Laporan Kasus Implant

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA


PADA NY. D USIA 28 TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB IMPLANT
DI UPTD PUSKESMAS TODANAN KABUPATEN BLORA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase KB dan Kespro

PITRIN EKO WAHYUNI (P1337424820228)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN

KESEHATAN SEMARANG

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. D Usia 28 Tahun
P2A0 Akseptor KB Implant di UPTD Puskesmas Todanan Kabupaten Blora” telah
disetujui dan disahkan pada :
Hari :

Tanggal :

Blora, Mei 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Endah Khoirul Q, Amd.,Keb. Pitrin Eko Wahyuni


NIP. 19820715 201704 2 004 P1337424820228

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Dr. Melyana Nurul W, S.SiT.,M.Kes


NIP. 19790903 200212 2 002
BAB II
TINJAUAN TEORI
ALAT KONTRASEPSI IMPLANT

1. TINJAUAN TEORI MEDIS


A. Pengertian Implan
Kontrasepsi implan adalah batang silastik lembut untuk pencegah kehamilan
yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan pembedahan minor untuk insersi
(pemasangan) dan pencabutan. Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi
berbentuk kapsul silastik berisi hormon jenis progestin (progestin sintetik) yang
dipasang dibawah kulit (BKKBN, 2003).
Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah kontrasepsi yang
diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau
dibawah siku melalui incisi tunggal dalam bentuk kipas. Implan merupakan
metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah
terjadinya kehamilan atara 3 – 5 tahun. Metode ini dikembangkan oleh The
Population Council yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun
1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi (Affandi,2012).

B. Jenis Kontrasepsi Implan


1. Norplant
Terdiri dari 6 batang dilastik lembut berongga dengan panjang 4,5 cm
diameter 2,4 mm yang diisi dengan 26 mg levonorgestrel dengan lama kerja
5 tahun.
2. Implanon (Implan-1 kapsul)
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm,
diameter 2 mm, diisi dengan 68 mg, 3 keto desogestrel dengan lama kerja 3
tahun.
3. Jadena dan indoplant (Implam-2 kapsul)
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
(Affandi, 2012)
C. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implant
Menurut BKKBN (2003) mekanisme KB implant antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat pergerakan
spermatozoa
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap
terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun,
yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
2. Menekan ovulasi karena progesterone menghalangi LH
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing
hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk
ovulasi.
3. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan sperma.
4. Menghambat perkembangan siklus endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik
endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi.
Perubahan ini dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi;
meskipun demikian, tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi
pada pengguna implan.

D. Keuntungan Kontrasespi
1. Daya guna tinggi ( kegagalan 0.2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan
yang aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat
mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100
perempuan
2. Memberi perlindungan jangka panjang (5 tahun).
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa
kerja paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh :
uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis norplant.
3. Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implan dicabut.
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk
dapat diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar
wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan
pertama setelah pengangkatan. Angka kehamilan pada tahun pertama setelah
pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek
pada jangka panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan setelah
pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam
batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang
tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian
cepat.
4. Tidak perlu dilakukan periksa dalam.
5. Tidak mengganggu kegiatan senggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena
diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
6. Tidak mengganggu produksi ASI.
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui.
Tidak ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh
secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam
tiga bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum.
7. Bebas dari pengaruh esterogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon
progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen,
sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan. Klien hanya perlu
kembali ke klinik bila ada keluhan.
8. Dapat dicabut setiap saat jika menurut kebutuhan.
9. Kontrol medis ringan
10. Dapat dilayani didaerah pedesaan
11. Penyulit medis tidak terlalu tinggi
12. Biaya ringan (Affandi, 2012)

E. Keuntungan Non Kontrasepsi


1. Mengurangi nyeri haid dan mengurangi jumlah darah haid.
2. Mengurangi atau memperbaiki anemia.
3. Melindungi terjadinya kanker endometrium.
4. Menurunkan angka kejadia endometriosis.
5. Mengurangi kejadian kelainan jinak payudara.
6. Memberi perlindungan terhadap penyakit radang panggul. (Affandi,
2012)

F. Klien yang dapat Menggunakan Implan


1. Usia reprosuksi, telah memiliki anak atau belum memiliki anak.
2. Menginginkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi dan jangka panjang.
3. Menyususi dan memerlukan kontrasepsi.
4. Pasca persalinan dan tidak menyusui.
5. Pasca keguguran.
6. Tidak menginginkan anak lagi tetapi tidak mau sterilisasi.
7. Tekanan darah < 180/110 mmHg, masalah pembekuan darah atau anemia
bulan sabit.
8. Tidak boleh mnggunakan kontrasepsi yang mengandung progesteron.
9. Riwayat kehamilan ektopik.
10. Sering lupa minum pil (Pinem, 2009)

G. Kerugian atau Keterbatasan Implan


1. Nyeri kepala, pening atau pusing kepala.
2. Peningkatan atau penurunan berat badan.
3. Nyeri payudara.
4. Perubahan mood atau kegelisahan.
5. Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual
termasuk HIV atau AIDS.
6. Memerlukan tindak pembedahan minor untuk memasang atau insersi dan
pencabutannya, sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri
pemakaianannya sesuai dengan keinginan tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.
7. Efektifitasnya menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan
penggunaan obat untuk obat epilepsi dan tuberculosis
8. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1.3/100.000
perempuan per tahun) (Pinem, 2009)

H. Yang Tidak Boleh Menggunakan Implan


1. Hamil atau diduga hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya.
3. Tromboflebitis aktif atau penyakit tromboemboli.
4. Penyakit hati akut, tumor hati jinak atau ganas.
5. Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
6. Gangguan toleransi glukosa.
7. Benjolan atau karsinoma payudara atau riwayat karsinoma payudara.
8. Tumor atau neoplasma ginekologi.
9. Miom uterus dan kanker payudara. (Pinem, 2009)

I. Informasi yang Perlu disampaikan


1. Efek kontrasepsi timbul dalam beberapa jam setelah insersi dan
berlangsung sampai 5 tahun bagi norplant dan 3 tahun bagi implanon dan
akan berakhir sesaat setelah pengangkatan.
2. Sering ditemukan efek samping berupa gangguan pola haid utamanya
pada norplant, terutama 6 – 12 hari pada bulan pertama, beberapa perempuan
mungkin haidnya berhenti sama sekali. Perubahan pola haid tersebut tidak
membahayakan klien. Efek samping lain berupa sakit kepala, penambahan
berat badan, nyeri payudara. Efek samping ini tidak berbahaya dan akan
hilang dengan sendirinya.
3. Norplant dicabut setelah 5 tahun dan implanon dicabut setelah 3 tahun
tetapi dapat dicabut lebih awal bila dikehandaki. Tapi bila norplant dicabut
sebelum 5 norplant dan implanon dicabut sebelum 3 tahun, maka
kemungkinanan hamil lebih besar dan meningkatkan kehamilan ektopik.
4. Implan tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual, termasuk
HIV AIDS. Bila pasangan memiliki resiko, perlu mengguanakan kondom jika
melakukan senggama.
5. Berikan kartu kepada klien yang ditulis nama, tanggal insersi, tempat
insersi dan nama klinik. (Affandi, 2012)

J. Waktu Insersi Implan


1. Yang terbaik pada siklus haid hari kedua sampai hari ke tujuh atau jangan
melewati 5 – 7 hari setelah haid mulai. Tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan.
2. Setiap saat (diluar siklus haid) asal dapat dipastikan ibu tidak hamil. Bila
impan diinsersikan setelah hari ketujuh siklus haid, klien jangan melakukan
senggama atau menggunakan metode kontrasepsi lain selama tujuh hari saja.
3. Pasca persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, menyusui, insersi dapat
dilakukan setiap saat. Pasien ditanya bila menyusui penuh, tidak dibutuhkan
penggunaan kontrasepsi lain.
4. Bila setelah 6 minggu persalinan terjadi haid kembali insersi dapat
dilakukan setiap saat tetapi ibu jangan melakukan senggama selama tujuh hari
atau menggunakan kontrasepsi lain juga selama tujuh hari.
5. Bila ibu menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya
dengan implan, asal saja kontrasepsi terdahulu digunakan dengan benar dan
ibu dapat tidak hamil, makan insersi dapat dilakukan setiap saat.
6. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah suntikan, implan dapat diberikan
setiap saat sesuai jadwal kontrasepsi suntikan tersebut, tidak diperlukan
kontrasepsi lain.
7. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi non hormonal kecuali
alat kontrasepsi dalam rahim atau AKDR, implan dapat diinsersikan pada saat
siklus haid hari ke tujuh dan klien jangan melakukan klien selama 7 hari atau
menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
8. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan. (Affandi, 2012)

K. Instruksi kepada Klien


1. Daerah insersi harus tetap kering dan bersih selama 48 jam pertama pasca
insersi tujuannya untuk mencegah infeksi pada lukan insersi.
2. Perlu disampaikan bahwa kemungkinan ada rasa nyeri, pembengkaka,
atau lebab didaerah insersi. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu
dikhawatirkan.
3. Pekerjaan rutin harian tetap dilakukan, tetapi hindari benturan, gesekan
atau penekanan pada aderah insersi.
4. Selama 48 jam balutan penekan jangan dibuka dan plester dipeertahankan
sampai luka sembuh (biasanya 5 hari)
5. Setelah luka sembuh daerah insersi dapat disentuh dan dicuci dalam
tekanan yang wajar.
6. Segera ke klinik atau hubungi dokter bila ada masalah seperti ada tanda-
tanda infeksi seperti demam, peradangan atau rasa sakit yang menetap selama
beberapa hari, perdarahan pervaginam yang banyak, amenorea disertai nyeri
pada perut bagian bawah, rasa nyeri pada lengan, luka bekas incissi
mengeluarkan darah atau nanah, ekspulsi batang implan, sakit kepala hebat
atau penglihatan menjadi kabur, nyeri dada hebat,diduga hamil.
Sebelum menggunakan implan harus digali informasi dari klien dan dari
berbagai sumber untuk mendapatkan data mengenai riwayat kesehatan, aspek
sosial budaya dan agama yang dapat mempengaruhi respon klien, serta
dilakukan pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan untuk memastikan apakah
klien boleh atau tidak boleh mengguanakan implan.
(Pinem, 2009)

L. Langkah Pemasangan Implan


Sebelum memulai tindakan periksa kembali untuk memastiakan apakah klien
sedang minumo obat yang dapat menurunkan efektifitas implan, sudah pernah
mendapat anastesi lokal sebelumnya dan alergi terhadap obat anastesi lokal atau
jenis obat lainnya.
1. Persiapan
a. Langkah 1
Pastikan klien telah mencuci dan membilas lengan atas hingga bersih.
Periksa kembali tidak ada sisa sabun karena dapat menurunkan efektifitas
antiseptik tertentu.
b. Langkah 2
Lapisi tempat penyangga lengan atau meja samping dengan kain
bersih.
c. Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dan lengan atas yang telah disiapkan,
ditempatkan di meja penyangga, lengan atas membentuk sudut 300
terhadap bahu dan sendi siku 900 untuk memudahkan petugas melakukan
pemasangan.
d. Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal, 8cm (3inci) diatas lipat siku
dan reka posisi kapsul dibawah kulit (sub dermal).
e. Langkah 5
Siapkan tempat peralatan dan bahan serta buka bungkus steril tanpa
menyentuh peralatan yang ada didalamnya. Untuk implan-2, kapsul
sudah berada didalam trokart.

f. Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril norplant dengan menarik kedua
lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul kedalam mangkok
steril. Untuk impaln 2 kapsul sudah berada dalam trokart.
2. Tindakan sebelum pemasangan
a. Langkah 1
Cuci tangan dengan sabun, keringkan dengan kain bersih.
b. Langkah 2
Pakai sarung tangan steril atau DTT (ganti sarung tangan untuk setiap
klien guna mencegah kontamimasi silang.
c. Langkah 3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul
untuk memastikan jumlahnya sudah 6 atau 2
d. Langkah 4
Persipkan tempat incisi dengan mengoleskan larutan antiseptik.
Hapus antiseptik yang berlebihan bila larutan ini mengaburkan tanda
yang sudah dibuat sebelumnya.
e. Langkah 5
Fokuskan area pemasangan dengan menempatkan kain penutup atau
doek (kertas steril berlubang). Letakkan kain steril dibawah lengan atas.
f. Langkah 6
Setelah memastikan (dari anamnesa) tidak ada riwayat alergi
terhadap obat anastesi, isi alat suntuk dengan 3ml obat anastesi (lidokain
1% tanpa epinefrin), dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa
sakit selama memasang 2 kapsul implan-2.
g. Langkah 7
Lakukan anastesi lokal, intrakutan dan sub dermal hal ini akan membuat
kulit terangkat dari jaringan lunak dibawahnya dan dorong jarum untuk
menyuntikan anastesi pada kedua jalur kapsul (masing-masing 1 ml
membentuk huruf V).
3. Pemasangan kapsul
Sebelum membuat incisi, pastikan efek anastesi telah berlangsung dan sensasi
nyeri hilang.

a. Langkah 1
Pegang scalpel dengan sudut 450, buat incisi dangkal hanya untuk
sekedar menembus kulit. Jangan membuat incisi yang panjang atau
dalam.
b. Langkah 2
Trokart harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap keatas.
c. Langkah 3
Dengan trokart dimana posisi angka (implan-2) dan panah (implan 2)
menghadap keatas masukan ujung trokart pada luka incisi dalam posisi
450 (saat memasukan ujung trokart) kemudian turunkan menjadi 300 saat
memasuki lapisan sub dermal dan sejajar permukaan kulit saat
mendorong hingga tanda 1 (dekat pangkal trokart).
d. Langkah 4
Untuk menempatkan kapsul tepat dibawah kulit, angkat trokart
keatas, sehingga kulit terangkat. Masukan trokart perlahan-lahan dan
hati-hati kearah tanda dekat pangkal. Trokart harus selalu terlihat
mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokart akan lancar bila
berada tepat dibawah kulit.
e. Langkah 5
Saat trokart masuk sampai tanda 1, cabut pendorong dari trokart
implan 2. untuk implan 2, justru pendorong dimasukan (posisi panah
disebelah atas) setelah tanda 1 tercapai dan diputar 180 0 searah jarum jam
hingga terbebas dari tahanan karena jung pendorong memasuki alur
kapsul yang ada dalam saluran trokart.
f. Langkah 6
Masukan kapsul pertama dalam trokart. Gunakan pinset atau klem
untuk mengambil kapsul dan memasukan kedalam trokart. Untuk
mencegah kapsul jatuh pada waktu dimasukan kedalam trokart letakan
satu tangan dibawah kapsul untuk menangkap bila kapsul tersebut jatuh.
Langkah ini tidak dilakukan pada implan 2 karena kapusul sudah ada
dalam trokart. Dorong kapsul sampai seluruhnya masuk dalam trokart
dan masukan kembali pendorong.
g. Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsulkearah ujung trokart
sampai terasa ada tahanan (jika setengah bagian pendorong masuk
kedalam trokart). Untuk implam 2, setelah pendorong masuk jalur kapsul
maka dorong kapsul hingga terasa tahanan.
h. Langkah 8
Tahan pendorong ditempatnya kemudia tarik trokart dengan
menggunakan ibu jari dan telunjuk mendekati pangkal pendorong sampai
tanda 2 muncul di luka incisi dan pangkalnya menyentuh pegangangan
pendorong. Untuk implan 2, pangkal trokart tidak akan mencapai pangkal
pendorong (tertahan ditengah) karena terhalang oleh ujung pendorong
yang belum memperoleh akses ke kapsul kedua.
i. Langkah 9
Saat pangkal trokart menyentuh peggangan pendorong tanda 2 harus
terlihat ditepi luka incisi dan kapsul saat itu keluar dari trokart tep[at
berada dibawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan
kapsul sudah keluar selurunya dari trokart.
j. Langkah 10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokart, putar ujung daroi trokrt kearah
lateral kanan dan kembalikan lagi keposisi semula untuk memastikan
kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokart sekitar 300, mengikuti
pola huruf V pada lengan (fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk)
dan masukan kembali trokart mengikuti alur kaki V sebelahnya sampai
tanda 1. bila tanda 1 sudah tercapai masukan kapsul berikutnya kedalam
trokart dan lakukan seperti langkah sebelumnya sampai seluruh kapsul
terpasang. Untuk implan 2 kapsul kedua ditempatkan setelah trokart
didorong kembali mengikuti kaki V sebelahnya hingga tanda 1 kemudian
pendorong diputar 180 0 berlawanan dengan arah jarum jam sehingga
ujungnya mencapai pangkal kapsul kedua dan trokart ditarik kembali
kearah pangkal pendorong.
k. Langkah 11
Pada pemasangan kapsul berikutnya untuk mengurangi resiko infeksi
atau ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih
5mm dari tepi luka incisi. Juga pastikan jarak antara ujung setiap kapsul
yang terdekat dengan tepi luka incisi (dasar huruf V) tidak lebih lebar
dari satu kapsul.

l. Langkah 12
Saat memasang kedua kapsul satu demi satu, jangan mencabut
trokart dari luka incisi untuk mengurangi trauma jaringan, minimalisaso
infeksi dan mempersingkat waktu pemasangan.
m. Langkah 13
Sebelum mencabut trokart raba kapsul untuk memastikan kedu kapsul
telah terpasang.
n. Langkah 14
Pastikan ujung dari kedua kapsul harus cukup jauh dari luka incisi
(sekitar 5mm). Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka
incisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali ditempat
yang tepat.
o. Langkah 15
Setelah kedua kapsul terpasang dan posisi setiap kapsul sudah
dipastikan tepat, keluarakan trokart pelan-pelan. Tekan tempat incisi,
dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit untuk mengehentikan
perdarahan. Bersihkan tempat pemasangan dengan kasa antiseptik.
4. Tindakan setelah pemasangan kapsul
a. Menutup luka incisi
1) Temukan tepi kedua incisi dan gunakan band aid atau
plester dengan kasa steril untuk menutup luka incisi. Luka incisi tidak
perlu dijahit karena dapat menimbulkan jaringan parut.
2) Periksa adanya perdarahan. Tutup daerah pmasangan
dengan pembalut untuk haemostatis dan mengurangi memar
(perdarahan subkutan)
b. Pembuangan darah dan dekontaminasi
1) Sebelum melepas sarung tangan masukan alat-alat
kewadah yang berisi klorin 0.5% untuk dekontaminasi. Dekontaminasi
juga jarum dan alat suntik, pendorong dan trokart.
2) Kain penutup (bila digunakan) harus dicuci
sebelum dipakai lagi. Taruh didalam kontainer yang kering dan
tertutup kemudia bawa kke tempat cucian
3) Dengan masih memakai sarung tangan, buang
bahan-bahan terkontaminasi (kasa, kapas dll) dalam kontainer yang
anti bocor dan diberi tanda, atau dalam kantong plastik.
4) Bila menggunakan sarung tangan sekali pakai,
celupkan sebentar tangan yang masih menggunakan sarung tangan
kedalam larutan klorin, kemudian lepaskan sarung tangan secara
terbalik dan masukan ke tempat sampah.
5) Bila menggunakan sarung tangan pakai ulang,
celupkan sebentar tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin, lepaskan secara terbalik dan masukan kedalam larutan
klorin 0.5% (rendam selama 10 menit)
6) Cuci tangan segera dengan sabun dan air.

M. Konseling Pasca Tindakan Pemasangan KB Implan


1. Beritahu klien mungkin akan terasa sedikit perih, timbul memar,
pembengkakan dan kulit kemerahan pada daerah pemasangan selama
beberapa hari namun keadaan ini normal
2. Berikan petunjuk pada klien tentang perawatan luka insisi di rumah yaitu
daerah insisi tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48 jam, sedangkan
plester dipertahankan hingga luka sembuh (biasanya 5 hari).
3. Setelah luka sembuh, daerah tersebut dapat disentuh dan dicuci dengan
tekanan yang wajar
4. Klien dapat segera melakukan pekerjaan rutin
5. Bila terdapat tanda-tanda infeksi seperti demam, peradangan, rasa sakit yang
menetap selama beberapa hari maka segera kembali ke klinik
6. AKBK atau implant dapat bekerja setelah 24 jam pemasangan
7. Yakinkan bahwa klien dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan
konsultasi
8. Beritahu klien bahwa jaringan ikat di lengan mungkin masih tetap terasa nyeri
dan akan menghilang beberapa bulan kemudian
9. Mengingatkan klien untuk control ulang 2 minggu setelah pemasangan KB
implan
N. Penelitian Mengenai Implan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi IGD, Suprayitno E,
Kristanti AN (2018) mengenai gambaran minat ibu dalam memilih KB Implan
di Desa Karang Nangka Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep, menunjukan
hasil bahwa minat ibu dalam memilih KB implant termasuk kategori minat
rendah. Faktor yang paling mempengaruhi dalam rendahnya minat ibu yaitu
kebutuhan dari dalam yang merupakan kebutuhan berhubungan dengan jasmani
dan kejiwaan. Selain itu minat ibu yang rendah juga dipengaruhi oleh
pengetahuan mengenai kontrasepsi. Retnawati SA dan Melinda (2018)
menambahkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan tentang kontrasepsi dapat diperoleh oleh akspetor KB dari tenaga
kesehatan, buku, maupun informasi multimedia massa (Radio, TV, Internet,
majalah, surat kabar, dll). Yusnilasari dan Ariani DUS (2018) dalam
penelitiannya yang berjudul Hubungan Pengetahuan Akseptor KB terhadap
Pemakaian Kontrasepsi Implan di Kota Palembang tahun 2017 menambahkan
bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang maka semakin banyak informasi
tentang alat kontrasepsi yang diperoleh sehingga akan lebih memahami tentang
kontrasepsi terutama mengenai keuntungan dan kerugian kontrasepsi yang
dipilih khususnya implant.
Lasut VM, Palandeng H, dan Bidjuni H (2014) dalam penelitiannya yang
berjudul Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan PUS tentang
Alat Kontrasepsi Implan di Wilayah Kerja Puskesmas Nuangan Bolaang
Mongondow Timur menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan pasangan usia subur tentang alat kontrasepsi implant.
Pendidikan kesehatan ini merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu
anjuran yang ada hubungan dengan kesehatan (Fitriani, 2011). Dalam penelitian
tersebut juga dikemukakan hasil bahwa beberapa faktor penyebab rendahnya
akseptor KB implant dikarenakan kurangnya pengetahuan responden tentang
kontrasepsi tersebut, selain itu juga kurangnya informasi dari tenaga kesehatan.
Pada saat memberikan pelayanan KB mereka hanya diberikan informasi lisan
sehingga informasi yang didapatkan kurang efektif. Sehingga diperlukannya
pemberian informasi yang disertai penggunaan media bantu seperti leaflet untuk
memudah pemberian informasi pada pasangan usia subur dan dapat
meningkatkan pengetahuan mereka tentang kontrasepsi implant. Hal tersebut
didukung oleh Kumaladewi F dan Pelupessy (2018) dalam penelitiannya yang
berjudul Determinan Pengambilan Keputusan menjadi Akseptor Kontrasepsi
Implan menyatakan bahwa tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam
memberikan informasi tentang metode KB calon akkseptor yang dilalukan
melalui konseling menggunakan Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK)
berKB. APBK adalah lembar balik yang dikembangkan oleh World Health
Organization (WHO) dan telah diadaptasi Indonesia untuk digunakan dalam
konseling. Tenaga kesehatan yang memegang peran adalah bidan. Bidan
melakukan hal ini sesuai perannya secara professional dan sesuai standar. Peran
bidan sebagai konselor KB pasca persalinan bertujuan agar masyarakat
khususnya ibu setelah melahirkan tidak bingung mengenai pemakaian KB
setelah persalinan. Masih banyak perempuan mengalami kesulitan didalam
menentukan pilihan jenis kontrasepsi.Hal ini tidak hanya karena keterbatasan
metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan
dan keamanan metode kontrasepsi tersebut.
Penggunaan metode kontrasepsi hormonal secara terus menerus diduga
dapat berpengaruh terhadap kejadian hipertensi dini perempuan. Berdasarkan
Penelitian Isfandari dkk, perempuan pengguna kontrasepsi hormonal memiliki
risiko hipertensi sedikit lebih tinggi dibanding perempuan pengguna kontrasepsi
non hormonal. Penggunaan kontrasepsi hormonal memiliki kontribusi terhadap
kejadian hipertensi dini perempuan usia pre menopause. Risiko hipertensi
pengguna kontrasepsi hormonal lebih tinggi dibandingkan pengguna kontrasepsi
non-hormonal (Isfandari, Siahaan, Pangaribuan, Lolong, & Humaniora, 2016).
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lestari menunjukan bahwa
terdapat hubungan anatara lama penggunaan kontrasepsi hormonal dengan
kejadian hipertensi di Kelurahan Ngaliyan, Semarang (Lestari, n.d.).
Berdasarkan hasil penelitian proporsi hipertensi lebih tinggi pada responden
yang menggunakan kontrasepsi jenis pil. hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ceidy Silva Tamunu dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa
kejadian hipertensi lebih tinggi terjadi pada wanita pasangan usia subur yang
menggunakan kontrasepsi jenis pil yaitu sebesar 75%.9 Hormon sintetis dalam
TPH (Terapi Pengganti Hormon) juga terdapat didalam pil KB, susuk KB,
suntikan dan IUD. Penelitian yang dilakukan beberapa ilmuwan membuktikan
bahwa semua terapi hormon yang melibatkan estrogen dan progestin memiliki
risiko berbahaya. Penggunaan kontrasepsi oral setelah 5 tahun pemakaian dapat
meningkatkan tekanan darah (Fatmasari, Saraswati, Adi, & Udiyono, 2018).

O. Konseling Keluarga Berencana


Menurut Saifuddin (2010) Konseling KB adalah proses yang berjalan dan
menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya
informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat
pemberian pelayanan. Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam
pelayana KB (Keluarga Berencana) dan KR (Kesehatan Reproduksi). Dengan
melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan
memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya
dan dapat membuat klien merasa lebih puas. Konseling yang baik juga akan
membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan
meningkatkan keberhasilan KB. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi
antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan
yang sudah ada. Sikap Petugas Kesehatan Dalam Melakukan Konseling KB
(Permenkes RI, 2014)
a) Memperlakukan klien dengan baik dan menciptakan suatu rasa percaya diri
sehingga klien dapat berbicara secara terbuka dan petugas meyakinkan klien
bahwa ia tidak akan mendiskusikan rahasia klien dengan orang lain.
b) Interaksi antara petugas dan klien yaitu petugas harus mendengarkan,
mempelajari dan menanggapi keadaan klien karena setiap klien mempunyai
kebutuhan dan tujuan reproduksi yang berbeda. Bantuan terbaik seorang
petugas adalah dengan cara memahami bahwa klien adalah manusia yang
membutuhkan perhatian dan bantuan. Oleh karena itu, petugas harus
mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya. Dengan mendengarkan
apa yang disampaikan klien berarti petugas belajar mendengarkan informasi
apa saja yang dibutuhkan oleh setiap klien. Sebagai contoh bagi perempuan
dengan usia dan jumlah anak cukup mungkin lebih menghendaki informasi
mengenai metode kontrasepsi jangka panjang atau operasi. Dalam memberikan
informasi petugas harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti klien
dan hendaknya menggunakan alat bantu visual (ABPK).
c) Menghindari pemberian informasi yang berlebihan yaitu klien membutuhkan
penjelasan yang cukup dan tepat untuk menentukan pilihan (informed choice).
Pada waktu memberikan informasi petugas harus memberikan waktu kepada
klien untuk berdiskusi, bertanya dan mengajukan pendapat.
d) Membahas metode yang diinginkan klien yaitu petugas membantu klien
membuat keputusan mengenai pilihannya, dan harus tanggap terhadap pilihan
klien meskipun klien menolak memutuskan atau menangguhkan penggunaan
kontrasepsi. Di dalam melakukan konseling petugas mengkaji apakah klien
sudah mengerti mengenai jenis kontrasepsi, termasuk keuntungan dan
kerugiannya serta bagaimana cara penggunaannya. Konseling mengenai
kontrasepsi yang dipilih dimulai dengan mengenalkan berbagai jenis
kontrasepsi dalam program KB. Petugas mendorong klien untuk berpikir
melihat persamaan yang ada dan membandingkan antar jenis kontrasepsi
tersebut. Dengan cara ini petugas membantu klien untuk membuat suatu pilihan
(informed choice).
e) Petugas membantu klien untuk mengerti dan mengingat yaitu dengan memberi
contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar memahaminya dengan
memperlihatkan bagaimana cara-cara penggunaannya. Petugas juga
memperlihatkan dan menjelaskan dengan alat bantu visual (ABPK) dan leaflet.
P. Konseling KB Implant
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayana KB.
Menurut Kemenkes RI (2014) pemberian konseling KB implan dalam ABPK
meliputi informasi mengenai, pengertian dari kontrasepsi implan, keefektifan,
kelebihan, kekurangan dan cara kerja implan, indikasi dan kontraindikasi implan,
efek samping, pemasangan dan pencabutan implan, kapan sebaiknya penggunaan
implan dan hal yang perlu diingat oleh akseptor KB implan.
Penelitian yang dilakukan oleh Yunik Windarti menunjukan bahwa semakin
kurang pengetahuan akseptor tentang implant maka semakin rendah jumlah
pemakaian kontrasepsi tersebut (Windarti, 2015). Sehingga bagi tenaga kesehatan
diharapkan dapat meningkatkan konseling dan penyuluhan kepada masyarakat
tentang implant. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Veby
Monica Lasut, dkk di wilayah kerja Puskesmas Bolaang Mongondow Timur
dimana terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan pasangan
usia subur tentang alat kontrasepsi implan (Lasut, Palandeng, & Bidjuni, 2013).
Pena dkk menyebutkan bahwa kualitas pelayanan dapat dilihat dari lima
dimensi yaitu kondisi fisik (tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap
(responsivenes), jaminan (assurance), Empati (Empathy) (Pena, Maria, Maria,
Tronchin, & Melleiro, 2013).
Kondisi fisik (tangibles) merupakan kondisi yang berkaitan dengan fasilitas
fisik, petugas, peralatan, maupun bahan yang diberikan saat pelayanan konseling
yang dapat dirasakan oleh panca indera manusia. Menurut Arsyaningsih dkk
(2014), seperti tersedia petugas kesehatan (bidan) yang melakukan konseling,
bidan berpenampilan bersih dan menarik, tersedia kursi dan meja konseling,
ruangan tempat bidan melaksanakan konseling dapat menjaga privasi/kerahasiaan
saat konseling, ruangan dalam kondisi bersih, rapi, terawat, dan ada gorden.
Tersedia media yang digunakan dalam konseling seperti lembar balik berupa
ABPK atau leaflet, tersedia peralatan untuk pemasangan/pencabutan kb implan,
tersedia bahan/kapsul implan, tersedia catatan informasi dari akseptor kb dan
catatan konseling.
Kehandalan (reliability) adalah kemampuan memberikan pelayanan dengan
cara yang akurat, aman dan efisien, konsisten, dan terbebas dari ketidakpatuhan.
Menurut Arsyaningsih dkk (2014), seperti kemampuan petugas dalam
memberikan pelayanan konseling sesuai dengan janji yang ditawarkan, informasi
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien harus akurat dipercaya, dan dapat
dipertanggungjawabkan. Informasi yang diberikan petugas kesehatan/bidan
berupa pengertian kb implan, kekurangan dan keunggulan kb implan
dibandingkan MKJP lainya, informasi mengenai pemasangan dan pencabutan kb
implan, informasi mengenai siapa saja yang dapat menggunakan kontrasepsi
implan (termasuk membahas mitos-mitos yang beredar di masyarakat), infromasi
mengenai efek samping kontrasepsi implan.
Daya tanggap (responsivenes) merupakan keinginan para pemberi layanan
untuk membantu klien dan memberikan pelayanan yang tanggap sesuai prosedur,
tersedianya pemberi layanan konseling untuk memberikan layanan dengan penuh
perhatian, mampu mengarahkan dan mendorong klien untuk membuat suatu
keputusan penggunaan metode KB. Menurut Arsyaningsih dkk (2014), seperti
kesigapan petugas berupa kesediaan waktu membantu klien segera, tidak
membiarkan klien menunggu terlalu lama, bidan mampu memberikan saran
terhadap kebutuhan kontarepsi klien, menanggapi pertanyaan dan pernyataan dari
klien dengan tepat.
Jaminan (assurance) diidentifikasi sebagai kesopanan pemberi layanan
konseling, pengetahuan dan kemampuan mereka untuk meyakinkan dan
memberikan tanggapan pada klien, kompetensi dan kredibilitas pemberi layanan,
dan keamanan informasi yang dijaga oleh petugas pemberi konseling. Menurut
Arsyaningsih dkk (2014), seperti petugas kesehatan (bidan) harus memiliki
pendidikan minimal D III kebidanan, pengetahuan tentang materi kontrasepsi
implan, mengikuti pelatihan konseling dalam ABPK, mengikuti pelatihan
pemasangan dan pencabutan kontrasepsi implan, memiliki sertifikat pelatihan,
bagaimana cara bidan dalam memberikan konseling yang sesuai dengan
kebutuhan pasien. Keterampilan memberikan konseling agar pasien merasa yakin
untuk menggunakan dan tidak berganti kontrasepsi lain, bidan mampu menjaga
informasi yang diberikan pasien. Keramahan, perhatian dan kesopanan bidan
dalam meberikan pelayanan, kesabaran bidan dalam melayani klien, perilaku
bidan menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi klien.
Empati (Empathy) dapat dilihat dari kepedulian pemberi layanan konseling
pada klien, mampu memahami kebutuhan klien, dapat menunjukkan perhatian
kepada klien. Empati juga meliputi aksesibilitas, sensitivitas, dan usaha
memahami klien. Menurut Arsyaningsih dkk (2014) petugas mampu memberikan
pelayanan dengan menempatkan dirinya pada pasien, mudah berkomunikasi,
memperhatikan dan memahami pasien sebelum, selama dan setelah proses
konseling, bidan menyarankan untuk melakukan kunjungan ulang dan mudah
dihubungi klien (Arsyaningsih, Suhartono, & Suherni, 2014).

2. TINJAUAN TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN


1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikirandan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien
Asuhan kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan, yang di mulai
dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Tujuh
langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap dan bisa di aplikasikan
dalam suatu situasi (Verney,2012).
2. Tahapan Asuhan Kebidanan
Dalam praktiknya bidan menggunakan manajemen kebidanan dalam
memberikan asuhan kebidanan. Menurut Varney (2012), manajemen
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan-keterampilan dalam rangkaian/
tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Menurut Varney (2012), langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut
adalah:
a. Langkah I: Tahap pengumpulan data dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
lengkap yang berkaitan dengan kondisi klien. Pendekatan ini harus
bersifat komprehensif meliputi data subjektif, objektif, dan hasil
pemeriksaan.
b. Langkah II : Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
dasar data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Diagnosa meliputi nama, umur, paritas (P) abortus
(A) (Varney, 2012).
c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah
diidentifikasikan (Varney, 2012).
d. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Varney,2012).
e. Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi
atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak
lengkap dapat dilengkapi.
f. Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan efisien dan aman
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima
harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
g. Langkah VII: Mengevaluasi hasil tindakan
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan. Rencana dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya.

3. Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan


a. Subjektif (S)
Menurut Kemenkes RI (2013) data subjektif berisi hasil anamnesa
yang meliputi identitas, riwayat obstetri lalu, riwayat kontrasepsi, riwayat
medis lain dan riwayat sosial ekonomi termasuk pola pemenuhan
kebutuhan sehari-hari.
1) Umur
Umur di catat dalam tahun untuk mengetahui bahwa ibu dalam
masa usia subur. (Varney, 2012).
2) Agama
Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan
kepada ibu selama memberikan asuhan (Ambarwati, 2009).
3) Pendidikan
Menurut tinjauan teori pendidikan berpengaruh dalam tindakan
kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya (Varney, 2012).
4) Pekerjaan
Untuk mengetahu pekerjaan ibu (Varney, 2012).
5) Suku Bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
(Ambarawati, 2009).
6) Alamat
Alamat pasien dikaji untuk mengetahui keadaan lingkungan
sekitar pasien. Semakin terpencilnya suatu daerah dan keadaan
geografis yang sulit untuk di jangkau maka akan semakin sulit pula
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Varney, 2012).
7) Keluhan utama
Keluhan utama di kaji untuk memberikan asuhan dan diagnosa
yang tepat (Varney, 2012).
8) Riwayat Obstetri
a) Riwayat Haid
(1) Menarche: kapan pertama kali mengalami menstruasi. Untuk
wanita Indonesia pada usia sekitar 12-16 tahun, hal ini untuk
mengetahui riwayat perkembangan organ genitalnya
(Manuaba, 2007).
(2) Siklus haid: siklus haid yang teratur (28 hari) bisa digunakan
untuk menghitung hari perkiraan lahir dengan rumus Neagle
(Varney, 2012).
(3) Lama menstruasi: lama menstruasi ideal terjadi selama 4-7
hari (Manuaba, 2007).
(4) Banyaknya: menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan. Dapat dikaji dengan menanyakan misal
sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari
(Sulistyawati, 2009)
(5) Keluhan: yang dirasakan ketika mengalami menstruasi
misalnya nyeri hebat, sakit kepala sampai pingsan, atau
jumlah darah yang banyak (Sulistyawati, 2009).
(6) Riwayat Persalinan, dan Nifas yang lalu
Untuk menentukan asuhan kehamilan yang akan
diberikan berdasarkan berapa kali hamil, anak yang lahir
hidup, persalinan tepat waktu, persalinan premature,
keguguran, persalinan dengan tindakan (dengan forcep,
vakum, atau seksio sesaria), riwayat perdarahan pada
persalinan, hipertensi pada kehamilan terdahulu, berat badan
bayi kurang dari 2500 gram atau lebih dari 4000 gram
(Mandriwati, 2008).
9) Riwayat Kesehatan
Untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan yang dapat
mempengaruhi ibu (Rukiyah, 2009). Riwayat kesehatan termasuk
penyakit dahulu dan sekarang (penyakit kardiovaskular, hipertensi,
diabetes, malaria, penyakit menular seksual atau HIV/AIDS)
(Mandriwati, 2008).
10) Riwayat KB
Untuk mengetahui status KB ibu masih aktif atau tidak
(Mandriwati, 2008).
11) Pola Nutrisi
Tidak ada kontraindikasi dalam pemberian nutrisi setelah
pemasangan alat kontrasepsi (Mandriwati, 2008).

12) Pola Eliminasi


Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan minimal
sebanyak 200 cc (Mandriwati, 2008).
13) Personal Hygiene
Membersihkan daerah disekitar vulva dari depan ke belakang, dan
anus (Mandriwati, 2008).
14) Pola seksualitas
Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu
tidak merasa nyeri setelah dilakukan pemasangan alat kontrasepsi
(Kemenkes RI, 2013).
15) Pola istirahat
Ibu dianjurkan untuk istrahat yang cukup (Mandriwati, 2008).
16) Pola Aktivitas
Setelah dilakukan pemasangan alat kontrasepsi ibu diperbolehkan
melakukan aktivitas seperti biasa (Mandriwati, 2008).
17) Psikologi ibu sebelum dilakukan pemasangan alat kontrasepsi pada
umumnya merasakan kekhawatiran akan dirinya (Sulistyawati, 2009)
18) Tingkat pengetahuan ibu
Untuk mengetahui manfaat dan efek samping kontrasepsi
b. Obyektif (O)
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi dan hasil
pemeriksaan, pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Varney
langkah pertama pengkajian data (Asrinah, 2010).
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum: dinilai baik jika dapat menjawab semua
pertanyaan (Manuaba, 2010).
b) Kesadaran: klien sadar akan menunjukkan tidak ada kelainan
psikologis (Manuaba, 2010)
c) TD: segera sebelum dilakukan pemasangan alat kontrasepsi
karena banyak wanita mengalami peningkatan tekanan darah
sebelum dilakukan pemasangan alat kontrasepsi karena ibu
merasa cemas.
d) N: untuk mengetahui apakah nadinya dalam keadaan normal
e) R: untuk mengetahui apakah pernafasan ibu dalam keadaan
normal
f) S: untuk mengetahui bahwa suhu ibu dalam keadaan normal
(Varney , 2008).
2) Status Present
a) Mata: konjungtiva berwarna merah muda dan sklera berwarna
putih. Perubahan warna konjungtiva untuk memprediksi adanya
anemia (Mandriwati, 2008).
b) Mulut dan gigi: tidak terdapat stomatitis (Varney, 2007).
c) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan
vena jugularis yang mengindikasikan penyakit jantung atau
aneurisma vena, hipertiroid dan kemungkinan infeksi
(Manuaba,2007).
d) Ekstremitas: : tidak ada edema, kekakuan otot dan sendi, varises,
reflek patella positif (Marmi, 2012).
e) Genetalia : normalnya tidak ada varises, perdarahan, luka, cairan
yang keluar, tidak ada pembesaran kelenjar skene dan kelenjar
bartholini (Mandriwati, 2008)
3) Pemeriksaan Penunjang: dilakukan jika ada indikasi, (Marmi, 2012).
c. Analisa (A)
Analisa merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Varney langkah kedua, ketiga dan keempat, meliputi diagnosis/masalah
kebidanan, diagnosis/masalah potensial dan kebutuhan segera yang harus
diidentifikasi menurut kewenangan bidan melalui tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien (Asrinah, 2010).
1) Diagnosa
2) Masalah/ Diagnosa Potensial
3) Kebutuhan Segera
d. Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan yaitu pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh, meliputi tindakan.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY D 28 TAHUN P2A0 AKSEPTOR KB IMPLANT
DI UPTD PUSKESMASS TODANAN KABUPATEN BLORA

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 20 April 2021
Jam : 09.45 WIB
Tempat : Poli KIA

B. IDENTITAS PASIEN
Identitas Pasien Penanggung Jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. D 1. Nama : Tn. K
2. Umur : 28 Tahun 2. Umur : 31 Tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMP 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Wiraswasta
6. Suku bangsa : Jawa/Indonesia 6. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
7. Alamat : Serut 2/2 7. Alamat : Serut 2/2

C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin konsultasi KB implan.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin mendapatkan informasi tentang KB implant karena
berencana ingin ganti alat kontrasepsi yang awalnya suntik 3 bulanan ke KB
implant. Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan dan jadwal suntik KB 3
bulanan 5 hari lagi yaitu tanggal 29 April 2021.
3. Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan saat ini tidak pernah/sedang menderita tanda dan gejala :
Jantung : Ibu mengatakan dada sebelah kirinya tidak mengalami nyeri dan
berdebar-debar saat melakukan aktivitas ringan seperti nonton tv,
berjalan santai, dan beristirahat. Tidak pernah mengalami sesak
napas/terengah-engah saat melakukan aktifitas fisik ringan seperti
berjalan kaki beberapa meter saja.
Asma : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas setelah makan
sesuatu misalnya atau setelah terpapar debu.
TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk dalam waktu lama lebih dari 3
bulan.
Hepatitis B : Ibu mengatakan bagian mata, kulit dan kuku tidak berwana
kekuningan.
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami BAK dengan warna kuning
kecokelatan dan BAB pucat.
DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami mudah haus, mudah lapar,
dan sering BAK di malam hari; penurunan berat badan yang drastis;
dan luka yang sulit kering.
Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami keluhan misalnya
pusing yang tidak hilang saat dibawa istirahat, dan tengkuk terasa
kaku serta tegang.
HIV/AIDS : Ibu mengatkan tidak pernah mengalami penyakit sperti sariawan
yang tidak kunjung sembuh, diare lebih dari 1 bulan, dan berat badan
yang menurun drastis.
Dahulu : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
jantung, diabetes melitus, hipertensi maupun penyakit menular seperti TBC,
HIV/AIDS, hepatitis.
Keluarga : Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menurun seperti jantung, diabetes melitus, hipertensi. Maupun
penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS. Tidak ada keturunan
kembar.
4. Riwayat obstetri:
Riwayat Haid : Sebelum memakai KB suntik 3 bulanan siklus haid teratur
Menarche : 12 tahun Nyeri Haid : Tidak Ada
Siklus : 28 hari Lama : 7-8 hari
Warna darah : Merah Banyaknya : 3-4x ganti pembalut
Setelah menggunakan KB suntik 3 bulanan siklus haid menjadi tidak teratur
bahkan tidak haid.
5. Riwayat perkawinan :
a. Status perkawinan : menikah / tidak menikah*), umur waktu menikah : 19
th.
b. Pernikahan ini yang ke satu sah/ tidak*) lamanya 8 th
c. Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah

6. Riwayat KB
Jenis kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas
Suntik 3 bln 8 tahun (2012- Tidak ada Ingin punya
2020) anak lagi

7. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas yang lalu


Kehamilan Persalinan Nifas
Kead anak
Tahun Frek Keluhan/ ASI sekarang
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit
ANC Penyulit eksklusif
2012 >4x Tidak ada 39 spontan bidan Perempuan Tidak ya Tidak ya sehat
min 3100 ada ada
ggu

2021 >4x Tidak 37 spontan Bidan Laki-laki Tidak Ya Tidak ya Sehat,


Ada min 3300 gr Ada ada Normal
ggu
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari hari:
a. Nutrisi
Makan : 3 x/ Sehari
1) Komposisi :
 Nasi : 3 x @ ½ piring (sedang / penuh)
 Lauk : 3 x @ 1 potong (sedang / besar)
 Sayuran : 3 x @ ½ mangkuk sayur
 Buah : 3 x seminggu
 Camilan : 1-2x /hari jenis biskuit dan kerupuk
2) Pantangan : tidak ada
Minum,
Ibu mengatakan sehari minum air putih jumlahnya 8-10 gelas/ hari dan
tidak mengkonsumsi susu.
b. Pola eliminasi
1) Buang Air Kecil 6 x warna kuning jernih
2) Buang Air Besar 1 x warna kuning kecoklatan
a) Warna : konsistensi lembek / keras*)
b) Keluhan/masalah : Tidak ada
c. Aktifitas Fisik dan Olah raga
Ibu mengatakan beraktivitas sebagai karyawan swasta (admin) dan sebagai
sebagai ibu rumah tangga seperti menyapu, mengepel, dan mencuci.
c. Istirahat /tidur
Tidur malam : Jam 22.00 sampai jam 04.00 WIB
Tidur siang : 1 jam kadang-kadang saat tidak kerja
Keluhan : Tidak ada keluhan
d. Kebiasaan yang merugikan kesehatan
Merokok : Tidak merokok
Minuman beralkohol : Tidak minum minuman beralkohol
Obat obatan : Tidak mengkonsumsi obat-obatan
Jamu : Tidak mengkonsumsi Jamu
e. Personal hygiene
Mandi : 2 x sehari
Keramas : 2-3 x seminggu
Gosok gigi : 3 x sehari
Ganti Pakaian: 2 x sehari, celana dalam 3 x sehari
Alas Kaki : ibu selalu menggunakan alas kaki saat keluar rumah
f. Riwayat Psikososial-spiritual
1) Ibu mengatakan tinggal serumah dengan: suami dan anak
2) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Musyawarah
3) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
4) Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil keputusan
sendiri.
5) Ibu mengatakan tidak melakukan upacara adat yang membahayakan dan
tidak sedang berpuasa.
9. Tingkat pengetahuan ibu :
Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengatakan sudah mengetahui salah satu
metode kontrasepsi jangka panjang yaitu KB implant
Hal-hal yang ingin diketahui ibu : ibu ingin mengetahui tentang keuntungan dan
kerugian metode kontrasepsi yang akan digunakan, serta indikasi dan
kontraindikasinya.

D. DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum : Baik 6) TD : 120/80 mmHg
2) Kesadaran : Composmentis 7) Nadi : 82 x/menit
3) TB : 158 cm 8) Suhu : 37 0C
4) LILA : 27 cm 9) RR : 22 x/menit
5) BB sekarang : 50 kg 10) SpO2 : 98%
6) LILA :27 cm
b. Status present
Kepala : Mesocephale, kulit kepala bersih, rambut tidak
mudah rontok
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah muda,
fungsi penglihatan baik
Hidung : Simetris, tidak ada polip, tidak ada secret
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, dan tidak caries
gigi
Telinga : Simetris, tidak ada penumpukan serumen yang
berlebih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan
vena jugularis
Ketiak : Kanan dan kiri tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada retraksi dinding
dada
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi
Lipat paha : Kanan dan kiri tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Vulva : Tidak ada odem, tidak ada varises dan tidak ada
benjolan
Ekstremitas : Atas dan bawah tidak oedem dan tidak ada varises
Refleks
patella : +/+
Punggung : Tidak ada kelainan bentuk tulang belakang
(lordosis, skoliosis)
Anus : Tidak ada hemoroid
c. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

IV. ANALISA

Diagnosa Kebidanan

Ny. D usia 28 tahun P2A0 calon akseptor KB implant

Masalah

1. Ibu kurang mengetahui tentang KB Implant (keuntungan dan kelebihan


metode kontrasepsi KB Implant serta indikasi dan kontraindikasinya)

Kebutuhan

1. Pendidikan kesehatan tentang KB Implant


V. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 20 April 2021 Jam : 10.20

1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik
dan normal.
Hasil : ibu mengatakan Alhamdulillah mengetahui hasil pemeriksaan ibu
dalam kondisi baik dan normal.
2. Memberitahu ibu tentang KB implant, yaitu merupakan kontrasepsi hormonal
yang berbentuk batang kecil fleksibel dan dipasang di bawah kulit lengan kiri
bagian atas dan efektifitas KB implant yaitu 3 tahun.
Hasil : Ibu mengetahui dan dapat menyebutkan kembali tentang pengertian
KB implant dan efektivitas KB implant 3 tahun.
3. Memberitahu ibu tentang kelebihan dan kekurangan KB implant
a. Kelebihan
Langsung efektif setelah 24 jam pemasangan
Tidak memerlukan periksa dalam saat akan dipasang.
Tidak mengganggu kegiatan senggama.
Kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut.
Tidak mengganggu produksi ASI
b. Kekurangan
Tidak memberikan perlindungan dari infeksi menuar seksual.
Perlu prosedur pembedahan sederhana untuk memasangnya dan harus
dilakukan oleh tenaga terlatih.
4. Memberitahu ibu tentang cara kerja KB implant yaitu dengan menebalkan
lendir serviks sehingga memperlambat pergerakan spermatozoa, menekan
ovulasi karena progesteron menghalangi LH, menurangi transportasi sperma,
dan menghambat perkembangan siklus endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
Hasil : ibu dapat menyebutkan kembali cara kerja KB implant yaitu dengan
menebalkan lendir serviks.
5. Memberitahu ibu tentang indikasi dan kontraindikasi KB implant
a. Indikasi
Dalam usia reproduksi
Ingin kontrasepsi jangka pajang
Menyusui dan memerlukan kontrasepsi
Pasca persalinan
Pasca keguguran
Tekanan darah < 180/110 mmHg
Tidak memiliki penyakit pembekuan darah
b. Kontraindikasi
Tromboflebitis
Penyakit hati akut
Gangguan toleransi glukosa
Riwayat karsinoma payudara
Tumor atau miom
6. Memberitahu ibu tentang efek samping KB implant yang mungkin terjadi
yaitu :
Gangguan pola haid pada bulan pertama, beberapa perempuan mungkin
haidnya berhenti sama sekali, namun tidak berbahaya. Efek samping lain
berupa sakit kepala, penambahan berat badan, nyeri payudara. Efek ini tidak
berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya.
Hasil : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
7. Memberitahu ibu tentang prosedur pemasangan implant yaitu dengan cara
membuat sayatan kecil pada lengan kiri atas (dengan menggunakan anastesi
lokal terlebih dahulu) dan memasukan implant ke bawah kulit, lalu luka
ditutup dengan perban (bukan dijahit).
Hasil : ibu memahami penjelasan bidan dan mengatakan sudah mantap untuk
menggunakan KB implant.
8. Memberitahu ibu bahwa ibu dapat mendapatkan pelayanan KB implant di
Puskesmas Todanan tiap hari Sabtu saat jadwal KB yaitu tanggal 24 April
2021.
Hasil : Ibu mengatakan akan datang lagi tanggal 24 April 2021.
Tanggal Catatan Perkembangan (SOAP) Nama
dan Jam dan
Paraf
24 April SUBYEKTIF
2021 Ibu mengatakan datang untuk pemasangan KB
Jam 10.00 implant. Ibu sudah siap untuk dilakukan
WIB pemasangan KB Implant.

OBYEKTIF
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,7ᵒC
RR : 20x/menit
Pemeriksaan Penunjang
PP test : negatif
ANALISA
Diagnosa Kebidanan
Ny. D usia 28 tahun P2A0 calon akseptor KB
implant
Masalah : -
Kebutuhan : Pemasangan KB Implant

PENATALAKSANAAN
Tanggal : 24/04/2021 Jam : 10.15 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu
dalam kondisi baik.
Hasil : ibu mengatakan iya.
2. Memberitahu ibu bahwa akan dipasang KB
implant dan menganjurkan ibu untuk mengisi
surat persetujuan tindakan pemasangan KB
Implant.
Hasil : ibu mengatakan siap untuk dipasang
KB implant dan mengisi serta
menandatangai persetujuan tindakan.
3. Melakukan pemasangan KB implant 2
batang di lengan kiri atas bagian luar.
Hasil : Implant telah dipasang.
4. Memberikan terapi antibiotik amoxicilin
sehari 3x500 mg dan asam mefenamat sehari
3x500 mg.
Hasil : ibu dapat menjelaskan kembali aturan
minum obat.
5. Memberitahu ibu untuk menjaga luka agar
tidak terkena air sampai dengan 48 jam ke
depan, dan membiarkan perban tetap tertutup
sampai dengan kontrol tanggal 26 April
2021, bila perban basah atau kotor bisa
diganti dengan perban anti air yang nanti
dibawakan pulang.
Hasil : Ibu mengatakan akan mengikuti
anjuran Bidan.
6. Memberitahu ibu pekerjaan rutin dapat tetap
dilakukan, namun hindari benturan, gesekan,
atau penekanan pada daerah sayatan. Setelah
sembuh daerah luka dapat disentuh dan
dicuci dengan tekanan yang wajar
Hasil : Ibu mengatakan akan mengikuti
anjuran Bidan.
7. Memberitahu ibu tanda-tanda infeksi, berupa
: demam, luka berdarah/bernanah, sekitar
luka kemerahan, dan batang implant keluar.
Hasil : ibu dapat menyebutkan kembali
tanda-tanda infeksi berupa demam, luka
bernanah, dan implant keluar.
8. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke
Puskemas/ bidan terdekat bila ada tanda
bahaya tersebut.
Hasl : Ibu mengatakan akan mengikuti
anjuran bidan.
9. Mengingatkan kembali untuk kontrol tanggal
26 April 2021.
Hasil : Ibu mengatakan akan mengikuti
anjuran Bidan.

Tanggal Catatan Perkembangan (SOAP) Nama


dan Jam dan
Paraf
26 April SUBYEKTIF
2021 Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Luka kadang-
Jam 09.30 kadang nyeri.
WIB
OBYEKTIF
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,6ᵒC
RR : 24 x/menit

ANALISA
Diagnosa Kebidanan
Ny.D usia 28 tahun P2A0 akseptor KB implant
Masalah :
Tidak ada
Kebutuhan :
1. Informasi tentang nyeri yang kadang masih
dirasakannya.
PENATALAKSANAAN
Tanggal : 26/04/2021 Jam : 10.00 WIB
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan ibu
dalam kondisi baik.
Hasil : ibu mengerti dan merasa senang
mengenai hasil pemeriksaan yang
menyebutkan bahwa kondisi ibu dalam
keadaan normal
2. Memberitahu ibu agar tidak perlu khawatir
jika luka terasa sedikit nyeri karena hal
tersebut merupakan hal yang wajar. Jaringan
ikat di lengan mungkin masih tetap terasa
nyeri dan akan menghilang beberapa bulan
kemudian
Hasil : Ibu mengerti mengenai penjelasan
yang diberikan oleh bidan
3. Memberitahu ibu untuk tidak takut
beraktivitas seperti biasanya.
Hasil : Ibu mengerti dan bersedia melakukan
anjuran bidan
4. Memberitahu ibu bahwa ibu bisa datang
sewaktu waktu apabila perlu konsultasi atau
keluhan.
Hasil : Ibu bersedia melakukan anjuran yang
diberikan oleh bidan
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan dalam laporan ini dimaksudkan untuk membandingkan antara


teori yang ada dengan praktek dalam asuhan kebidanan. Hal yang akan dibahas
dalam bab ini adalah pengkajian data subjektif, pengkajian data subjektif, analisa dan
penatalaksanaan.
A. Pengkajian
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan 2 metode, yang pertama
alloanamnesa dimana menanyakan kepada orang lain bukan pasien terkait,
sedangkan auto anamnesa, yaitu anamnesa yang dilakukan langsung pada
pasien yang bersangkutan. (Gleadle, 2007). Anamnesa pada kasus pada Ny. D
usia 28 tahun akseptor KB implant di Puskesmas jiken dilakukan dengan
metode auto anamnesa karena Ny. D secara fisik maupun psikologis mampu
melakukan komunikasi dengan baik.
Saat melakukan asuhan kebidanan akseptor KB pada Ny. D
dicantumkan tanggal, jam dan tempat sebagai bukti atau consent bahwa
penulis sudah melakukan asuhan pada tanggal, jam dan tempat seperti yang
dituliskan dalam lembar tinjauan kasus.
1. Data Subjektif
a. Identitas
Identitas pasien berisi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan,
dan alamat. Gleadle (2007) menyebutkan nama pasien perlu dikaji
untuk menciptakan kepercayaan antara pemberi asuhan dengan pasien
dan membedakan jika ada kesamaan nama dengan pasien yang lain;
umur dikaji untuk mengetahui adanya resiko yang berhubungan
dengan umur, karena jika umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun termasuk dalam faktor resiko dalam pemasangan alat
KB jenis tertentu; agama dikaji untuk mengetahui keyakinan serta
pandangan tentang KB berkaitan dengan agama yang dianutnya;
pendidikan dikaji untuk mengetahui tingkat intelektual pasien karena
pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pasien selama
penggunaan alat kontrasepsi pekerjaan dikaji karena pekerjaan dapat
mempengaruhi pekerjaan dapat mempengaruhi kesehatan saat
penggunaan alat kontrasepsi dan kemampuan ekonomis dalam
keberlangsungan penggunaan kontrasepsi; suku bangsa ditanyakan
untuk menyesuaikan bahasa yang kita gunakan selama memberi
asuhan dan untuk melihat apakah budaya pasien memiliki
kemungkinan untuk mempengaruhi proses asuhan; alamat dikaji
untuk mempermudah hubungan atau komunikasi dengan anggota
keluarga yang lain bila ada keperluan yang mendesak dan
membutuhkan campur tangan dari pihak keluarga.
b. Keluhan Utama
Menurut Gleadel (2007) anamnesis keluhan utama akan
memberikan informasi penting untuk menentukan diagnosis banding
dan memberikan gambaran mengenai keluhan yang menurut pasien
paling penting. Anamnesis keluhan harus dicatat dan disajikan sesuai
dengan kata-kata pasien sendiri dan tidak boleh disamarkan dengan
kata-kata medis. Saat melakukan pengkajian penulis mencatat apa
yang dikatakan pasien tanpa menambahi istilah medis yang menjurus
kesebuah dignosis. Ny. D mengatakan tidak ada keluhan dan ingin
konsultasi tentang KB implant.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang dan Lalu
Riwayat kesehatan merupakan pokok anamnesis yang paling
penting. Riwayat kesehatan sekarang dan lalu harus ditanyakan
secara jelas kepada pasien, dalam menanyakan kesehatan pasien
jangan menggunakan istilah medis yang membingungkan pasien,
tetapi tanyakan dengan menggunakan bahasa yang dapat
dimengerti oleh masyarakat awam. Menurut Gleadel, (2007) untuk
mempermudah pasien menangkap apa yang kita tanyakan
sebutkan tanda dan gejala dari suatu penyakit.
Riwayat kesehatan sekarang dikaji untuk melihat apakah
penyakit Ny. D akan berpengaruh pada pemasangan kontrasepsi
dan memiliki kemungkinan untuk membahayakan Ny. D. Klien
yang dapat menggunakan kontrasepsi implan adalah tidak sedang
menderita anemia bulan sabit (sickle cell disease), hipertensi
dengan tekanan darah >180/110 mmHg, tidak menderita
keganasan seperti mioma uterus dan kanker payudara, gangguan
toleransi glukosa, dan penyakit hati.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Penting untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh
kerabat pasien karena terdapat kontribusi genetik yang kuat pada
berbagai penyakit. Tanyakan jumlah keluarga terdekat pasien,
apakah sudah ada yang meninggal, meninggal dikarenakan apa,
apakah ada yang sedang menderita penyakit berat, dengan
menggali secara detail riwayat kesehatan keluarga pertimbangkan
juga kemungkinan pernikahan antar saudara jika terdapat penyakit
yang sangat jarang ditemukan. Tanyakan pada pasien mengenai
kemungkinan penyakit yang berkaitan dengan keluhan yang
dirasakan. (Gleadel, 2007)
Dalam melakukan pengkajian pada Ny. D dilakukan secara
mendetail mengenai status kesehatan dikeluarganya, tidak semua
penyakit ditanyakan tetapi penyakit yang ditanyakan hanya
penyakit yang berpotensi untuk menurun secara genetik, dan
untuk meyakinkan lagi bahwa riwayat kesehatan saat ini dan
riwayat kesehatan dahulu memang tidak terjadi atau jika
kemungkinan terburuknya adalah pasien tidak merasakan atau
menghiraukan tanda dan gejala penyakit, hal itu dapat ditepis
karena dikeluarga tidak ada riwayat penyakit menurun.
d. Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi ditanyakan untuk mengetahui bagaimana
fungsi alat reproduksi pasien. Pola haid merupakan suatu siklus
menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal. Pada
umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama lebih
kurang 6-8 hari. Lama perdarahannya sekitar 4-8 hari, ada yang 1-2
hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah
darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3
dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 3-4 buah. (Manuaba,
2008). Sebelum menggunkana KB suntik 3 bulanan siklus haid Ny. D
normal namun siklus haid Ny. D semenjak memakai KB 3 bulanan
menjadi tidak teratur, kadang tidak haid, kadang kadang 3 bulan
sekali, kadang 2 bulan sekali, lamanya juga normal 5-6 hari, tidak ada
nyeri haid dan ganti pembalut 2 – 3 kali dalam sehari. Hal ini
menunjukan bahwa keadaan fungsi alat reproduksi Ny. D dalam
proses menstruasi adalah normal (sesuai dengan teori diatas).
e. Riwayat KB
Riwayat KB yang lalu dikaji untuk mengetahui bagaimana
perjalanan penggunaan kontrasepsi yang sudah dilalui Ny. D selama
perkawinannya. Ny.D baru menggunakan kontrasepsi KB Suntik 3
bulan dan saat ini ibu ingin menggunakan metode KB jangka panjang
yaitu KB implant.
f. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Anak pertama Ny. D berjenis kelamin perempuan dengan berat
lahir 3100 gram secara spontan ditolong bidan pada tahun 2012 dan
pada saat kehamilan dan nifas anak pertama Ny. D tidak mengalami
komplikasi. Anak kedua Ny. D berjenis kelamin laki-laki dengan berat
lahir 3300 gram dan lahir secara spontan di Puskesmas pada Februari
2021.
g. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Tidak ada masalah dengan pola nutrisi, eliminasi, aktivitas,
istirahat, seksual, hygiene dan psiko, sosio, spiritual dan kultural.
Tidak ada masalah yang mengakibatkan penggunaan kontrasepsi
implan ditanggalkan.

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan umum
a) Kesadaran
Berdasarkan teori Sigmund Freund tingkatan kesadaran
terbagi menjadi 4 yaitu composmentis, apatis, delirium,
somnlon, stupor, coma. Ny. D memiliki kesadaran normal
sepenuhnya, dapat memahami keadaan sekitarnya dan
mengerti tentang apa yang ditanyakan. Sehingga berdasarkan
teori tersebut Ny. D memiliki keadaan umum composmentis.
b) Tekanan darah
Tujuan obyektif utama mengidentifikasi, memberikan
terapi dan memantau tekanan darah pasien adalah untuk
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler serta angka
kesakitan dan kematian yang terkait. Oleh karena itu,
pengukuran tekanan darah yang akurat sangat penting, karena
pengukuran ini menjadi dasar keputusan klinis yang vital.
Tekanan darah normal dewasa menurut Whaley dan Wong
(2007) adalah sistol < 130 dan diatol < 80 mmHg sehingga Ny.
D dengan tekanan darah 120/80 mmHg dikatakan normal jika
dibandingkan dengan teori tersebut.
c) Nadi
Ketika jantung berdenyut. jantung memompa darah
melalui aorta dan pembuluh darah perifer. Pemompaan ini
menyebabkan darah menekan dinding arteri, menciptakan
gelombang tekanan seiring dengan denyut jantung yang pada
perifer terasa sebagai denyut/detak nadi. Denyut nadi ini dapat
diraba/palpasi untuk menilai kecepatan jantung, ritme dan
fungsinya. Karena mudah diakses, nadi pada radial tangan
adalah metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur
kecepatan jantung; dipalpasi melalui arteri tangan (radial) pada
pergelangan tangan anterior (Whaley dan Wong, 2007). Saat
melakukan pengukuran nadi pada Ny. D, penulis meraba arteri
tangan (radial) pada pergelangan tangan anterior sehingga
sudah sesuai dengan teori yang ada.
Menurut whaley dan wong (2007) nadi normal dewasa
adalah 60 – 100 kali permenit Sehingga jika nadi Ny. D
sebesar 82 kali permenit adalah normal.
d) Suhu
Suhu tubuh dapat diukur dengan berbagai alat
thermometer (thermometer gelas, termometer raksa,
elektronik, timpani) dan berbagai rute (per oral, rectal, axilla,
tympani). (Whaley dan Wong, 2007). Saat melakukan
pemeriksaan suhu pada Ny. D dilakukan pengukuran
menggunakan termometer elektronik dan melalui rute axilla,
sehingga dalam melakukan pengukuran suhu sudah sesuai
dengan teori yang ada.
Suhu tubuh normal dewasa adalah 36,4-37,2°C (Whaley
dan Wong, 2007). Sehingga suhu tubuh Ny. D sebesar 37°C
adalah normal.
e) Respirasi
Menurut Whaley dan Wong (2007) pernafasan normal
dewasa tahun adalah 12 – 24 kali permenit sedangkan pada ibu
hamil pernafasan sedikit meningkat. Pernafasan juga menjadi
lebih dalam, dan lebih sering terjadi nafas pendek,hal ini
berarti frekuensi nafas Ny. D normal yaitu 22 kali permenit.
Inspeksi dilakukan untuk mengevaluasi kecepatan pernafasan
pasien, karena kebanyakan orang tidak menyadari
pernafasannya dan mendadak menjadi waspada terhadap
pernafasannya dapat mengubah pola pernafasan normalnya,
maka jangan memberitahu pasien ketika mengukur kecepatan
pernafasannya. Saat melakukan praktek penulis melakukan hal
yang sama yaitu dengan tidak memberitahu akan menghitung
jumlah pernafasan sehingga antara teori yang ada sama dengan
praktek yang dilakukan.
2. Pemeriksaan status present
Pemeriksaan status present juga dilakukan dengan lengkap
mulai dari head to toe dan tidak ditemukan adanya kelainan atau
abnormalitas yang mengarah pada kontraindikasi penggunaan
kontrasepsi implant.
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan ada pemeriksaan
kehamilan atau plano test, dan hasilnya negatif. Berdasarkan teori,
jika tidak ada kehamilan maka implant dapat dipasang (Pinem, 2009).
B. Analisa
Analisa data dilakukan setelah melakukan anamnesis data subjektif dan
anamnesis data objektif. Analisis didalamnya mencangkup diagnosis aktual,
diagnosis masalah potensial serta seperlunya mengidentifikasi kebutuhan
tindakan segera untuk antisipasi masalah (Varney, 2007). Diagnosis adalah
Ny. D usia 28 tahun calon akseptor KB implant dengan kebutuhan
kontrasepsi jangka panjang sehingga kebutuhan Ny. D melakukan konseling
alat kontrasepsi implant dan memasang alat kontrasepsi implant.
Analisis data ini dilakukan setelah penulis melakukan pengkajian data
subjektif dan objektif. Sehingga dalam menetukan analisa penulis sudah
melakukan sesuai dengan teori yang ada.
C. Penatalaksanaan
Melakukan pemasangan implan harus didahului dengan konseling pra
pemasangan implant pada klien. Konseling yang dilakukan berupa
penyampaian pengertian implan, jenis kontrasepsi implan, mekanisme kerja
implan, keuntungan kontrasepsi, keuntungan non kontrasepsi, klien yang
dapat menggunakan implan, kerugian dan keterbatasan implan, yang tidak
boleh menggunakan implan, informasi yang perlu disampaikan, waktu insersi
implan dan instruksi khusus kepada klien (Pinem, 2009). Konseling
dilakukan secara lengkap sehingga sudah sesuai dengan keefektifan
penyampaian konseling.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Afriambarwati T. 2018. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan KB Pasca


Persalinan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Buaya di Kota Padang. Skripsi. Prodi S1 Kebidanan Universitas
Andalas.

Arsyaningsih, N., Suhartono, & Suherni, T. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Konseling Keluarga Berencana Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Wiradesa
Kabupaten Pekalongan Tahun 2013. Jurnal Kebidanan, 3(6), 2–3.

Handayani S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka


Rihana.

Kumaladewi F, Pelupessy RA. 2018. Determinan Pengambilan Keputusan Menjadi


Akspetor Kontrasepsi Implan. Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia (JIKI) Stikes
Maju. Vol. 8 No. 4.

Lasut VM, Palandeng H, Bidjuni H. 2014. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap


pengetahuan PUS tentang Alat Kontrasepsi Implan di Wilayah Kerja
Puskesmas Nuangan Bolaang Mongondow Timur.Jurnal Keperawatan. Vol 2
No. 2.

Lestari, I. P. (n.d.). HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE.

Pena, M. M., Maria, E., Maria, D., Tronchin, R., & Melleiro, M. M. (2013). The Use
of The Quality Model of Parasuraman, Zeithaml and Berry in, 47(5), 1227–
1232.

Pinem S. 2009. Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media: Jakarta

Pratiwi IGD, Suprayitno E, Kristanti AN. 2018. Gambaran Minat Ibu dalam Memilih
KB Implan di Desa Karang Nangka Kecamatan Rubaru Kabupaten Sumenep.
Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 3 No. 2.

Prawirohardjo. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo


Retnawati SA, Melinda M. 2018. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB Dengan
Pemakaian Kontrasepsi Implan di Kampu Bulang Kota Tanjupinang.
CAKRAWALA KESEHATAN: Kumpulan Jurnal Kesehatan. Vol. 9 No.1.

Retnawati SA, Melinda. 2018. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB dengan


Pemakaian Kontrasepsi Implan di Kampung Bulang Kota Tanjungpinang.
Jurnal Cakrawala Kesehatan. Vol. 9 No. 1.

Saifudin AB, 2006. Buku Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Prawirohardjo

Tumini. 2010 . Pengaruh Pemberian Konseling terhadap Pengetahuan tentang KB


dan Kemantapan dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Calon Akseptor
KB di Wilayah Kerja Puskesmas Ngunut Kabupaten Tulungagung. Tesis.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Windarti, Y. (2015). Pengaruh Pengetahuan Akseptor dengan Pemilihan Kontrasepsi


Implant. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8, 124–130.

Yusnilasari, Ariani DUS. 2017. Hubungan Pengetahuan Akseptor KB terhadap


Pemakaian Kontrasepsi Implan di Kota Palembang Tahun 2017. Sriwijaya
Journal of Medicine. Vol. 1 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai