Push Over Dual System Gedung Tinggi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN TUGAS

REKAYASA BANGUNAN GEDUNG TINGGI


ANALISIS PERENCANAAN GEDUNG TINGGI APARTEMEN DI
SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM STRUKTUR RANGKA
PEMIKUL MOMEN KHUSUS (SRPMK) DAN DUAL SYSTEM

Disusun Oleh:

Disan Anwari Saputro

NRP. 10111810013018

Dosen Pengampu:

Prof. Ir. Muhammad Sigit Darmawan, M.Eng.Sc, Ph.D.

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA


PENGELOLAAN DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
NOPEMBER SURABAYA
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL

SOAL TUGAS
Tugas Rekayasa Bangunan Gedung Tinggi
Program Sarjana Terapan TRPPBS Semester Genap 2021/2022

Nama Disan Anwari Saputro


: …

NRP : …
10…
11…
18…
10…
01…
30…
18

Tujuan:

Melalui tugas ini mahasiswa diharapkan mampu menggunakan fasilitas yang terdapat di
program SAP 2000 untuk melakukan analisa struktur dengan memakai sistem struktur
rangka pemikul momen khusus (SRPMK) dan Dual System (Frame-Wall).

Bangunan 8 lantai (simetris dan beraturan) seperti tergambar dibawah ini:

Gambar 1. Konfigurasi Struktur.


Data-data perencanaan sbb:

1. Fungsi bangunan : Apartemen/Perkantoran/Rumah Sakit


2. Lokasi : Banda Aceh/Padang/Denpasar/Surabaya
3. Data tanah terlampir
4 Jarak antar kolom: 5 atau 6 m
5. Tinggi kolom: 3.5 atau 4.0 m
6. Tebal plat minimal 120 mm
7. Tebal dinding geser dan lokasi disesuaikan dengan kebutuhan
8. Dimensi balok 500x700 mm2
9. Dimensi kolom 800x800 mm2
10. Mutu bahan
a. Baja tulangan lentur fy (MPa) 400
b. Baja tulangan geser f y (MPa) : 240/400
c. Beton fc’ (MPa) : 25/30/35
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas mata kuliah
Rekayasa Bangunan Gedung Tinggi ini dapat diselesaikan tepat di minggu ke-9 perkuliahan.

Tersusunnya laporan tugas Rekayasa Bangunan Gedung Tinggi ini juga tidak terlepas
dari dukungan dan motivasi berbagai pihak yang banyak membantu dan memberi masukan.
Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Ir. Muhammad Sigit Darmawan, M.Eng.Sc, Ph.D. selaku dosen
pengampu Mata Kuliah Rekayasa Bangunan Gedung Tinggi yang banyak
memberikan bimbingan kepada penulis.
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa-doanya.
3. Dan teman – teman yang saling bertukar pikiran terkait tugas ini

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan laporan ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan laporan ini. Besar harapan penulis agar
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Surabaya, April 2022

Disan Anwari Saputro


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Definisi bangunan Gedung tinggi menurut UU No. 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung Pasal 1 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu
dengan tempat kedudukannya, Sebagian atau seluruhnya berada diatas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usah,
sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.

Pada perencanaan struktur gedung perkantoran ini merupakan struktur beton


bertulang dengan gedung bertingkat 8 lantai. Sistem struktur gedung ini didesain dengan
menggunakan sistem ganda atau dual system untuk mendapatkan peforma struktur yang
cukup baik dalam menerima dan memikul beban gempa yang terjadi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari laporan tugas rekayasa bangunan gedung tinggi ini adalah:

1. Bagimana merencanakan struktur bangunan dengan menggunakan Dual System


(Frame-Wall) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)?
2. Bagaimana mengetahui parameter gaya geser dasar, periode fundamental, dan
simpangan antar lantai?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari laporan tugas rekayasa
bangunan gedung tinggi ini adalah:

1. Dapat merencanakan struktur bangunan dengan menggunakan Dual System (Frame-


Wall) dan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
2. Dapat mengetahui proses kontrol desain periode fundamental, gaya geser dasar, dan
simpangan antar lantai.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Studi Literatur


Literatur yang digunakan dalam pengerjaan tugas ini, antara lain:
a. Badan Standarisasi Nasional. 2019. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2019).
b. Badan Standarisasi Nasional. 2019. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Nongedung (SNI 03-1726-2019).
c. Badan Standarisasi Nasional. 2020. Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait
untuk Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI 03-1727-2013).
2.2 Sistem Struktur
2.2.1 Sistem Rangka Pemikul Momen
1. Umum

Menurut SNI 1726-2019, sistem rangka pemikul momen adalah sistem struktur
rangka yang elemen-elemen struktur dan sambungannya menahan beban-beban lateral
melalui mekanisme lentur. Dalam perencanaan bangunan gedung tahan gempa, telah
ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perencanaan Ketahan Gempa
untuk Bangunan Gedung (SNI 1726 – 2019), bahwa sistem rangka pemikul momen
dibagi dalam 3 kelas yaitu :

a. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB)


b. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)
c. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusu (SRPMK)

2.2.2 Sistem Ganda (Frame – Wall)


1. Umum
Menurut SNI 1726-2019, sistem ganda adalah sistem struktur dengan rangka
ruang lengkap untuk memikul beban gravitasi, sedangkan tahanan terhadap gempa
disediakan oleh kombinasi sistem rangka pemikul momen dan dinding geser atau
kombinasi sistem rangka pemikul momen dan rangka bresing.
METODOLOGI

3.1 Pengumpulan Data


Data-data yang diperlukan dalam perencanaan adalah :

1. Data tanah
Data tanah berupa data borlog dan SPT yang bersumber dari soal.
2. Data-data teknis dan deskripsi Gedung
Data-Data Bangunan
1 Fungsi Bangunan : Apartemen
2 Lokasi : Surabaya
3 Jarak antar Kolom = 6 m
4 Tinggi Kolom = 4 m
5 Tinggi Bangunan = 32 m
6 Mutu Baja Tulangan :
- Tulangan Lentur (fy) = 400 MPa
- Tulangan Geser (fy) = 240 MPa
7 Mutu Beton (fc') = 30 MPa
8 Tebal Plat :
- Plat Lantai (ts) = 120 mm
- Plat Atap (tr) = 120 mm
9 Dimensi Kolom :
- Kolom = 800 x 800
10 Dimensi Balok : b / h
- Balok = 500 / 700

3.2 Analisa Pembebanan


Sebelum melakukan analisis struktur menggunakan program bantu SAP 2000, kita perlu
menentukan beban-beban yang bekerja pada struktur yang ditinjau. Beban-beban ini akan
digunakan sebagai input untuk program bantu yang digunakan. Analisa pembebanan
antara lain sebagai berikut:

3.2.1 Beban Gravitasi


Beban gravitasi dalam perencanaan struktur gedung ini mengacu pada SNI 1727-
2020, yaitu Beban Desain Minimum dan Kriteria Terkait untuk Bangunan Gedung dan
Struktur Lain, dan brosur material yang ada pada saat ini. Adapun beban gravitasi yang
terjadi akan diterapkan pada perhitungan dan program bantu SAP 2000 adalah sebagai
berikut:
1. Beban Mati Sendiri (Dead Load)
Beban mati (dead load) adalah berat seluruh elemen-elemen struktur bangunan
gedung yang terdiri atas pelat, balok, dan kolom. Besarnya beban-beban mati ini
secara otomatis telah diperhitungkan dalam permodelan struktur menggunakan
software SAP 2000 dengan menggunakan berat jenis material sebagai berikut:
• Berat Jenis Material Beton = 24 kN/m3
• Berat Jenis Tulangan = 78,5 kN/m2
2. Berat Mati Tambahan (Super Dead Load)

Beban mati tambahan (super dead load) adalah berat komponen non struktural
pada bangunan gedung. Adapun beban mati tambahan berdasarkan SNI 1727-2020
Tabel C3.1-1 yang digunakan dalam desain adalah sebagai berikut:
• Ceramic on 13 mm mortar bed (Keramik) = 0,77 kN/m2
• Mechanical duct allowance (MEP) = 0,19 kN/m2
• Acoustical fiberboard (Plafond) = 0,05 kN/m2
• Suspended steel channel system (Penggantung Plafond) = 0,1 kN/m2
• Concrete fill finish (Plester) = 0,023 kN/m2
• Waterproof (Pelapis) = 0,05 kN/m2
• Dinding Bata Ringan (Brosur Citicon) = 6 kN/m3
• Spesi per-cm tebal = 2 cm = 0,0048 kN/m2
• Dinding Bata Ringan per lantai = 2,9700 kN/m

3.2.2 Beban Hidup (Live Load)


Beban hidup (live load) adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan
penghuni bangunan gedung yang berasal dari struktur lain atau orang atau benda yang
bergerak. Berdasarkan SNI 1727-2020 Tabel 4.3.1, beban hidup untuk desain bangunan
gedung ini yaitu:
1. Beban Hidup Atap (Lr)
Beban hidup atap adalah beban hidup yang diakibatkan pelaksanaan pemeliharaan
oleh pekerja, peralatan, material dan selama layan struktur yang diakibatkan oleh
benda yang bergerak, adapun beban atap Sesuai SNI 1727-2020:
• Beban atap datar = 0,96 kN/m2
2. Beban Hidup Lantai
Sesuai fungsional dari bangunan yang ditinjau, bangunan eksisting tersebut
digunakan sebagai perkantoran. Untuk beban hidup lantai mengacu pada SNI 1727-
2020 Tabel 4.3.1 sebagai berikut:
• Beban ruang kantor = 2,4 kN/m2

3.2.3 Beban Air Hujan


Setiap bangunan dari atap harus dirancang untuk mampu menahan beban dari air
hujan. Berdasarkan SNI 1727-2020 Pasal 8.3 beban hujan desain dihitung dengan rumus:
R = 0,0098 × (ds + dh)
dimana:
R = Beban air hujan pada atap yang tidak melendut.Apabila istilah "atap yang tidak
melendut" digunakan, lendutan dari beban (termasuk beban mati) tidak perlu
diperhitungkan ketika menentukan jumlah air hujan pada atap. (kN/m2)

ds = Tinggi statis, kedalaman air pada atap yang tidak melendut meningkat ke
sistem sekunder apabila sistem drainase primer tertutup. (mm)

dh = Kepala hidraulik, tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut di
atas lubang masuk sistem drainase sekunder pada aliran desainnya. (mm)

direncanakan
ds = 10 mm
dh = 20 mm

R = 0,0098 × (ds + dh)


= 0,0098 × ( 10 + 20 )
= 0,294 kN/m²
3.2.4 Beban Gempa (E)

Perhitungan beban gempa ditentukan berdasarkan peraturan SNI 1726-2019 “Tata


Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non-
Gedung”. Pembebanan gempa pada perencanaan bangunan ini menggunakan analisis
respons spektrum (Response Spectrum Analysis). Berikut ini adalah parameter-parameter
yang digunakan untuk pembebanan gempa pada bangunan perkantoran yang terletak di
Surabaya:
3.2.4.1 Menentukan Kategori Risiko Bangunan Gedung
Berdasarkan SNI 1726-2019 Tabel 3, bangunan yang didesain untuk Apartemen
masuk ke dalam kategori risiko II.
3.2.4.2 Menentukan Faktor Keutamaan Gempa
Berdasarkan SNI 1726-2019 Tabel 4, dan kategori risiko yang didapat maka dapat
ditentukan faktor keutamaan gempa yakni Ie = 1,0.

3.2.4.3 Menentukan Kelas Situs


Berdasarkan hasil tes SPT (Standard Peneteration Test) yang dilakukan
dilapangan, diperoleh data berikut ini:

Lapisan Tebal Kedalaman


Nilai N-
Komulatif Deskripsi Tanah di/Ni
ke-i Lapisan (m) SPT

Lempung Berlanau Coklat


1 2,5 2,5 8 0,31
(Medium)
2 2,5 5 Lanau Berlempung Coklat 19 0,13
3 2,5 7,5 (Stiff s/d Very Stiff) 25 0,10
Lempung Berlanau Coklat
4 2,5 10 25 0,10
(Very Stiff)
5 2,5 12,5 Lempung Berlanau Abu- 23 0,11
6 2,5 15 Abu (Very Stiff) 26 0,10
7 2,5 17,5 Lempung Berlanau Hitam 19 0,13
Coklat Tua (Stiff s/d Very
8 2,5 20 Stiff) 20 0,13
9 2,5 22,5 30 0,08
10 2,5 25 27 0,09
11 2,5 27,5 39 0,06
Lempung Berlanau Abu-
12 2,5 30 60 0,04
Abu (Hard)
13 2,5 32,5 46 0,05
14 2,5 35 52 0,05
Jumlah 35 1,49

Σdi
N =
Σdi/Ni
35
=
1,49
= 23,50

Berdasarkan SNI 1726-2019 Tabel 5, untuk 𝑁̅ 15 sampai 50 maka termasuk situs SD


(tanah sedang).

3.2.4.3 Menentukan Parameter Gerak Tanah (SS dan S1)


Nilai SS dan S1 dapat diperoleh berdasarkan SNI 1726-2019 Gambar 15 dan
Gambar 16 . Dalam analisia beban gempa struktur bangunan ini nilai SS dan S1 diperoleh
dengan bantuan program aplikasi Spektum Respons Desain Indonesia 2019 (RSI 2019).

SS = 0,704649 g

S1 = 0,304513 g
3.2.4.4 Menentukan Nilai Koefisien Fa dan Fv
Nilai Fa dan Fv dapat diperoleh berdasarkan SNI 1726-2019 Tabel 6 dan Tabel 7
berikut ini:

Fa = 1,2362800

Fv = 1,9954870

3.2.4.5 Menentukan Parameter Respon Spektral Percepatan Gempa SMS dan SM1 dan
Parameter Spektral Desain SDS dan SD1
Berdasakan SNI 1726-2019 Persamaan 7 dan Persamaan 8, nilai SMS dan SM1 dapat
diperoleh sebagai berikut:

SMS = Fa × SS = 1,236280 × 0,704649 = 0,871


SM1 = Fv × S1 = 1,995487 × 0,304513 = 0,608

Berdasarkan SNI 03-1726-2012 Pers. 7 dan Pers. 8 didapatkan bahwa:


SDS = 2/3 × SMS = 2/3 × 0,871 = 0,581
SD1 = 2/3 × SM1 = 2/3 × 0,608 = 0,405

3.2.4.6 Menentukan Kategori Desain Seismik


Berdasarkan SNI 1726-2019 untuk 0,2 ≤ SD1, dan untuk kategori resiko II didapatkan
kategori desain seismik D. Tabel Kategori Desain seismik berdasarkan parameter
respons percepatan pada periode pendek
3.2.4.7 Menentukan Periode Panjang TL
Berdasakan SNI 1726-2019 Gambar 20, nilai periode panjang TL adalah sebagai berikut:

TL = 20 detik

3.2.4.8 Analisa Respons Spektrum


Berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 6.4 didapatkan bahwa:
𝑆𝐷1 0,405
𝑇0 = 0,2 × = 0,2 × = 𝟎, 𝟏𝟒𝟎 𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌
𝑆𝐷𝑆 0,581

𝑆𝐷1 0,405
𝑇𝑆 = = = 𝟎, 𝟔𝟗𝟖 𝒅𝒆𝒕𝒊𝒌
𝑆𝐷𝑆 0,581

Ketentuan untuk perhitungan respons spektrum:


− Untuk T ≤ T0,
𝑇
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆 × (0,4 + 0,6 × )
𝑇0
− Untuk T0 < T ≤ TS,
𝑆𝑎 = 𝑆𝐷𝑆
− Untuk TS < T,
𝑆𝐷1

𝑆𝑎 =
𝑇
Grafik Spektrum Respons Desain Surabaya

Sumber : RSA 2019

3.2.4.9 Kategori Sistem Penahan Gempa


Berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 12 didapatkan bahwa:

• Koefisien modifikasi respon (R) = 7


• Faktor kuat – lebih sistem (Ω0) = 2,5
• Faktor pembesaran defleksi (Cd) = 5,5
3.2.5 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban untuk metode ultimit struktur, komponen struktur dan elemen
fondasi harus dirancang sedemikian rupa hingga rencananya sama atau melebihi
pengaruh beban terfaktor. Berdasarakan SNI 1726 - 2019 Pasal 4.2.2.1, kombinasi
pembebanan terfaktor yaitu sebagai berikut:
1. 1,4 D
2. 1D+1L
3. 1,2 D + 1,6 L
4. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 Lr
5. 1,2 D + 1,6 L + 0,5 R
6. 1,2 D + 1,6 Lr + 0,5 L
7. 1,2 D + 1,6 R + 0,5 W
8. 1,2 D + 1 W + L + 0,5 Lr
9. 1,2 D + 1 W + L + 0,5 R
10. 0,9 D + 1 W
11. 1,2 D + 1 L + 1 EQX + 0,3 EQY
12. 1,2 D + 1 L + 0,3 EQX + 1 EQY
13. 0,9 D + 1 L + 1 EQX + 0,3 EQY
14. 0,9 D + 1 L + 0,3 EQX + 1 EQY
BAB IV
PERMODELAN STRUKTUR

4.1 Penjelasan Umum


Urutan dan tahapan permodelan struktur dimasukkan sesuai dengan gambar
rencana dan parameter-parameter material dan pembebanan dimasukkan sesuai dengan
spesidikasi dari material yang digunakan. Setelah pemodelan dan analisa struktur maka
tahapan berikutnya adalah analisa pembahasan dari elemen struktur pemodelan tersebut.

4.2 Permodelan Struktur


4.2.1 Data Masukan Material
Data masukkan material dalam permodelan SAP 2000 merupakan data material
elemen struktur beton bertulang dan baja tulangan. Pendefisian material dapat dilihat
seperti dibawah ini.

4.2.2 Besaran Massa


Besaran massa elemen struktru (mass source) merupakan massa struktur pada
SAP 2000 yang digunakan pada perhitungan massa untuk Analisa modal menggunakan
pilihan ketiga dimana berat sendiri akan dihitung oleh struktur sedangkan beban-beban
tambahan ditambahkan dengan pembesaran yang sesuai dengan jenis bebannya. Massa-
massa beban yang dimasukkan adalah:
• Dead = Multiplier 1
• Super Dead = Multiplier 1
• Live = Multiplier 0,5
• Live Roof = Multiplier 0,5
4.3 Permodelan Struktur
Permodelan bangunan dirancang sebagai dual system (frame-wall). Model
unformed shape dengan 3D view struktur bangunan ini dapat dilihat seperti di bawah ini
yang merupakan capture picture dari SAP 2000.
4.3.1 Faktor Skala Gaya Beban Gempa dengan Respons Spektrum SAP 2000
Faktor skala gaya dapat dihitung dengan rumus berikut ini:
I x g
Faktor Skala =
R

Keterangan:
g = percepatan gravitasi (m/s²) = 9,8 m/s²
I = Faktor keutamaan bangunan = 1
R = Faktor koefisien modifikasi = 7

I x g
Faktor Skala =
R
1 x 9,8
=
7
= 1,40
BAB V
ANALISA DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa Struktur (Kontrol Dinamis)


5.1.1 Kontrol Gaya Geser Dasar Seismik (V)
Gaya geser akibat gempa (base shear) ditentukan untuk mengontrol response
spectrum agar sesuai dengan persyaratan SNI 1726-2019 Pasal 7.8.1 , yang ditentukan
dengan persamaan sebagai berikut :

𝑉 = 𝐶𝑠 × 𝑊𝑡

Dimana :

- Cs = koefisien respons seismic


- Wt = berat seismik efektif

Untuk kontrol gaya gempa dasar seismik ditentukan koefisien respon seismik (Cs)
berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 7.8.1.1 berikut ini:
Penentuan koefisien Cs adalah sebagai berikut :

- Nilai Cs, diambil dari persamaan (31)


SDS = 0,581
R = 7
Ie = 1

0,581
Cs = = 1 = 0,083

- Berat Seismik Efektif Struktur Bangunan


OutputCase CaseType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ
Text Text KN KN KN
DEAD LinStatic 9,467E-11 3,063E-10 65930,82
LIVE LinStatic 3,895E-11 1,162E-10 15120
SIDL LinStatic 1,767E-11 5,31E-11 9390,78
LIVE ROOF LinStatic 3,185E-12 9,027E-12 864
- Base Shear Akibat Gempa Seismik Struktur Bangunan
OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY
Text Text Text KN KN
EQX LinRespSpec Max 5497,408 0,001253
EQY LinRespSpec Max 0,001058 5497,408

o Berat seismik efektif, Wt


Wt = DL + SIDL + (LL × 0,5) + (Lr × 0,5) + (R × 0,5)
= 83455,895 kN
o Vdinamis X = 6653,743 kN
o Vdinamis Y = 6653,743 kN
o Vstatik = Cs × Wt
= 0,083 (83455,895)
= 6923,176 kN
o Faktor pembesaran
𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠 𝑋
Arah X = = 1,259
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘
𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠 𝑌
Arah Y = = 1,259
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘

- Base Shear Akibat Gempa Seismik Struktur Bangunan Setelah Dikalikan Faktor
Pembesaran

OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY Vstatik Cek


Text Text Text KN KN KN Vdinamis ≥ Vstatik
EQX LinRespSpec Max 6923,2 0,001577 6923,176 OKE
EQY LinRespSpec Max 0,001333 6923,175 6923,176 NOT OKE

Karena pada arah Y, Vdinamis < Vstatik maka perlu dihitung Kembali untuk faktor
pembesaran arah Y sebagai berikut:
𝑉𝑑𝑖𝑛𝑎𝑚𝑖𝑠 𝑌
Arah Y = = 1,000000119273750
𝑉𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑘

- Base Shear Akibat Gempa Seismik Struktur Bangunan Setelah Dikalikan Faktor
Pembesaran Kedua

OutputCase CaseType StepType GlobalFX GlobalFY Vstatik Cek


Text Text Text KN KN KN Vdinamis ≥ Vstatik
EQX LinRespSpec Max 6923,2 0,001577 6923,176 OKE
EQY LinRespSpec Max 0,001332 6923,2 6923,176 OKE
5.1.2 Kontrol Periode Getar Fundamental
Nilai T (Waktu getar alami struktur) dibatasi oleh waktu getar alami fundamental untuk
mencegah penggunaan struktur yang terlalu fleksibel dengan perumusan :

𝑇𝑎 = 𝐶𝑡 × ℎ𝑛𝑥

Dengan batas periode fundamental struktur sebesar,

𝑇𝑎𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝐶𝑢 × 𝑇𝑎

Berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 7.8.2 nilai koefisien Cu ditentukan seperti dibawah
ini:

Cu = 1,4

Berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 7.8.2.1 nilai koefisien Ct dan x ditentukan seperti
dibawah ini:

Ct = 0,0488 x = 0,75

Ta =
= 0,657 detik
𝑇𝑎𝑎𝑡𝑎𝑠 = 𝐶𝑢 × 𝑇𝑎 = 1,4 × 0,65 = 0,9192 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘

Periode Getar Alami (Fundamental) Struktur Bangunan


OutputCase StepType StepNum Period
Text Text Unitless Sec
MODAL Mode 1 1,22763
MODAL Mode 2 1,22763
MODAL Mode 3 0,883901
MODAL Mode 4 0,320371
MODAL Mode 5 0,320371
MODAL Mode 6 0,215954
MODAL Mode 7 0,187521
MODAL Mode 8 0,182974
MODAL Mode 9 0,182974
MODAL Mode 10 0,178598
MODAL Mode 11 0,178254
MODAL Mode 12 0,178254

T struktur = 1,22763 detik


Cek : Ta < T struktur < Cu.Ta  0,657 < 1,22763 > 0,9192 detik
Sehingga T pakai = 0,9192 detik

5.1.3 Simpangan Antar Lantai


Berdasarkan SNI 1726-2019 Pasal 7.12.1, simpangan antar tingkat izin harus
berdasarkan berikut ini:

Sehingga, simpangan antar tingkat harus memenuhi syarat berikut ini

𝑆𝑦𝑎𝑟𝑎𝑡 ∶ ∆𝑥,𝑦≤ ∆𝑖𝑗𝑖𝑛= 0,020 ℎ𝑠𝑥


Simpangan Antar Lantai Struktur Bangunan Arah X

Tinggi antar
EX Δix lantai (hsx) Δa
STORY Cek
mm mm mm mm
8 32,162495 22,5434825 4000 80 OKE
7 28,06368 25,8132875 4000 80 OKE
6 23,370355 26,8764155 4000 80 OKE
5 18,483734 26,4932085 4000 80 OKE
4 13,666787 24,9721835 4000 80 OKE
3 9,12639 22,234971 4000 80 OKE
2 5,083668 18,0331745 4000 80 OKE
1 1,804909 9,9269995 4000 80 OKE
BASE 0 0 4000 80 OKE

Simpangan Antar Lantai Struktur Bangunan Arah Y

Tinggi antar
EY Δiy Δa
STORY lantai (hsx) Cek
mm mm mm mm
8 32,162495 22,5434825 4000 80 OKE
7 28,06368 25,8132875 4000 80 OKE
6 23,370355 26,8764155 4000 80 OKE
5 18,483734 26,4932085 4000 80 OKE
4 13,666787 24,972189 4000 80 OKE
3 9,126389 22,234971 4000 80 OKE
2 5,083667 18,033169 4000 80 OKE
1 1,804909 9,9269995 4000 80 OKE
BASE 0 0 4000 80 OKE
Simpangan Antar Lantai Arah X
8

5
Lantai

Simpangan Antar Lantai Dual


4 System
Simpangan Ijin
3

1
0 20 40 60 80 100
Simpangan (mm)

Simpangan Antar Lantai Arah Y


8

5
Lantai

Simpangan Antar Lantai Dual


4 System
Simpangan Ijin
3

1
0 20 40 60 80 100
Simpangan (mm)
BAB VI
PERHITUNGAN TULANGAN DINDING GESER

6.1 Tulangan Lentur


Perhitungan tulangan lentur dinding geser dilakukan dengan meninjau salah
satu dinding gerser kemudian diperhitungkan dengan program bantu spColumn dengan
memasukkan data output gaya dalam dari SAP 2000.

Output gaya dalam dinding geser dengan section cut yang dilakukan dari Analisa
SAP 2000 adalah sebagai berikut:

SectionCut OutputCase CaseType StepType F1 F2 F3 M1 M2 M3


Text Text Text Text KN KN KN KN-m KN-m KN-m
SCUT1 ENVELOPE Combination Max 2661,777 54,576 6025,991 172,8541 36900,6933 9,8956
SCUT1 ENVELOPE Combination Min -2619,759 -130,728 3386,821 -218,3945 -39727,2173 -51,9112
SCUT2 ENVELOPE Combination Max 2619,287 130,348 -3327,943 218,3945 39726,921 51,8926
SCUT2 ENVELOPE Combination Min -2661,305 -54,197 -5947,467 -172,8541 -36900,397 -9,877

Kemudian dari data tersebut diinputkan pada program spColumn sebagai


berikut:
Hasil nalisa dari program spColumn didapatkan diagram sebagai berikut ini:

Dari hasil output program bantu spColumn didapatkan bahwa gaya yang bekerja
pada dinding geser masih di dalam kemampuan nominal elemen struktur. Rasio tulangan
yang didapatkan yaitu sebesar 4,193% dimana masih memenuhi dan masih termasuk dalam
batas aman yang disyaratkan yaitu antara 2% - 6%. Sehingga tulangan 64 D 32 aman
digunakan.

6.2 Tulangan Geser


DATA- DATA PERENCANAAN
• b shearwall = 200 mm
• h shearwall = 4000 mm
• Tinggi bangunan (hwt) = 32 m
• Panjang bentang (lw) = 6 m
• D lentur = 25 mm
• Ø geser = 16 mm
• Jumlah Tul. Geser (n) = 2
• Luas tulangan (Av) = 402,1239 mm²
• Mutu beton (fc') = 25 MPa
• Mutu tul. Lentur (fyl) = 400 MPa
• Mutu tul. Geser (fyv) = 400 MPa
1. Periksa Apakah Perlu Dipasang Tulangan dalam Dua Lapis
Output SAP Section Cut Shear Wall
F1 = 2661,78 kN
F2 = 130,728 kN
Vu = 2661,78 kN
Acv = b x h
= 250 x 5000
= 1250000 mm²
Vu ada = 0,17 x Acv x √fc'
= 0,17 x 1250000 x √25
= 1062,50 kN
Cek
Vu < Vu ada
2661,777 kN < 1062,50 kN (Memerlukan Tulangan 2 Lapis)

Vu maks = 0,083 x Acv x √fc'


= 0,083 x 1250000 x √25
= 5208,33 kN

2. Cek Kebutuhan Tulangan Lentur dan Geser


Berdasarkan SNI 2847 2019 Tabel 11.6.1 , untuk D ≤ 16 mm dan fy < 420
Mpa dapat diperoleh nilai rasio tulangan yaitu.

- ρ min = 0,0025
Berdasarkan SNI 2847 2019 , spasi tulangan untuk dinding yang dicor ditempat
tidak boleh melebihi 3h dan 450 mm
- s maks = 450 mm
- Luas tulangan dinding geser / meter panjang
Asw = b x 1
= 0,25 x 1
= 0,25 m²
Aswt = Asw x ρ
= 0,25 x 0,0025
= 0,000625 m²
= 625 mm² /m
- Luas Tulangan
Jika digunakan 2 lapis tulangan D16, maka :
As = 2 x 1/4 x π x D²
= 2 x 1/4 x π x 256
= 402,124 mm²
- Jarak antar tulangan
402,124 mm²
S =
625 mm² /m
= 0,643 m
= 643,4 m > 450 mm OKE
Maka, dicoba digunakan spasi tulangan yaitu S 300 mm dalam dua lapis untuk arah
horizontal dan vertikal

3. Tulangan untuk Menahan Geser


Dari perhitungan di atas digunakan tulangan 2 lapis dengan tulangan D16 - 300 mm.
- Kuat geser dinding geser
hwt
> 2
lw
32
> 2
6
5,3 > 2
Maka, digunakan αc = 0,17
As
- ρt =
sxb
402,124
=
75000
= 0,00536
- Vn = Acv x αc x √fc' + ρt x fy
= 1250000 x 0,17 x √25 + 0,00536 x 400
= 3743,3257 kN
- ØVn = 0,75 x 3743,326
= 2807,4943 kN

Cek
Vu < ØVn
2661,777 kN < 2807,49 kN OKE

Sehingga, dinding geser mampu menahan gaya geser yang ada


BAB VII
PERHITUNGAN TULANGAN KOLOM

7.1 Data-Data Perencanaan Tulangan Kolom


• Fungsi Bangunan = Apartemen
• Tinggi Bangunan = 32 m
• Lebar Bangunan = 30 m
• Panjang Bangunan = 30 m
• Modulus Elastisitas Beton (Ec) = 25700,0 MPa
• Modulus Elastisitas Baja (Es) = 200000 MPa
• Mutu beton (f'c) = 30 MPa
• Mutu baja lentur (fy) = 400 MPa
• Mutu baja geser (fyt) = 240 MPa
• β1 = 0,85 (SNI 2847:2019 Tabel 22.2.2.4.3)
• Faktor reduksi lentur, φ = 0,90
• Faktor reduksi geser dan torsi, φ = 0,75
• Diameter Tulangan lentur = D 32
• Diameter Tulangan geser = D 16

○ Dimensi Kolom
Ditinjau frame 513
• Lebar kolom (bw) = 800 mm
• Tinggi kolom (hw) = 800 mm
• Tebal selimut beton (ts) = 40 mm
• Tinggi lantai 1 = 4 m
• Tinggi bersih kolom (ln) = 3300 mm
• Tinggi efektif kolom (d) = h - ts - Ø tulangan geser - 1/2D tulangan lentur
= 800 - 40 - 13 - 16
= 731 mm

○ Tabel Output SAP 2000 Kolom Frame 513

Kombinasi Aksial P (kN) M2 (kNm) M3 (kNm)


0,9 D + 1 L + 1 EQX + 0,3 EQY 4123,102 32,164 173,9004 P maks
1,2 D + 1 L + 1 EQX + 0,3 EQY -8733,801 -92,148 -458,7096 P min
0,9 D + 1 L + 0,3 EQX + 1 EQY 56,198 156,6903 125,4145 M2 maks
1,2 D + 1 L + 0,3 EQX + 1 EQY -4673,676 -217,8582 -148,6506 M2 min
0,9 D + 1 L + 1 EQX + 0,3 EQY 4116,323 30,9801 435,4735 M3 maks
1,2 D + 1 L + 1 EQX + 0,3 EQY -8733,801 -92,148 -458,7096 M3 min
○ Tabel Output SAP 2000 Kolom (Strong Column Weak Beam)

Kombinasi Aksial P (kN) M2 (kNm) M3 (kNm)


1,2D+1,6L -2757,107 -39,0299 -13,4622 Kolom Bawah
1,2D+1,6L -1447,007 -93,7125 16,8437 Kolom Atas

7.2 Cek Syarat Komponen Penahan Gempa


1. Gaya aksial tekan terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom harus melebihi 0,1.Ag.fc'
Pu > 0,1.Ag.fc'
4123102 > 1600000 N (OKE)

2. Dimensi penampang terkecil kolom tidak kurang dari 300 mm


(SNI 2847:2019 Pasal 18.7.2)
800 mm > 300 mm (OKE)

3. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0,4


(SNI 2847:2019 Pasal 18.7.2)
rasio b/h > 0,4
1 > 0,4 (OKE)

7.3 Estimasi Awal Konfigurasi Tulangan


Dari hasil gaya dalam, dimensi kolom yang digunakan adalah 800 / 800 mm
maka estimasi awal digunakan tulangan 16 D 32

Data tulangan kolom:


• Diameter = 32 mm
• Luas tulangan = 804,25 mm²
• Jumlah = 16 buah
• As tulangan = 12867,96 mm²

Rasio tulangan ρ dibatasi tidak boleh kurang dari 0,01 dan tidak boleh lebih dari 0,06

As tulangan
ρ =
bxh
12867,964
=
800 x 800
= 00,02 <0
0,01 ,0 <1
ρ < 0,06
0,020 < 0,06 (OKE)
Kuat Kolom Rencana
Dari semua data diatas maka dilakukan perhitungan kuat kolom rencana menggunakan program
spColumn dengan cara memasukkan gaya dalam dari output SAP2000 dan didapatkan hasil
seperti berikut:

Diagram PCACOL Kolom Frame 513 Arah X

Diagram PCACOL Kolom Frame 513 Arah Y

Dari diagram yang dihasilkan diatas, didapatkan bahwa tulangan 16 D 32


aman untuk digunakan
7.4 Cek Syarat “Strong Column Weak Beam”

Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.7.3.2 kekuatan lentur kolom harus memenuhi nilai
ΣMnc ≥ 1,2 ΣMnb
dimana:
ΣMnc = Jumlah Mn (kekuatan lentur nominal) dua kolom yang bertemu di join
ΣMnb = Jumlah Mn (kekuatan lentur nominal) dua balok yang bertemu di join

Penulangan balok induk pada daerah tumpuan:


Tulangan Lentur Atas
= 4 D 19
(Tarik)

Tulangan Lentur Bawah (Tekan) = 2 D 19

Tinggi efektif balok


d = h - ts - Ø tulangan geser - 1/2D tulangan lentur
= 700 - 40 - 13 - 9,5
= 638 mm

Tulangan Lentur Atas


(Tarik)
As tarik = (1/4 × π × d²) × n
= 1134,115 mm²

Tinggi blok tekan


a = As x fy/ ( 0,85 x fc' x b )
= 43 mm

Momen Kapasitas
Mb⁺ = As x fy x ( d - a / 2 )
= 279514856 Nmm
= 279,515 kNm
Tulangan Lentur Bawah (Tekan)
As tekan = (1/4 × π × d²) × n
= 567,057 mm²

Tinggi blok tekan


a = As x fy/ ( 0,85 x fc' x b )
= 21 mm

Momen Kapasitas
Mb⁻ = As x fy x ( d - a / 2 )
= 60979282 Nmm
= 60,979 kNm

Sehingga:
ΣMnb = Mb⁺ + Mb⁻
= 279,515 + 60,979
= 340,494 kNm

1,2 ΣMnb = 408,593 kNm

Nilai ΣMnc diperoleh dari diagram interaksi kolom (PCACOL), yaitu yang dihasilkan dari
kombinasi beban aksial kolom atas dan kolom bawah
Diagram PCACOL Kolom Atas dan Bawah Arah X
Output PCACOL Kolom Atas dan Bawah Arah X

Dari PCACOL diperoleh:


Mc
ΣMnc = Mc atas +
bawah
= 2057,210 + 1905,180
= 3962,390 kNm

ΣMnc ≥ 1,2 ΣMnb


3962,390 ≥ 408,593 (OKE)

Diagram PCACOL Kolom Atas dan Bawah Arah Y

Output PCACOL Kolom Atas dan Bawah Arah Y


Dari PCACOL diperoleh:
Mc
ΣMnc = Mc atas +
bawah
= 2057,210 + 1905,180
= 3962,390 kNm

ΣMnc ≥ 1,2 ΣMnb


3962,390 ≥ 408,593 (OKE)

Sehingga, syarat strong column weak beam (TERPENUHI)

7.5 Desain Tulangan Confinement


a. Tulangan Confinement Arah X
- Berdasarkan SNI 2847-2019 Tabel 18.7.5.4, luas penampang untuk sengkang
pengekang persegi (hoop) tidak boleh kurang dari nilai yang terbesar antara:
Ash = 0, Ash =

dimana:
bc = lebar penampang inti beton (yang terkekang hoop)
= bw - (2 x selimut beton - (2 x tul. sengkang) - D lentur
= 800 - ( 2 x 40 ) - ( 2 x 13 ) - 32
= 662 mm

Ach = luas penampang inti beton (yang terkekang hoops)


= (bw - 2 x (selimut beton)) x (hw - 2 x (selimut beton))
= 720 x 720
= 518400 mm²

Ag = luas penampang kolom


= bw x hw
= 800 x 800
= 640000 mm²

Sehingga didapatkan nilai Ash/s yaitu:


Ash Ash
= 0, =
s s
= 2,91 mm² / mm = 3,72 mm² / mm

Jadi diambil nilai yang terbesar yaitu 3,72 mm² / mm


- Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.7.5.3, syarat spasi tulangan transversal
maksimum diambil dari nilai terkecil berikut ini:
1. 1/4 dimensi terkecil penampang kolom = 200 mm
2. 6 x diameter tulangan longitudinal = 192 mm
3. so yang dihitung dengan persamaan:
; hx = 1/3 hc ; hc = bc
so =
hx = 221 mm
= 143 mm
Nilai so tidak boleh melebihi 150 mm dan tidak perlu kurang dari 100 mm
100 mm < so < 150 mm
100 mm < 143 mm < 150 mm
Maka spasi maksimum tulangan transversal yang dapat diambil adalah 143,1 mm
Dicoba menggunakan spasi 120 mm
Luas penampang untuk sengkang pengekang persegi (hoop) yang
- dibutuhkan
Ash
= 3,72 mm² / mm
s
Ash = 446,850 mm²
Luas tulangan yang digunakan
-
Ø
sengkang = 13 mm
As tul. = (1/4 × π × d²)
= 132,732 mm²
Jumlah kaki yang digunakan
-
n kaki = 3,367 buah
= 4 buah
Cek Syarat Luas Penampang
-
As pakai = (1/4 × π × d²) × n
= 530,929 mm²
As perlu < As pakai
446,85 mm² < 530,929 mm² (OKE)

Menentukan daerah pemasangan tulangan sengkang persegi (hoop). Tulangan hoop


-
diperlukan sepanjang lo dari ujung-ujung kolom dengan lo merupakan nilai terbesar
berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.7.5.1 yaitu:
1. Tinggi kolom pada muka joint = 800 mm
2. 1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 x 3300 = 550 mm
3. 450 mm
Sehingga diambil lo sebesar 800 mm

Maka untuk daerah sepanjang lo dari muka kolom, digunakan tulangan


hoop
4 kaki Ø 13 - 120 mm
Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.7.5.5, untuk daerah sepanjang sisa tinggi
-
kolom bersih (tinggi kolom dikurangi lo di masing-masing ujung kolom) diberi hoop
dengan spasi minimum yaitu:
1. 6 x diameter tulangan longitudinal = 192 mm
2. 150 mm
Maka dipakai yang terkecil yaitu 150 mm
Untuk mempermudah pemasangan dipasang 150 mm
Maka untuk daerah diluar lo dari, digunakan tulangan hoop
4 kaki Ø 13 - 150 mm

7.6 Desain Tulangan Geser


Untuk Bentang Sepanjang lo
Perhitungan gaya geser, perlu menghitung dari Mpr kolom dengan menggunakan
spColumn yang ditinjau dari kolom atas dan kolom bawah.
Perhitungan Mpr arah X pada spColumn

Mprc atas = 2175,43 kNm


Mprc bawah = 2166,88 kNm

Maka gaya geser yang berhubungan dengan sendi plastis di kedua ujung kolom (Ve) dihitung:
𝑟 𝑎𝑡𝑎 + 𝑟 𝑎 𝑎ℎ
Ve 1 =
2175,43 + 2166,88
=
3,3
= 1315,85 kN
Nilai Ve 1 yang dihitung diatas tidak perlu melebihi dari Ve 2 yang dihitung berdasarkan
persamaan:
𝑟 𝑎𝑡𝑎 × 𝑎𝑡𝑎 + 𝑟 𝑎 𝑎ℎ × 𝑎 𝑎ℎ
Ve 2 =

dimana:
Kuat lentur maksimum dari balok yang merangka pada hubungan balok
Mprb =
kolom, di ujung atas dan bawah dari kolom yang ditinjau
- Tulangan Lentur Atas (Tarik)
As = 1134,115 mm²

a = As x 1,25 x fy / ( 0,85 x fc' x b )


= 53 mm
Mprb = As x 1,25 x fy x ( d - a / 2 )
= 346367178 Nmm
= 346,3672 kNm

- Tulangan Lentur Bawah (Tekan)


As = 567,057 mm²

a = As x 1,25 x fy / ( 0,85 x fc' x b )


= 27 mm
Mprb = As x 1,25 x fy x ( d - a / 2 )

= 176966579 Nmm
= 176,967 kNm

DF = Faktor distribusi momen di bagian atas dan bawah kolom yang ditinjau
DF untuk sisi atas dan bawah dapat diambil sama sebesar
DF atas = DF bawah = 0,5
𝑟 𝑎𝑡𝑎 × 𝑎𝑡𝑎 + 𝑟 𝑎 𝑎ℎ × 𝑎 𝑎ℎ
Ve 2 =

523,33 x 0,5 + 523,33 x 0,5


=
3,3
= 158,59 kN
Nilai Ve 1 dan Ve 2 tidak boleh kurang dari gaya geser terfaktor hasil analisis SAP2000 yaitu:
Ve 3 = 655,584 kN
Sehingga dari nilai ketiga Ve diatas, diambil nilai Ve = 1315,852 kN
- Berdasarkan SNI 2847-2019 Pasal 18.7.6.2, nilai Vc dapat diambil = 0 apabila:
Gaya geser akibat gempa (Ve) setidaknya setengah dari kekuatan geser perlu
a. maksimum di sepanjang lo
Ve > 1/2 Vu
1315,852 kN > 327,792 kN (OKE)

Gaya tekan aksial terfaktor Pu termasuk pengaruh gempa kurang dari


b.
Ag.fc'/20
Pu < Ag.fc'/20
4123102 N > 800000 N (NOT OKE)

karena salah satu syarat diatas tidak terpenuhi maka diperbolehkan memperhitungkan nilai
kontribusi beton dalam menahan gaya geser. berdasarkan sni 2847-2019 pasal 22.5.6.1,
untuk komponen nonprategang dengan gaya aksial tekan, nilai vc dihitung berdasarkan
persamaan:
Vc =
dimana:
Nu = nilai terkecil dari gaya aksial terfaktor pada kolom yang didesain
= 8733,801 kN
λ = 1 , untuk beton normal
Sehingga:
Vc =
= 981611 N
= 981,611 kN
- Cek apakah dibutuhkan tulangan geser:
Vu 655,58
= = 874,11 kN
Ø 0,75
Vc 981,61
= = 490,81 kN
2 2,00
Vu Vc
>
Ø 2
874,11 kN > 490,81 kN (PERLU TULANGAN GESER)

- Menghitung tulangan geser minimum


Karena sebelumnya telah dipasang tulangan confinement yaitu:
4 kaki Ø 13 - 120 mm
Sehingga nilai Av min:
1 x bw x s
Av min =
3 x fy
1 x 800 x 120
=
3 x 400
= 80 mm²
Sementara itu, Ash untuk 4 kaki Ø 13 = 530,929 mm²

Av min < Ash pasang


80,00 mm² < 530,929 mm²

(oke persyaratan geser terpenuhi)


Maka akan tetap dipasang tulangan confinement sebesar
4 kaki Ø 13 - 120 mm
Untuk Bentang Di Luar lo
Untuk daerah di luar lo, maka nilai Vc ditentukan berdasarkan persamaan di bawah ini:
Vc =
= 981611 N
= 981,611 kN
Karena Vc sudah melebihi Vu = 655,584 kN di luar panjang lo, maka pada daerah

di luar lo dapat dipasang tulangan sengkang dengan jarak d/2 = 365,500 mm


Namun persyaratan jarak tulangan transversal di luar daerah lo menurut SNI 2847-2019 Pasal
18.7.5.5 menyatakan bahwa jarak antar tulangan tidak melebihi dari 150, sehingga tetap harus
dipasang tulangan sengkang dengan jarak maksimal 150 mm.
Maka akan tetap dipasang tulangan hoop di luar lo sebesar
4 kaki Ø 13 - 150 mm
BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis perencanaan struktur gedung
tinggi yang telah dilakukan pada pengerjaan tugas rekayasa bangunan gedung tinggi
adalah:

1. Berdasarkan perhitungan kontrol gaya geser dasar seismik yang telah dilakukan
didapatkan faktor pembesaran skala gaya yaitu untuk gempa arah X sebesar 1,259
dan untuk gempa arah Y terdapat dua kali faktor pembesaran skala gaya dimana
yang pertama sebesar 1,259 dan yang kedua sebesar 1,000000119273750.
2. Berdasarkan kontrol periode getar fundamental didapatkan T pakai = 0,9192 detik.
3. Berdasarkan perhitungan kontrol simpangan antar lantai didapatkan bahwa
simpangan antar lantai baik arah X maupun arah Y masih aman dan belum
melampui batas simpangan ijin, Δa = 80 mm.
4. Berdasarkan perhitungan tulangan dinding geser didapatkan bahwa tulangan lentur
untuk dinding geser yaitu 64 D 32 dengan tebal selimut 25 mm. Sedangkan untuk
tulangan geser digunakan tulangan 2 lapis D 16 – 300 mm.
5. Berdasarkan perhitungan tulangan kolom didapatkan bahwa tulangan lentur untuk
kolom yaitu 16 D 32 dengan tebal selimut 40 mm. Sedangkan untuk tulangan geser
sepanjang lo digunakan tulangan 4 kaki Ø 16 – 120 mm. Untuk di luar bentang lo
dipasang tulangan 4 kaki Ø 16 – 150 mm.

Anda mungkin juga menyukai