Lomba Karya Tulis Ilmah (1) - Mitha Aulia Az-Zahra
Lomba Karya Tulis Ilmah (1) - Mitha Aulia Az-Zahra
Lomba Karya Tulis Ilmah (1) - Mitha Aulia Az-Zahra
Disusun oleh :
Mitha Aulia Az-zahra
X IPS 1
MAN 4 SLEMAN
KARYA ILMIAH REMAJA
1
2021/2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt yang maha pengasih lagi maha penyayang.Segala
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam.Yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-nya.Sholawat serta salam kita tak lupa kita
haturkan kepada junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW,yang telah membawa
kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang ini,yang disebut juga
dengan dinul islam
Berkat rahmat dan inayah-nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
berupa makalah ini dengan tepat waktu.Adapun makalah ini kami tulis guna untuk
menguti lomba dalam ajang karya tulis ilmiah remaja.Makalah kami yang berjudul
“Moderasi beragama”ini berisi tentang hasil penilitian penukis tentang apa itu
pengertian moderasi beragama,dan karakteristik moderasi beragama.Agar para
pembacabisa mengetahui apa itu pengertin moderasi beragama dan bagaimana
karakteristik moderasi beragama itu.Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih
kepada Bapak yusuf.selaku kepala sekolah madrsah kami,dan tak lupa kami ucapkan
terimaksih kepada guru pendamping lomba kami Bu Mia yang sudah mendampingi
kami dalam persiapan lomba yang akan kami ikuti.
Wassalamualaikum.wr.wb
DAFTAR ISI
CONTENTS
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Moderasi Beragama?
2. Bagaimana Karakteristik Moderasi Beragama
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa Itu Moderasi Beragama
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Moderasi Beragama
BAB 2
ISI
A. Pengertian moderasi beragama
1. Moderasi
Secara bahasa
1) Kata moderasi berasal dari Bahasa Latin Moderatio, yang memiliki arti “sedang” (tidak
berlebihan dan tidak kekurangan). Kata itu juga berarti penguasaan diri (dari sikap sangat
kelebihan dan kekurangan). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyediakan dua
pengertian kata moderasi, yakni: 1. pengurangan kekerasan, dan 2. penghindaran
keekstreman. Jika dikatakan, “orang itu bersikap moderat”, kalimat itu berarti bahwa orang
itu bersikap wajar, biasa-biasa saja, dan tidak ekstrem.
2) Dalam bahasa Inggris, kata moderation sering digunakan dalam pengertian average (rata-
rata), core (inti), standard (baku), atau non-aligned (tidak berpihak). Secara umum, moderat
berarti mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak, baik ketika
memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika berhadapan dengan institusi
negara.
3) Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi dikenal dengan kata wasath atau wasathiyah,
yang memiliki padanan makna dengan kata tawassuth (tengah-tengah), i’tidal (adil), dan
tawazun (berimbang). Orang yang menerapkan prinsip wasathiyah bisa disebut wasith.
Dalam bahasa Arab pula, kata wasathiyah diartikan sebagai “pilihan terbaik”. Apa pun kata
yang dipakai, semuanya menyiratkan satu makna yang sama, yakni adil, yang dalam konteks
ini berarti memilih posisi jalan tengah di antara berbagai pilihan ekstrem
Secara istilah
Pertama, moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem dan
tidak radikal (tatharruf). Berdasar dalam Q.s. al-Baqarah: 143 yang merujuk pengertian
bahwa moderasi di sini menjelaskan keunggulan umat Islam dibandingkan umat lain. Dalam
hal apa saja? Al-Qur'an mengajarkan keseimbangan antara kebutuhan manusia akan sisi
spiritualitas atau tuntutan batin akan kehadiran Tuhan, juga menyeimbangkan tuntutan
manusia akan kebutuhan materi. Disebutkan dalam hadits, ada sekelompok orang mendatangi
Nabi Muhammad untuk menunjukkan bahwa mereka adalah orang kuat beribadah, sampai
tidak menikah. Nabi menjawab, yang benar adalah keseimbangan antara ibadah dan
pemenuhan materi. Itulah sunnah beliau. Dalam hal moral, al-Qur'an juga mengajarkan hal
keseimbangan, seperti menekankan sikap tidak berlebihan. Seseorang tidak perlu terlalu
dermawan dengan menyedekahkan hartanya sehingga dia sendiri menjadi bangkrut dan tidak
punya apa-apa. Tetapi, ia juga jangan kikir dan terlalu pelit, sehingga hanya menjadi kaya
sendiri, karena dalam harta yang kita miliki terdapat harta bagi orang yang membutuhkan.
Demikian, pesan yang tersampaikan dalam ayat al-Qur'an. Kedua, moderasi adalah sinergi
antara keadilan dan kebaikan. Inti pesan ini diambil dari penjelasan para penafsir al-Qur'an
terhadap ungkapan ummatan wasathan. Menurut mereka, maksud ungkapan ini adalah bahwa
umat Islam adalah orang-orang yang mampu berlaku adil dan merupakan orang yang
berperilaku baik
2. Beragama
Secara bahasa
Beragama berarti menganut atau memeluk agama. Contoh: Saya beragama Islam dan dia
beragama Kristen.
2) Beragama berarti beribadat; taat kepada agama; baik hidupnya (menurut agama). Contoh:
Ia berasal dari keluarga yang beragama.
3) Beragama berarti sangat memuja-muja; gemar sekali pada; mementingkan (Kata
percakapan). Contoh: Mereka beragama pada harta dan benda.
Secara istilah
Beragama itu menebar kedamaian, menebar kasih sayang, kapanpun dimanapun dan kepada
siapapun. Beragama itu bukan untuk menyeragamkan keberagaman, tetapi untuk memahami
berbagai keberagaman dengan penuh kearifan. Agama hadir ditengah-tengah kita agar harkat,
derajat dan martabat kemanusiaan kita senantiasa terjamin dan terlindungi.
Oleh karena itu, jangan gunakan agama sebagai alat untuk menegasi dan saling merendahkan
dan meniadakan satu dengan yang lain. Maka dari itu, mari senantiasa menebarkan
kedamaian dengan siapapun, dimanapun dan kapanpun. Beragama itu menjaga, menjaga hati,
menjaga perilaku diri, menjaga seisi negeri dan menjaga jagat raya ini.
Jadi Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan
maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antar umat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini.
1. Tasawuh(moderat)
Tawassuth adalah sikap netral yang berdasar pada prinsip hidup menjunjung tinggi nilai
keadilan di tengah kehidupan bersama, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Sikap ini
dikenal juga dengan sebutan moderat (al-wasathiyyah)
Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa tawassuth/moderat berasal dari kata wasath
yang berarti adil, baik, tengah-tengah, dan seimbang. Artinya, seorang Muslim yang bersikap
tawassuth akan menempatkan dirinya di tengah-tengah dalam suatu perkara, tidak ekstrim
kanan ataupun kiri. Mengutip buku Moderasi Islam Nusantara oleh H. Mohamad Hasan,
M.Ag., terdapat lima alasan mengapa sikap tawassuth dianjurkan ada pada diri seorang
Muslim, yaitu:
a) Sikap tawassuth dianggap sebagai jalan tengah dalam memecahkan masalah, maka
seorang Muslim senantiasa memandang tawassuth sebagai sikap yang paling adil
dalam memahami agama.
b) Hakikat ajaran Islam adalah kasih sayang, maka seorang Muslim yang bersikap
tawassuth senantiasa mendahulukan perdamaian dan menghindari pertikaian.
c) Pemeluk agama lain juga mahluk ciptaan Allah yang harus dihargai dan dihormati,
maka seorang Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa memandang dan
memperlakukan mereka secara adil dan setara
d) Ajaran Islam mendorong agar demokrasi dijadikan alternatif dalam mewujudkan
nilai-nilai kemanusiaan, maka Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa
mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi.
e) Islam melarang tindakan diskriminasi terhadap individu atau kelompok. Maka sudah
sepatutnya seorang Muslim yang bersikap tawassuth senantiasa menjunjung tinggi
kesetaraan.
Dari kelima alasan tersebut, seorang Muslim seharusnya sudah memahami arti
pentingnya sikap tawassuth dalam kehidupannya. Tawassuth cocok diterapkan dalam
kehidupan sosial antar sesama manusia. Terlebih di masa sekarang yang penuh dengan
problematika intoleransi dan diskriminasi antarumat beragama. Adapun contoh sikap
tawassuth dalam kehidupan sehari-hari adalah:
Tidak membeda-bedakan golongan dalam berinteraksi dan berkomunikasi.
Menjalin silaturahmi antar sesama agar tidak timbul pertikaian.
Menerima pendapat orang lain yang tidak sepaham.
Tidak pernah goyang atau putus semangat dalam menegakkan keadilan dan
kebenaran.
4. Tasamuh (toleran)
Tasamuh berasal dari bahasa Arab yang artinya toleransi. Menurut bahasa Tasamuh artinya
adalah tenggang rasa, sedangkan menurut istilah saling menghormati dan menghargai antara
manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Contoh tindakan tasamuh dalam kehidupan
sehari-hari:
Berlapang dada dalam menerima segala perbedaan.
Memberikan kebebasan orang lain untuk memilih keyakinan (agama).
Menghormati orang lain yang sedang beribadah.
Tetap bergaul dan bersikap baik dengan orang yang berbeda keyakinan dalam hal
duniawi.
Tidak memaksakan orang lain dalam hal keyakinan (agama).
Tidak membenci dan menyakiti perasaan seseorang yang berbeda keyakinan atau
pendapat dengan kita.
Tidak mengganggu orang lain yang berbeda keyakinan ketika mereka beribadah
5. Musawah (egaliter dan non diskriminasi)
Musawah yaitu tidak bersikap diskriminatif pada yang lain disebabkan perbedaan keyakinan
atau agama, tradisi dan asal usul seseorang. Secara bahasa, musawah berarti kesejajaran atau
kesetaraan. Artinya, tidak ada pihak yang merasa lebih tinggi dari yang lain, sehingga dapat
memaksakan kehendaknya. Dalam urusan kenegaraan, penguasa tidak bisa memaksakan
kehendaknya terhadap rakyat, berlaku otoriter dan eksploitatif. Sebab, rakyat dan penguasa
memiliki kedudukan dan hak sama yang harus dihargai keberadaannya. Dalam konteks
umum, musawah bisa dikaitkan dengan kerukunan antar masyarakat. Dengan adanya
musawah, diskriminasi antar masyarakat tidak akan terjadi.
Contoh tindakan musawah dalam kehidupan sehari-hari:
Menghargai perbedaan Suku, Agama, Ras, dan Golongan yang terdapat disekitar kita.
Tidak memaksa kehendak orang lain untuk mengikuti ajaran agama kita.
Senantiasa memaafkan kesalahan orang lain walaupun orang itu belum meminta
maaf.
Bersikap ramah kepada siapapun.
Bab 3
KESIMPULAN
Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan
maupun ekstrem kiri. Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga
retaknya hubungan antar umat beragama, merupakan problem yang dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini. Moderasi beragama mengajarkan bagaimana cara pandang kita dalam
kehidupan beragama yang baik dan benar, tidak ekstrem apalagi radikal. Moderasi beragama
pun memberitahu kita sebagai seorang muslim untuk bertoleransi antar sesama umat
beragama, tidak diskriminasi antar ras, suku, agama, juga mengajarkan bagaimana cara kita
berpikir dinamis dan inovatif. Dalam menghadapi kemajemukan dan keberagaman
masyarakat, senjata yang paling ampuh untuk mengatur agar tidak terjadi bentrokan dan
radikalisme, adalah melalui pendidikan Islam yang moderat dan inklusif. Selain itu ajaran
Islam sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi segenap alam semesta. Islam Wasathiyah
atau yang berarti “Islam Tengah” adalah suatu yang menjadi terwujudnya umat terbaik
(khairu ummah). Allah SWT menjadikan umat Islam pertengahan (wasath) dalam segala
urusan agama, seperti dalam hal kenabian, syariat dan lainnya. Pemahaman dan praktik
amaliyah keagamaan Islam Wasathiyah memiliki beberapa karakteristik, seperti berikut:
1. Tawassuth (moderat)
2. Tawazun (ber keseimbangan)
3. I’tidâl (lurus dan tegas)
4. Tasamuh (toleran)
5. Musawah (egaliter dan non diskriminasi)
6. Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas)
7. Tahaddhur (berkeadaban)
8. Tathawwur wa Ibtikar (dinamis, kreatif, dan inovatif).
Konsep tersebut diharapkan mampu untuk diterapkan dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa. Sehingga dengan konsep moderasi ini akan membawa Indonesia ke arah yang
lebih baik, sehingga tidak ada diskriminasi dalam keberagaman dan menimbulkan rasa aman
dan nyaman.
DAFTAR PUSAKA
(Yulianto, 2020)Yulianto, R. (2020). Implementasi Budaya Madrasah dalam Membangun
Sikap Moderasi Beragama. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 1(1), 111–123.
Rahayu, luh riniti, & Lesmana, putu surya wedra. (2019). Moderasi Beragama di Indonesia.
Intizar, 25(2), 95–100.
(Karim, 2019)Karim, H. A. (2019). Implementasi Moderasi Pendidikan Islam Rahmatallil
’Alamin dengan Nilai-Nilai Islam. Ri’ayah: Jurnal Sosial Dan Keagamaan, 4(01), 1.
https://doi.org/10.32332/riayah.v4i01.1486
(Akhmadi, 2019)Akhmadi, A. (2019). Moderasi Beragama Dalam Keragaman Indonesia
Religious Moderation in Indonesia ’ S Diversity. Jurnal Diklat Keagamaan, 13(2), 45–
55.
PENUTUP
Demikian karya tulis yang kami buat.kamin meminta maaf sebsar besarnya apabila
terdapat kesalahan kata dalam penulisanya maupun hasil dari penilitian kami.Kami
mengiformasikan apabila karya ilmiah ini dibuat berdasarkan hasi l
penilitian/pengamatan kami kepada masyarakat tentang moderasi
beragama.Tentang bagaimana suatu masyarakat berinteraksi dan mampu berbaur
dengan kendala perbedaan baikitu agama,suku,ras,budaya dan lain-lainya.
i