Naskah Drama Musikal Sejarah
Naskah Drama Musikal Sejarah
Naskah Drama Musikal Sejarah
Sutan syahrir : “Barusan, Saya mendengar berita dari radio BBC London di
Bandung yang menginformasikan Jepang menyerah kepada Sekutu, berarti di
indonesia terjadi kekosongan kekuasaan.
Chairul Shaleh : "Kalau begitu, kita harus mendesak golongan tua terutama bung
Karno untuk segera memproklamirkan kemerdekaan!”
Sukarni: " Benar itu, Jepang sudah tak ada wewenang lagi di negeri kita. Kita
harus memanfaatkan momen ini !"
Sutan Syahrir : ”Karena PPKI adalah badan bentukan Jepang! Kita tidak ingin
ada campur tangan Jepang dalam Proklamasi Kemerdekaan!”
Wikana : “Maka dari itu, mari kita sepakat untuk menolak segala bentuk "hadiah"
kemerdekaan dari Jepang karena kita akan menyusun kemerdekaan sendiri.”
Darwis : “Bung Syahrir benar, Kemerdakaan itu adalah hak dan persoalan rakyat
yang harus segera diproklamasikan. Mari kita semua meminta kepada Ir.
Soekarno dan Bung Hatta untuk memutuskan segala hubungan dengan Jepang.”
Sukarni: “Tepat sekali. Kalau begitu, bung Wikana dan Chairul, kalian harus pergi
ke kediaman Soekarno untuk menyampaikan kabar ini. Saya dan yang lainnya
akan memerintahkan anggota pemuda lainnya untuk merebut kekuasaan dari
Jepang.”
Tanggal 14 Agustus 1945 Syahrir, Wikana, Choirul dan Darwis tiba di
kediaman Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Jakarta, sekitar
pukul 21.00. WIB. Keduanya menyampaikan hasil-hasil keputusan rapat.
Pada pertemuan itu, datang beberapa tokoh nasionalis seperti Moh. Hatta,
Iwa Kusumasumantri, dan Ahmad Subardjo.
Sutan Syahrir : “maaf bu, apakah bung karno ada, kami ingin bertemu
dengannya.”
Fatmawati : “ya, kang mas ada didalam. Ayo silahkan masuk, silahkan duduk,
memangnya ada apa yah mencari kang mas?”
Chairul saleh : “begini bu, ada hal yang penting yang harus kami bicarakan
dengannya.”
Fatmawati : “itu para pemuda datang mereka ingin berbicara penting katanya.”
Fatmawati : “ ya sudah kang mas. Saya kembali kebelakang dulu. Masih banyak
pekerjaan yang belum saya kerjakan. Oh ya tuan-tuan ini mau minum apa, biar
saya ambilkan dulu..”
Fatmawati pun pergi meninggalkan soekarno dan para pemuda.
Chairul Shaleh: “Apakah kita harus menunggu janji Jepang untuk memerdekakan
bangsa ini? Tidak bisa, Bung. Kita harus bangkit dan memproklamirkan
kemerdekaan sendiri. Mengapa harus menunggu janji manis itu? Jepang sendiri
bahkan telah kalah dalam “Perang Suci” nya!”
Moh. Hatta : “Baiklah. Tapi berikan kami waktu untuk berunding sebentar.”
Ir.Soekarno : “Tapi kita tidak boleh gegabah, Bung. Kita butuh waktu untuk
mempersiapkan semuanya dengan matang agar tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.”
Moh. Hatta : “Ya, lagi pula mereka masih muda, pemikiran mereka terlalu
pendek. Kita harus melihat ke depan, mempersiapkannya dengan matang. Kalau
tidak bagaimana nanti jika semuanya berantakan?”
Malam harinya para pemuda mengadakan rapat lagi tepatnya jam 20.00 WIB
untuk membahas mengenai sikap soekarno yang kurang mendukung
keinginan para pemuda.
Sutan syahrir : “sepertinya para golongan tua kurang setuju dengan keinginan
kita untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia.”
Chairul Shaleh: “apa yang dikatakan kamu memang benar, bung syahrir.
Sepertinya para golongan tua kurang setuju dengan keinginan kita ini.
Darwis : “Tapi kita juga tidak bisa apa-apa, jika mereka ingin meminta waktu
untuk berunding.”
Wikana : “bagaimana kalau kita kembali lagi ke kediamannya bung karno, untuk
mendapat kepastian dari mereka.”
Fatmawati : “waalaikum salam, oh mencari kang mas ada didalam, ayo masuk.
Kebetulan sekali yah tokoh-tokoh tua juga sedang berkumpul disini.”
Sukarni : “apa bu, tokoh tua juga disini ?” (sukarni bertanya dengan penuh rasa
kaget)
Fatmawati : “ya ada seperti Moh. Hatta, Iwa Kusumantri dan yang lainnya. Maaf
saya keasyikan mengobrol, mari masuk, silahkan duduk, saya panggilkan dulu
kang masnya.”
Chairul Shaleh: “begini, kami disini ingin mendengar keputusan anda bung karno
begitu juga dengan tokoh tua lainnya”
Ir.Soekarno : “saya tetapkan pada pendirian saya, bahwa kami tetap tidak ingin
memproklamasikan kemerdekaan indonesia sekarng ini, jika memang kalian
tetap pada pendirian kalian maka saya persilahkan anda untuk mencari tokoh
yang lain”
Sutan syahrir : “baiklah kalau pendirian anda seperti itu kami tidak bisa
melakukan apa-apa, tapi yang jelas kami akan berusaha memproklamasikan
kemerdekaan indonesia secepatnya.
Dengan demikian usaha para pemuda dengan juru bicara Sutan Syahrir
untuk membujuk Ir. Soekarno agar segera memproklamasikan
kemerdekaan mengalami kegagalan.
Chairul Shaleh: “sekarang apa yang harus kita lakukan soekarno dan moh. Hatta
bersikeras tidak menyetujui usulan kita apalagi mereka berdua tidak percaya
dengan berita itu.”
Sutan syahrir : “begini saja saya usulkan agar bung karno dan bung hatta kita
asingkan saja keluar jakarta untuk menjauhkan mereka dari pengaruh jepang.
Sutan syahrir : “tapi yang saya bingungkan kita akan membawa tokoh nasionalis
kemana ya!”
Darwis : “kita serahkan saja tugas ini kepada Singgih dan latif Hendraninggrat
karena mereka adalah anggota peta”
Latif : “maaf bu, kami tidak bermaksud menganggu waktu istirahat ibu, tapi ada
hal penting yang harus kami bicarkan dengan bung karno, sekali lagi kami minta
maaf..”
Fatmawati : “sama-sama, kalau begitu tunggu sebentar yah saya panggilkan dulu
bung karnonya. Oh iya hampir lupa kebetulan bung hatta juga menginap disini
katanya mereka membahas keinginan para pemuda, apa bung hatta juga perlu
saya panggilkan ?”
Fatmawati : “maaf kang mas ibu lupa. Oh ya tuan-tuan ini mau minum apa ?”
Fatmawati : “ya sudah saya kebelakang dulu” (fatmawati pergi ke dapur untuk
membuat air minum)
Moh. Hatta : “katanya kalian ingin membicarakan hal penting dengan saya. Hal
penting apa, apa ini berkaitan dengan tadi siang ?”
Darwis : “begini, bung Kami bermaksud membawa Anda dan Soekarno untuk ikut
kami menuju tempat pengasingan.”
Chairul Shaleh : “Ya, kami akan membawa kalian untuk diasingkan agar
terhindar dari pengaruh dan ancaman bentrok antara rakyat dan Jepang.”
Darwis : “Sebaiknya Ibu Fatmawati dan anak Anda turut serta, Bung. Untuk
menjamin keselamatan mereka.”
Chairul Shaleh : “Kita butuh tempat untuk membahasnya, Bung. Tapi hari sudah
malam dan pihak Jepang tak mungkin mengizinkan kita melakukan kegiatan
sekarang, apalagi jika mereka tahu bahwa kita hendak membicarakan rencana
proklamasi.”
A. Soebardjo : “Saya punya ide. Kita akan meminjam rumah perwira Jepang,
Laksamana Maeda.”
Ketika Ir. Soekarno dan Moh. Hatta datang ke rumah Laksamana Maeda,di
sana sudah menanti Sayuti Melik, Iwa Kusumasumantri dan para anggota
PPKI.
Moh. Hatta : “Tunggu dulu, Bagaimana mungkin kita akan merumuskan suatu
teks proklamasi di rumah seorang Laksamana Jepang”
Ir. Soekarno : “ Kita mulai sekarang saja, bagaimana usulan kalian tentang
naskah proklamasi yang akan kita bahas?”
Hening sejenak …
Ir. Soekarno : “ Untuk mempersingkat waktu, saya sudah memiliki konsep teks
proklamasi.”
A. Soebarjo : “ Oh, kalau begitu, bersediakah anda membacakannya?”
Ir. Soekarno : “Ya, baiklah. Lalu, rumusan apa yang akan diambil?”
Ir. Soekarno : “Baiklah, ide yang bagus.” (menulis usulan A. Soebarjo) “Ada
usulan lain?”
Moh. Hatta : (mengacungkan jari tangan) “Bagaimana jika kalimat kedua diubah
menjadi pengalihan kekuasaan?”
Ir. Soekarno : “ Karena ini semua berkat jasa-jasa Indonesia berarti “Atas nama
bangsa Indonesia”
Moh.Hatta : “Maksud saya teks tersebut ditandatangani oleh semua yang hadir
malam ini.”
Chairul Shaleh: “Saya tidak setuju jika teks tersebut ditandatangani oleh anggota
PPKI”
Chairul Shaleh: “Menurut saya PPKI dibentuk oleh Jepang dan anggotanya
diangkat olehJepang padahal kemerdekaan ini kita dapatkan atas usaha bangsa
kita sendiri.”
Lalu, naskah tersebut diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik, dan
penandatanganan akan dilakukan setelah naskah selesai diketik.
Setelah selesai diketik, hari itu juga tepatnya hari Jum’at tanggal 17
Agustus 1945 pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan
dilaksanakan di lapangan ikada, namun karena alasan keamanan maka
dipindah di kediaman Ir. Soekarno Jl. Pegangsaan Timur No. 56, pukul
10.00. Para undangan dan warga Jakarta pun berbondong-bondong menuju
kediaman Bung Karno tersebut.
Pada saat yang sama, Soekarno dan Ibu Fatmawati sampai di kediaman
mereka dan berbincang sejenak.
Ibu Fatmawati : “Iya, terimakasih Gusti Allah yang telah memberikan jalan pada
bangsa kita untuk memproklamasikan kemerdekaan. Oh iya pak, apakah kalian
sudah merencanakan bagaimana proklamasi besok akan berlangsung ?”
Ir.Soekarno : “Sudah, kita akan melaksanakan upacara bendera, yang nanti akan
di iringi lagu Indonesia Raya karya Bung Supratman.”
Ir.Soekarno : “Ya ampun , Bapak sampai lupa, Bu. Kalau begitu bagaimana jika
Ibu saja yang menjahitkan bendera ?”
Ibu Fatmawati : “Tapi Ibu tidak punya kain, Pak. Kain yang ada hanya kain merah
dan putih. Apa tidak apa-apa ?”
Ir.Soekarno : “Tentu saja. Buatlah bendera yang sederhana. Yang penting kita
sudah berusaha untuk menyediakannya.”
Ibu Fatmawati : “Baiklah, Pak. Dan, Ibu punya ide. Kita namakan saja bendera
nya “Sang Saka Merah Putih”. Bagaimana ?”
Ir.Soekarno : “Ide yang bagus. Ya, bendera pusaka “Sang Saka” dan warna nya
merah putih , menjadi “Sang Saka Merah Putih” , Brilian !”
Ibu Fatmawati : “Ya sudah, sebaiknya Bapak bersiap sana. Menyusun pidato
yang nantiakan bapak bacakan.”
Soekarno : “Trimurti, tolong Anda kibarkan bendera Merah Putih ini sebagai
tanda awal kejayaan bangsa ini.” (sambil menyerahkan bendera)
Trimurti : “Siap, Bung. Saya akan menyuruh anak didik saya untuk
mengibarkannya.(memanggil Suhud dan Latief) Hei, kalian ! Jaga baik-baik
bendera ini. Kalian mendapat kehormatan untuk mengibarkan bendera ini untuk
pertama kalinya dalam sejarah Indonesia.”
Latif dan Suhud : “Siap, Komandan ! Kami tak akan mengecewakan Anda.”
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan bangsa Indonesia.
Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan
dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya
TAMAT