Makalah Kelompok 4

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONVENSI HAK ANAK DAN


PENDIDIKAN

Disusun oleh:
1. ERWIN SYAH PUTRA
2. DELTA FEBRIANTI
3. FITRIYA
4. PASISEN

UNIVERSITAS TERBUKA
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
K O T A PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul Konvensi Hak Anak dan Pendidikan. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Atas bimbingan dari Tutor Pendidikan Anak di SD dan saran dari teman-
teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini
dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah
Pendidikan Anak di SD dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka
membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan
untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-hal
yang lebih bermakna.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Tutor Pembimbing mata kuliah Pendidikan Anak di SD


2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan
saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-
langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena


kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Abab, 10 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan Rumusan Masalah ......................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Konvensi Hak Anak ................................................................................. 6
B. Konvensi Hak Anak dan Pendidikan........................................................ 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 14
DAFTARPUSTAKA ....................................................................................... 15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konvensi Hak Anak ( Convention of Rights of The Child ) telah


disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ( PBB ) pada
tanggal 20 November 1989, dan mulai mempunyai kekuatan memaksa
(entered in force) pada tanggal 2 September 1990. Konvensi hak anak ini
merupakan instrumen yang merumuskan prinsip-prinsip yang universal dan
norma hukum mengenai kedudukan anak. Oleh karena itu, konvensi hak
anak ini merupakan perjanjian internasional mengenai hak asasi manusia
yang memasukkan hak sipil, hak politik, hak ekonomi dan hak budaya.1
Sebelum disahkan Konvensi Hak Anak, sejarah mencatat bahwa hak-hak
anak jelas melewati perjalanan yang cukup panjang dimulai dari usaha
perumusan draf hak-hak anak yang dilakukan Mrs. Eglantynee Jebb, pendiri

Save the Children Fund.2 Setelah melaksanakan programnya merawat para


pengungsi anak-anak,pada Perang Dunia Pertama, Jebb membuat draft
“Piagam Anak” pada tahun 1923. Beliau menulis: “Saya percaya bahwa kita
harus menuntut hak-hak bagi anak-anak dan memperjuangkannya untuk

mendapat hak universal”.3

Dalam draf yang dikemukakannya, Jebb mengembangkannya menjadi


7 (tujuh) gagasan mengenai hak-hak anak yaitu :

1. Anak harus dilindungi di luar dari segala pertimbangan mengenai ras


kebangsaan dan kepercayaan.

1
2. Anak harus dipelihara dan harus tetap menghargai keutuhan keluarga.
3. Bagi anak harus disediakan sarana yang diperlukan untuk perkembangan
secara normal, baik material, moral dan spiritual.
4. Anak yang lapar harus diberi makan, anak yang sakit harus dirawat, anak
yang cacat mental atau cacat tubuh harus dididik, anak yatim piatu dan
anak terlantar harus diurus atau diberi perumahan.
5. Anaklah yang pertama-tama harus mendapat bantuan atau pertolongan
pada saat ada kesengsaraan.
6. Anak harus menikmati dan sepenuhnya mendapat manfaat dari program
kesejahteraan dan jaminan sosial, mendapatkan pelatihan agar pada saat
diperlukan nanti dapat dipergunakan untuk mencari nafkah serta harus
dilindungi dari segala bentuk eksploitasi.
7. Anak harus diasuh dan dididik dengan pemahaman bahwa bakatnya
dibutuhkan untuk mengabdi pada sesama.
Di Indonesia, Konvensi Hak Anak baru diratifikasi pada tahun 1990
melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990. Konvensi Hak Anak
dewasa ini telah diratifikasi oleh banyak negara anggota PBB. Sampai
dengan bulan Februari 1996 konvensi ini telah diratifikasi oleh 187 (seratus
delapan puluh tujuh) negara.

Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur


tentang hak anak di Indonesia diantaranya adalah Undang - Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal 1 ayat (1) undang - undang
ini menentukan, “Anak adalah seorang yang belum mencapai umur 18
(delapan belas) tahun dan belum kawin”. Hal ini dapat mengubah status
menjadi dewasa berdasarkan hukum, dan akibatnya dia kehilangan haknya
untuk dilindungi sebagai anak.

2
Undang - Undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak juga
menentukan bahwa

1. Anak adalah orang yang telah mencapai umur 18 tahun (delapan belas)
(Pasal 1 ayat {1}).
2. Umur tanggung jawab kriminal adalah 8 tahun, ( Pasal 4 ayat {1} )
padahal dalam United Nation Standart Minimum Rules for
Administration of Juvenile 1995 (Beajing Rules) menyatakan 12 ( Dua
belas ) tahun.
Selanjutnya Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga
Kerja dalam Pasal 98 mengatur tentang pengecualian pada anak yang
terpaksa bekerja, akibatnya pasal-pasal undang-undang lain yang berusaha
melindungi anak menjadi tidak bermanfaat lagi. Sama halnya dengan KUHP
Bab XIV tentang Kejahatan kesusilaan, pada bab ini kejanggalan. Pasal 287
ayat (1) menyatakan bahwa barang siapa menyetubuhi wanita di luar
pernikahan, padahal diketahui sepatutnya harus diduga bahwa umurnya
belum 15 tahun tanpa izin yang bersangkutan, ayat (2) penuntutan dilakukan
atas pengaduan jika umurnya wanita sampai dua belas tahun atau jika ada
sesuatu hal, maka ini hanya merupakan delik aduan. Tetapi menurut ayat (2)
jika dilakukan terhadap anak 12 tahun maka ini bukan delik aduan.4

Berdasarkan Pasal 49 ayat (2) Keputusan Presiden No. 36 Tahun


1990 tertanggal 25 Agustus 1990, maka Konfensi Hak Anak dinyatakan
berlaku di Indonesia sejak tanggal 5 Oktober 1990. Sebenarnya jaminan
negara terhadap perlindungan hukum bagi anak sudah ditegaskan dalam
UUD 1945 pada alinea ke empat, sebagai berikut : “Kemudia

3
daripada itu untuk membentuk susunan pemerintahan negara
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia yang terbentuk dalam susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari pernyataan tersebut terlihat
bahwa negara Republik Indonesia berkewajiban untuk :

1. Melindungi segenap warga negaranya, termasuk juga yang digolongkan


sebagai anak dan anak jalanan.
2. Menyelenggarakan upaya-upaya mencerdaskan kehidupan bangsa di
antaranya menyelenggarakan pendidikan formal dan informal bagi anak,
termasuk anak jalanan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Konvensi Hak Anak ?
2. Apa saja jenis-jenis Hak Anak ?
3. Apa saja bagian dari Konvensi Hak Anak ?
4. Apa saja kategori Konvensi Hak Anak ?
5. Apa saja prinsip dalam Konvensi Hak Anak ?
6. Apa Kaitannya antara Konvensi Hak Anak dan Pendidikan ?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk dapat mengetahui Konvensi Hak Anak
2. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis Hak Anak
3. Untuk dapat mengetahui bagian dari Konvensi Hak Anak’
4. Untuk dapat mengetahui kategori Konvensi Hak Anak

4
5. Untuk dapat mengetahui prinsip dalam Konvensi Hak Anak
6. Untuk dapat mengetahui kaitan antara Konvensi Hak Anak dan Pendidikan

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis Jenis Hak Anak

Konvensi hak anak merupakan instrumen internasional di bidang


Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Ada 54
pasal dalam KHA, dan hingga saat ini KHA dianggap sebagai satu-satunya
konvensi di bidang HAM yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik
maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya sekaligus ( Konvensi Hak Anak
– Sahabat Remaja PKBI DIY dan UNICEF)

Berdasarkan strukturnya, KHA dibagi menjadi 4 bagian sebagai


berikut:

Mukadimah (Preambule) : Berisi Konteks KHA

Bagian Satu (Pasal 1-41) : Mengatur Hak bagi semua anak

Bagian Dua (Pasal 42-45) : Mengatur masalah pemantauan dan


pelaksanaan KHA Bagian Tiga (Pasal 46-54) : Mengatur masalah
pemberlakuan Konvensi.
Berdasarkan isinya, ada 4 cara untuk mengkategorisasikan KHA
sebagai berikut :

Pertama, Kategorisasi berdasar konvensi induk Hak Asasi Manusia


yang mengandung:

1. Hak-hak sipil dan politik,


2. Hak-hak ekonomi, sosial dan politik.

Kedua, dilihat dari pihak yang berkewajiban melasksanakan KHA


yaitu Negara dan yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak yaitu
orang dewasa, maka 3 kata kunci untuk memahami isi KHA yaitu : Penuhi
(Fulfill), Lindungi (Protect), dan Hargai (Respect).

Ketiga, Kategorisasi berdasarkan cakupan hak yaitu:

6
1. Hak atas kelangsungan hidup (Survival) : mencakup hak atas tingkat
kehidupan yang layak dan atas pelayanan kesehataan.
2. Hak untuk berkembang (Development) : mencakup hak atas pendidikan,
informasi, waktu luang, kegiatan seni dan budaya, hak atas kebebasan
berpikir, berkeyakinan dan beragama, serta hak anak cacat atas pelayanan,
perlakuan dan pendidikan khusus.
3. Hak untuk perlindungan (Protection) : mencakup perlindungan dari segala
bentuk eksploitasi, perlakuan kejam, perlakuan sewenang -wenang dalam
proses peradilan pidana.
4. Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (Participation)
meliputi kebebasan menyatakan pendapat, berkumpul dan berserikat, serta
hak ikut serta dalam pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya.

Keempat, Komite Hak Anak PBB mengelompokkan KHA menjadi 8


kategori sebagai berikut :

1. Langkah-langkah implementasi umum


Pasal 4 KHA ini menegaskan tentang kewajiban menyeluruh dari negara
peserta untuk mengimplementasikan semua hak – hak dalam KHA. Negara
harus mengusahakan “semua langkah legislatif, administratif dan langkah
lain”.
2. Definisi anak
3. Prinsip-prinsip umum

Ada 4 prinsip-prinsip umum yang sangat penting dalam KHA, yaitu :

Prinsip pertama, nondiskriminasi. Artinya semua hak yang diakui dan


terkandung dalam KHA harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa
pembedaan apapun ( Pasal 2)
Prinsip kedua, yang terbaik bagi anak Dalam segala tindakan yang berkaitan
dengan anak, yang harus menjadi pertimbangan utama adalah yang terbaik
bagi anak.

7
Prinsip ketiga, hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan
Prinsip keempat, pengahargaan terhadap pendapat anak.

4. Hak sipil dan kemerdekaan


Hak- hak sipil dan kemerdekaan sebenarnya mencakup “hak-hak sipil dan
politik” seperti yang terkandung dalam Hak Asasi Manusia. Dalam
konvensi Hak Anak, hak-hak sipil dan kemerdekaan meliputi 8 kelompok
hak, seperti yang terdapat dalam pedoman perlindungan anak, yaitu :

Pertama, Hak untuk memperoleh nama dan kebangsaan.

Kedua, Hak untuk mempertahankan identitas.

Ketiga, Kebebasan untuk menyatakan pendapat ( Pasal 13)

Keempat, Hak untuk memperoleh informasi yang tepat.

Kelima, Kebebasan berpikir, berhati nurani dan beragama.

Keenam, Kebebasan untuk berserikat dan berkumpul dengan damai.

Ketujuh, Perlindungan untuk kehidupan pribadi.

Kedelapan, Hak untuk dilindungi dari siksaan, perlakuan yang


merendahkan martabat, dan perampasan kemerdekaan.

5. Lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif

8
Dalam buku Pedoman Perlindungan Anak ( 1999) disebutkan 10 hak anak
yang termasuk dalam lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif.
Pertama, bimbingan orang tua
Kedua, tanggung jawab orang tua
Ketiga, seorang anak berhak untuk tidak dipisahkan dari orang tua.
Keempat, masuk atau meninggalkan negara untuk Penyatuan Kembali
keluarga ( reunifikasi keluarga )
Kelima, rehabilitasi anak yang menjadi korban
Keenam, anak yang kehilangan lingkungan keluarga
Ketujuh, adopsi
Kedelapan, memberantas pemindahan gelap anak ke luar negeri dan tidak
kembalinya anak dari luar negeri.
Kesembilan, hak anak untuk mendapat perlindungan dari segala bentuk
kekerasan.
Kesepuluh, Hak anak untuk peninjauan kembali secara periodik perlkuan
terhadapnya

6. Kesehatan dan kesejahteraan dasar


Ada 5 Hak Anak yang tercakup dalam kelompok ini
Pertama Hak dasar anak untuk hidup, dan kelangsungan hidup serta
perkembangan semaksimum mungkin.
Kedua hak anak yang cacat
Ketiga, Hak anak untuk kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Keempat, Hak anak untuk mendapat manfaat dari jaminan sosial.
Kelima, Hak anak untuk standar hidup yang layak

7. Pendidikan, waktu luang, dan kegiatan budaya

8. Langkah-langkah perlindungan khusus.

9
Komite Hak Anak PBB menyebutkan 4 kelompok anak yang memerlukan
perlindungan khusus, sebagai berikut :

Kesatu, anak yang berada dalam situasi darurat, yakni pengungsi anak dan
anak yang berada dalam situasi konflik bersenjata berhak mendapat
perlindungan

A. Anak pengungsi
B. Perlindungan bagu anak dalam siatuasi konflik.

Kedua, Anak yang mengalami masalah dengan hukum.

Ketiga, anak yang mengalami situasi eksploitasi, yaitu eksploitasi


ekonomi, penyalahgunaan obat, eksploitasi seksual anak- anak, dan
eksplotasi lainnya.

Keempat, melindungi anak- anak dari kelompok minoritas atau


adat/pribumi.

Dalam Konvensi Hak Anak, hak-hak sipil dan kemerdekaan meliputi 8


kelompok, yaitu:

1. Hak untuk memperoleh nama dan kebangsaan


2. Hak untuk mempertahankan identitas
3. Hak kebebasan untuk menyatakan pendapat
4. Hak untuk memperoleh informasi yang tepat
5. Hak kebebasan berpikir, berhati nurani dan beragama
6. Hak kebebasan untuk berserikat dan berkumpul dengan damai
7. Hak perlindungan untuk kehidupan pribadi
8. Hak untuk dilindungi dari siksaan, perlakuan yang merendahkan
martabat, dan perampasan kemerdekaan.

Penangkapan, penahanan dan pemenjaraan anak hanya dapat


dilakukan dengan syaratsyarat:

a. Sesuai dengan hukum/undang-undang


b. Digunakan hanya sebagai usaha terakhir

10
c. Untuk waktu sesingkat mungkin

Kondisi untuk perlakuan terhadap anak yang dirampas kemerdekaannya,


antara lain:

a. Agar diperlakukan secara manusiawi dan dengan penghormatan


terhadap martabatnya sebagai manusia
b. Dengan cara yang mempertimbangkan kebutuhan manusia pada usia itu
c. Untuk mempertahankan kontak dengan keluarganya melalui surat
menyurat dan kunjungan,kecuali dalam keadaan yang luar biasa

B. Konvensi Hak Anak dan Pendidikan

Pendidikan dasar adalah wajib. Negara-negara maju telah


melaksanakan compulsory education,artinya semua anak dalam rentang usia
tertentu, seperti yang ditentukan oleh undang-undang negara-negara tersebut,
harus melaksanakan kewajiban belajar. Orang tua mempunyai tanggung
jawab untuk mengirim anaknya bersekolah, dan dapat dikenai tindakan
hukum apabila mereka gagal melaksanakan kewajiban ini. Negara juga
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk membantu orang tua,
apabila orang tua kesulitan dalam melaksanakan kewajiban itu.

Program wajib pendidikan dasar di Indonesia lebih bersifat


pendidikan semesta atau universal education, yaitu membuka kesempatan
belajar dengan mendorong orangtua agar menyekolahkan anak-anak mereka
yang telah menginjak usia sekolah. Wajib belajar ini tidak identik dengan
compulsory education.

Ada 3 pasal KHA yang tercakup dalam kategori Pendidikan ini yaitu
Pasal 28,29, dan 31.

11
Dalam pasal 28 KHA juga disebutkan bahwa informasi dan
bimbingan tentang pendidikan dan kejuruan dapat diperoleh semua anak.

Pasal 29 KHA menekankan tujuan pendidikan, antara lain

1. Pengembangan kepribadian, bakat, dan kemampuan anak


2. Penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan
fundamental
3. Pengembangan rasa hormat kepada kepada orangtua, anak, budaya
4. Mempersiapkan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam
suatu masyarakat yang bebas
5. Pengembangan rasa hormat terhadap lingkungan alam.

Dalam kaitan dengan penerapan Pasal 29 ini, dikatakan bahwa Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk sikap yang
berlandaskan pada nilai moral dan muatan lokal pada kurikulum nasional
sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan identitas yang berkaitan
dengan budaya lokal.

Pasal 31 dalam KHA, yang mengakui hak anak untuk beristirahat,


bersantai, bermain dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan rekreasi yang
sesuai dengan usia anak, dsb.

Upaya-upaya Indonesia 5 tahun kedepan yang terlihat dalam laporan


Indonesia pada ( CRC, First Periodic Report- Indonesia, 1993-
June 2000) yaitu:

1. Mengembangkan kurikulum berdiferensiasi untuk pengembangan


kepribadian dan bakat anak karena kurikulum yang homogen, seperti
yang sekarang digunakan akan kecil kemungkinannya daapat
menghargai perbedaan bakat dan minat anak.
2. Pemerintah sedang mempertimbangkan pendidikan budi pekerti
khususnya di sekolah dasar, dalam rangka pengembangan rasa hormat
terhadap orang tua dan sebagainya ( ayat 1c)

12
3. Pembenahan pendidikan agama yang diajarkan disekolah dalam upaya
mempersiapkan anak untuk kehidupan yang bertanggung jawab dalam
masyarakatnya.

13
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konvensi hak anak merupakan instrumen internasional di bidang
Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Ada 54
pasal dalam KHA, dan hingga saat ini KHA dianggap sebagai satu-satunya
konvensi di bidang HAM yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik
maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya sekaligus ( Konvensi Hak Anak
– Sahabat Remaja PKBI DIY dan UNICEF)
Pendidikan dasar adalah wajib. Negara-negara maju telah
melaksanakan compulsory education,artinya semua anak dalam rentang usia
tertentu, seperti yang ditentukan oleh undang-undang negara-negara tersebut,
harus melaksanakan kewajiban belajar. Orang tua mempunyai tanggung
jawab untuk mengirim anaknya bersekolah, dan dapat dikenai tindakan
hukum apabila mereka gagal melaksanakan kewajiban ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/document/438040045/Makalah-Konvensi-Hak-Anak-
docx

15

Anda mungkin juga menyukai