yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya,
khususnya bagi mereka yang berada di wilayah terpencil maupun di wilayah
perbatasan.
Inklusi keuangan merupakan elemen penting dalam mendukung percepatan
pertumbuhan ekonomi yaitu dengan mengoptimalkan kontribusi sektor keuangan
dan membuka akses layanan jasa keuangan seluas mungkin kepada masyarakat
khusunya pada para pelaku usaha seperti UMKM, yang perlu mendapat dukungan
modal agar dapat membesarkan usaha dan membantu kinerja usahanya (Sudiarta,
Kirya, & Cipta, 2014; Aribawa, 2016; Iqbal & Sami, 2017).
H1 : Literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja umkm
di sidoarjo
H2 : Inklusi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja umkm
di sidoarjo
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana menurut Lind et
al (Marita, 2015) pendekatan kuatitatif menggunakan perhitungan ilmiah yang
diperoleh melalui sampel individu dalam suatu objek penelitian dengan
memintanya memberikan jawaban pada sebuah survei. Pendapat responden diukur
menggunakan skala likert lima skor. Skor 5 untuk pendapat sangat setuju (SS), skor
4 untuk pendapat setuju (S), skor 3 untuk pendapat kurang setuju (KS), skor 2 untuk
3223
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
pendapat tidak setuju (TS), dan skor 1 untuk pendapat sangat tidak setuju (STS).
Penelitian menggunakan teknik sampling yaitu simple random sampling dengan
objek penelitian adalah pelaku UMKM sektor makanan olahan yang tersebar di 17
kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Sampel yang didapatkan pada penelitian ini
sebanyak 168 orang yang berperan sebagai pelaku UMKM sektor makanan olahan
yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo.
Tabel 1.
Jumlah UMKM Sektor Makanan
No. Kecamatan Jumlah UMKM
1 Tarik 2
2 Prambon 8
3 Krembung 16
4 Porong 11
5 Jabon 25
6 Tanggulangin 13
7 Candi 31
8 Tulangan 25
9 Wonoayu 25
10 Sukodono 7
11 Sidoarjo 26
12 Buduran 13
13 Waru 21
14 Gedangan 21
15 Taman 22
16 Krian 15
17 Balongbendo 8
Jumlah 289
Sumber: (BPS Sidoarjo, 2017)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel
independen, yaitu literasi keuangan dan inklusi keuangan yang akan diketahui
ada/tidaknya pengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja UMKM. Definisi
operasional tiap variabel akan ditunjukkan pada Tabel berikut.
3224
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
Tabel 2.
Rangkuman Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel Indikator Sumber
1. Transaksi ekonomi dan jenis-jenis praktiknya
(X1.1)
2. Sumber daya ekonomi (X1.2)
Fianto et al
3. Konsep belanja (X1.3) (2017)
4. Konsep menyimpan (menabung, asuransi, dan
investasi) (X1.4)
Literasi Keuangan
(X1) 5. Pajak (X1.5)
6. Kejahatan finansial (X1.6)
7. Keyakinan terkait lembaga keuangan, produk Lestari
dan jasanya (X1.7) (2015)
Huston
8. Keterampilan pengelolaan keuangan (X1.8)
(2011)
Keterangan :
Y : Kinerja UMKM
a : Konstanta
b1& b2 : Koefisien regresi
X1 : Variabel literasi keuangan
X2 : Variabel inklusi keuangan
e : errorterm
3225
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
Kualitas data dapat dilihat dari uji validitas dan uji reliabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini terkait dengan kuesioner yang digunakan. Penggunaan uji
kuesioner untuk memastikan bahwa kuisioner yang dibagikan merupakan alat ukur
yang nantinya dapat menginterprestasikan variable yang akan diukur. Pengujian
validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji keabsahan data yang
dikumpulkan berupa kuesioner. Widoyoko (2014:147) mengungkapkan bahwa
instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur
apa yang hendak diukur sehingga akan menghasilkan data yang valid pula. Pada
penelitian ini pengujian instrumen menggunakan rumus Product Moment Pearson
dengan ketentuan jika rhitung>rtabel maka butir dianggap valid, dan jika rhitung<rtabel
maka butir dianggap tidak valid.
Item pernyataan pada variabel literasi keuangan terdiri dari 16 item
pernyataan, dan uji validitas pada variabel ini secara detail dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 3.
Uji Validitas Variabel Literasi Keuangan
Corrected Item-Total
Item Pernyataan r tabel Keterangan
Correlation
Pengujian validitas yang dapat dilihat pada tabel di atas, setelah dikurangi
dengan beberapa item yang tidak valid, maka terlihat bahwa hanya 13 item
3226
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
Tabel 4.
Uji Validitas Variabel Inklusi Keuangan
Corrected Item-Total
Item Pernyataan r tabel Keterangan
Correlation
Pengujian validitas yang dapat dilihat pada tabel di atas, setelah dikurangi
dengan beberapa item yang tidak valid, maka terlihat bahwa hanya 11 item
pernyataan yang akan digunakan dalam penelitian dikarenakan nilai Corrected
Item-Total Correlation yang dihasilkan lebih besar dari r-tabel (0.361).
Item pernyataan pada variabel perkembangan kinerja UMKM terdiri dari 12
item pernyataan, dan uji validitas pada variabel ini secara detail dapat dilihat pada
Tabel 5.
Pengujian validitas yang dapat dilihat pada tabel 5. ke-12 item pernyataan
menunjukkan hasil yang valid sehingga seluruh item pernyataan tersebut akan
digunakan dalam penelitian dikarenakan nilai Corrected Item-Total.
3227
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
Tabel 5
Uji Validitas Variabel Perkembangan Kinerja UMKM
Corrected Item-Total
Item Pernyataan r tabel Keterangan
Correlation
Valid
Y.29 0,882 0.361
Valid
Y.30 0,750 0.361
Valid
Y.31 0,687 0.361
Valid
Y.32 0,786 0.361
Valid
Y.33 0,597 0.361
Valid
Y.34 0,729 0.361
Valid
Y.35 0,643 0.361
Valid
Y.36 0,654 0.361
Valid
Y.37 0,537 0.361
Valid
Y.38 0,630 0.361
Valid
Y.39 0,816 0.361
Valid
Y.40 0,694 0.361
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019
Tabel 6.
Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Variabel Alpha cronbach’s Keterangan
Literasi Keuangan (X1) 0.778 Reliabel
Inklusi Keuangan (X2) 0.794 Reliabel
Kinerja UMKM (Y)
0.904 Reliabel
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019
3228
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
Tabel 7.
Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 40,078 3,731 10,742 ,000
Literasi Keuangan ,212 ,059 ,279 3,619 ,000
Inklusi Keuangan ,270 ,104 ,199 2,590 ,010
a. Dependent Variable: Kinerja UMKM
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019
3229
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
Tabel 8.
Hasil Respon Pada Variabel Literasi Keuangan
No. Indikator Mean Keterangan
Transaksi ekonomi dan jenis-jenis Tinggi
1 praktiknya 3,55
Sumber daya ekonomi Tinggi
2 3,42
Konsep belanja Cukup
3 3,31
Konsep menyimpan (menabung, asuransi, Cukup
4 dan investasi) 2,87
Pajak Cukup
5 3,20
Kejahatan finansial
6 3,19 Cukup
Keyakinan terkait lembaga keuangan,
7 produk dan jasanya 3,45 Tinggi
Keterampilan pengelolaan keuangan
8 3,35 Cukup
Mean
3,27 Cukup
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019
Pada temuan selanjutnya, indikator yang memiliki mean paling rendah adalah
3230
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
Tabel 9.
Hasil Respon pada Variabel Inklusi Keuangan
No. Indikator Mean Keterangan
Ketersediaan atau akses Cukup
1 2,97
Penggunaan aktual produk dan jasa Cukup
2 keuangan 3,11
Kualitas Cukup
3 2,99
Kesejahteraan Cukup
4 2,95
Mean
3,01 Cukup
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019
3231
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
3232
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
yang sukses yaitu modal manusia, modal sosial dan modal keuangan, yang dalam
hal ini termasuk literasi keuangan dan inklusi keuangan. Selain itu, Otoritas Jasa
Keuangan (2016), menjelaskan bahwa peningkatan literasi dan inklusi keuangan
diyakini bisa mengembangkan UMKM karena pelaku UMKM dapat lebih
memahami konsep dasar dari produk keuangan, melakukan perencanaan dan
pengelolaan keuangan yang lebih baik, serta melindungi mereka dari penipuan dan
usaha tidak sehat di pasar keuangan.
Terdapat beberapa literatur yang telah mengkonfirmasi bahwa kemampuan
perusahaan dalam mengenali dan mengakses sumber daya keuangan akan
berdampak pada tingkat pertumbuhan perusahaan (Chimucheka & Rungani, 2011;
Sudiarta, Kirya, & Cipta, 2014; Iqbal & Sami, 2017). Oleh sebab itu, perkembangan
kinerja UMKM perlu didukung dengan kemudahan akses dalam pemberian kredit
untuk modal usaha maupun layanan perbankan lainnya (Purnomo, 2011).
Pelayanan perbankan yang mudah diakses tentunya akan mempermudah
masyarakat khususnya pelaku UMKM dalam membangun aset dan membantu
kegiatan usaha mereka.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,
inklusi keuangan terbukti menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja UMKM di
Sidoarjo.
SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat literasi
keuangan maka semakin tinggi pula perkembangan kinerja UMKM di wilayah
Sidoarjo. Sehingga, tingkat literasi keuangan sangat penting bagi perkembangan
suatu usaha, karena sebuah bisnis yang baik perlu didukung dengan pengelolaan
keuangan yang baik pula.
Indikator yang paling rendah di antara indikator lainnya adalah indikator
konsep menyimpan (menabung, asuransi, dan investasi). diharapkan kepada para
pelaku UMKM di wilayah Sidoarjo agar lebih meningkatkan literasi keuangan yang
dimiliki terutama tentang pentingnya asuransi bagi UMKM itu sendiri. Lalu
indikator ketersediaan atau akses yang menjadi indikator paling rendah sehingga
diharapkan kepada pemangku kepentingan, khususnya pemerintah yang diwakili
oleh Otoritas Jasa Keuangan agar dapat menawarkan program-program yang
nantinya dapat meningkatkan akses para pelaku UMKM. Dengan adanya program
yang dapat memudahkan akses layanan perbankan khususnya pada para pelaku
UMKM di wilayah Sidoarjo harapannya inklusi keuangan yang ada dapat semakin
meningkat.
Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang
berkaitan dengan perkembangan kinerja UMKM melalui variabel literasi keuangan
dan inklusi keuangan, maupun melalui variabel-variabel lain yang
memengaruhinya, misalnya seperti bauran pemasaran, dan sebagainya.
3233
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
REFERENSI
Anggraini, D., & Nasution, S. H. (2013). Peranan Kredit Usaha Rakyat Bagi
Pengembangan UMKM di Kota Medan (Studi Kasus Bank BRI). Jurnal
Ekonomi Dan Keuangan, 1(3), 105–116.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo. (2018). Kabupaten Sidoarjo Dalam
Agka 2018. https://doi.org/1102001.3515
Chimucheka, T., & Rungani, E. C. (2011). The impact of inaccessibility to bank
finance and lack of financial management knowledge to small , medium and
micro enterprises in Buffalo City Municipality , South Africa. 5(14), 5509–
5517. https://doi.org/10.5897/AJBM11.806
Furqani, H. (2017). Country Reports: The Current Situation Of Islamic Economics
IN INDONESIA. Research Center for Islamic Economics, December.
Halim, Y. K. E., & Astuti, D. (2015). Financial Stressors, Financial Behavior, Risk
Tolerance, Financial Solvency, Financial Knowledge, dan Kepuasan
Finansial. Jurnal Finesta, 3(1), 19–23.
https://doi.org/10.1109/EDOC.2009.26
Herdjiono, I., Damanik, L. A., & Musamus, U. (2016). Pengaruh Financial attitude,
financial knowladge , Parental Income toward Financial Management
Behavior. Manajemen Teori Dan Terapan, 1(3), 226–241.
Hidajat, T., Tinggi, S., & Ekonomi, I. (2015). An Analysis of Financial Literacy
and Household Saving among Fishermen in Indonesia. Mediterranean
Journal of Social Sciences, 6(December).
https://doi.org/10.5901/mjss.2015.v6n5s5p216
Hung, A. a, Parker, A. M., Yoong, J. K., & Yoong, J. (2009). Defining and
Measuring Financial Literacy. RAND Corporation Publications Department,
708, 28 pp. https://doi.org/10.2139/ssrn.1498674
Iqbal, B. A., & Sami, S. (2017). Role of banks in financial inclusion in India.
Contaduría y Administración, 62(2), 644–656.
https://doi.org/10.1016/j.cya.2017.01.007
Ismawati, S. T. (2016). Persepsi usaha mikro dan kecil terhadap inklusi keuangan
dan akses perbankan. Artikel Ilmiah, 16.
Lestari, S. (2015). literasi keuangan serta penggunaan produk dan jasa lembaga
keuangan. Fokus Bisnis, 14(02), 14–24.
Lusardi, annamaria; Mitchell, O. S. (2008). Planning and Financial Literacy: how
do women fare ? American Economic Review, 413–417.
https://doi.org/10.1257/aer.98.2.413
Lusardi et al. (2013). PISA 2012 Financial Literacy. OECD INFE, 139–166.
3234
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236
3235
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…
3236