Pengaruh Literasi Keuangan Dan Inklusi Keuangan Terhadap Kinerja Umkm Di Sidoarjo

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 23

E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No.

8, 2020 : 3214-3236 ISSN : 2302-8912


DOI: https://doi.org/10.24843/EJMUNUD.2020.v09.i08.p16

PENGARUH LITERASI KEUANGAN DAN INKLUSI KEUANGAN


TERHADAP KINERJA UMKM DI SIDOARJO

Risa Nadya Septiani1


Eni Wuryani2
1,2
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia
email: [email protected]

ABSTRAK

Meningkatnya literasi keuangan dan inklusi keuangan dapat mengembangkan usaha mikro kecil
menengah (UMKM) karena pelaku UMKM dapat memahami konsep dasar produk keuangan,
perencanaan dan pengelolaan keuangan yang baik, juga melindungi di kemudian hari dari
penipuan dan pekerjaan tidak sehat dari pasar keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh literasi keuangan dan inklusi keuangan terhadap perkembangan kerja
UMKM di Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan ex-post facto dengan pendekatan kuantitatif.
Data yang dikumpulkan dari penelitian berdasarkan wawancara dan distribusi kuesioner dengan
teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Teknik analisis data dalam penelitian
ini adalah analisis regresi berganda linier dengan membantu program SPSS komputer. Hasil
penelitian ini dapat menyimpulkan bahwa literasi keuangan dan inklusi keuangan merupakan
faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja UMKM di Sidoarjo.
Kata Kunci : Literasi Keuangan, Inklusi Keuangan, Kinerja UMKM.

ABSTRACT

Raising financial literation and inclusion of financial can developing small micro
entrepreneurship (UMKM) because the agent of UMKM can undesrtand the basic concept of
financial product, planning and good management financial, also protecting then from deception
and unhealthy work from financial market. This research purposes to know the affection of
financial literation and financial inclusion toward developing UMKM work in Sidoarjo area.
This research is used ex-post facto with the quantitative approaching. The collected data of the
research based on the interview and quetioner distribution with sampling technique which is
simple random sampling. Technique of data analysis in this research is analysis of linier double
regression with helping program SPSS computer. The result of this research can conclude that
financial literation and financial inclusive prove that be an affected factor of developing work
UMKM in Sidoarjo.
Keywords : Financial Literation, Financial Inclusion, Developing work of UMKM

3214
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

PENDAHULUAN
Sebagai salah satu sumber kekuatan ekonomi negara kehadiran UMKM
sangatlah penting dalam menyumbang Produk Domestik Bruto disetiap negara serta
berperan besar dalam menyerap tenaga kerja. Untuk membantu upaya
pengembangan UMKM tahun 2008 Pemerintah Indonesia membentuk Undang-
Undang mengenai UMKM, yaitu UU No. 20 Tahun 2008 mengenai pengertian dari
usaha yang terdiri dari usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Sesuai hasil
sensus UMKM Provinsi Jawa Timur yang dilakukan BPS Provinsi Jawa Timur
tahun 2012 total jumlah UMKM di Jawa Timur sebanyak 6.825.931. SUTAS 2018
menyatakan wilayah Sidoarjo memiliki jumlah UMKM yang terdaftar pada Dinas
Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Timur sebanyak 171.264 (Badan Pusat
Statistik Kabupaten Sidoarjo, 2018). Produk unggulan UMKM di Jawa Timur yang
paling mendominasi adalah sektor makanan dan minuman sebanyak 60%. Salah
satu wilayah yang menyumbang tingkat produksi makanan terbanyak adalah
Sidoarjo yang 17 Kecamatannya memproduksi makanan olahan dengan jumlah
total terdaftar adalah 289.
Terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh pengusaha UMKM dalam
meningkatkan usaha, salah satunya adalah kurangnya modal baik jumlah maupun
sumber dananya (Anggraini & Nasution, 2013). Indonesia memiliki Otoritas Jasa
Keuangan untuk membantu pembiayaan usaha bagi para pelaku usaha yaitu OJK
yang pada tahun 2014, mengeluarkan Surat Edaran No.1/SEOJK.07/2014 tentang
pelaksanaan edukasi dalam rangka meningkatkan literasi keuangan kepada
konsumen dan masyarakat, pelaksanaan edukasi yang dilakukan harus berdasarkan
pada 4 prinsip yaitu inklusif, sistematis dan terukur, kemudahan akses serta
kolaborasi.
Literasi keuangan dan Inklusi keuangan jadi menarik untuk diteliti karena
pada Survei Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) yang dilakukan oleh
OJK tahun 2013 menunjukkan adanya hubungan erat antara literasi keuangan
dengan inklusi keuangan, dikarenakan jika semakin tinggi literasi keuangan
seseorang maka semakin besar pula tingkat pemanfaat produk dan layanan jasa
keuangannya (otoritas jasa keuangan, 2017). Literasi keuangan juga dapat diartikan
sebagai suatu proses untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), kemampuan
(skill), dan keyakinan (confidence) agar keuangan masyarakat dapat lebih sejahtera
dan juga mampu mengelola keuangan. Lestari (2015) dalam mengukur literasi
keuangan dapat menggunakan indeks literasi keuangan untuk menentukan tingkat
pengetahuan, kepercayaan dan kecakapan masyarakat pada lembaga keuangan.
Menurut Hung et al. (2009) literasi keuangan adalah mengenai sejauh mana
seseorang memahami konsep keuangan dan pengelolaan keuangan yang tepat
sehingga ia dapat mengambil keputusan baik jangka pendek maupun perencanaan
jangka panjang menurut dinamika kebutuhan dan kondisi perekonomian. Menurut
Lusardi, annamaria; Mitchell (2008) literasi keuangan merupakan keterampilan
seseorang untuk mengaplikasikan pengetahuan, serta keahlian yang dimilikinya
agar mencapai perilaku keuangan yang lebih baik, sehingga pengetahuan, keahlian
dan perilaku tersebut menjadi kesatuan yang saling berkaitan dalam konsep literasi
keuangan. Pengetahuan keuangan mencakup pengetahuan tentang konsep dasar
keuangan, seperti: dasar bunga majemuk, perbedaan nilai nominal dan nilai riil,

3215
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

pengetahuan dasar mengenai diversifikasi risiko, nilai waktu, nilai dari uang, dan
lain-lain (Santoso et al., 2015).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan
merupakan kecakapan atau tingkat pemahaman individu ataupun masyarakat
mengenai bagaimana mereka mengelola keuangannya secara efektif sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi perekonomian yang dihadapinya. Di Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sudah menetapkan visi, misi dan prinsip dari literasi keuangan.
Visi literasi keuangan yakni menjadikan masyarakat Indonesia supaya mempunyai
tingkat literasi keuangan yang tinggi sehingga mereka bisa memilih dan
memanfaatkan keuangan untuk mencapai kesejahteraan. Sedangkan misi literasi
keuangan, yakni untuk mendidik masyarakat agar dapat mengelola keuangannya
secara cerdas; dan memperluas akses baik itu informasi maupun penggunaan
produk dan jasa keuangan dengan mengembangkan infrastruktur yang mendukung
literasi keuangan (Otoritas Jasa Keuangan, 2016)
Mereka yang literate akan memiliki banyak keuntungan. Pernyataan yang
disampaikan Hidajat et al. (2015) bahwa program literasi keuangan dapat menjadi
obat berbagai macam penyakit yang berkaitan dengan krisis keuangan. Beberapa
sisi positif bagi mereka yang mempunyai literasi keuangan yang tinggi di antaranya:
akan mempunyai kecakapan dalam pengelolaan keuangan, pengambilan keputusan
keuangan yang relevan dengan informasi dan meminimalisir peluang dalam
membuat kesalahan keuangan, memiliki investasi di pasar modal, dan mampu
meminimalisir serta mengatasi persoalan keuangan yang pada nantinya akan
bermanfaat bagi kehidupan sejahtera, sehat dan bahagia. Hidajat et al. (2015)
mereka yang memiliki keuangan yang rendah akan memiliki jumlah tabungan yang
sedikit, tidak memiliki program pensiun untuk hari tua, cenderung berhutang
dengan suku bunga yang tinggi dan mempunyai sedikit diversifikasi portofolio.
Masyarakat memiliki hambatan dalam mengakses lembaga keuangan.
Tingginya unbankable people disebabkan karena gap kemiskinan antar provinsi,
rendahnya pembiayaan UMKM, suku bunga kredit mikro tinggi, asymmetric
information, kemampuan manajemen UMKM kurang memadai, monopoli bank
pada sektor mikro, dan terbatasnya saluran distribusi jasa keuangan. Inilah yang
menjadi alasan urgennya pengimplementasian financial inclusion. Indonesia
memiliki beberapa program unggulan untuk mendukung program inklusi keuangan
ini diantaranya adalah pengadaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), Program Tabungan-
KU, E-Money, Telkomsel Cash, Program “Ke Bank”, serta peningkatan layanan
microfinance. Program ini dibuat antara lain guna memudahkan masyarakat untuk
mengakses program program jasa keuangan. Otoritas Jasa Keuangan (2016),
menjelaskan bahwa peningkatan literasi dan inklusi keuangan diyakini bisa
mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) karena pelaku
UMKM dapat lebih memahami konsep dasar dari produk keuangan, melakukan
perencanaan dan pengelolaan keuangan yang lebih baik, serta melindungi mereka
dari penipuan dan usaha tidak sehat di pasar keuangan.
Selain itu, literasi keuangan juga memberikan manfaat yang besar pada sektor
seperti jasa keuangan maupun masyarakat, yakni: pemilihan dan penggunaan
produk dan jasa keuangan menurut kebutuhan, kecakapan dalam merencanakan
keuangan dengan lebih baik; serta terhindar dari aktivitas yang merugikan seperti

3216
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

investasi pada instrumen keuangan yang tidak jelas (Otoritas Jasa Keuangan, 2016).
Ruang lingkup literasi keuangan mencakup berbagai materi atau pengetahuan
berkaitan dengan keuangan itu sendiri, seperti: (1) pengertian transaksi ekonomi
dan bermacam-macam jenis praktiknya; (2) mengetahui sumber daya ekonomi,
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya manusia; (3) pengenalan
konsep belanja sebagai pemenuhan kebutuhan dasar, yang mencakup skala
prioritas, gaya hidup ugahari dan ilmu konsumen; (4) memahami konsep
menyimpan secara tradisional maupun modern di antaranya menabung, asuransi
dan investasi; (5) memahami konsep berbagi yang mencakup amal dan pajak; serta
(6) memahami konsep praktik keuangan tidak sehat, serta kejahatan keuangan
seperti korupsi, investasi bodong ataupun kejahatan finansial lainnya (Furqani,
2017).
Pentingnya peningkatan pengetahuan yang dilakukan akan membuat
pengusaha UMKM mengenal akses keuangan formal seperti perbankan. Sama
halnya yang di ungkapkan oleh (Herdjiono et al., 2016) bahwa financial knowledge
theory memiliki kaitan erat dengan literasi keuangan karena dapat diajarkan dan
dipahami melalui edukasi keuangan. Sehingga dengan adanya pemberian edukasi
keuangan dapat meningkatkan pengetahuan keuangan, serta dapat mengurangi
terjadinya persoalan keuangan dimasa depan, dan peningkatan pengetahuan
keuangan juga akan meningkatkan kemampuan pengusaha dalam menggunakan
layanan keuangan pada lembaga keuangan yang ada.
Masalah tingginya jumlah masyarakat yang belum memiliki layanan
keuangan diperbankan disebabkan karena gap kemiskinan, rendahnya pembiayaan
UMKM, suku bunga kredit mikro tinggi, monopoli bank pada sektor mikro, dan
terbatasnya saluran distribusi jasa keuangan yang menjadikan literasi keuangan
sebagai pendukung pengembangan keterampilan dan produk keuangan bagi
pengusaha UMKM sesuai dengan kebutuhan mereka, kondisi tersebut menjadi
alasan pentingnya meningkatkan inklusi keuangan. Terzi (2015), bahwa inklusi
keuangan juga masuk dalam program literasi keuangan yang dimana semakin tinggi
peningkatan inklusi keuangan maka akan meningkatkan stabilitas ekonomi bagi
suatu negara.
Menurut Lusardi et al. (2013) dirumuskan bahwa literasi keuangan
merupakan faktor yang fundamental untuk pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
keuangan. Dari sudut pandang konsumen, literasi keuangan yang baik akan
memunculkan keputusan pembelanjaan yang mengedepankan kualitas. Hal ini akan
berakibat pada kompetisi di industri yang menjadi sehat dan kompetisi akan
mengedepankan inovasi dalam barang dan jasa yang ditawarkan ke konsumen.
Selain itu, dengan literasi keuangan yang baik juga bisa meminimalkan terjadinya
keputusan yang salah terhadap isu ekonomi dan keuangan yang muncul. Dari sudut
pandang penyedia jasa keuangan, literasi keuangan yang baik akan memberikan
informasi yang memadai mengenai produk, pemahaman resiko pada pelanggan dan
efisiensi biaya. Sedangkan dari sudut pandang pemerintah, dengan adanya literasi
keuangan yang baik pada masyarakat maka pemerintah dapat memperoleh
pemasukan pajak dengan maksimal untuk pengembangan infrastruktur dan fasilitas
pelayanan publik.

3217
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

Secara umum kebijakan yang paling efisien untuk mengatasi kemiskinan


adalah melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Percepatan
pertumbuhan ekonomi berperan sebagai syarat dasar yang paling strategis bagi
peningkatan kualitas kehidupan rakyat. Elemen penting dalam mendukung
percepatan pertumbuhan ekonomi adalah mengoptimalkan kontribusi sektor
keuangan dengan membuka akses layanan jasa keuangan seluas mungkin kepada
masyarakat dan pelaku usaha seperti UMKM. Artinya, harus ada upaya untuk
mendorong pemanfaatan sektor keuangan dalam perekonomian masyarakat. Inilah
esensi utama dari inklusi keuangan (financial inclusion).
Strategi keuangan inklusif secara eksplisit menyasar kelompok dengan
kebutuhan terbesar atau belum dipenuhi atas layanan keuangan yaitu tiga kategori
penduduk (orang miskin berpendapatan rendah, orang miskin bekerja/miskin
produktif, dan orang hampir miskin) dan tiga lintas kategori (pekerja migran,
perempuan, dan penduduk daerah tertinggal). Bank Indonesia menguraikan bahwa
untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kegiatan keuangan inklusif
diperlukan suatu ukuran kinerja.
Inklusi keuangan memiliki tujuan yaitu mendorong pertumbuhan inklusif
melalui penurunan angka kemiskinan, peningkatan pembangunan atau pemerataan
distribusi keuangan, serta peningkatan stabilitas sistem keuangan. Inklusi keuangan
merupakan kegiatan untuk menghapuskan segala bentuk hambatan berupa harga
mau pun non-harga pada akses layanan keuangan, sehingga masyarakat dapat
meningkatkan taraf hidupnya. Tolak ukur inklusi keuangan diketahui dari
kepemilikan rekening tabungan, asuransi, jasa pembayaran, dan kredit dari lembaga
keuangan non-formal.
Pada penelitian yang dilakukan oleh (Sarma, 2012) mengenai alat ukur untuk
mengetahui tingkat inklusi keuangan disuatu wilayah adalah dengan merumuskan
indeks inklusi keuangan yang didasari dengan indikator perbankan yang antara lain
adalah penggunaan (usage) rekening dimasyarakat, penetrasi perbankan yang
menjelaskan seberapa banyak masyarakat telah memiliki nomor rekening
diperbankan, serta aksesbilitas jasa keuangan yang menjelaskan bagaimana industri
perbankan dapat menjangkau masyarakat diwilayah tersebut. Sehingga indikator
tersebut mampu menjelaskan perilaku masyarakat dalam mengelola keuangan
dikehidupan sehari hari melalui produk produk perbankan.
Secara tegas, sasaran dari strategi inklusi keuangan adalah sekelompok
masyarakat yang belum menjangkau layanan keuangan seperti pada tiga golongan
(miskin dengan pendapatan rendah, miskin bekerja/miskin produktif, dan hampir
miskin), serta pada lintas kategori (pekerja migran, perempuan, dan penduduk di
wilayah tertinggal). Ada beberapa macam layanan jasa keuangan yang dirasa sangat
penting keberadaannya bagi masyarakat, di antaranya: layanan penyimpanan dana,
kredit, sistem pembayaran, asuransi, dan dana pensiun yang keseluruhannya
dijadikan syarat pokok yang diperlukan agar masyarakat memiliki kehidupan yang
lebih baik (World Bank, 2010; Bank Indonesia, 2014).
Selain itu, Bank Indonesia (2014) menguraikan bahwa jika ingin mencari tahu
lebih lanjut tentang kegiatan inklusi keuangan maka dibutuhkan suatu parameter
kinerja, yang terdiri dari empat kategori yaitu: (1) kecakapan dalam mengakses jasa
keuangan formal; (2) keselarasan antara kualitas jasa keuangan dengan kebutuhan,

3218
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

(3) penggunaan jasa sistem keuangan formal yang berkelanjutan, dan (4) akibat
yang ditimbulkan dari pemanfaatan jasa keuangan terhadap kehidupan masyarakat.
Oleh sebab itu, inklusi keuangan biasanya diukur menggunakan indikator seperti:
kepemilikan rekening tabungan, asuransi, jasa pembayaran, dan kredit dari lembaga
keuangan formal (Fajar, 2012).
Perilaku keuangan (financial behavior) erat kaitannya dengan tanggung
jawab keuangan dan bagaimana cara mengelola keuangan (Nababan & Sadalia,
2013). Oleh karena itu diperlukan peran industri keuangan dalam membantu
mengelola keuangan termasuk untuk mendapatkan modal pengembangan usaha.
Seseorang yang memiliki perilaku keuangan yang bertanggung jawab cenderung
menggunakan keuangannya dengan efektif seperti: untuk berinvestasi, menabung
dan mengontrol keuangan, serta membayar pajak tepat waktu. Berdasarkan latar
belakang diatas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh literasi keuangan dan inklusi keuangan terhadap kinerja UMKM di
Sidoarjo.
Konsep pada literasi keuangan dibagi menjadi 2 yaitu penggunaan (finance
application), dan pemahaman (finance knowledge), dengan adanya pengetahuan
keuangan yang dimiliki akan memudahkan individu tersebut dalam mengelola
keuangannya dengan baik, seperti: bagaimana mengelola pendapatan untuk
berinvestasi atau menggunakannya sebagai kebutuhan sehari-hari, yang nantinya
akan mempengaruhi pengambilan keputusan untuk menggunakan hasil dari
investasi tersebut. (Halim & Astuti, 2015) menjelaskan bahwa pengetahuan
keuangan merupakan keterampilan memahami, membuat analisis, dan mengelola
keuangan yang bertujuan untuk menghasilkan keputusan keuangan dengan tepat
untuk meminimalisir terjadinya persoalan keuangan.
Masalah tingginya jumlah masyarakat yang belum memiliki layanan
keuangan diperbankan membuktikan bahwa perusahaan perbankan belum mampu
menjangkau seluruh wilayah padahal ini akan menentukan bagaimana perilaku
masyarakat dalam melakukan investasi, mengelola keuangan, serta menyimpan
keuangan dan melakukan penganggaran dengan baik dan bertanggung jawab.
Financial Behavior akan berkaitan dengan cara seseorang dalam melakukan, dan
memanfaatkan berbagai sumber keuangan yang tersedia bagi dirinya (Nababan &
Sadalia, 2013). Maka, seseorang yang memiliki perilaku keuangan yang
bertanggung jawab, akan cenderung menggunakan uang yang dimilikinya dengan
lebih efektif, sehingga pada setiap perilaku keuangannya dapat mempengaruhi
kesejahteraan keuangannya.
Literasi keuangan merupakan tingkat pemahaman individu ataupun
masyarakat mengenai bagaimana mereka mengelola keuangannya secara efektif
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi perekonomian yang dihadapi. Pengukuran
literasi keuangan biasanya menggunakan indeks literasi keuangan sebagai ukuran
dalam menentukan tingkatan pengetahuan, kecakapan, dan kepercayaan
masyarakat terhadap lembaga keuangan, baik itu produk maupun jasanya (OJK,
2016). OJK menjelaskan bahwa indeks literasi keuangan terbagi menjadi 4
tingkatan, antara lain: (1) well literate; (2) sufficient literate; (3) less literate; serta
(4) not literate (OJK, 2013). Jika literasi keuangan dapat memudahkan pengguna,
baik dari sudut konsumen, penyedia jasa keuangan, maupun pemerintah dalam

3219
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

merencanakan produk keuangan yang digunakan maka, masyarakat dapat


mengetahui resiko yang akan dihadapi, serta dapat mengambil keputusan dalam
pengelolaan pemasukan dan pengeluaran dana yang diperoleh yang juga dapat
digunakan oleh pemerintah sebagai pengembangan infrastruktur dan fasilitas
pelayanan publik.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2016 tentang
Strategi Nasional Keuangan Inklusif menyebutkan bahwa inklusi keuangan
merupakan kondisi ketika setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap
berbagai layanan keuangan formal yang berkualitas secara tepat waktu, lancar, dan
aman dengan biaya terjangkau sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan
ukuran indikator yang dipaparkan (Nasution et al., 2013) yaitu tersedianya akses
pengukuran kecakapan pamakaian jasa keuangan formal, baik pada keterjangkauan
fisik maupun harga, pemakaian produk dan jasa keuangan secara aktual, kualitas
atribut produk dan jasa keuangan, dan kesejahteraan untuk mengukur akibat dari
layanan keuangan terhadap taraf hidup pemakai jasa.
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil merupakan “usaha perorangan atau badan usaha
yang telah melakukan kegiatan, atau usaha yang mempunyai penjualan atau omset
per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000,00 atau aset, atau aktiva setinggi-
tingginya Rp 600.000.000,00 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati), yang
terdiri dari: (1) rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan,
penambang, pedagang barang dan jasa, badan usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi);
dan (2) perorangan (pengrajin atau industri rumah).”
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan
UMKM) mendefinisikan Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI) sebagai
“entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00. Sementara itu, Usaha
Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang
memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000,00 sampai dengan Rp
10.000.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan.” Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 yang ditetapkan pada tanggal 4 Juli 2008 menjelaskan bahwa
kriteria bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) biasanya dikelompokkan
berdasarkan jumlah aset yang dimiliki, yaitu: (1) Usaha Mikro mempunyai
kekayaan bersih maksimal Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), belum
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau penghasilan per tahun maksimal
Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah); (2) Usaha Kecil mempunyai kekayaan
bersih > Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), belum termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau penghasilan pertahun sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) sampai dengan maksimal Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta
rupiah); serta (3) Usaha Menengah mempunyai kekayaan > Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah), belum termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau mempunyai
penghasilan pertahun sebesar Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta

3220
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

rupiah).
Jika Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 berfokus hanya pada aspek
keuangan saja, namun berbeda halnya dengan yang tercantum dalam Rencana
Strategis Kementrian Koperasi dan UMKM periode tahun 2005-2009 yang
menjelaskan tentang UMKM dari beberapa aspek, di antaranya: (a) Usaha Mikro
yaitu aktivitas ekonomi masyarakat dalam skala kecil, masih tradisional, dan juga
informal, atau dengan kata lain usaha tersebut belum terdaftar, belum tercatat, dan
belum memiliki badan hukum, dengan total penghasilan per tahun maksimal
sebesar Rp 100.000.000; atau kekayaan bersih sebesar Rp 50.000.000 (b) Usaha
Kecil yaitu aktivitas ekonomi masyarakat yang memiliki ciri: (1) jumlah kekayaan
bersih maksimal sebesar Rp 200.000.000; belum termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau (2) penghasilan per tahun maksimal sebesar Rp 1.000.000.000;
(3) perusahaan adalah milik WNI; (4) Perusahaan berdiri sendiri atau bukan cabang
dari usaha menengah maupun usaha besar; serta (5) memiliki bentuk usaha
perseorangan dan tidak memiliki badan hukum (c)Usaha Menengah adalah aktivitas
ekonomi masyarakat yang memiliki ciri: (1) jumlah kekayaan bersih >Rp
200.000.000 sampai dengan maksimal Rp 10.000.000.000, belum termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; (2) mempunyai kekayaan bersih maksimal sebesar Rp
10.000.000.000; (3) perusahaan adalah milik WNI; (4) Perusahaan berdiri sendiri
atau bukan dari usaha besar; serta (5) memiliki bentuk perseorangan, dan tidak
memiliki badan hukum.
Selain mengacu pada Undang-Undang, kriteria dari Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) juga dapat dikelompokkan berdasarkan sudut atau arah
perkembangan usahanya. Sebagaimana pernyataan Rahmana (2008) yang
dikemukakan oleh Sudaryanto, Ragimun & Rahma (tanpa tahun) bahwa Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) terbagi dalam beberapa kategori, yaitu: (1)
livelihood activities, yaitu Usaha Kecil Menengah untuk penghasilan atau sektor
informal; (2) micro enterprise, yaitu Usaha Kecil Menengah yang bersifat pengrajin
tetapi belum bersifat kewirausahaan; (3) small dynamic enterprise, yaitu Usaha
Kecil Menengah yang bersifat kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan
subkontrak dan ekspor; serta (4) fast moving enterprise, yaitu Usaha Kecil
Menengah yang bersifat kewirausahaan dan segera bertransformasi sebagai Usaha
Besar (UB).
Paramasari (2009) menjelaskan bahwa walaupun Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) memiliki berbagai definisi, akan tetapi kesemuanya
mempunyai karakteristik yang sama di antaranya: (1) struktur organisasi yang
sederhana; (2) tidak memiliki kelebihan karyawan; (3) pembagian pekerjaan yang
tidak ketat; (4) mempunyai tingkatan dalam manajerial yang pendek; (5) kegiatan
yang dilakukan tidak sepenuhnya formal dan jarang menggunakan perencanaan;
serta (6) kurang dalam membedakan aset milik pribadi dengan aset milik
perusahaan.
Sedangkan berdasarkan kuantitas tenaga kerjanya, Badan Pusat Statistik
(BPS) menyatakan bahwa Usaha Mikro merupakan entitas usaha yang mempunyai
jumlah karyawan kurang dari 5 orang, Usaha Kecil merupakan entitas usaha yang
mempunyai jumlah karyawan sebanyak 5 hingga 19 orang, dan Usaha Menengah
merupakan entitias usaha yang mempunyai karyawan sebanyak 20 hingga 99 orang

3221
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

(Arifah, 2012). Kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara
keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama (Rivai,
2008:14). Hal senada diungkapakan oleh Mulyadi (2007, p. 337) bahwa kinerja
merupakan kesuksesan individu, kelompok, maupun suatu organisasi dalam
melaksanakan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya melalui tindakan yang
dikehendaki. Samir (2011) mengungkapkan bahwa kinerja perusahaan merupakan
keterampilan yang dimiliki pengelola usaha dalam mengambil tindakan dengan
konsekuensi yang bisa diterima.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dibuat simpulan bahwa kinerja
perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk mencapai target yang telah
ditentukan sebelumnya. Semua jenis usaha utamanya UMKM, pasti memiliki
tujuan agar usahanya memiliki kinerja terbaik. Persyaratan utama untuk
mewujudkan perkembangan UMKM yaitu dengan kinerja yang baik pada seluruh
sektor yang ada seperti sektor keuangan, produksi, distribusi dan pemasaran.
Rivai (2008) berpendapat bahwa syarat pengukuran sebuah perusahaan yang
memiliki kinerja yang berkualitas, yaitu melalui input dan output. Input berkaitan
dengan potensi dan terwujud dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab untuk mengetahui apakah kebijakan, program, dan kegiatan yang
dilakukan perusahaan berjalan dengan baik, antara lain: (1) who? yaitu siapa pihak
yang dinilai dan siapa yang akan menilai; (2) what? yakni objek yang dinilai seperti
hasil kerja, kemampuan sikap, motivasi kerja, dimensi waktu, dan potensi yang
dapat berkembang di masa depan; (3) why? yaitu penjelasan mengenai tujuan dari
pengukuran kinerja seperti pemeliharaan potensi kerja, penentun kebutuhan
pelatihan, dasar pengembangan karier, serta promosi jabatan; (4) when? yaitu kapan
waktu pelaksanaan pengukuran kinerja itu sendiri; (5) where? yaitu dimana akan
dilakukan pengukuran kinerja; serta (6) how? yaitu metode seperti apa yang akan
dipilih? Sedangkan output yaitu hasil yang dicapai dari program, kegiatan, atau
kebijakan. Syarat lainnya untuk mengukur kinerja perusahaan berhubungan dengan
output pengukuran misalnya: hasil penilaian yang jelas dan kesuksesan pengukuran
kinerja.
Kinerja merupakan kemampuan suatu usaha untuk memenuhi target yang
telah ditentukan sebelumnya. Suatu ukuran dibutuhkan dalam mengukur kinerja
seperti tingkat kesuksesan atau hasil pencapaian dari sebuah usaha. Ukuran yang
digunakan adalah indikator kinerja utama atau Key Performance Indicator yang
mempunyai rangkaian proses bisnis dengan tujuan yang nyata, ukuran kuantitatif
dan kualitatif dari hasil yang sebanding dengan tujuan, serta penyelidikan terhadap
elemen-elemen yang mempengaruhi tujuan untuk mengetahui strategi apa yang
telah diterapkan perusahaan menurut visi dan misi dari perusahaan tersebut
(Moeheriono, 2012). Maka, kinerja yang baik di semua sektor baik keuangan,
produksi, distribusi maupun pemasaran merupakan syarat mutlak bagi UMKM
untuk bisa terus hidup dan berkembang serta untuk mengoptimalkan tujuan semua
UMKM.
(Aribawa, 2016) mengemukakan bahwa dalam menganalisis kinerja UMKM,
diperlukan suatu pendekatan yang berdasar pada beberapa asumsi, antara lain: (1)

3222
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

sumber daya yang terbatas menjadikan pengukuran kinerja sulit untuk dilakukan
secara kuantitatif; (2) indikator keuangan yang kompleks dalam mengukur kinerja,
berakibat pada kurang aktualnya kondisi perusahaan yang sebenarnya; (3)
pengukuran kinerja pada umumnya kurang cocok jika diterapkan pada perusahaan
selain perusahaan besar dengan manajemen terstruktur.
Namun, terlepas dari asumsi-asumsi tersebut, pendapat yang diungkapkan
oleh (Rapih, 2015), pengukuran kinerja UMKM dapat dilakukan dengan beberapa
indikator antara lain: (1) pertumbuhan keuntungan dalam nominal uang yang
semakin mengalami peningkatan; (2) jumlah konsumen yang membeli produk
semakin meningkat; (3) jumlah penjualan produk meningkat; (4) jumlah aset
perusahaan baik aset tetap, maupun tidak tetap meningkat.
Widiyanti (2016) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa variabel
literasi keuangan dapat mempengaruhi kinerja UMKM. Hasil penelitian ini sesuai
dengan financial knowledge theory dimana pengetahuan keuangan berkaitan
dengan kemampuan seseorang untuk memahami, menganalisis dan mengelola
keuangan yang tersedia bagi dirinya untuk menghasilkan keputusan keuangan
dengan tepat, dan dapat membantu perkembangan kinerja UMKM. Sehingga,
literasi keuangan dianggap sebagai hal yang sangat penting bagi perkembangan
kinerja suatu usaha, khususnya UMKM.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2011) menunjukkan bahwa variabel
inklusi keuangan dapat mempengaruhi kinerja UMKM. Ini sesuai dengan financial
behavior yang berkaitan dengan perilaku keuangan seseorang yang cenderung lebih
bertanggung jawab dalam manajemen atas keuangannya. Bank Indonesia (2014),
menjelaskan bahwa inklusi keuangan akan memberikan manfaat kepada
masyarakat yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya,
khususnya bagi mereka yang berada di wilayah terpencil maupun di wilayah
perbatasan.
Inklusi keuangan merupakan elemen penting dalam mendukung percepatan
pertumbuhan ekonomi yaitu dengan mengoptimalkan kontribusi sektor keuangan
dan membuka akses layanan jasa keuangan seluas mungkin kepada masyarakat
khusunya pada para pelaku usaha seperti UMKM, yang perlu mendapat dukungan
modal agar dapat membesarkan usaha dan membantu kinerja usahanya (Sudiarta,
Kirya, & Cipta, 2014; Aribawa, 2016; Iqbal & Sami, 2017).
H1 : Literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja umkm
di sidoarjo
H2 : Inklusi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja umkm
di sidoarjo

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana menurut Lind et
al (Marita, 2015) pendekatan kuatitatif menggunakan perhitungan ilmiah yang
diperoleh melalui sampel individu dalam suatu objek penelitian dengan
memintanya memberikan jawaban pada sebuah survei. Pendapat responden diukur
menggunakan skala likert lima skor. Skor 5 untuk pendapat sangat setuju (SS), skor
4 untuk pendapat setuju (S), skor 3 untuk pendapat kurang setuju (KS), skor 2 untuk

3223
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

pendapat tidak setuju (TS), dan skor 1 untuk pendapat sangat tidak setuju (STS).
Penelitian menggunakan teknik sampling yaitu simple random sampling dengan
objek penelitian adalah pelaku UMKM sektor makanan olahan yang tersebar di 17
kecamatan di Kabupaten Sidoarjo. Sampel yang didapatkan pada penelitian ini
sebanyak 168 orang yang berperan sebagai pelaku UMKM sektor makanan olahan
yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Sidoarjo.

Tabel 1.
Jumlah UMKM Sektor Makanan
No. Kecamatan Jumlah UMKM

1 Tarik 2
2 Prambon 8
3 Krembung 16
4 Porong 11
5 Jabon 25
6 Tanggulangin 13
7 Candi 31
8 Tulangan 25
9 Wonoayu 25
10 Sukodono 7
11 Sidoarjo 26
12 Buduran 13
13 Waru 21
14 Gedangan 21
15 Taman 22
16 Krian 15
17 Balongbendo 8
Jumlah 289
Sumber: (BPS Sidoarjo, 2017)

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel
independen, yaitu literasi keuangan dan inklusi keuangan yang akan diketahui
ada/tidaknya pengaruh terhadap variabel dependen yaitu kinerja UMKM. Definisi
operasional tiap variabel akan ditunjukkan pada Tabel berikut.

3224
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

Tabel 2.
Rangkuman Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel Indikator Sumber
1. Transaksi ekonomi dan jenis-jenis praktiknya
(X1.1)
2. Sumber daya ekonomi (X1.2)
Fianto et al
3. Konsep belanja (X1.3) (2017)
4. Konsep menyimpan (menabung, asuransi, dan
investasi) (X1.4)
Literasi Keuangan
(X1) 5. Pajak (X1.5)
6. Kejahatan finansial (X1.6)
7. Keyakinan terkait lembaga keuangan, produk Lestari
dan jasanya (X1.7) (2015)

Huston
8. Keterampilan pengelolaan keuangan (X1.8)
(2011)

1. Ketersediaan atau akses (X2.1)


2. Penggunaan aktual produk dan jasa keuangan Nasution,
Inklusi Keuangan (X2.2) Sari, &
(X2) Handriyani
3. Kualitas (X2.3)
(2013)
4. Kesejahteraan (X2.4)
1. Pertumbuhan keuntungan (Y1.1)
Kinerja UMKM 2. Pertumbuhan jumlah pelanggan (Y1.2)
Rapih (2015)
(Y) 3. Pertumbuhan jumlah penjualan (Y1.3)
4. Pertumbuhan jumlah aset (Y1.4)
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019

Analisis data dilakukan bertujuan untuk menyederhanakan data kedalam


bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan dipahami. Penelitian ini menggunakan
teknik analisis regresi linear berganda dengan bantuan software SPSS 22. (Priyatno,
2009) mengungkapkan analisis regresi linier berganda berguna untuk mengetahui
tingkat signifikansi hubungan linier antara 2 variabel independen atau lebih dengan
1 variabel dependen yang telah dirumuskan. Persamaan fungsi yang digunakan
adalah berikut:
Y = a + b1X1+ b2X2+ e..................................................(1)

Keterangan :
Y : Kinerja UMKM
a : Konstanta
b1& b2 : Koefisien regresi
X1 : Variabel literasi keuangan
X2 : Variabel inklusi keuangan
e : errorterm

3225
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

Kualitas data dapat dilihat dari uji validitas dan uji reliabilitas yang digunakan
dalam penelitian ini terkait dengan kuesioner yang digunakan. Penggunaan uji
kuesioner untuk memastikan bahwa kuisioner yang dibagikan merupakan alat ukur
yang nantinya dapat menginterprestasikan variable yang akan diukur. Pengujian
validitas dalam penelitian ini digunakan untuk menguji keabsahan data yang
dikumpulkan berupa kuesioner. Widoyoko (2014:147) mengungkapkan bahwa
instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur
apa yang hendak diukur sehingga akan menghasilkan data yang valid pula. Pada
penelitian ini pengujian instrumen menggunakan rumus Product Moment Pearson
dengan ketentuan jika rhitung>rtabel maka butir dianggap valid, dan jika rhitung<rtabel
maka butir dianggap tidak valid.
Item pernyataan pada variabel literasi keuangan terdiri dari 16 item
pernyataan, dan uji validitas pada variabel ini secara detail dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 3.
Uji Validitas Variabel Literasi Keuangan

Corrected Item-Total
Item Pernyataan r tabel Keterangan
Correlation

X1.1 0,622 0.361 Valid


X1.2 0,551 0.361 Valid
X1.3 0,576 0.361 Valid
X1.4 0,545 0.361 Valid
X1.5 0,626 0.361 Valid
X1.6 0,504 0.361 Valid
X1.7 0,537 0.361 Valid
X1.8 0,240 0.361 Tidak valid
X1.9 0,357 0.361 Tidak valid
X1.10 0,362 0.361 Valid
X1.11 0,695 0.361 Valid
X1.12 0,270 0.361 Tidak valid
X1.13 0,428 0.361 Valid
X1.14 0,576 0.361 Valid
X1.15 0,581 0.361 Valid
X1.16 0,385 0.361 Valid
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019

Pengujian validitas yang dapat dilihat pada tabel di atas, setelah dikurangi
dengan beberapa item yang tidak valid, maka terlihat bahwa hanya 13 item

3226
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

pernyataan yang akan digunakan dalam penelitian dikarenakan nilai Corrected


Item-Total Correlation yang dihasilkan lebih besar dari r-tabel (0.361)
Item pernyataan pada variabel inklusi keuangan terdiri dari 12 (dua belas)
item pernyataan, dan uji validitas pada variabel ini secara detail dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 4.
Uji Validitas Variabel Inklusi Keuangan

Corrected Item-Total
Item Pernyataan r tabel Keterangan
Correlation

X2.17 0,530 0.361 Valid

X2.18 0,533 0.361 Valid

X2.19 0,525 0.361 Valid

X2.20 0,182 0.361 Tidak valid

X2.21 0,541 0.361 Valid

X2.22 0,478 0.361 Valid

X2.23 0,422 0.361 Valid

X2.24 0,562 0.361 Valid

X2.25 0,780 0.361 Valid

X2.26 0,638 0.361 Valid

X2.27 0,731 0.361 Valid

X2.28 0,724 0.361 Valid


Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019

Pengujian validitas yang dapat dilihat pada tabel di atas, setelah dikurangi
dengan beberapa item yang tidak valid, maka terlihat bahwa hanya 11 item
pernyataan yang akan digunakan dalam penelitian dikarenakan nilai Corrected
Item-Total Correlation yang dihasilkan lebih besar dari r-tabel (0.361).
Item pernyataan pada variabel perkembangan kinerja UMKM terdiri dari 12
item pernyataan, dan uji validitas pada variabel ini secara detail dapat dilihat pada
Tabel 5.
Pengujian validitas yang dapat dilihat pada tabel 5. ke-12 item pernyataan
menunjukkan hasil yang valid sehingga seluruh item pernyataan tersebut akan
digunakan dalam penelitian dikarenakan nilai Corrected Item-Total.

3227
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

Tabel 5
Uji Validitas Variabel Perkembangan Kinerja UMKM

Corrected Item-Total
Item Pernyataan r tabel Keterangan
Correlation
Valid
Y.29 0,882 0.361
Valid
Y.30 0,750 0.361
Valid
Y.31 0,687 0.361
Valid
Y.32 0,786 0.361
Valid
Y.33 0,597 0.361
Valid
Y.34 0,729 0.361
Valid
Y.35 0,643 0.361
Valid
Y.36 0,654 0.361
Valid
Y.37 0,537 0.361
Valid
Y.38 0,630 0.361
Valid
Y.39 0,816 0.361
Valid
Y.40 0,694 0.361
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019

Pengujian validitas juga didukung dengan uji reliabilitas untuk memperkuat


keabsahan data. Menurut (Arikunto, 2013), reliabilitas adalah alat yang
menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Uji reliabilitas
yang digunakan ialah rumus Koefisien Alpha Cronbach, dikatakan instrumen
memiliki nilai yang tinggi jika nilai alpha> 0,60 begitu pula sebaliknya instrumen
memiliki nilai yang rendah jika nilai alpha< 0,60.

Tabel 6.
Hasil Perhitungan Uji Reliabilitas
Variabel Alpha cronbach’s Keterangan
Literasi Keuangan (X1) 0.778 Reliabel
Inklusi Keuangan (X2) 0.794 Reliabel
Kinerja UMKM (Y)
0.904 Reliabel
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019

3228
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan pengujian asumsi klasik yang dilakukakan, model penelitian ini
telah memenuhi asumsi. Data yang digunakan berdistribusi normal, model
penelitian terbebas dari multikolinieritas dan autokorelasi, hasil pengujian
heteroskedastisitas dalam model regresi juga tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda yang
berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara kedua variabel yaitu
variabel-variabel literasi keuangan (X1) dan inklusi keuangan (X2) terhadap
perkembangan kinerja UMKM (Y). Hasil pengolahan ditunjukkan pada tabel
berikut:

Tabel 7.
Hasil Perhitungan Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 40,078 3,731 10,742 ,000
Literasi Keuangan ,212 ,059 ,279 3,619 ,000
Inklusi Keuangan ,270 ,104 ,199 2,590 ,010
a. Dependent Variable: Kinerja UMKM
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat disusun persamaan


regresi linier berganda sebagai berikut.
Y = 40,078+ 0,212X1+ 0,270X2
Dari persamaan garis regresi tersebut tampak bahwa konstanta (α) yang dihasilkan
sebesar 40,078 menyatakan bahwa besarnya perkembangan kinerja UMKM adalah
40,078 jika variabel literasi keuangan dan inklusi keuangan adalah nol atau konstan.
Koefisien regresi pada variabel literasi keuangan yang dihasilkan sebesar 0,212
yang menunjukkan bahwa jika variabel literasi keuangan (X 1) naik satu satuan
maka perkembangan kinerja UMKM (Y) akan naik sebesar 0,212. Koefisien regresi
pada variabel inklusi keuangan yang dihasilkan sebesar 0,270 yang menunjukkan
bahwa jika variabel inklusi keuangan (X2) mengalami kenaikan sebesar satu satuan
maka perkembangan kinerja UMKM (Y) akan naik sebesar 0,270.
Hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa literasi keuangan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja UMKM di Sidoarjo. Hal ini didasarkan pada
hasil thitung sebesar 3,619 dengan tingkat signifikansi <5% yaitu 0,000. Hasil tersebut
memiliki makna bahwa kinerja UMKM akan meningkat apabila literasi keuangan
pada kalangan pelaku UMKM ditingkatkan. Semakin tinggi literasi keuangan,
maka akan semakin tinggi pula kinerja UMKM di Sidoarjo.
Hasil olah data menunjukkan jika literasi keuangan berpengaruh terhadap
kinerja UMKM, didorong oleh temuan pada indeks yang lebih menonjol yaitu
indikator transaksi ekonomi dan jenis-jenis praktiknya, dengan mean sebesar 3,55
yang masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menjelaskan bahwa pelaku UMKM di
Sidoarjo sudah memiliki pemahaman berkaitan dengan transaksi ekonomi dan

3229
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

jenis-jenis praktiknya. Sehingga ini sesuai dengan Financial Knowledge Theory


yang dimana peningkatan pengetahuan keuangan akan mempengaruhi bagaimana
pengusaha UMKM dapat lebih terampil dalam mengelola keuangan. Hasil temuan
ini diperkuat dengan pernyataan bahwa literasi keuangan akan mempengaruhi
kecakapan finansial yaitu kapabilitas untuk mengetahui gagasan dasar dari ilmu
ekonomi dan keuangan, hingga bagaimana mengimplementasikannya secara tepat
(Santoso et al., 2015).
Hasil penelitian ini mendukung teori dan hasil penelitian sebelumnya di
antaranya dari (Aribawa, 2016) yang mengungkapkan bahwa jika pelaku usaha di
sektor UMKM memiliki kemampuan literasi keuangan yang memadai, maka
keputusan bisnis dan keuangan yang diciptakan akan menuju ke arah
pengembangan yang membaik dari waktu ke waktu, meningkatkan kemampuan
usaha untuk bertahan di tengah krisis, dan pada akhirnya akan membuat bisnis
tersebut memiliki keberlanjutan jangka panjang. Hal senada dikemukakan
(Chimucheka & Rungani, 2011) bahwa pengetahuan tentang keuangan juga
memiliki dampak pada pertumbuhan dan kelangsungan UMKM.
Literasi keuangan berpengaruh terhadap kinerja UMKM, didukung oleh
temuan pada indikator yang lebih dominan yang dapat dilihat pada tabel 8 yaitu
indikator transaksi ekonomi dan jenis-jenis praktiknya, dengan mean sebesar 3,55
yang masuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku UMKM di
wilayah Sidoarjo sudah memiliki pemahaman berkaitan dengan transaksi ekonomi
dan jenis-jenis praktiknya. Hasil temuan ini diperkuat dengan pernyataan
(Hailwood, 2007) bahwa literasi keuangan akan mempengaruhi kecakapan finansial
yaitu kemampuan untuk memahami konsep dasar dari ilmu ekonomi dan keuangan,
hingga bagaimana menerapkannya secara tepat (Rita & Santoso, 2015).

Tabel 8.
Hasil Respon Pada Variabel Literasi Keuangan
No. Indikator Mean Keterangan
Transaksi ekonomi dan jenis-jenis Tinggi
1 praktiknya 3,55
Sumber daya ekonomi Tinggi
2 3,42
Konsep belanja Cukup
3 3,31
Konsep menyimpan (menabung, asuransi, Cukup
4 dan investasi) 2,87
Pajak Cukup
5 3,20
Kejahatan finansial
6 3,19 Cukup
Keyakinan terkait lembaga keuangan,
7 produk dan jasanya 3,45 Tinggi
Keterampilan pengelolaan keuangan
8 3,35 Cukup
Mean
3,27 Cukup
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019

Pada temuan selanjutnya, indikator yang memiliki mean paling rendah adalah

3230
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

indikator konsep menyimpan (menabung, asuransi, dan investasi) dengan mean


sebesar 2,87 yang masuk dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa para
pelaku UMKM masih kurang memiliki pemahaman tentang konsep menyimpan
khusunya pada asuransi. Temuan ini didukung oleh hasil penelitian (Ningrum &
Sudarsono, 2018) bahwa meskipun para pelaku UMKM sudah memiliki
pemahaman terhadap masalah keuangan terutama berkaitan dengan kepentingan
pelaku UMKM yaitu investasi, menabung dan meminjam, namun kebanyakan dari
mereka kurang memahami keberadaan asuransi yang dianggap tidak memiliki
kepentingan langsung dengan kebutuhan pelaku UMKM.
Hung et al. (2009) mengemukakan bahwa literasi keuangan merupakan
ukuran pemahaman terhadap konsep keuangan dan kemampuan dalam pengelolaan
keuangan yang tepat dalam membuat keputusan jangka pendek dan perencanaan
jangka panjang sesuai dengan dinamika kebutuhan dan kondisi perekonomian.
Seseorang yang memiliki tingkat literasi keuangan yang lebih tinggi akan
cenderung memiliki perencanaan dan menjadi lebih sukses (Lusardi & Mitchell,
2008). Dengan demikian, pada sebuah pengelolaan usaha, literasi keuangan
menjadi penting untuk ditingkatkan karena sebuah bisnis yang baik perlu didukung
dengan pengelolaan keuangan yang baik pula. Seperti yang diungkapkan
(Widiyanti, 2016)bahwa efektifitas pengelolaan keuangan akan terwujud apabila
SDM UMKM mampu meningkatkan literasi keuangan yang dimiliki. Oleh sebab
itu, tingkat literasi keuangan merupakan hal yang sangat penting kinerja suatu
usaha, khususnya UMKM.
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa literasi keuangan
terbukti menjadi faktor yang berpengaruh pada kinerja UMKM di Sidoarjo.
Hasil analisis yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa inklusi keuangan
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UMKM di Sidoarjo. Ini
berdasar pada hasil t hitung sebesar 2,590 dengan tingkat signifikansi <5% yaitu
0,010. Hasil tersebut memiliki makna bahwa kinerja UMKM akan meningkat
apabila inklusi keuangan pada kalangan pelaku UMKM ditingkatkan. Semakin
tinggi inklusi keuangan, maka akan semakin tinggi pula kinerja UMKM di Sidoarjo,
sehingga ini sesuai dengan teori Financial Behavior yang dimana seseorang yang
memiliki perilaku keuangan yang baik maka dia akan bertanggung jawab dan akan
lebih efektif menggunakan keuangannya sehingga dapat mensejahterakan
kehidupan mereka.

Tabel 9.
Hasil Respon pada Variabel Inklusi Keuangan
No. Indikator Mean Keterangan
Ketersediaan atau akses Cukup
1 2,97
Penggunaan aktual produk dan jasa Cukup
2 keuangan 3,11
Kualitas Cukup
3 2,99
Kesejahteraan Cukup
4 2,95
Mean
3,01 Cukup
Sumber: Kajian penelitian sebelumnya, 2019

3231
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

Ketidakmampuan mengakses layanan perbankan memberikan dampak yang


besar bagi keberlangsungan dan kesuksesan UMKM yang ada. Oleh sebab itu,
kinerja UMKM perlu didukung dengan kemudahan akses dalam pemberian kredit
untuk modal usaha maupun layanan perbankan lainnya (Purnomo, 2011).
Pelayanan perbankan yang mudah diakses tentunya akan mempermudah
masyarakat khususnya pelaku UMKM dalam membangun aset dan membantu
kegiatan usaha mereka.
Hasil penelitian ini mendukung teori dan hasil penelitian sebelumnya
diantaranya dari (Chimucheka & Rungani, 2011) bahwa akses layanan keuangan
memberikan dampak bagi keberlangsungan dan kesuksesan UMKM. Hal senada
diungkapkan (Steelyana, 2013) bahwa inklusi keuangan merupakan elemen penting
dalam mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi yaitu dengan
mengoptimalkan kontribusi sektor keuangan dan membuka akses layanan jasa
keuangan seluas mungkin kepada masyarakat khusunya pada para pelaku usaha
seperti UMKM, yang perlu mendapat dukungan modal agar dapat membesarkan
usaha dan membantu kinerja usahanya (Sudiarta, Kirya, & Cipta, 2014; Aribawa,
2016; Iqbal & Sami, 2017).
Inklusi keuangan berpengaruh terhadap perkembangan kinerja UMKM,
didukung oleh temuan pada indikator yang lebih dominan yaitu indikator
penggunaan aktual produk dan jasa keuangan dengan mean sebesar 3,11 yang
masuk dalam kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku UMKM di
wilayah Sidoarjo masih ada yang belum menggunakan produk dan jasa perbankan.
Hasil temuan ini diperkuat dengan pernyataan (Ismawati, 2016) bahwa masih
banyak para pelaku UMKM yang belum mengenal lembaga keuangan formal
terutama produk dan layanannya.
Pada temuan selanjutnya, indikator yang memiliki mean paling rendah adalah
indikator ketersediaan atau akses, yaitu sebesar 2,97 yang masuk dalam kategori
cukup. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian dari para pelaku UMKM di wilayah
Sidoarjo masih merasa kesulitan dalam mengakses layanan perbankan. Temuan ini
mendukung hasil penelitian (Chimucheka & Rungani, 2011) dan (Iqbal & Sami,
2017) yang menyatakan bahwa UMKM masih kesulitan untuk mengakses layanan
finansial bank karena kebanyakan bank lebih memilih untuk tidak meminjamkan
modal kepada usaha kecil dan yang tidak terorganisir. Padahal, akses ke lembaga
keuangan sangat mampu untuk meningkatkan kondisi ekonomi dan standar hidup
bagi masyarakat. Ketidakmampuan mengakses layanan tersebut memberikan
dampak yang besar bagi keberlangsungan dan kesuksesan UMKM yang ada.
Hasil analisis yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa kinerja UMKM di
Sidoarjo secara simultan berpengaruh signifikan pada Literasi Keuangan dan
Inklusi Keuangan . Hal tersebut didasarkan pada hasil Fhitung sebesar 8,005 dengan
nilai probabilitas yaitu p= 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 5%. Ini berarti bahwa
semakin baik literasi keuangan dan inklusi keuangan pada kalangan pelaku usaha
UMKM, maka semakin baik pula kinerja UMKM di wilayah Sidoarjo. Hasil
penelitian ini mendukung teori dan hasil penelitian sebelumnya, diantaranya yang
dilakukan oleh (Sanitasya, Rahardjo & Iqbal, 2019) yang menerangkan bahwa
keberhasilan dan kegagalan usaha kecil sangat dipengaruhi oleh keterampilan dan
kemampuan pelaku usaha dan kategori. dasar modal yang berkontribusi pada usaha

3232
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

yang sukses yaitu modal manusia, modal sosial dan modal keuangan, yang dalam
hal ini termasuk literasi keuangan dan inklusi keuangan. Selain itu, Otoritas Jasa
Keuangan (2016), menjelaskan bahwa peningkatan literasi dan inklusi keuangan
diyakini bisa mengembangkan UMKM karena pelaku UMKM dapat lebih
memahami konsep dasar dari produk keuangan, melakukan perencanaan dan
pengelolaan keuangan yang lebih baik, serta melindungi mereka dari penipuan dan
usaha tidak sehat di pasar keuangan.
Terdapat beberapa literatur yang telah mengkonfirmasi bahwa kemampuan
perusahaan dalam mengenali dan mengakses sumber daya keuangan akan
berdampak pada tingkat pertumbuhan perusahaan (Chimucheka & Rungani, 2011;
Sudiarta, Kirya, & Cipta, 2014; Iqbal & Sami, 2017). Oleh sebab itu, perkembangan
kinerja UMKM perlu didukung dengan kemudahan akses dalam pemberian kredit
untuk modal usaha maupun layanan perbankan lainnya (Purnomo, 2011).
Pelayanan perbankan yang mudah diakses tentunya akan mempermudah
masyarakat khususnya pelaku UMKM dalam membangun aset dan membantu
kegiatan usaha mereka.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini,
inklusi keuangan terbukti menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja UMKM di
Sidoarjo.

SIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat literasi
keuangan maka semakin tinggi pula perkembangan kinerja UMKM di wilayah
Sidoarjo. Sehingga, tingkat literasi keuangan sangat penting bagi perkembangan
suatu usaha, karena sebuah bisnis yang baik perlu didukung dengan pengelolaan
keuangan yang baik pula.
Indikator yang paling rendah di antara indikator lainnya adalah indikator
konsep menyimpan (menabung, asuransi, dan investasi). diharapkan kepada para
pelaku UMKM di wilayah Sidoarjo agar lebih meningkatkan literasi keuangan yang
dimiliki terutama tentang pentingnya asuransi bagi UMKM itu sendiri. Lalu
indikator ketersediaan atau akses yang menjadi indikator paling rendah sehingga
diharapkan kepada pemangku kepentingan, khususnya pemerintah yang diwakili
oleh Otoritas Jasa Keuangan agar dapat menawarkan program-program yang
nantinya dapat meningkatkan akses para pelaku UMKM. Dengan adanya program
yang dapat memudahkan akses layanan perbankan khususnya pada para pelaku
UMKM di wilayah Sidoarjo harapannya inklusi keuangan yang ada dapat semakin
meningkat.
Bagi peneliti berikutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian yang
berkaitan dengan perkembangan kinerja UMKM melalui variabel literasi keuangan
dan inklusi keuangan, maupun melalui variabel-variabel lain yang
memengaruhinya, misalnya seperti bauran pemasaran, dan sebagainya.

3233
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

REFERENSI
Anggraini, D., & Nasution, S. H. (2013). Peranan Kredit Usaha Rakyat Bagi
Pengembangan UMKM di Kota Medan (Studi Kasus Bank BRI). Jurnal
Ekonomi Dan Keuangan, 1(3), 105–116.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo. (2018). Kabupaten Sidoarjo Dalam
Agka 2018. https://doi.org/1102001.3515
Chimucheka, T., & Rungani, E. C. (2011). The impact of inaccessibility to bank
finance and lack of financial management knowledge to small , medium and
micro enterprises in Buffalo City Municipality , South Africa. 5(14), 5509–
5517. https://doi.org/10.5897/AJBM11.806
Furqani, H. (2017). Country Reports: The Current Situation Of Islamic Economics
IN INDONESIA. Research Center for Islamic Economics, December.
Halim, Y. K. E., & Astuti, D. (2015). Financial Stressors, Financial Behavior, Risk
Tolerance, Financial Solvency, Financial Knowledge, dan Kepuasan
Finansial. Jurnal Finesta, 3(1), 19–23.
https://doi.org/10.1109/EDOC.2009.26
Herdjiono, I., Damanik, L. A., & Musamus, U. (2016). Pengaruh Financial attitude,
financial knowladge , Parental Income toward Financial Management
Behavior. Manajemen Teori Dan Terapan, 1(3), 226–241.
Hidajat, T., Tinggi, S., & Ekonomi, I. (2015). An Analysis of Financial Literacy
and Household Saving among Fishermen in Indonesia. Mediterranean
Journal of Social Sciences, 6(December).
https://doi.org/10.5901/mjss.2015.v6n5s5p216
Hung, A. a, Parker, A. M., Yoong, J. K., & Yoong, J. (2009). Defining and
Measuring Financial Literacy. RAND Corporation Publications Department,
708, 28 pp. https://doi.org/10.2139/ssrn.1498674
Iqbal, B. A., & Sami, S. (2017). Role of banks in financial inclusion in India.
Contaduría y Administración, 62(2), 644–656.
https://doi.org/10.1016/j.cya.2017.01.007
Ismawati, S. T. (2016). Persepsi usaha mikro dan kecil terhadap inklusi keuangan
dan akses perbankan. Artikel Ilmiah, 16.
Lestari, S. (2015). literasi keuangan serta penggunaan produk dan jasa lembaga
keuangan. Fokus Bisnis, 14(02), 14–24.
Lusardi, annamaria; Mitchell, O. S. (2008). Planning and Financial Literacy: how
do women fare ? American Economic Review, 413–417.
https://doi.org/10.1257/aer.98.2.413
Lusardi et al. (2013). PISA 2012 Financial Literacy. OECD INFE, 139–166.

3234
E-Jurnal Manajemen, Vol. 9, No. 8, 2020 : 3214-3236

Marita, W. E. (2015). Pengaruh Struktur Organisasi dan Ukuran Perusahaan


Terhadap Penerapan Business Entity Concept. AKRUAL: Jurnal Akuntansi,
7(1), 18. https://doi.org/10.26740/jaj.v7n1.p18-40
Moeheriono. (2012). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. PT Raja Grafindo
PErsada.
Nababan, D., & Sadalia, I. (2013). Analisis Personal Financial Liteacy Dan
Financial Behavior Mahasiswa Strata I Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara (Personal Financial literacy Analysis And The Financial
Behavior Of Undergraduate Students Of The University Of North Sumatra’s
Econo. Media Informasi Manajemen, 1, 1–16.
Nasution, L. N., Sari, P. B., & Dwilita, H. (2013). Determinan Keuangan Inklusif
Di Sumatera Utara, Indonesia. Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 14(1), 58–
66.
Ningrum, indah A., & Sudarsono, H. (2018). Analisi Factor Pengaruh Literasi
Keuangan Terhadap Pelaku UMKM Kota Makassar. In P. Achmad Tohirin,
M.A., P. Agus Widarjono, M.A., P. Akhsyim Affandi, M.A., A. P. D. A. H.
M. Noor, M. Kushardanta Susilabudi, SE., & U. Dr Mohamed Saladin Abdool
Rasul (Eds.), Southeast Asia International Islamic Philanthropy Conference
2018 (2nd ed., p. 449). Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia.
OJK. (2013). Literasi Keuangan. https://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-
perlindungan-konsumen/Pages/Literasi-Keuangan.aspx
otoritas jasa keuangan. (2017). Revisit strategi nasional literasi keuangan indonesia
(snlki) (A. Sugiarto (ed.); Vol. 4, Issue 1, pp. 75–84). Otoritas Jasa Keuangan.
https://doi.org/.1037//0033-2909.I26.1.78
Priyatno, D. (2009). Mandiri Belajar Dengan Program SPSS. Penerbit Buku Kita.
Purnomo. (2011). No 52 Juta UMK di Indonesia, 60% Dijalankan PerempuanTitle.
Detik Finance.
Santoso, I., Yuwandini, D., & Mustaniroh, A. (2015). Pengaruh Kredit Dan Sumber
Daya Manusia Terhadap Kinerja UMKM agroindustri Dengan Pemasaran
Sebagai Variabel Antara. Jurnal Manajemen & Agribisnis, 12(3), 174–182.
https://doi.org/10.17358/JMA.12.3.174
Sarma, M. (2012). Effectiveness of short course intermittent regimen on different
categories of retreated patients with pulmonary tuberculosis. In Index of
Financial Inclusion – A measure of financial sector inclusiveness (07/2012;
Vol. 24, Issue 8).
Steelyana, E. (2013). Perempuan dan perbankan: sebuah tinjauan tentang peran
inklusi keuangan terhadap pengusaha umkm perempuan di indonesia. The
Winners, 14, 95–103.

3235
Risa Nadya Septiani, Pengaruh Literasi Keuangan…

Terzi, N. (2015). Financial Inclusion and Turkey. Academic Journal of


Interdisciplinary Studies, 4(1), 269–276.
https://doi.org/10.5901/ajis.2015.v4n1s2p269
Widiyanti, A. E. (2016). Literasi Keuangan Dan Dampaknya Pada Pemilihan
Sumber Pendanaan Ukm Pada Wilayah Gerbang Kertasusila. 1–13.

3236

Anda mungkin juga menyukai