Makalah Hukum Tata Negara

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH HUKUM TATA NEGARA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT


Untuk Memenuhi Tugas Individu Hukum Tata Negara

Dosen Pengampu :

Alda Januar Arifin, S.H

Disusun oleh :

RIO SHONNY PAMUNGKAS

NE 20255121

KONVERSI 2020

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI CIMAHI

2022
LATAR BELAKANG

Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
menjadi variabel bebas, yang menggerakkan konstruksi politik sangat kondusif bagi bangkitnya
demokratisasi politik tidak saja menyangkut relasi antara badan legislatif terhadap kelembagaan
suprastruktur politik lainnya, terutama antara pihak DPR terhadap eksekutif, tetapi juga hingga di tingkat
internal kelembagaan perwakilan itu sendiri, yaitu baik pada masing-masing alat kelengkapan dan fraksi,
serta masing-masing supporting system-nya.

Tetapi pada kenyataannya, dengan ketidakmampuan kelompok reformasi total jamak, seperti
halnya mahasiswa dan masyarakat sipil dalam berhadapan dengan kelompok regim maka proses politik
mengalami kompromi berhadapan dengan dominasi kalangan pro status quo dan pihak pendukung
perubahan gradual. Pada gilirannya kondisi ini, memunculkan tuduhan tentang perlindungan kepentingan
status quo dan bahkan anggapan rekayasa demokrasi prosedural perwakilan. Meskipun telah menjalankan
fungsi legislasi secara optimal, DPR tetap saja tidak sepi dari kesan atau penilaian yang kurang
memuaskan bagi berbagai kalangan. Sejumlah produk legislasi DPR dianggap kurang sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan masyarakat. Produk legislasi berupa undang-undang (UU) terkesan tidak
serius dirancang dan dibahas, sebaliknya lebih didasarkan pada kepentingan kelompok dan kompromi
politik. Bahkan, secara vulgar ada pihak yang menilai dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang
(RUU) di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) terjadi transaksi dan jual beli pasal. Tentu yang
melakukannya adalah mereka yang berkepentingan dengan pasal-pasal krusial dalam RUU yang dibahas.
Kesan atau penilaian lainnya, DPR periode 2009-2014 dianggap kurang menjalankan fungsi legislasi,
dengan tidak tercapainya target Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Prioritas Tahun 2012 sebanyak
70 RUU. Ruang lingkup pembaruan politik yang sangat terbatas bagi dukungan substansial pelaksanaan
fungsi-fungsi kelembagaan perwakilan politik, baik menyangkut MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dianggap
membuktikan titik lemah dari politik kompromi antarkepentingan dan tuntutan antarkalangan tersebut.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan
sebagai lembaga negara yang sejajar dengan lembaga negara lainnya. Kedudukan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) sangat kuat, ini ditegaskan dalam perubahan Undang-Undang Dasar 1945 tercantum dalam
Pasal 7C yang menyebutkan “Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan Dewan
Perwakilan Rakyat” Hal ini sesuai dengan prinsip presidensil sebagai sistem pemerintahan Indonesia yang
dipertahankan dan lebih disempurnakan dalam perubahan Undang-Undang Dasar 1945. Presiden dan
Dewan Perwakilan Rakyat dipilih langsung oleh rakyat, sehingga keduanya memiliki legitimasi yang
sama dan kuat serta masing-masing tidak bisa saling menjatuhkan. DPR merupakan perwakilan politik
(political representation) yang anggotanya dipilih melalui pemilu, DPR adalah organ pemerintahan yang
bersifat sekunder sedangkan rakyat bersifat primer, sehingga melalui DPR kedaulatan rakyat bisa tercapai
sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (2) UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
“Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.

Dewan Perwakilan Rakyat terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih
melalui pemilihan umum. Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dalam konstitusi adalah merupakan
hasil pemilihan umum yang memiliki tiga pilar fungsi.2 Secara eksplisit tercantum di dalam Pasal 20A
ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 Tentang
MPR,DPR,DPD dan DPRD yang selanjutnya disebut dengan UU MD3. Ketiga fungsi Dewan Perwakilan
Rakyat dalam UndangUndang adalah :

1. Fungsi Legislasi

2. Fungsi Anggaran

3. Fungsi Pengawasan

Fungsi legislasi adalah DPR mempunyai kekuasaan membentuk Undang–Undang, fungsi


anggaran adalah DPR membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan persetujuan
terhadap rancangan undangundang tentang APBN yang diajukan oleh presiden, dan sedangkan fungsi
pengawasan adalah DPR melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang dan APBN.
Wewenang yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MD3 semata-mata
untuk menjaga chek and balences antara lembaga eksekutif dan legislatif, oleh karena itu seorang anggota
DPR mempunyai kewajiban sebagai berikut:

(a). memegang teguh dan mengamalkan Pancasila;

(b). melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati
ketentuan peraturan perundangundangan;

(c). mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;

(d). mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; (e).
memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat;

(f). menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara;

(g). menaati tata tertib dan kode etik;

(h). menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain;

(i). menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala;
(j). menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan
(k).memberikanpertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah
pemilihannya.

Menurut Pasal 20A UUD 1945 dijelaskan bahwa DPR sebagai sebuah lembaga negara
memiliki fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan. DPR sebagai lembaga negara juga masih
dipersenjatai oleh 3 (tiga) hak yaitu hak interpelasi, angket, menyatakan pendapat. DPR sebagai
sebuah lembaga negara memiliki anggota yang mana setiap anggota memiliki hak yang diatur
oleh undang-undang. berdasarkan Pasal 80 Undang- Undang No.17 Tahun tentang MPR, DPR,
DPD, DPRD (MD3) mengatur tentang hak-hak anggota DPR, yaitu :

1. Mengajukan rancangan undang-undang;

2. Mengajukan pertanyaan;

3. Menyampaikan usul dan pendapat;

4. Memilih dan dipilih;

5. Membela diri;

6. Imunitas;

7. Protokoler;

8. Keuangan dan administratif;

9. Pengawasan;

10. Mengusulkan dan memperjuangkan program pembangunan daerah pemilihan dan

11. Melakukan sosialiasi undang-undang

Hak-hak DPR tersebut di atas yang menarik perhatian penulis terkait dengan hak imunitas pada
angka 6 yang terkesan mengusik rasa keadilan rakyat. Hak imunitas atau hak kekebalan hukum anggota
DPR adalah hak untuk tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena pernyataan dan pendapat yang
disampaikan dalam rapat-rapat DPR dengan pemerintah dan rapat-rapat DPR lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Secara yuridis konstitusional keberlakuannya kuat diatur dalam pasal 20 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan dewan perwakilan rakyat mempunyai hak
mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, serta hak imunitas. Dalam konteks kekinian
pelaksanaan hak imunitas anggota DPR RI telah diatur dalam Pasal 224 UU Nomor 17 Tahun 2014
tentang MPR,DPR,DPD dan DPRD terdapat 3 hal pokok yang diatur dalam pasal tersebut :
1. Secara Anggota DPR tidak dapat dituntut didepan pengadilan karena pernyataan,
pertanyaan dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di
dalam rapat DPR ataupun diluar rapat DPR yang berkaitan dengan fungsi serta
wewenang dan tugas DPR.

2. Anggota DPR tidak dapat dituntut didepan pengadilan karna sikap, tindakan, kegiatan
didalam rapat DPR ataupun diluar rapat DPR yang semata-mata karena hak kewenangan
konstitusional anggota DPR.

3. Anggota DPR tidak dapat digganti antar waktu karena pernyataan , pertanyaan,
dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik didalam maupun diluar rapat DPR yang
berkaitan dengan fungsi serta wewenang dan tugas DPR.
DAFTAR PUSTAKA

http://scholar.unand.ac.id/34569/2/BAB%20I.pdf

https://www.dpr.go.id/dokakd/dokumen/RJ1-20170421-034810-8299.pdf

https://www.academia.edu/34630471/Makalah_tentang_Dewan_Perwakilan_Rakyat

Anda mungkin juga menyukai