PROPOSAL Sumiati
PROPOSAL Sumiati
PROPOSAL Sumiati
Oleh:
SUMIATI
2019A1H131
5C PGSD
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayatnya
penulis dapat menyelesaikan proposal PTK dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN
PERHATIAN BELAJAR TEMA BERBAGAI PEKERJAAN MELALUI MODEL
KOOPERATIF LEARNING PADA KELAS 4 SDN BUNGURENDAH BANDUNG
BARAT”.
Penulisan proposal PTK ini bertujuan untuk memenuhi sebagian pengumpulan tugas
program pendidikan profesi guru dalam jabatan. Proposal PTK ini ini mengkaji tentang
penerapan model probing-prompting terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Saya menyadari sepenuhnya dalam penyusunan Proposal PTK ini masih jauh dari
sifat sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi perbaikan dan kemajuan penulisan Proposal PTK di masa yang akan datang. Terima
kasih untuk semua pihak yang telah membantu secara moril dan materiil dalam penyusunan
Proposal PTK ini. Semoga Allah membalasnya dengan imbalan yang tidak ternilai harganya.
sumiati
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
B. Desain Penelitian............................................................................................................................ 23
BAB IV ....................................................................................................................................................... 28
iii
Data hasil Penilaian Pembelajaran siklus 1 ............................................................................................. 46
BAB V ........................................................................................................................................................ 61
A. SIMPULAN ................................................................................................................................... 61
ABSTRAK
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan regulasi diri (self regulation). Aspek Interpretasi yakni pengelompokkan siswa
terhadap permasalahan sehingga menemukan jawaban tepat. Aspek Analisis, yakni
siswa berupaya untuk mengukur ide-ide serta mengidentifikasi jawaban serta
pertanyaan. Aspek Inferensi/kesimpulan, yakni siswa dapat menyimpulkan untuk
suatu pemecahan suatu masalah. Aspek Evaluasi, yakni siswa dapat menguji
pertanyaan ataupun pendapat yang masuk dari diri sendiri ataupun orang lainnya.
Aspek Eksplanasi/interpretasi, yakni siswa dapat memaparkan pernyataan atau
ungkapan pendapat untuk pendapat yang lebih kuat. Aspek regulasi diri (self-
regulation), yakni siswa mampu mengelola menempatkan dirinya pada suatu
pemecahan masalah.
Berdasar hasil data pengamatan observasi yang dilakukan di kelas IV SD
Negeri Bungurendah Kabupaten Bandung Barat, proses KBM dengan mengukur
berpikir kritis dalam pembelajaran Tema 4 masih kurang. Perihal tersebut di lihat dari;
Pertama, pada saat guru menunggu untuk kesempatan siswa dalam mengajukan
pertanyaan atau pendapat, 1 sampai 3 orang yang bertanya mengenai masalah
tersebut, sisanya tidak ada yang bertanya dan memilih diam saja. Kedua, siswa belum
bisa menghubungkan keterkaitan masalah yang ada pada masyarakat dengan teori
pada buku Tema 4 sehingga sulit untuk melakukan tanya jawab dalam pertanyaan
tersebut. Ketiga, siswa masih terbiasa mengobrol saat pembelajaran Tema 4
berlangsung hal ini berpengaruh pada tingkat kemampuan berpikir kritis ketika guru
bertanya pada siswa tersebut karena kurang memperhatikan pembelajaran dikelas.
Keempat, ketika guru
2
memberikan pertanyaan pada siswa mengenai konflik/permasalahan pada lingkungan
sekitar, siswa belum bisa untuk memutuskan kausalitas (sebab- akibat) pada
konflik/permasalahan yang diberikan oleh pendidik. Kurangnya mencermati dan
menafsirkan pada diri siswa sehingga tidak dapat menjawab dengan sempurna.
B. Identifikasi Masalah
1. Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran Tema 4 masih kurang.
2. Siswa ketika diberikan pertanyaan memilih diam saja.
3. Siswa belum bisa menghubungkan keterkaitan masalah yang ada pada
masyarakat dengan teori pada buku tema 4.
4. Memiliki kesulitan untuk melakukan tanya jawab dalam pertanyaan.
5. Siswa masih terbiasa mengobrol.
3
6. Siswa belum bisa untuk memutuskan.
7. Kurangnya mencermati dan menafsirkan pada diri siswa.
C. Analisis Masalah
Pertama, pada saat guru menunggu untuk kesempatan siswa dalam
mengajukan pertanyaan atau pendapat, 1 sampai 3 orang yang bertanya mengenai
masalah tersebut, sisanya tidak ada yang bertanya dan memilih diam saja.
Kedua, siswa belum bisa menghubungkan keterkaitan masalah yang ada pada
masyarakat dengan teori pada buku Tema 4 sehingga sulit untuk melakukan tanya
jawab dalam pertanyaan tersebut.
Ketiga, siswa masih terbiasa mengobrol saat pembelajaran Tema 4 berlangsung
hal ini berpengaruh pada tingkat kemampuan berpikir kritis ketika guru bertanya pada
siswa tersebut karena kurang memperhatikan pembelajaran dikelas.
Keempat, ketika guru memberikan pertanyaan pada siswa mengenai
konflik/permasalahan pada lingkungan sekitar, siswa belum bisa untuk memutuskan
kausalitas (sebab- akibat) pada konflik/permasalahan yang diberikan oleh pendidik.
Kurangnya mencermati dan menafsirkan pada diri siswa sehingga tidak dapat
menjawab dengan sempurna.
D. Rumusan Masalah
Berdasar pada latar belakang. Rumusan masalahnya pada siswa SDN
Bungurendah Kabupaten Bandung Barat dalam Pembelajaran Tema 4, yaitu:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Tema 4 pada model kooperatif
learning pada kemampuan berpikir kritis siswa melalui media?.
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Tema 4 melalui penerapan model
kooperatif learning pada kemampuan berpikir kritis siswa melalui media?.
3. Bagaimana hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
penerapan model kooperatif learning terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pembelajara Tema 4 melalui media di kelas IV SDN
Bungurendah Kabupaten Bandung Barat?.
4. Bagaimana hambatan yang dihadapi oleh siswa maupun guru serta upaya
yang dilakukan dalam penerapan model kooperatif learning pada
pembelajaran Tema 4 melalui media di kelas IV SDN Bungurendah
Kabupaten Bandung Barat?.
4
E. Tujuan Penelitian
Berdasar pada latar belakang dan rumusan masalah, penelitian bertujuan untuk
mengetahui hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa melalui model
kooperatif learning dalam pembelajaran Tema 4 melalui media . Khususnya, ttujuan
penelitian ini untuk mengetahui:
1. Mendeskripsikan perencanaan penerapan model kooperatif learning pada
pembelajaran Tema 4 di kelas IV SDN Bungurendah.
2. Mengidentifikasi pelaksanaan penerapan model Saintifik learning pada
pembelajaran Tema 4 di kelas IV SDN Bungurendah.
3. Menjelaskan hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
penerapan model kooperatif learning pada pembelajaran Tema 4 di kelas
IV SDN Bungurendah.
4. Menjelaskan hambatan yang dihadapi oleh siswa maupun guru serta upaya
yang dilakukan pada penerapan model kooperatif learning dalam
pembelajaran Tema 4 melalui di kelas IV SDN Bungurendah.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Dari Segi Teori
5
Secara teoritis, penelitian ini menjelaskan secara detail dan merinci
mengenai penerapan model kooperatif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dalm pembelajaran Tema 4 di kelas
IV SDNBungurendah melalui media.
Secara teoritis, manfaat penelitian ini untuk memberikan masukan
serta menambahkan wawasan ilmu pengetahuan yang luas khususnya
pada model kooperatif dalam pembelajaran tema 4 melalui media.
6
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Hipotesis Tindakan
7
B. Model Pembelajaran Kooperatif learning
1. Model Pembelajaran
Pengertian Model Pembelajaran
Istilah “model” sudah sering dipergunakan dalam berbagai
bidang kehidupan termasuk pendidikan. Model dapat diartikan sebagai
bentuk, namun juga dapat diartikan sebagai contoh. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mills (dalam Suprijono, 2011: 45) model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan
model itu. Dalam pembelajaran, model memiliki peranan yang penting,
yakni sebagai petunjuk dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Menurut Suprijono (2011: 45-46), model pembelajaran
merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori
psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada
tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan pula
sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur
materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
Rusman (2012: 144) menjelaskan bahwa model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain. Sementara itu, Suprihatiningrum (2013: 145)
menyebutkan pengertian model pembelajaran yaitu tiruan atau
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur pembelajaran secara
sitematis dalam mengelola pengalaman belajar peserta didik agar
tujuan belajar tertentu yang diinginkan dapat tercapai.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan sebagai landasan praktik pembelajaran
8
guna memberikan petunjuk pada guru tentang prosedur dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Jenis-jenis Model Pembelajaran
Seiring dengan semakin berkembangnya teori pembelajaran,
model pembelajaran juga mengalami perkembangan. Terdapat
beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
termasuk kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Huda (2013: 74) menyatakan bahwa sedikitnya 23 model yang
diklasifikasi ke dalam empat kelompok yang didasarkan pada sifat-
sifatnya, karakteristik-karakteristiknya, dan pengaruh-pengaruhnya.
Empat kelompok tersebut adalah sebagai berikut; model-model
memproses informasi, model-
9
model personal, model-model interaksi sosial, dan model-model
perubahan perilaku.
1) Model-model Memproses Informasi
2) Model-model Personal
3) Model-model Interaksi Sosial
4) Model-model Perubahan Perilaku
10
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Adapun
Suprijono (2011: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan
oleh guru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dengan sistem kerja kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari anggota yang berbeda latar belakang maupun semua jenis
kerja kelompok yang lebih dipimpin atau diarahkan oleh guru.
Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2011: 59-60) pembelajaran kooperatif terjadi
dalam bentuk kelompok, tetapi tidak setiap kerja kelompok dapat
dikatakan pembelajaran kooperatif.
Menurut Suprijono (2011: 58) untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan.
Lima unsur tersebut adalah: positive interpendence (saling
ketergantungan positif), personal responsibility (tanggung jawab
perseorangan), face to face promotive interaction (interaksi promotif),
interpersonal skill (komunikasi antar anggota), dan group processing
(pemrosesan kelompok).
Pendapat yang sama diungkapkan oleh Bennet (dalam Isjoni, 2011:
60) yang menyatakan bahwa ada lima unsur dasar yang dapat
membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:
positive interpendence, interaction face to face, adanya tanggung jawab
pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok,
membutuhkan keluwesan, meningkatkan keterampilan bekerja sama
dalam memecahkan masalah (proses kelompok).
Berdasarkan dua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dapat dikatakan kooperatif jika terdapat saling
ketergantungan posistif, tanggung jawab perseorangan, interaksi
promotif, komunikasi antar anggota, dan pemrosesan kelompok.
C. Hasil Belajar
11
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih
luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan
untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat
kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang
diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPA yang mencakup
tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan
(C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada
aspek kognitif adalah tes.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan
pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar itu sendiri. Slameto (2010), menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
12
1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan
faktor psikologis.
2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor
eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan factor
masyarakat.
3) Mata Pelajaran IPA
Pengertian IPA
Pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar
peserta didik menguasai pengetahuan, fakta, peserta didik
dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Pendidikan IPA
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk
mencari tahu dan berbuat sehingga mampu menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Filosofi IPA sebagai cara untuk mencari tahu yang
berdasarkan pada observasi. Dengan demikian,
pengetahuan dalam IPA merupakan hasil observasi.
Kebenaran harus dibuktikan secara empiris berdasarkan
observasi atau eksperimen. Pengembangan pembelajaran
IPA yang menarik, menyenangkan, layak, sesuai konteks,
serta didukung oleh ketersediaan waktu, keahlian, sarana
dan prasarana merupakan kegiatan yang tidak mudah
untuk dilaksanakan. Seorang guru dituntut memiliki
kemampuan dan kreativitas yang cukup agar
pembelajaran dimiliki seorang guru adalah tentang
pemahaman dan penguasaan terhadap pendekatan
pembelajaran. Menurut Herawati Susilo dalam Nano
Sutarno (2009) mengemukakan bahwa pendekatan berifat
aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi, dan
keyakinan yang berkaitan dengan serangkaian asumsi.
Berdasarkan kurikulum 2013, IPA seharusnya
dibelajarkan secara inkuiri ilmiah (scientivic inquiry)
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan
bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu
13
aspek penting kecakapan hidup.
Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran
IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:
a) Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap
positif terhadap sains, teknologi dan masyarakat.
b) Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah
dan membuat keputusan.
c) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan
pentingnya sains dalam kehidupan sehari-hari.
e) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman ke bidang pengajaran lain.
f) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam. Menghargai
berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam
semesta ini untuk dipelajari (Sri Sulistiyorini,
2007: 40)
14
Karakteristik Pembelajaran IPA
Dalam berbagai sumber dinyatakan bahwa hakikat
sains adalah produk, proses, dan penerapannya
(teknologi), termasuk sikap dan nilai yang terdapat
didalamnya. Produk sains yang terdiri dari fakta, konsep,
prinsip, hukum, dan teori dapat dicapai melalui
penggunaan proses sains, yaitu melalui metode-metode
sains atau metode ilmiah (scientific methods), bekerja
ilmiah (scientific inquiry).
Banyak orang berpendapat bahwa sains
memberikan kesempatan bagi orang yang mau belajar
berbuat, berpikir dan bertindak seperti ilmuwan
(scientist). Dengan demikian, belajar memproses sains
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari melalui
cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuwan dan
etika yang berlaku dalam masyarakat.
Pada hakikatnya Ilmu Pengetahuan Alam (sains)
sangat bermanfaat dalam kehidupan masyarakat melalui
teknologi, karena teknologi sangat erat hubungannya
dengan bekerja ilmiah. Bekerja ilmiah sesungguhnya
adalah perluasan dari metode ilmiah. Di Indonesia metode
ilmiah sudah ditekankan dalam IPA sejak kurikulum
1975. Selanjutnya dalam kurikulum 1994, lingkup proses
dan konsep diintegrasikan dalam setiap rumusan tujuan
pembelajaran (umum) yang harus diukur pencapaiannya.
Ruang Lingkup Kurikulum IPA SD
Latar belakang dibutuhkannya kurikulum
pendidikan IPA SD adalah pendidikan IPA diharapkan
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar. Dengan demikian, akan selalu
ada hubungan dengan prospek pengembangan lebih lanjut
dala menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk
memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan
15
masalah- masalah yang dapat diidentifikasikan.
Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri
ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup.
Adapun ruang lingkup dalam pendidikan IPA SD
mencakup empat hal. Empat hal itu adalah makhluk hidup
dan proses kehidupan; benda serta sifat dan kegunaannya;
energi dan perubahannya; dan Bumi serta alam semesta.
Ruang lingkup makhluk hidup dan proses
kehidupan mempelajari materi yang berhubungan dengan
manusia, hewan, tumbuhan, serta interaksi ketiganya, dan
juga hubungannya dengan kesehatan. Sedangkan ruang
lingkup benda materi serta sifat dan kegunaannya berisi
tentang benda padat, cair, dan gas. Ruang lingkup energi
dan perubahannya berisi tentang gaya, bunyi, panas,
magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. Terakhir,
ruang lingkup Bumi dan alam semesta berisi materi
tentang tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit
lainnya.
16
Implikasi Model Pembelajaran Kooferatif learning
terhadap Hasil Belajar IPA
Model pembelajaran dengan pendekatan
peguasaan konsep ilmu pengetahuan alam adalah proses
kegiatan belajar mengajar yang merupakan kelanjutan dari
model pendekatan penanaman konsep ilmu pengetahuan
alam. Dalam penguasaan konsep ilmu pengetahuan alam
proses pembelajarannya memberi penekanan supaya para
peserta didik menguasai ciri- ciri, sifat-sifat, dan
penerapan dari konsep yang telah dipelajariny pada tahap
penanaman konsep ilmu pengetahuan alam.
Menurut Jean Peaget dalam Mulyani Sumantri
(2016.1.17): “Anak itu bukanlah tiruan dari orang dewasa.
Anak bukan bentuk mikro dari orang dewasa. Anak-anak
mempunyai kemampuan intelektual yang sangat berbeda
dengan orang dewasa. Cara-cara berpikir anak berbeda
dengan cara-cara berpikir orang dewasa.”
Melihat secara singkat dari teori belajar Peaget ini
tentunya kita dapat mengambil manfaatnya dalam
pembelajaran IPA di SD yaitu, terutama tentang kesiapan
untuk belajar dan bagaimana berpikir mereka itu berubah
sesuai dengan perkembangan usianya. Hal ini berarti
bahwa strategi pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang
kita gunakan haruslah sesuai dengan perkembangan
intelektual atau perkembangan tingkat berpikir anak
sehingga diharapkan pembelajaran ilmu pengetahuan alam
di SD itu lebih efektif dan lebih hidup.
Diharapkan setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif learning dalam pembelajaran,
hasil belajar siswa meningkat dibandingkan kondisi awal
sebelum penerapan metode kooperatif learning.
4) Definisi Operasional
Model pembelajaran picture and picture adalah salah satu
17
jenis model pembelajaran kooferatif dengan
menggunakan urutan gambar untuk membantu peserta
didik dalam menguasai materi pelajaran.
Hasil belajar adalah indikator yang menunjukkan
kemampuan peserta didik dalam menguasai materi ajar.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran
yang diajarkan pada tingkat SD berkaitan dengan konsep,
fakta dan prinsip tentang alam.
Fungsi atau peranan organ peredaran darah manusia
merupakan salah satu materi yang diajarkan pada kelas IV
Semester I Tema 4 Berbagai Pekerjaan.
5) Kerangka Berpikir
Masalah
1) Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran
2) Media yang digunakan tidak relevan.
18
3) Sebagian besar hasil belajar IPA pada mater
Memahami pentingnya upaya keseimbangan dan
pelestarian sumber daya alam di lingkungannya i
di bawah KKM (65).
Penyebab munculnya masalah
Rendahnya hasil belajar IPA disebabkan karena
penyampaian materi terlalu cepat, guru tidak
menggunakan media pembelajaran, peserta didik bosan
dan tidak tertarik dengan penjelasan guru, dan metode
yang digunakan kurang tepat.
Tindakan yang dilakukan
Menerapkan model pembelajaran kooferatif tipe Picture
and picture dalam kegiatan pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar IPA peserta.
Hasil
Setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooferatif tipe Picture
and picture diharapkan:
1) Rencana Pelak
2) Aktifitas belajar siswa meningkat
3) Hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SDN
Bungurendah dalam materi fungsi atau peran
organ peredaran darah manusia meningkat,
sebagian besar mencapai KKM yang ditetapan
yaitu 65.
19
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Menurut IGAK Wardhani (2011) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian
yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan
tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa
menjadi meningkat.
Esensi PTK terletak pada adanya tindakan dalam situasi alami untuk
memecahkan masalah-masalah praktis dalam pembelajaran. PTK berangkat dari
persoalan- persoalan praktis yang dihadapi oleh guru/ calon guru di kelas. Prosedur
pelaksanaannya dapat dimulai dengan analisis situasi, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, perefleksian, dan evaluasi terhadap dampak tindakan. Prosedur
ini dapat diulang sampai diperoleh hasil sesuai dengan kualitas yang diharapkan.
PTK memiliki karakteristik yang berbeda dengan penelitian lainnya. Adapun
karakteristik PTK (Susilo et al, 2008: 5) antara lain sebagai berikut:
Masalah yang diteliti berupa masalah praktik pembelajaran sehari- hari di
kelas yang dihadapi oleh guru/ calon guru,
Diperlukan tindakan- tindakan tertenu untuk memecahkan masalah tersebut
dalam rangka memperbaiki/ meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas
Terdapat perbedaan keadaan sebelum dan sesudah dilakukan PTK, dan
Guru sendiri yang berperan sebagai peneliti.
PTK memiliki tujuan (Susilo et al, 2008: 8) antara lain sebagai berikut:
PTK dilaksanakan demi perbaikan/ peningkatan praktik pembelajaran secara
berkesinambungan,
Pengembangan kemampuan- keterampilan guru untuk menghadapi masalah
aktual pembeajaran di kelas
Menumbuhkan budaya meneliti dikalangan guru, dan
20
Memperbaiki dan meningkatkan mutu pengajaran (pembelajaran) melelui
teknik- teknik pengajaran yang tepat sesuai dengan masalah dan tingkat
perkembangan peserta didik.
PTK memberikan banyak manfaat bagi guru maupun calon guru dalam memecahkan
masalah- masalah pembelajaran di kelas. Adapun manfaat yang diperoleh dari PTK
bagi guru maupun calon (Susilo et al, 2008: 9) diantaranya sebagai berikut.
21
Guru dan calon guru dapat langsung memperbaiki praktik-praktik
pembelajaran agar menjadi lebih baik dan lebih efekif
Guru dan calon guru dapat meneliti sendiri kegiatan praktik pembelajaran
yang ia lakukan di kelas,
Guru dan calon guru dapat melihat, merasakan, dan menghayati apakah
praktik- pratik pembelajaran yang dilakukan selama ini memiliki keefektifan
yang tinggi,
Guru dan calon guru dapat mencari cara/ prosedur baru untuk memperbaiki
dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran di kelas,
Guru dan calon guru dapat meningkatkan mutu pengajaran dan hasil belajar
peserta didik berdasarkan temuan langsung di kelas.
PTK secara garis besar meliputi empat tahapan, yaitu perencanaan (planning),
tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
Perencanaan (planning)
Perencanaan mencakup rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan
sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan.
Tindakan (acting)
Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya
perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada
rencana tindakan.
Pengamatan (observing)
Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk
memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan
sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan ini peneliti
mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari
tindakan. (Sukayati, 2011:17)
B. Desain Penelitian
Dalam PTK ini peneliti menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas yang
berbentuk siklus dan spiral. Penelitian akan dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap
siklusnya terdiri atas 4 tindakan. Desain PTK yang peneliti gunakan adalah desain
model Kemmis dan Mc. Taggart.
23
C. Lokasi Penelitian
D. Subjek Penelitian
E. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan dimulai bulan
September sampai bulan November 2020.
24
penelitian ini untuk mendapat perbaikan rencana tindakan dalam setiap kegiatan belajar
mengajar, peneliti menggunakan tes tertulis, lembar observasi, lembar wawancara,
catatan lapangan dan dokumentasi.
Tes Tertulis
Tes tertulis adalah prosedur sistematik yang dibuat dalam bentuk tugas- tugas
tertulis yang distandardisasikan dan diberikan kepada individu atau kelompok
untuk dikerjakan, dijawab atau direspon. Tes tertulis dalam penelitian ini
meliputi lembar kerja peserta didik (LKPD) dan lembar evaluasi.
Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat pengumpul data yang digunakan untuk merekam
segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi dan mengukur aktivitas siswa dan
guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
25
26
27
BAB IV
A. Pendahuluan/Pra penelitian
Peneliti memikirkan suatu upaya yang akan ditempuh untuk mengatasi
permasalahan pembelajaran di kelas. Peneliti memikirkan suatu upaya dari
permasalahan siswa yang secara umum rendah dalam kemampuan IPA. Sehingga
menyebabkan hasil belajar dalam pembelajaran funsgi atau peran organ peredaran
darah manusia rendah.
Peneliti melakukan prasurvei ke kelas untuk mengetahui secara detail
kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti. Dari hasil prasurvei tersebut,
peneliti memperoleh temuan-temuan berupa kendala-kendala siswa dalam
pembelajaran, yang dalam hal ini pembelajaran IPA. Permasalahan tersebut dianalisis
oleh peneliti dan peneliti melakukan diagnosis atau dugaan sementara mengenai solusi
atau langkah yang tepat dalam menyelesaian masalah tersebut, baik dengan
penggunaan strategi/metode/teknik pengajaran maupun media pengajaran.
Perencanaan yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian adalah sebagai
berikut:
Meminta izin dari Kepala Sekolah SD Negeri Bungurendah
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berkaitan dengan materi
fungsi organ peredaran darah dengan menggunakan model picture and picture.
Merumuskan media pembelajaran yang akan digunakan
Menentukan teknik pengamatan untuk mengamati situasi dan kondisi selama
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar (KBM) pada setiap tindakan.
Peneliti mendesain alat evaluasi
Merancang jadwal penelitian
28
B. Pelaksanaan Tindakan
Siklus I
1) Perencanaan
29
yang akan mengamati jalannya kegiatan belajar mengajar dalam setiap
siklusnya. Hasil dari pengamatan observer didiskusikan sebagai bahan
pertimbangan bagi perencanaan pada siklus selanjutnya. Evaluasi pada
siklus I dilakukan dengan cara memberikan tes soal kepada siswa
untuk dikerjakan secara individu. Evaluasi dilaksanakan di akhir
pertemuan pada setiap tindakan.
4) Refleksi
1) Perencanaan
31
siklus II. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk perbaikan pada siklus
(tindakan) selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes siklus
II, jika hasil belajar siswa meningkat dalam pembelajaran fungsi atau
peranan organ peredaran darah manusia dengan menggunakan model
picture and picture maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya
Tabel 3.2
Lembar Pengamatan/Observasi Aktivitas Guru
Mata Pelajaran :
Kelas/Semester :
Hari/Tanggal :
Fokus Observasi :
Kemunculan
No Perilaku Guru yang Diobservasi Tdk Komentar
Ada
Ada
1. Menata fasilitas dan sumber belajar
Memulai pembelajaran secara menarik, memotivasi
2.
peserta didik, dan mengadakan apersepsi.
Melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
3.
tujuan, peserta didik, situasi dan lingkungan
Menggunakan alat bantu (media) pembelajaran
4. yang sesuai dengan tujuan, peserta didik, situasi dan
Lingkungan
32
Meminta siswa untuk mengidentifikasi sifat sifat
5.
cahaya
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan
6.
dengan isi pembelajaran
7. Melakukan Tanya jawab hasil demonstrasi
8. Memicu dan memelihara keterlibatan peserta didik
9. Guru memberikan lembar kerja hasil demonstrasi
10. Guru mendemonstrasikan materi pelajaran
11. Menyimpulkan materi pembelajaran
12. Menilai hasil pembelajaran
Memberikan tugas sebagai tindak lanjut
13.
Pembelajaran
Aktivitas Siswa
No Nama Siswa Keterangan
1 2 3 4 5
1 Ahmad Fikri 1. Aktif
2 Beri Rafliano bertanya
3 Bian Rejaki 2. Aktif
4 Deri Setiana Menjawab
5 Destiana Regina Putri 3.
6 Elsa Rismayanti Melaksanakan
7 Evi Nursyaidah Perintah
10 Gilang Ramdani
11 Lia Apriliani
12 Melani Austina Putri
33
13 M.Rijal Assidiq
14 Nena Sabila Marisa
15 Nopi Komalasari
16 Pera
17 Rafik Aziz
18 Rahmilianti
19 Ramdan Maulana
20 Reivaldi Arya Prasetio
21 Rian Saputra
34
Aktivitas Siswa
No Nama Siswa Keterangan
1 2 3 4 5
22 Ricki Febriansah
23 Syam Ilham
24 Toni Abdul Pahreji
25 Zafna Medina Abdulla
26 Ameliaputri
Jumlah
Persentase
Hasil dari pengamatan atau pengumpulan data pada siklus 1 adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas Guru
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 1 dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 1
Kemunculan
No Perilaku Guru yang Diobservasi Tdk Komentar
Ada
Ada
1. Menata fasilitas dan sumber belajar √
Memulai pembelajaran secara menarik,
2.
memotivasi peserta didik, dan mengadakan √
apersepsi.
35
Kemunculan
No Perilaku Guru yang Diobservasi Tdk Komentar
Ada
Ada
Menggunakan alat bantu (media) pembelajaran
4.
yang sesuai dengan tujuan, peserta didik, situasi √
dan lingkungan
Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas guru berada pada tahapan baik, meskipun ada
beberapa aspek yang harus diperbaiki seperti menumbuhkan motivasi, penggunaan media yang
kurang maksimal, pengelolaan waktu yang kurang efisien, memulai demonstrasi dengan
kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir kurang terlaksana dengan baik,
suasana yang diciptakan kurang menyenangkan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu
kurang terlaksana dengan baik, dan memberikan penguatan kepada siswa dari penjelasan-
penjelasan yang sudah dijelaskan selama proses belajar mengajar kurang dilakukan dengan
baik.
2. Aktivitas Siswa
Hasil observasi teman sejawat terhadap aktivitas siswa tertera pada tabel 4.2 di bawah
36
ini.
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1
Aktivitas Siswa
No Nama Siswa Keterangan
1 2 3 4 5
1 Ahmad Fikri √ 1.
2 Beri Rafliano √ √
37
Aktivitas Siswa
No Nama Siswa Keterangan
1 2 3 4 5
3 Bian Rejaki √ √ √ Aktif
4 Deri Setiana √ bertanya
5 Destiana Regina Putri √ √ 2.
6 Elsa Rismayanti √ √ √ Aktif
7 Evi Nursyaidah √ √ √ Menjawab
8 Fathur Aditya Putra √ √ √
9 Fitri Rahma Ramdani √ √ √ 3.
13 M.Rijal Assidiq √ 5.
15 Nopi Komalasari √ √
16 Pera √ √
17 Rafik Aziz √ √
18 Rahmilianti √ √
19 Ramdan Maulana
20 Reivaldi Arya Prasetio √ √
21 Rian Saputra √ √
22 Ricki Febriansah √
23 Syam Ilham √ √ √
24 Toni Abdul Pahreji √ √
25 Zafna Medina Abdulla √ √ √
26 Ameliaputri √ √ √ √
Jumlah 11 11 19 10 6
Persentase 44% 44% 75% 44% 25%
Berdasarkan lembar pengamatan, aktivitas siswa berada pada kategori kurang baik
dengan hasil siswa yang aktif bertanya sebanyak 44%, siswa yang aktif menjawab sebesar
44%, siswa yang melaksanakan perintah sebesar 75%, siswa yang mengobrol sebesar 44%
dan siswa yang diam saja atau tidak aktif sebesar 25%.
38
3. Hasil Evaluasi/Daftar Nilai Evaluasi Pembelajaran Siklus 1
Tabel 4.3
Daftar Nilai Evaluasi Pembelajaran Siklus 1
39
No. Nama Siswa Nilai Siklus 1 Ketuntasan
5 Destiana Regina Putri 74 Tuntas
6 Elsa Rismayanti 78 Tuntas
7 Evi Nursyaidah 78 Tuntas
8 Fathur Aditya Putra 70 Tuntas
9 Fitri Rahma Ramdani 77 Tuntas
10 Gilang Ramdani 57 Belum Tuntas
11 Lia Apriliani 74 Tuntas
12 Melani Austina Putri 72 Tuntas
13 M.Rijal Assidiq 72 Tuntas
14 Nena Sabila Marisa 70 Tuntas
15 Nopi Komalasari 57 Tuntas
16 Pera 55 Tuntas
17 Rafik Aziz 68 Tuntas
18 Rahmilianti 58 Belum Tuntas
19 Ramdan Maulana 66 Belum Tuntas
20 Reivaldi Arya Prasetio 56 Belum Tuntas
21 Rian Saputra 68 Tuntas
22 Ricki Febriansah 57 Belum tuntas
23 Syam Ilham 81 Tuntas
24 Toni Abdul Pahreji 57 Belum Tuntas
25 Zafna Medina Abdulla 75 Tuntas
26 Ameliaputri 76 Tuntas
Jumlah Nilai 1761
Rata-rata 67,7
Terendah 55
Tertinggi 81
Jumlah siswa tuntas 18
Jumlah siswa belum tuntas 8
Persentase Ketuntasan (%) 69%
Persentase belum tuntas (%) 31%
Persentase ketuntasan dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut:
40
Persentase Ketuntasan Belajar Siklus 1
Tuntas Belum Tuntas
69%
31%
Ketuntasan Belajar
41
Dari diagram di atas terjadi peningkatan keberhasilan namun dirasa masih belum mencapai
target ketuntasan maka peneliti perlu mengadakan perbaikan pembelajaran siklus 2 karena dari
26 siswa hanya 69% siswa yang tuntas dan 31% siswa lainnya masih belum tuntas karena niai
masih di bawah KKM.
Hasil dari pengamatan atau pengumpulan data pada siklus 2 adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas Guru
Hasil observasi aktivitas guru pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus 2
Kemunculan
No Perilaku Guru yang Diobservasi Tdk Komentar
Ada
Ada
1. Menata fasilitas dan sumber belajar √
Memulai pembelajaran secara menarik,
2. memotivasi peserta didik, dan mengadakan √
apersepsi.
Melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan
3. √
tujuan, peserta didik, situasi dan lingkungan
Menggunakan alat bantu (media) pembelajaran
4. yang sesuai dengan tujuan, peserta didik, situasi √
dan lingkungan
Meminta siswa untuk mengidentifikasi sifat sifat
5. √
Cahaya
Memberi petunjuk dan penjelasan yang berkaitan
6. √
dengan isi pembelajaran
42
7. Melakukan Tanya jawab hasil demonstrasi √
8. Memicu dan memelihara keterlibatan peserta didik √
9. Guru memberikan lembar kerja hasil demonstrasi √
10. Guru mendemonstrasikan materi pelajaran √
11. Menyimpulkan materi pembelajaran √
12. Menilai hasil pembelajaran √
Memberikan tugas sebagai tindak lanjut
13. √
Pembelajaran
Berdasarkan lembar pengamatan, aktivitas guru berada pada tahapan sangat baik. Tapi
masih ada aspek yang perlu diperbaiki yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
43
secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi
itu.
2. Aktivitas Siswa
Hasil observasi teman sejawat terhadap aktivitas siswa tertera pada tabel 4.5 di bawah ini.
Tabel 4.5
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 2
Aktivitas Siswa
No Nama Siswa Keterangan
1 2 3 4 5
1 Ahmad Fikri √ √ √ 1.
2 Beri Rafliano √ √ √ Aktif
3 Bian Rejaki √ √ √ bertanya
4 Deri Setiana √ 2.
5 Destiana Regina Putri √ √ √ Aktif
6 Elsa Rismayanti √ √ √ Menjawab
7 Evi Nursyaidah √ √ √ 3.
44
24 Toni Abdul Pahreji √ √ √
25 Zafna Medina Abdulla √ √ √
26 Ameliaputri √ √ √
Jumlah 22 24 24 0 2
Persentase 88% 94% 94% 0% 6%
Berdasarkan lembar pengamatan, aktivitas siswa berada pada kategori baik dengan hasil
siswa yang aktif bertanya sebanyak 88%, siswa yang aktif menjawab sebesar 94%, siswa yang
melaksanakan perintah sebesar 94%, sudah tidak ada lagi siswa yang mengobrol atau 0% dan
siswa yang diam saja atau tidak aktif sebesar 6%.
45
Data hasil Penilaian Pembelajaran siklus 1
Berikut ini adalah hasil observasi aktivitas siswa pada saat pembelajaran.
Tabel 4.2
2. Beri Rafliano 3 3 3 9
3. Bian Rejaki 3 2 2 7
4. Deri Setiana 2 3 3 8
5. Destiana Regina 2 2 2 6
Putri
6. Elsa Rismayanti 3 2 2 6
7. Evi Nursyaidah 2 2 2 6
46
13. M.Rijal Assidiq 2 3 2 7
16. Pera 3 3 3 9
47
Aspek Yang Dinilai Tafsiran
Rat
No Nama siswa
Keaktifan Kedisiplina Motivasi a- K C B
n rat
a
17. Rafik Aziz 1 2 3 6
18. Rahmilianti 2 2 2 6
22 Ricki Febriansah 1 3 2 6
23 Syam Ilham 3 3 3 9
25 Zafna Medina 3 3 3 9
Abdulla
26 Amelia putri 3 3 2 8
Berdasarkan hasil observasi siswa tersebut dapat diketahui bahwa persentase siswa
yang menunjukkan keaktifan dalam pembelajaran mencapai 80%, sedangkan kedisiplinan
siswa mencapai 80% juga, sementara motivasi belajar siswa mencapai persentase 82%.
Berdasarkan tafsiran rata-rata nilai maka siswa yang dikategorikan kurang berjumlah 4 orang
dengan persentase 15%, siswa dengan kategori cukup mencapai 15 orang dengan persentase
55%. Semetara siswa yang kategori Baik baru mencapai 7 orang dengan persentase 25%.
Karena siswa dengan kategori baik belum mencapai 100% atau mendekati, maka
pembelajaran perlu dibenahi kembali supaya kegiatan belajar siswa lebih bermakna.
48
Analisis Data Hasil Belajar Siswa
49
Tabel 4.3
TAKSIR
Dat AN
NO NAMA SISWA Siklus
a Data Awal Siklus I
1
Awa Tunt Belu Tunt Belu
l as m as m
1. Ahmad Fikri 30 60 √ √
2. Beri Rafliano 70 80 √ √
3. Bian Rejaki 50 30 √ √
4. Deri Setiana 55 20 √ √
Destiana Regina 60 75 √ √
5. Putri
6. Elsa Rismayanti 75 70 √ √
7. Evi Nursyaidah 80 80 √ √
Fathur Aditya 55 75 √ √
8. Putra
Fitri Rahma 75 85 √ √
9. Ramdani
Melani 60 90 √ √
12. Austina Putri
50
Nena 40 70 √ √
14. Sabila
Marisa
15. Nopi Komalasari 40 20 √ √
51
TAKSIR
Dat AN
NO NAMA SISWA Siklus
a Data Awal Siklus I
1
Awa Tunt Belu Tunt Belum
l as m as
16. Pera 40 40 √ √
17 Rafik Aziz 40 75 √ √
18 Rahmilianti 65 50 √ √
19 Ramdan Maulana 60 75 √ √
Reivaldi 60 70 √ √
20
Arya
Prasetio
21 Rian Saputra 40 20 √ √
22 Ricki Febriansah 50 40 √ √
23 Syam Ilham 85 90 √ √
24 Toni Abdul 40 60 √ √
Pahreji
Zafna 80 90 √ √
25
Medina
Abdulla
26 Amelia putri 60 75 √ √
Rata-rata 55 70
Dari hasil evaluasi perbaikan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial nampak
peningkatan cukup baik. Penguasaan materi pembelajaran meningkat dari rata-rata 55 pada
data awal, menjadi 70 pada siklus I. Sedangkan tingkat ketuntasan belajar meningkat dari
52
semula hanya 25% pada data awal menjadi 55% pada siklus I, terjadi peningkatan sebesar
30% pada siklus I. Nilai teresebut dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut :
53
100
90
80
70
60
Rata-Rata
50
Ketuntasan
40
30
20
10
0
Data Awal Siklus I
Untuk memperoleh data yang lebih relevan, dan dapat digunakan untuk Perbandingan
nilai yang diperoleh siswa, maka peneliti menyajikan rekapitulasi nilai siswa berikut ini
Tabel 4.4
3 50 1
5 60 4
6 65 1
54
7 70 1
8 75 5
9 80 2
55
10 85 1
11 90 3
Jumlah 20
Grafik 4.2
Perbandingan nilai siswa
Siklus I
40
50
10% 60
5%
15% 65
10% 70
25%
75
80
85
5% 5% 90
Tabel 4.5
56
Kemunculan
No Aspek yang Diobservasi Komenta
Ad Tidak
r
a
1. Guru mengkondisikan siswa untuk Berdoa, mengabsen dan
belajar √ apersepsi Tanya jawab
57
Kemunculan
No Aspek yang Diobservasi Komenta
Ada Tida
r
k
2. Guru menggunakan alat peraga yang √ Gambar Jenis jenis Pekerjaan
Relevan
3. Alat peraga yang digunakan menarik √ Gambar yang bervariasi,
perhatian cerita yang menarik
Jumlah 9 3
Persentase 100
%
Dari hasil observasi tersebut, dapat dijelaskan bahwa pada saat pembelajaran, guru
58
mengkondisikan siswa dengan kegiatan berdoa, mengabsen dan apersepsi melalui Tanya
jawab. Guru menggunakan alat peraga yang relevan sesuai dengan materi yaitu berupa
gambar Jenis Jenis Pekerjaan . Alat peraga yang digunakan dapat menarik perhatian siswa
karena gambar yang digunakan
59
sangat bervariasi dan berjumlah banyak. Guru memberi contoh untuk memperjelas materi
yang diberikan. Seluruh siswa dilibatkan dalam penggunaan alat peraga, alat peraga yang
disediakan digunakan secara optimal oleh guru dan siswa. Guru memberikan penguatan
kepada seluruh siswa baik yang aktif maupun yang pasif. Alat peraga yang digunakan
memotivasi siswa untuk lebih aktif terbukti dari kegiatan siswa yang sangat tertarik untuk
mengamati gambar. Guru melakukan penilaian proses dengan bantuan lembar observasi
aktifitas siswa. Guru menaggapi peratanyaan yang diajukan oleh siswa. Guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa sesuai dengan materi terutama pada saat pembelajaran. Penggunaan
waktu evaluasi sangat maksimal dengan pengelolaan yang sangat efektif.
60
BAB V
A. SIMPULAN
1. Penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran IPA
tentang pelestarian sumberdaya alam pada siswa kelas IV SDN Bungurendah.
2. Penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran
IPA tentang pelestarian sumberdaya alam pada siswa kelas IV SDN Bungurendah.
3. Penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA tentang pelestarian sumberdaya alam pada siswa kelas IV SDN
Bungurendah.
Berdasarkan simpulan yang didapat, maka dapat dinyatakan bahwa penggunaan metode
diskusi tentang pelestarian sumber daya alam pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Bungurendah, maka peneliti memiliki beberapa saran tindak lanjut,
yaitu berupa :
1. Pemilihan dan penggunaan metode yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan
berkontribusi positif dalam perbaikan pembelajaran, karena itu disarankan kepada
teman sejawat agar senantiasa untuk melakukan perbaikan setiap pembelajaran,
misalnya : penggunaan metode yang sesuai dengan materi yang disampaikan.
2. Menerapkan metode demonstrasi pada kegiatan pembelajaran yang lain.
61
62
DAFTAR PUSTAKA
BNSP (2013). Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/ MI. Jakarta:
Kemendikna
s. Dahar, Ratna Wilis. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Erlangga.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Hamdayama, Jumanta. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter
Bandung: Alfabeta.
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rusman, (2012). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT
Rineka Cipta Sri Sulistyorini. (2009). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang:
Tiara Wacana Sukayati. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. PPPPTK
Sutarno, Nano. (2009). Materi dan Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka Wardhani, I. (2011) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Universitas
Terbuka
63
64
65
66
67
68
69
70