Sidang Pkki Vi-Vii
Sidang Pkki Vi-Vii
Sidang Pkki Vi-Vii
DOSEN
KE-VI
PKKI VI ini diselenggarakan di Wisma Samadhi, Klender Jakarta Selatan pada tanggal
1-10 Agustus tahun 1996. Berkaitan dengan Katekese Umat, PKKI VI menyoroti tiga topik
utama yakni.
Katekese yang Membangun Jemaat dengan Orientasi Kerajaan Allah.
Kitab Suci dalam KU-ANSOS.
Spiritualitas dan Keterampilan Katekis untuk KU-ANSOS.
Peranan Media.
Latar Belakang
Arus globalisasi yang begitu kuat membuat orang hanyut dalam budaya massa, yang
sering memungkinkan kelompok kecil untuk menentukan sikapnya. Konsumerisme yang
ditawarkan oleh dunia yang menekankan pembangunan ekonomi, mengubah tata nilai
dalam kehidupan masyarakat. Sementara itu masyarakat juga mengalami ketidakpastian.
Tindakan-tindakan ketidakadilan dan pelecehan hak-hak asasi terjadi dimana-mana.
Dalam situasi masyarakat sekarang ini, dialog dengan mereka yang miskin dan menderita
menjadi pilihan utama. Jemaat tidak hanya diajak untuk menunjukan simpati dan berbela
rasa semata, tetapi juga ikut mencari solusi atas permasalahan-permasalahan yang mereka
hadapi. Maka dari itu, diperlukan suatu jemaat yang mau mengabdi kepada Kerajaan
Allah. Jemaat dituntut untuk menjadikan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagai pedoman dan
panutan hidup masyarakat masa kini.
Tujuan atau jemaat yang dicita-citakan sangatlah jelas yakni jemaat yang berorientasi
kepada Kerajaan Allah, yang menjadikan nilai-nilai iman dan ajaran Kerajaan Allah
sebagai nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam kehidupan jemaat tersebut. Adapun ciri-
ciri jemaaat yang dicita-citakan tersebut adalah sebagai berikut.
Mengikuti semangat Kristus. Ini ditandai dengan, pertama, hidup jemaat yang akrab
dengan bapa, mengandalkan Allah dalam segala aktivitas hidupnya. Kedua, menjadi
jemaat yang terbuka, yang mau menerima perbedaan dalam suatu jemaat.
Jemaat yang sungguh menjadi jemaat setempat. Artinya, jemaat dapat menjadi
jemaat yang kontekstual, jemaat yang terinkulturasi pada kebudayaan setempat,
jemaat yang mempunyai ciri khas masing-masing sesuai dengan kebudayaan luhur
mereka masing-masing.
Berbagai usaha katekese telah dijalankan untuk mewujudkan jemaat yang dicita-citakan
tersebut, jemaat yang berorientasi pada Kerajaan Allah, namun ada berbagai hal yang
menghambat pelaksanaannya, yakni sebagai berikut.
Untuk mengatasi kesulitan-kesuliatan di atas, munculah beberapa ide atau solusi yang
dapat digunakan untuk membenahi kesulitan tersebut, antara lain.
Dalam hubungan dengan Gereja, Karya dan Spiritualitas, pewarta sabda dapat
dirumuskan sebagai berikut.
a) Model Gereja
Spiritualitas dan katekese Gereja tergantung dari visi dan misi Gereja, yang secara
sederhana kita sebut sebagai model Gereja.
Model yang dirumuskan adalah model sebagai cita-cita. Perwujudan model itu
melalui proses pergumulan.
Gereja harus selalu membaharui diri.
b) Model Gereja yang ideal
Tuhan yang mengutus Gereja, dan Tuhan menjadi andalan Gereja.
Dunia menjadi pusat orientasi Gereja.
Tugas perutusan Gereja adalah turut mewujudkan Kerajaan Tuhan di dalam dunia.
Tugas perutusan ini dilaksanakan seluruh anggota Gereja.
Semua unsur dalam Gereja harus bersifat fungsional terhadap Kerajaan Tuhan.
Semua anggota Gereja sama martabatnya dan berbeda dalam fungsi.
Gereja bertugas untuk mengaktifkan jemaat dalam pelayanan dalam pewartaan.
c) Katekese dan Kerajaan Tuhan
Nilai-nilai Kerajaan Tuhan di dalam dunia memberi arah dan sasaran pada
katekese.
Menegakkan nilai-nilai keadilan di dunia.
a) Spirituallitas Katekis
Roh, udara alam menggereja dari Gereja merupakan spiritualitas Gereja setempat.
Katekis menghayati spiritualitas Gereja itu, secara khusus dalam pelayanan
pewartaan.
b) Katekese Umat dan Analisa Sosial
Katekese Umat dengan ANSOS merupakan tanggapan Gereja terhadap
ketidakadilan.
Sasaran khusus KU-ANSOS adalah ketidakadilan, terutama ketidakadilan
struktural.
ANSOS menerima ketidakadilan sebagai fakta, dan berupaya menyelidiki faktor-
faktor ketidakadilan struktural itu.
c) Katekese Umat-Analisa Sosial dan Kitab Suci
KU-ANSOS harus dijiwai oleh Kitab Suci atau Injil.
KU-ANSOS akan injili dan alkitabiah apabila katekis menghayati jiwa injili
tersebut.
Jiwa injili nampak dalam iman katekis, panggilan katekis, motivasi katekis dan
keberanian katekis untuk berkatekese umat ANSOS.
Teks Kitab Suci dapat dipakai untuk meneguhkan dan katekis dan kelompok KU-
ANSOS.
Berikut beberapa rekomendasi yang diperoleh dari PKKI VI ini untuk menggalakkan
karya katekese, yakni sebagai berikut.
Perlu adanya kerja sama lintas komisi untuk membiasakan KU-ANSOS kepada
umat.
Perlu adanya dialog antara katekis dan uskup.
Perlu dibentuk forum dialog antara paar teolog dan para katekis di tingkat region,
untuk meningkatkan kemampuan berteologi para katekis sebagai bekal untuk
melakukan KU-ANSOS.
Perlunya KWI menetapkan Pekan Katekese Nasional dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas karya katekese secara nasional.
PKKI ke-VII ini dilaksanakan di Sawiran, Jawa Timur pada tanggal 24 sampai 30
Juni 2000. PKKI ke-VII ini dapat dipanadang sebagai persiapan untuk menunjang Pertemuan
Gereja Katolik dengan tema “Memberdayakan Komunitas Basis Gerejani Menuju Indonesia
Maju” yang kan berlangsung pada bulan November 2005.
Berdasarkan masukan pakar P. John Prior, SVD dan refleksi para peserta
PKKI VII, dirumuskan beberapa ciri KBG, antara lain;
1. KBG adalah komunitas yang relatif kecil, yang memungkinkan terjadinya komunikasi
yang intensif.
2. KBG adalah komunitas yang menjadikan firman Allah atau Kitab Suci sebagai
pegangan atau dasar dalam berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.
3. KBG selalu berorientasi dan berpihak kepada orang-orang kecil. Mereka memiliki
emati yang besar kepada orang-orang kecil.
4. Komunitas basis bersifat terbuka, tanpa mengenal batas apapun, baik usia, strata sosial,
kaya-miskin dan sebagainya.
5. Komunitas basis ini adalah komunitas yang menghayati pola hidup allternatif. Mampu
menghadapai tantangan zaman yang bersifat negatif, seperti konsumerisme, hedonisme,
kekerasan, ketidakadilan dan diskriminasi.
6. KBG merupakan basis pemberdayaan umat awam.
Ada beberapa peran katekese umat terhadap Komunitas Basis Gerejani, antara
lain sebagai berikut.
1. Katekese Umat menghantar umat membangun komunitas, saling mengenal secara lebih
mendalam, serta menyadari mengapa kita perlu berkomunitas. Tidak ada persaudaraan
yang dapat tumbuh tanpa proses saling mengenal yang semakin mendalam. Melalui
proses itu, kepekaan terhadap suka dan dukaanggota sekomunitas ditumbuhkan,
terutama suka dan duka anggota komunitas yang lemah dan menederita.
2. Katekese Umat menghantar semua anggota komunitas memiliki visi, misi dan
spiritualitas yang sama seperti visi da misi Yesus, yakni membangun Kerajaan Allah di
dunia. Membangun komunitas bukan lagi hanya merupakan pengalaman manusiawi,
melainkan pendalaman iman dan perwujudan iman itu sendiri. Pengalaman hidup
berkomunitas yang ditumbuhkan , direfleksikan, dalam pertemuan dan dari refleksi
dicarikan perwujudannya dalam komunitas.
3. Katekese Umat mengamalkan kesederajatan. Katekese Umat dapat membantu semua
anggota komunitas memahami dan mempraktekan kepemimpinan partisipatif yang
menjadi sentral dalam membangun komunitas. Dengan kepemimpinan partisipatif dan
karakter-karakternya yang sarat dengan nilai-nilai Kerajaan Allah, terutama nilai
kesetaraan dan keberpihakan pada kaum miskin dan lemah, komunitas basis dapat
berkembang dengan baik.
REFRENSI
https://komkat-kwi.org/category/artikel/pkki/
http://petrussatria.blogspot.com/2015/10/pkki-vii-viii-ix-katekese-umat-kbg.html?m=1
https://komkat-kwi.org/2014/02/26/pertemuan-kateketik-antar-keuskupan-se-indonesia-
ke-vi/
https://komkat-kwi.org/2014/02/26/pertemuan-kateketik-antar-keuskupan-se-indonesia-
ke-vii/