Kelompok 5 Kehamilan Suku-Suku
Kelompok 5 Kehamilan Suku-Suku
Kelompok 5 Kehamilan Suku-Suku
Disusun oleh:
Kelompok 5
Mastura (2040704008)
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kelompok mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman dan anggota kelompok satu dimana mereka telah membantu
dalam penyusunan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Kelompok berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi teman-teman semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Suku Dayak Tidung diyakini sebagai salah satu dari 406 Suku
Dayak yang tersebar di Pulau Kalimantan. Penggunaan kata "Dayak" pada
suku tersebut berangsur hilang sehingga kini lebih akrab dengan nama Suku
Tidung. Kalimantan Utara merupakan tanah asal dari suku ini, meliputi
Kota Tarakan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Bulungan, Kabupaten
Nunukan, Kabupaten ana Tidung, Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai
Kartanegara. Mayoritas Suku Tidung beragama Islam sehingga lebih
dikategorikan sebagai suku yang berhukum adat Melayu, seperti Suku
Banjar, Suku Kutai dan Suku Pasir, namun Tidung bukanlah bagian dari
suku Melayu bila melihat entitas budayanya (Ningsih, 2015; Wikipedia,
2016). Pemukiman Suku Tidung di Kalimantan Utara Terdapat 7 sungai
besar di Kalimantan Utara bagian Indonesia dan Sabah Malaysia dimana
mayoritas suku Tidung bermukim, dengan muara di pulau Tarakan,
Nunukan, Tawau, Sandakan, yaitu: Sungai Sesayap, Sungai Sekatak,
Sungai Kayan, Sungai Sembakung, Sungai Kalabakan di Tawau, Sungai
Beluran dan Sungai Labuk di Sabah Malaysia. Selain pemukiman di
sepanjang sungai, orang-orang Tidung juga banyak bermukim di kota
terutama Tarakan, Nunukan, Bunyu dan Tanjung Selor. Jaman dahulu,
aktivitas orang Tidung disepanjang pesisir Kalimantan Utara terutama
meramu hasil hutan, burung walet, berkebun, nelayan dan mencari buaya
1
untuk diambil kulitnya. Saat ini mayoritas dari suku tidung berfrofesi
sebagai nelayan dengan karakteristik tempat tinggal berada di pesisir pantai
Kota Tarakan (Ningsih, 2015; Wikipedia, 2016)
2
BAB II
HASIL WAWANCARA DAN PEMBAHASAN
2.3. Pewawancara
Kelompok 5 merupakan mahasiswi kebidanan lokal B1 yang melakukan
wawancara kepada Ibu Rosdiana untuk memenuhi tugas mata kuliah Asuhan
kebidanan pada kehamilan.
“ tidak boleh duduk diluar pintu, suami tidak boleh sering" cukur rambut
nnti bayinya tidak punya rambut, membawa paku, bawang, jeruk, setelah makan
langsung dicuci agar persalinan lancar, tidak boleh memakai sarung melilit
dibadan melintang nanti anaknya melintang, tidak boleh memakai melilit di leher
nanti anaknya terlilit tali pusar, jika hamil tidak boleh sering berangkat (
melangkah laut) karena nanti akan kembali muda misal nya hamil umur 9 bulan
kembali 8 bulan”
Apakah ada larangan atau pantangan ibu hamil yang Melahirkan ? apa saja
pantangannya?
“Tidak boleh makan yang amis-amis (ikan boleh tapi digoreng), memakai
bawang-bawang, tidur kaki tidak boleh terlalu tinggi nanti darah putih nya naik
keatas, memakai jamu-jamu di tempelkan di jidat, jempol dikasih benang hitam
sama dibungkus (jeliangau), tidak boleh turun tanah sebelum 40 hari, suami tidak
3
boleh satu tempat tidur dengan istrinya masih masa pantang (dipisah dulu) karena
baru melahirkan, tidak boleh nyuci, tidak boleh mengangkat tangan seperti
menjemur (nanti ASI-nya hilang), setelah melahirkan ditaruh batu panas atau
botol panas ditaruh diperut agar biar cepat kering”
Apa asuhan yang diberikan? Dan apakah asuhan tersebut menurut ibu
aman bagi ibu hamil?
Asuhan apa saja yang aman menurut ibu dari suku Tidung?
“Tidak boleh terlalu bekerja keras tidak nyaman, istirahat dengan cukup
karena berpengaruh dengan ASI”
“Jika ibu betul-betul yakin tidak melakukan ragu itu akan berimbas pada
psikis ibu dan itu terjadi, namun jika menganggap nya mitos tidak ada terjadi jika
tidak dilakukan.”
2.3. Pembahasan
Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur secara
khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, namun
penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum telah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan
komplementer-alternatif. Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian
dari penerapan pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan pelayanan
kebidanan. Bagi banyak bidan dan wanita, pelayanan kebidanan komplementer
adalah pilihan untuk mengurangi intervensi medis saat hamil dan melahirkan, dan
berdasarkan pengalaman hal tersebut cukup membantu. Namun, sebagian besar
terapi ini tidak dianggap bermakna dalam pengobatan konvensional.
(Ernst&Watson, 2012) Hal ini disebabkan oleh kelangkaan dalam hal bukti klinis
dan informasi yang diterbitkan sehubungan dengan efektivitas pelayanan
kebidanan komplementer pada kehamilan, persalinan dan nifas.
4
Meskipun demikian, seperti yang telah disebutkan telah terjadi
peningkatan tajam dalam jumlah dan berbagai informasi mengenai terapi
komplementer dalam kebidanan selama satu dekade terakhir. (Ernst&Watson,
2012)
Dari beberapa informasi yang peneliti peroleh, pelaksanaan pelayanan
kebidanan komplementer di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh sektor
swasta/mandiri, namun juga pemerintah (Puskesmas dan Rumah Sakit). Akan
tatapi, pelaksanaan pada sektor pemerintah terhambat prosedur tetap yang masih
harus mengacu pada pe layanan kebidanan konvensional, sehingga
pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer lebih banyak dijumpai
pada sektor swasta.
Pada wawancara yang telah dilakukan adapun asuhan yang sesuai
evidance based adalah sebagai berikut.
1. Tidak boleh duduk diluar pintu
Pantangan tersebut secara medis tidak berpengaruh dan tidak
ada hubungannya dengan kelancaran proses melahirkan. Hal
tersebut didukung oleh penelitian Untari et al, yang
menyebutkan bahwa kelancaran proses persalinan dipengaruhi
oleh 5 P meliputi : power (tenaga mengejan ibu), passanger
(janin), passage (jalan lahir), psikis (mental dan kesiapan ibu)
dan paramedis.
2. Suami tidak boleh sering cukur rambut
Salah satu isu yang berkembang adalah larangan memotong
rambut. Tak hanya pada istri yang hamil, namun pantangan
tersebut juga berlaku untuk suami. Hal ini masih menjadi
perbincangan, mengenai boleh tidaknya suami memotong
rambut ketika istri hamil. Namun, apabila ditinjau dari segi
medis, tak ada larangan khusus untuk suami memotong rambut,
meskipun di saat istri mengandung. Akan tetapi, hal tersebut
menjadi kepercayaan masyarakat di beberapa daerah. perlu
diketahui, kondisi pada bayi bisa disebabkan karena faktor
genetic, penggunaan obat dan bahan kimia, gaya hidup dan
perilaku ibu saat mengandung, infeksi, dan lainnya, yang pasti
bukan karena akibat suami memotong rambut. Seperti yang
dijelaskan, dari segi medis tidak ada larangan tentang kebiasaan
tersebut, begitupun pada agama. Pantangan tersebut hanya
berdasarkan kepercayaan beberapa daerah tertentu. Jadi, akan
lebih baik jika pemahaman tersebut dikembalikan pada
pemahaman dan pribadi diri sendiri.
5
3. Tidak boleh memakai melilit di leher nanti anaknya terlilit tali
pusar.
Lilitan tali pusar disebabkan karena kondisi tali pusar yang
memang panjang sehingga janin mudah terlilit saat bergerak,
janin yang geraknya sangat aktif didalam kandungan sehingga
tali pusarnya terlilit dileher, selain itu lilitan tali pusar biasanya
juga disebabkan karena caira ketuban yang berlebih. Jadi bukan
karena sering melilit handuk atau kain dileher. Cukup jalani
kehamilan dengan makanan yang sehat, rajin kontrol kehamilan,
agar kehamilan bisa berjalan lancar hingga melahirkan nanti.
4. Jika hamil tidak boleh sering berangkat (melangkah laut)
Ibu yang memiliki kehamilan yang normal dan sehat, tidak
masalah untuk naik kapal laut. Namun sebelum melakukan
perjalanan saat hamil, sebaiknya diskusikan hal terlebih dahulu
dengan dokter kandungan atau bidan.
Jika mengalami kondisi berikut, sebaiknya batalkan dulu
perjalanan menggunakan kapal laut.
1. Memiliki masalah atau gangguan kehamilan.
2. Sebelumnya pernah melahirkan bayi prematur.
3. diperkirakan mengandung bayi kembar.
6
Fakta memang seorang perempuan setelah melahirkan
seorang bayi memang perut akan terasa longkar akan tetapi akan
lebih baik jika tidak menggunkan stagen, karena dapat
menghambat sirkulasi darah pada uterus. Di pertegas oleh teori
diatas bahwa uterus ibu nifas akan berangsur- angsur akan
kembali seperti sebelum hamil sampai masa habisnya masa nifas
yanitu 40 hari.
6. Evidence based batu panas/botol panas yang ditaruh di perut
agar cepat kering
Perawatan tradisional lainnya yang dilakukan ibu
postpartum selama masa nifas adalah melakukan kompres pada
area perut dengan menggunakan batu yang sudah dipanaskan
terlebih dahulu. perawatan ini dikenal dengan istilah theet bate.
Cara melakukan perawatan ini yaitu, batu kali yang tipis
dipanaskan di atas tungku pemanas atau kompor, setelah panas
batu tersebut dibalut dengan kain, diletakkan diatas perut ibu dan
diikat dengan kain. Batu dipindahkan ke area perut yang lain
setelah beberapa menit kemudian. Perawatan ini dipercaya dapat
melancarkan peredaran darah, membantu melancarkan
pengeluaran lochea dan mengembalikan elastisitas kulit perut
sehabis melahirkan. Dipercayai bahwa semakin lama batu
diletakkan, manfaat yang didapatkan semakin besar. Hal yang
berbahaya dari perawatan bakar batu ini adalah resiko
kemungkinan terjadinya luka bakar karna tidak ada ketetapan
pasti berapa lama batu tersebut harus dibakar dan berapa lama
batu panas tersebut diletakkan diatas perut. Luka bakar adalah
respon kulit dan jaringan subkutan terhadap trauma suhu/termal.
Luka bakar dengan ketebalan parsial merupakan luka bakar yang
tidak merusak epitel kulit atau hanya merusak sebagian epitel
kulit (Grace&Borley, 2006).
7. Evidence based tradisi menggunakan jamu, dan
penggunaan/membawa benda seperti benang dan lain-lain
7
jamu-jamu tertentu selama masa nifas sudah lazim ditemui di
masyarakat. Jamu bagi ibu postpartum tidak hanya dikonsumsi
secara oral namun juga digunakan secara topical dengan
mengoleskan diseluruh tubuh atau pada bagian tertentu saja
seperti perut dan dahi. Menurut peraturan pemerintah Republik
Indonesia No 103 (2014), tentang pelayanan kesehatan
tradisional, obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang
berasal dari hewan, mineral, sedian galenik maupun campuran
bahan tersebut yang digunakan sebagai pengobatan secara turun
temurun dan diterapkan sesuai norma masyarakat setempat.
Pengetahuan mengenai sakit dan penyakit dalam masyarakat
dipengaruhi oleh nilai-nilai tradisional dan pengaruh
perkembangan ilmu medis modern (Sembiring & Sismudjito,
2015). Begitu pula dengan penangan terhadap sakit dan
penyakit. Masyarakat Indonesia lazim menggunakan obat-
obatan tradisional untuk mempertahankan kesehatan maupun
mengobati penyakit. Selain dipercaya dapat membantu
memulihkan kebugaran dan kesehatan tubuh, masyarakat juga
percaya dengan menggunakan ramuan tertentu ditubuh dapat
menghindarkan mereka dari gangguan makhluk halus. beberapa
masyarakat juga mempercayai bahwa membawa gunting,
mengikatkan benang dengan warna tertentu ditubuh dapat
menjaga ibu dari gangguan yang bersifat gaib. Kepercayaan ini
mulai diterapkan ibu sejak masa hamil hingga masa nifas. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sahidu, dkk (2013) mengatakan
bahwa perawatan yang diberikan oleh belian kepada ibu yang
sedang hamil selain air yang dimantrai adalah jeringo (sejenis
akar tanaman), memakaikan peniti ke pakaian ibu dan
memberikan jimat dari benang yang diikatkan di pergelangan
tangan ibu dan bayi. Perasan air jeruk nipis yang kemudian
ditutup dengan daun jarak dapat mengembalikan elastisitas kulit
perut.
8. Evidance Based Tradisi perawatan dengan menggunakan
campuran kapur sirih dan jeruk nipis dikenal dengan istilah
“barut perut“.
Menurut seorang bidan kampong (dukun bayi), bahan yang
biasa digunakan untuk barut perut ialah kapur, limau nipis dan
kunyit. Tujuan barut perut ialah untuk mengembalikan perut
wanita kepada bentuk asal dan juga mengempiskannya
(Mohamed & Bidin, 2012).
8
Banyak cara untuk mewujudkan persalinan yang mudah,
lancar, cepat, dan selamat selain tentunya dibantu oleh doa agar
cepat melahirkan. Di antaranya yaitu gaya hidup sehat selama
hamil, sering bergerak atau beraktivitas ketika hamil tua. Dalam
Islam, manusia wajib berusaha dan berdoa jika menginginkan
sesuatu. Karena berusaha saja tidaklah cukup, begitu juga berdoa
tanpa usaha.
10. Evidance based ibu hamil dilarang untuk mengerjakan pekerjaan
rumah
Ada beberapa tugas rumah tangga yang harus Anda hindari,
ketika hamil.
a. Saat sedang hamil, tidak disarankan Ibu melakukan
pekerjaan bersih-bersih rumah secara umum, seperti
melakukan kontak langsung dengan bahan pembersih seperti
deterjen dan produk lainnya. Zat reaktif tertentu dapat
menyebabkan reaksi alergi. Selama kehamilan, tubuh akan
cenderung lebih sensitif.
b. Alasan lain untuk menghindari pembersihan rumah tangga
ialah apabila ibu hamil terlalu banyak membungkuk saat
bersih-bersih tentu akan berisiko. Bahkan hal ini bisa
memicu saraf siatik (saraf panggul).
c. Selama kehamilan, sendi dan ligamen ibu hamil cenderung
sedikit melunak. Hal ini akan membuatnya sulit bagi ibu
untuk terlibat dalam tugas-tugas yang melelahkan. Carilah
pembantu rumah tangga untuk tugas-tugas berat seperti
mengepel dan membersihkan debu.
d. Jika ibu hamil memelihara kucing di rumah, jangan pernah
membersihkan kotorannya. Parasit yang ada di dalamnya
bisa jadi lebih berbahaya selama kehamilan.
e. Beberapa produk pembersih kamar mandi dapat
mengeluarkan asap atau uap. Asap atau uap berbahaya
selama kehamilan.
f. Hindari mencuci pakaian yang menggunakan tangan atau
secara manual. Membungkuk dan bangun untuk mencuci
pakaian tidak begitu nyaman dilakukan selama kehamilan.
Selain itu, permukaan licin di area cucian juga bisa berisiko
ibu tergelincir.
g. Setiap tugas yang melibatkan mengangkat benda berat bisa
sangat berisiko untuk ibu hamil, terutama daerah punggung.
Menaiki tangga juga sangat tidak dianjurkan. Cobalah untuk
menghindari aktivitas-aktivitas di atas selama kehamilan.
Lakukan pencegahan dini dengan meminta sedikit bantuan
9
dari pasangan atau anggota keluarga lainnya atau bisa
dengan mencari pembantu rumah tangga selama kehamilan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kearifan lokal bidang kesehatan khususnya asuhan kebidanan yang
ada di masyarakat tidung Kota Tarakan berupa pantangan dan larangan yang
sudah dilestarikan secara turun-temurun. Cukup banyak kearifan lokal
bidang kesehatan pada asuhan kebidanan yang ada di masyarakat tidung
Kota Tarakan berupa larangan dan pantangan selama hamil. Pantangan dan
larangan itu jika disesuaikan dengan evidance based banyak sekali yang
bertolak belakang tidak sesuai untuk ibu hamil lakukan tetapi ada juga
kebiasaan-kebiasaan yang bagus dilakukan ibu hamil.
3.2. Saran
Masih banyak kepercayaan adat istiadat yang jadi pegangan dalam
pantangan ibu hamil sampai melahirkan.maka dari itu perlu adanya
penyampaian edukasi terhadap ibu hamil yang masih mempercayai adat
istiadat yang membahayakan kesehatan ibu dan janin. Dan mahiswa diharap
mampu menguasai terkait asuhan komplementer berdasarkan evidence
based Asuhan Komplementer Kehamilan, Berbasis Kearifan Lokal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Andhikatias, Y. R. (2021). Javanese Tradisional Healing dalam Pemulihan Pasca
Persalinan pada Ibu Bersalin Normal di Era Modern. Jurnal Ilmu Kebidanan
(Journal of Midwivery Science, 9(1), 41-48.
Ramayanti, E. D. (2021). Terapi relaksasi otot progresif berpengaruh terhadap
tingkat nyeri sendi pada lansia. Jurnal Keperawatan, , 13(1), 171-178.
siti., H. r. (2016). Komunikasi dalam praktik kebidanan.Tasikmalaya. Pusdik SDM
kesehatan.
Susanti, P. A. (2019). ANALISIS MAKNA UNGKAPAN LARANGAN BAGI
WANITA HAMIL PADA MASYARAKAT TERNATE. In Seminar
Internasional Riksa Bahasa.
Triratnawati, A. (2018). Pola Antenatal Care dan Health Seeking Behavior Ibu
Hamil Suku Mbojo, Bima, Nusa Tenggara Barat. Mozaik Humaniora, 18(1),
33-49.
12
LAMPIRAN DOKUMENTASI
13