Fathurrahmi 70100115039
Fathurrahmi 70100115039
Fathurrahmi 70100115039
SKRIPSI
Oleh:
FATHURRAHMI
70100115039
Nama : Fathurrahmi
NIM : 70100115039
Jur/Prodi/Konsentrasi : Farmasi
Sudirohusodo Makassar
Menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri.
Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, atau buatan
orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh
Penyusun
Fathurrahmi
NIM. 70100115039
ii
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat yang telah dianugrahkan
sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Salam dan salawat semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
merupakan contoh teladan bagi keluarga Beliau, para sahabat, seluruh
manusia serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah beliau hingga akhir
zaman kelak.
Skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 di
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar. dengan judul “Manajemen Pengelolaan
Logistik Obat di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”
ini dapat terselesaikan dengan keterbatasan dan kekurangannya.
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, terutama dukungan moril dan semangat yang selalu diberikan kepada
penulis merupakan kontribusi yang sangt berarti dalam proses penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan segala rasa hormat, cinta
tulus dan penghargaan yang setinggi-tingginya, izinkan penulis untuk
mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-sebesarnya pada kedua orang tua
tercinta ayahanda H. A. Mastarang, S. Pd dan ibunda tercinta Hj. Siti Ramlah, S.
Pd yang dengan segala kasih sayangnya, kesabarannya, pengorbanan, dorongan,
kepercayaan, dukungan moril dan materil selama ini serta do’a dalam sujud yang
senantiasa menyertai setiap langkah penulis selama menempuh pendidikan.
Semoga Allah SWT selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada kalian hingga
akhirat kelak.
Kepada saudara-saudaraku tercinta, Muchlisa, S. Gz, Fathurrahman, S.T
dan Mustajab yang telah mendukung secara jiwa dan materil dengan segala
motivasi dan do’anya. Serta seluruh keluarga besar yang selalu mendo’akan dan
iv
v
Skripsi ini penulis persembahkan terkhusus untuk kedua orang tua tercinta
H. A. Mastarang, S.Pd dan ibunda tercinta Hj. Siti Ramlah, S.Pd. terima kasih
yang setulus-tulusnya atas segala tetes keringat, pengorbanan, cinta dan kasih
saying yang tak pernah putus, perhatian dan do’a tulus yang senantiasa mengiringi
perjalanan penulis dalam menjalani kehidupan dan sekaligus permohonan maaf
atas segala kesalahan yang pernah ku lakukan. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah
memberikan segala bantuan tersebut diatas. Skripsi ini tentu saja masih jauh dari
kesempurnaan, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun.
Terakhir, penulis memohon maaf jika selama penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Segala yang benar
datangnya dari Allah SWT dan yang salah adalah kekhilafan penulis sebagai
manusia biasa dengan keterbatasan, kelemahan dan kekurangan. Demikian,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis,
Fathurrahmi
NIM. 70100115039
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiv
ABSTRAK ............................................................................................ xv
ABSTRACT ............................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1-11
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Defenisi Operasional ................................................................ 5
D. Kajian Pustaka ......................................................................... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10
1. Tujuan Penelitian ............................................................... 10
2. Manfaat Penelitian ............................................................. 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................... 12-70
A. Rumah Sakit ............................................................................ 12
B. Instalasi Farmasi....................................................................... 14
C. Sumber Daya Manusia (SDM).................................................. 17
D. Anggaran ................................................................................. 21
E. Sarana dan Prasarana ................................................................ 23
1. Sarana ................................................................................ 23
2. Peralatan ............................................................................ 29
F. Kebijakan Prosedur/Standard Operating Procedure ................. 32
G. Manajemen Logistik................................................................. 35
1. Fungsi Perencanaan dan Penentuan Kebutuhan .................. 38
2. Fungsi Penganggaran ......................................................... 46
3. Fungsi Pengadaan .............................................................. 47
4. Fungsi Penyimpanan .......................................................... 50
viii
ix
x
xi
Tabel
xii
DAFTAR BAGAN
Tabel
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
xiv
ABSTRAK
Nama : Fathurrahmi
Nim : 70100115039
Judul : Manajemen Pengelolaan Logistik Obat di Instalasi Farmasi
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
xv
ABSTRACT
Name : Fathurrahmi
Student Number : 70100115039
Tittle : Management of Drug Logistics at Pharmacy
Installation Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
Hospital
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
untuk mencegah dan mengobati penyakit. Menurut permenkes (2016), obat adalah
bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
Obat adalah salah satu hal yang penting bagi rumah sakit karena obat
center utama, maka aspek yang perlu diperhatikan untuk menjamin ketersediaan
yang bersifat manajerial maupun farmasi klinik. Khusus pada kegiatan manajerial
1
2
tenaga kefarmasian harus memiliki strategi yang optimal untuk ditegakkan dengan
cara memanfaatkan sistem informasi rumah sakit secara maksimal pada fungsi
manajemen logitik. Dimana logistik tersebut dijalankan atas suatu siklus yang
segala unsurnya harus sama kuat sehingga menciptakan siklus yang selaras dan
seimbang. Manajemen logistik adalah bagian dari supply chain management yang
informasi yang terkait antara titik asal dan titik konsumsi untuk memenuhi
Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Pasal 3 ayat
(2) menyebutkan bahwa Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
melakukan pengelolaan obat dan vaksin sesuai standar, sebagian besar provinsi
telah memenuhi target 60%, yaitu 24 provinsi (70,59%) tetapi masih terdapat 10
provinsi yang belum mencapai target Renstra 2016, dan terdapat 63,88% instalasi
vaksin sesuai standar dan 36,12% belum sesuai dengan standar (Kemenkes RI,
2017).
3
satu rumah sakit yang dikelola oleh pemerintah dan dikategorikan sebagai rumah
sakit rujukan nasional yang pada awal berdirinya lebih dikenal dengan RSU Dadi.
Pada tahun 1994 RSU Dadi berubah menjadi Rumah Sakit vertikal milik
sebagai rumah sakit kelas A dan sebagai rumah sakit pendidikan, serta merupakan
rumah sakit rujukan tertinggi di kawasan Timur Indonesia. Rumah sakit ini
perjalanannya sudah berapa kali mengalami perubahan status mulai dari pada
menjadi Rumah Sakit unit Swadana dan pada tahun 1998 dikeluarkan UU No. 30
tahun 1997 berubah menjadi Unit Pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP), selanjutnya Unit Pelaksana Teknis Medis Direktorat Pelayanan Medik
menjadi Perusahaan Jawatan (Perjan) pada tahun 2000 dimana penerimaan yang
Layanan Umum (BLU) sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 23 tahun 2005
Dr. Wahidin Sudirohusodo menjadi rumah sakit rujukan Nasional (RSWS, 2017).
obat yang dilakukan oleh Instalasi Farmasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
berdasarkan review penggunaan tahun sebelumnya dan jumlah obat sesuai dengan
jenis penyakit yang dibutuhkan, pengadaan obat diutamakan untuk obat-obat yang
bersifat vital (wajib tersedia). Namun dalam hal ini, terkadang obat di apotek
pengadaan yang lalu selesai. Untuk resep pasien yang mengalami stockout
biasanya menebus di apotek pembantu rumah sakit atau apotek lainnya diluar
rumah sakit. Untuk obat yang slow moving biasanya diatasi dengan saling
berkoordinasinya tenaga medis di rumah sakit, namun jika masih terdapat obat
yang stagnant sampai akhirnya rusak maka akan dikembalikan ke distributor.
B. Rumusan Masalah
C. Defenisi Operasional
yang diinginkan.
bagian instalasi farmasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo yang terlibat dalam
pengelolaan logistik obat.
logistik obat yang dapat berupa prosedur kerja ataupun petunjuk teknis.
g. Perencanaan adalah proses pemilihan/metode untuk merumuskan
sasaran pengadaan obat dan menentukan langkah yang harus dilakukan untuk
berdasarkan waktu pengadaan dan kebutuhan obat di rumah sakit yang telah
pengaturan tata ruang, penyusunan stok obat dan mekanisme penyimpanan obat.
medis (dokter dan apoteker) untuk mengatur pergerakan obat agar tidak terjadi
dan memperhatikan obat yang masuk di instalasi farmasi RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
D. Kajian Pustaka
analisis kualitatif dengan penentuan sampel atau informan ialah PPTK sediaan
farmasi, kepala instalasi farmasi, kepala penanggung jawab gudang farmasi dan
dokumentasi. Untuk analisa data meliputi reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini yakni manajemen logistik pada
gudang farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota Donggala belum terlaksana
secara baik dan maksimal dengan ditandai masih lemahnya pelaksanaan dari
dikatakan sudah terpenuhi, walaupun masih ada hal-hal yang harus dibenahi,
sedangkan data sekunder diambil dari observasi dan laporan Unit Pengelolahan
Obat/gudang Farmasi Puskesmas Labakkang. Hasil dari penelitian ini yakni untuk
penyimpanan gudang obat, ini dikarenakan gudang obat yang dimiliki mempunyai
ruang yang kecil dan sempit. Pendistribusian sudah sesuai dengan protap yang
telah di susun sehingga penyaluran obat ke Pustu, Bides, dan pasien puskesmas
dalam penelitian ini ialah stok mati, obat kadaluwarsa dan nilai stok akhir obat.
Analyze frequencies digunakan untuk mengolah data variable stok mati, obat
kadaluwarsa dan nilai stok akhir akhir obat. Hasil penelitian ini yakni proses
8
persentase stok kadaluarsa dan nilai stok akhir obat di puskesmas se-kota
Banjarbaru masih belum efisien. Hal ini ditunjukkan dari nilai persentase stok
38,54%, nilai persentase stok kadaluwarsa secara berturut-turut pada tahun 2014-
2015 sebanyak 14,27%; dan 16,94% juga tidak sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru yaitu 3,63% dan 3,57%.
yang digunakan pana penelitian ini yaitu pedoman wawancara mendalam dan
dianalisis dengan metode analisis isi (content analysis). Hasil penelitian ini ialah
tidak berjalannya tugas dan fungsi Komite farmasi dan Terapi, tidak adanya
Formularium Rumah Sakit dan pemilihan obat yang dilakukan selama ini masih
pada data pemakaian periode atau tahun yang lalu dan ditambahkan buffer stock,
9
Pedagang Besar Farmasi (PBF) dengan waktu yang tidak pasti, penerimaan obat
di instalasi farmasi dilakukan oleh penitia penerimaan barang rumah sakit dengan
gudang farmasi yang belum memadai. Untuk metode pendistribusian obat baik
pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap ialah metode resep individu yakni
dengan cara langsung mengambil obat di instalasi farmasi oleh pasien atau
keluarga pasien. Pengelolaan pemusnahan dan penarikan obat yang rusak atau
moving tidak dilakukan juga, stok opname hanya dilakukan pada saat serah terima
penghapusan obat tidak pernah dilakukan dan tidak dilaporkan. Fungsi instalasi
farmasi yang belum optimal mengakibatkan masih ada pasien yang mengambil
obat diluar instalasi farmasi rumah sakit yang seharusnya instalasi farmasi
sampling. Informan dalam penelitian ini sebanyak enam orang yaitu kepala
administrasi instalasi farmasi dan petugas mutu instalasi farmasi. Data primer
10
diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan data sekunder diperoleh dari hasil
telaah dokumen. Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara diolah secara
kemudian diinterpretasikan dan disajikan dalam bentuk analisis isi atau naskah
Teknik analisis data yang digunakan adalah content analysis. Hasil penelitian ini
adalah pengelolaan obat terkait perencanaan sudah memenuhi standar yang telah
sudah sesuai dengan prosedur yang telah disusun sehingga penyaluran obat ke
pasien berjalan dengan baik kecuali stok obat kosong karena terlambatnya
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
TINJAUAN TEOROTIS
A. Rumah Sakit
intergral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pasal 1 menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan rawat darurat. Pelayanan
Rumah sakit juga merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang
penting. Kegiatan utama sebuah rumah sakit yaitu memberikan pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada pasien. Rumah sakit merupakan suatu organisasi
kedudukan(Rikomah, 2017).
mencantumkan pengertian tentang rumah sakit, rumah sakit umum dan rumah
12
13
adalah melakukan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara
serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan
rujukan.
kesehatan
kesehatan.
B. Instalasi Farmasi
bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker sesuai dengan
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;
kefarmasian;
1. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
a. Memilih sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
memungkinkan);
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;
memiliki usaha kerja yang disumbangkan dalam proses produksi yaitu sumber
daya manusia yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa yang
rentang luas yang meliputi kegiatan pengelolaan baik sumber daya manusia
maupun sumber daya selain manusia seperti properti dan informan. Pegelolaan
18
sumber daya manusia, yang dikenal dengan istilah formal sebagai manajemen
sumber daya manusia (human resource management, HRM) adalah sebuah tugas
penting bagi farmasis yang harus berinteraksi atau mengawasi orang lain. HRM
sangatlah penting karena dapat membedakan apotek yang berjalan baik degan
yang tidak berfungsi dengan baik atau tidak berjalan sukses (Desselle, 2014)
Kesehatan Nomor 58 Tahun 2014 yaitu apoteker, tenaga teknis kefarmasian dan
petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi rumah
sakit. Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf instalasi farmasi harus ada,
sebaiknya dilakukan peninjauan kembali setiap 3 (tiga) tahun sesuai kebijakan dan
prosedur di instalasi farmasi rumah sakit.
1. Pekerjaan kefarmasian
b. Tenaga administrasi
c. Pekarya/pembantu pelaksana
farmasis dan pegawai apotek yang mungkin mampu menunjukkan tingkat kinerja
lebih tinggi apabila telah mengetahui cara memanajemen sumber daya manusia.
Apabila personalia didukung dengan praktik manajemen SDM yang lebih baik,
maka diharapkan akan lebih sedikit konsikuensi negatif yang terjadi dan lebih
12 menyatakan bahwa Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi
daya manusia farmasi rumah sakit adalah personalia pelayanan farmasi rumah
sakit yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam
penempatan.
1. Sebagai pemimpin:
pelayanan farmasi
memecahkan masalah.
Setiap posisi yang tercantum dalam bagan organisasi harus dijabarkan secara jelas
membutukan 1 penyelia
Kefarmasian
D. Anggaran
Salah satu komponen penunjang yang sangat vital dalam pengelolaan obat
adalah ketersediaan anggaran yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan untuk
perbekalan farmasi di rumah sakit bertujuan agar dapat memenuhi kebutuhan obat
laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan kefarmasian secara rutin
maka diperlukan adanya suatu data pendukung yang memadai. Data yang
Perkembangan ini diukur dari segi manfaat yang ingin diperoleh dari penggunaan
sistem itu di dalam pelaksanaannya. Semakin rumit dan banyak manfaat yang
ingin dicapai, semakin banyak persyaratan yang dituntut dalam persiapan dan
2. Sumber anggaran yang berasal dari swasta antara lain CSR (BUMN),
beberapa aspek antara lain sumber daya manusia (SDM), sumber anggaran yang
kefarmasian yang berlaku. Lokasi harus menyatu dengan sistem pelayanan rumah
peneraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau institusi yang
1. Sarana
Fasilitas ruang harus memadai dalam hal kualitas dan kuantitas agar
rumah sakit.
d. Dipisahkan juga antara jalur steril, bersih dan daerah abu-abu, bebas
kontaminasi.
e. Persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban, tekanan dan
dispensing baik untuk sediaan steril, non steril maupun cair atau obat luar atau
dalam.
teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan dan keselamatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut. Bangunan rumah
a. Rawat jalan;
d. Ruang operasi;
f. Ruang radiologi;
g. Ruang laboratorium;
25
h. Ruang sterilisasi;
i. Ruang farmasi;
n. Ruang menyusui;
o. Ruang mekanik;
p. Ruang dapur;
q. Laundry;
r. Kamar jenazah;
s. Taman;
(Permenkes, 2016):
1) Ruang Kantor/Administrasi
a) Ruang pimpinan
b) Ruang staf
d) Ruang pertemuan
26
habis pakai
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang disesuaikan dengan kondisi dan
3) Ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai
Ruang distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai terdiri dari distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai rawat jalan (apotek rawat jalan) dan rawat inap (satelit farmasi).
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai rumah sakit. ruang distribusi
terdiri dari:
27
hiruk pikuk kebisingan lingkungan Rumah Sakit dan nyaman sehingga pasien
maupun konselor dapat berinteraksi dengan baik. Ruang konsultasi/konseling
sumber informasi dan teknologi komunikasi, berupa bahan pustaka dan telepon.
6) Ruang produksi
Lokasi jauh dari pencemaran lingkungan (udara, tanah dan air tanah).
b) Konstruksi
binatang/serangga.
dan petugas yang ada di dalam; luas ruangan minimal 2 (dua) kali daerah kerja +
28
peralatan, dengan jarak setiap peralatan 2,5 m; dan di luar ruangan produksi ada
d) Pembagian ruangan
(3) Ruangan terpisah untuk produksi obat luar dan obat dalam;
desinfektan.
a) Ruang bersih: kelas 10.000 (dalam Laminar Air Flow = kelas 100)
Tata ruang harus menciptakan alur kerja yang baik sedangkan luas
8) Laboratoriun farmasi
2. Peralatan
Fasilitas peralatan harus memenuhi syarat terutama untuk
perlengkapan peracikan dan penyiapan baik untuk sediaan steril, non steril,
a. Peralatan untuk penyimpanan, peracikan dan pembuatan Obat baik steril dan
f. Penerangan, sarana air, ventilasi dan sistem pembuangan limbah yang baik;
g. Alarm
Macam-macam peralatan :
a. Peralatan Kantor:
2) Komputer/mesin tik;
Medis Habis Pakai dan pelayanan farmasi klinik. Sistem informasi farmasi ini
efisiensi fungsi manajerial dan agar data klinik pasien mudah diperoleh untuk
monitoring terapi pengobatan dan fungsi klinik lainnya. Sistem komputerisasi
meliputi:
1) Jaringan
2) Perangkat keras
c. Peralatan produksi
pelayanan sitostatik);
4) Barometer
5) Thermometer
6) Wireless intercom
e. Peralatan penyimpanan
a) lemari/rak yang rapi dan terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya
yang berlebihan;
3) Peralatan Pendistribusian/Pelayanan
4) Peralatan Konsultasi
c) Komputer;
d) Telpon;
e) Lemari arsip;
f) Kartu arsip.
Obat;
c) Komputer;
d) Telpon – Faxcimile;
e) Lemari arsip;
f) Kartu arsip;
g) TV dan VCD player.
a) Kartu Arsip;
b) Lemari/Rak Arsipp.
pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau prosedur kerja tertentu.
Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap, rutin dan tidak berubah-
ubah, prosedur kerja tersebut dibakukan menjadi dokumen tertulis yang disebut
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan
tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus
dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri (Kepmenkes 1197, 2004).
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan
hal berikut:
a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter
b. Label obat yang memadai
e. Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang diberikan
g. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawan inap, rawat jalan, karyawan
penyerahan
34
samping obat bagi pasien rawat inap dan jalan serta pencatatan penggunaan
pasien dalam hal penggunaan dan penyimpaan obat serta berbagai aspek
penggunaan obat
operasional di rumah sakit ditetapkan oleh pemimpin rumah sakit sesuai dengan
ilmu dan seni untuk mencapai tujuan organisasi. Konsep ini dikenal dengan
tiap-tiap fungsi dimana fungsi utama dari manajemen dibagi menjadi 4 garis besar
dan mengarahkan segenap fasilitas kerja agar organisasi yang bersangkutan benar-
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organazation)
3. Penggerakkan (Actuating)
seluruh sumber daya yang ada dalam organisasi agar pekerjaan atau kegiatan yang
4. Pengawasan (Controlling)
organisasi ini sudah sesuai dengan rencana atau belum. Serta mengawasi
penggunaan sumber daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan
efisian tanpa ada yang melenceng dari rencana.
yaitu perangkat lunak dan perangkat keras. Yang termasuk perangkat lunak adalah
instansi tersebut dalam jumlah, kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai
mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional, tujuan keuangan dan tujuan
tujuan yakni:
1. Tujuan operasional agar tersedia barang serta bahan dalam jumlah yang
yang tidak wajar lainnya, serta nilai yang sesungguhnya dapat tercermin di
Agar tujuan dari kegiatan logistik yang telah ditetapkan dapat tercapai,
suatu siklus manajemen logistik, dimana setiap fungsi dalam siklus tersebut saling
berkaitan satu sama lain dan sangat menentukan keberhasilan kegiatan logistik
Perencanaan dan
Penentuan Kebutuhan
Penganggaran
Penghapusan
Pengendalian/
Pengawasan Pengadaan
Pemeliharaan dan
Penyaluran Penyimpanan
Dalam siklus fungsi logistik diatas, setiap fungsi memiliki kaitan yang erat
satu sama lain. Setiap fungsi yang ada menentukan keberlangsungan dan
kelancaran dari fungsi-fungsi lainnya. Jika ada salah satu fungsi yang terhambat
atau tidak berjalan dengan baik, maka pelaksanaan siklus logistik akan menjadi
merumuskan sasaran dan langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
1) Metode Konsumsi
riel konsumsi obat periode yang lalu, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka menghitung jumlah obat yang
penggunaan dana dan obat, serta optimasi penggunaan dana obat. Hasil
analisis dapat digunakan sebagai panduan dalam menyusun
hilang/rusak/kadaluarsa
satu tahun.
(d) = (a) + (c)
(e) = (d) + y%
(f) = (b) x n2
logistik.
penyakit
kesehatan.
42
Standar pengobatan untuk tujuan perencanaan harus spesifik yang terdiri dari
penyakit, nama obat (dalam bentuk generik) kekuatan dan bentuk sediaan,
dosis rata-rata, jumlah dosis per hari, lama pemberian, dan jumlah obat yang
diperlukan per episode.
akan dating
3) Metode kombinasi
digunakan yaitu DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit,
43
pola penyakit, sisa persediaan, data penggunaan periode yang lalu dan rencana
Kelebihan Kekurangan
Metode Konsumsi
1. Data konsumsi akurat, metode yang 1. Data konsumsi, data obat dan data
3. Bila data konsumsi lengkap, pola 3. Tidak dapat diandalkan jika terjadi
daftar/tidak melapor.
1) Analisis ABC
sedikit dan hanya 15% dari seluruh item. Persediaan yang termasuk
kepada dampak tiap jenis obat pada kesehatan. semua jenis obat yang
kelompok berikut:
a) Kelompok V
termasuk dalam kelompok ini antara lain, life saving drungs, obat
b) Kelompok E
merupakan obat yang bekerja secara kausal atau obat yang bekerja
c) Kelompok N
2. Fungsi Penganggaran
standar agar dapat memehuni kebutuhan obat di rumah sakit (Kemenkes, 2010).
penentuan kebutuhan dari anggaran yang ada, satuan harga yang sesuai dengan
harga pasar, dan peramalan terhadap inflasi. Semua rencana dari fungsi-fungsi
hambatan dan keterbatasan perlu dilakukan dengan baik agar anggaran tersebut
3. Fungsi pengadaan
Habis Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika
proses pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi harus
melibatkan tenaga kefarmasian (Permenkes, 2016).
harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepar
waktu, proses berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu yang
tinggi”.
48
c. Order pemesanan agar barang dapat sesuai macam, waktu dan tempat.
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain (Permenkes, 2016):
(MSDS).
c. Sediaan Farmasi, Alkes, dan BMHP mempunyai Nomor Izin Edar.
obat yang secara normal tersedia di rumah sakit dan mendapatkan obat saat
a. Pembelian
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan
1) Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai,
2) Persyaratan pemasok.
(recenter paratus).
tersebut.
50
c. Sumbangan/Dropping/Hibah
penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan
kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan
4. Fungsi penyimpanan
(storage space)
bentuk sediaan dan alfabetis, dengan menerapkan prinsip FEFO (First Expired
First Out) dan FIFO (First In First Out) dan disertai sistem informasi yang selalu
2010).
dan pemakai dengan cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi. Untuk
1) Kemudahan bergerak
mempermudahkan gerakan.
kondisi kerja.
menjadi mahal untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah
menggunakan kipas angin, apabila kipas angin beum cukup maka perlu
5) Pencegahan Kebakaran
harus dipasang pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah
53
a. Gunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
masa kadaluwarsanya lebih awal atau yang dietrima lebih awal harus
digunakan lebih awal sebab umumnya perbekalan farmasi yang datang
lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umumnya relatif lebih
b. Susun perbekalan farmasi dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi
dan teratur.
rapi.
dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada
54
habis.
5. Fungsi Pemeliharaan
mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris
(Aditama, 2007).
diperhatikan agar mutu sediaan tetap sesuai dengan kondisi awalnya. Jaminan
6. Fungsi Pendistribusian
menyalurkan barang sesuai permintaan, tepat waktu, tepat jumlah dan sesuai
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan serrta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan
kesehatan secara tepat waktu, tepat jenis dan jumlah (Depkes, 2008).
55
Instalasi Farmasi.
di floor stock.
56
atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis
Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu dari 3
metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi
Artinya, di rumah sakit itu mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya
oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh IFRS
sentral.
desentralisasi, biasanya hanya dosis awal dan dosis keadan darurat dilayani
merupakan sistem distribusi yang selain menerangkan distribusi resep atau order
farmasi yang diperlukan oleh banyak penderita, setiap hari diperlukan, dan
sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh
Instalasi Farmasi.
dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh apotek rumah
sakit.
7. Fungsi Penghapusan
farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Tujuan penghapusan adalah
untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola
sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan akan mengurangi beban
2) Telah kadaluarsa
1) Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai
pihak terkait.
59
diberi tahu setiap ada produk perbekalan farmasi yang rusak, yang ditemukan oleh
a. Catatan dari manufaktur seperti nama dan nomor batch sediaan perbekalan
farmasi harus tertera pada resep pasien rawat jalan, order/P-3 pasien rawat
perbekalan farmasi yang akan ditarik itu. Untuk pasien rawat jalan,
perbekalan farmasi yang ditarik. Pimpinan rumah sakit, perawat, dan staf
ditarik.
dikembalikan ke pabrik/produsennya.
dan Alat Kesehatan Pasal 47 ayat (1), (2) dan (3), menyatakan bahwa :
alat kesehatan
kesehatan.
8. Fungsi Pengendalian
atau persediaan obat di apotek dan farmasi rumah sakit agar menjamin kelancaran
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
antara persediaan dan permintaan. Oleh karena itu, hasil stock opname harus
seimbang dengan permintaan yang didasarkan atau satu kesatuan waktu tertentu,
misalnya satu bulan atau dua bulan atau kurang dari satu tahun (Aditama, 2007).
menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan
menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan waktu yang
tepat serta dapat menimbulkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan
persediaan adalah:
a. Menjaga jangan sampai kehabisan persediaan
2) Menentukan:
obat yang diberikan sewaktu perawat berpindah dari pasien satu ke pasien lain
dengan kereta obat. Dengan formulir ini perawat dapat langsung merekam/
tinggal harus tetap berada dalam kereta dorong atau alat bantu angkut apapun.
Hanya perbekalan farmasi dalam kemasan tersegel yang dapat dikembalikan ke
IFRS. Perbekalan farmasi yang dikembalikan pasien rawat jalan tidak boleh
apoteker harus memastikan bahwa semua obat yang digunakan dalam bagian ini
bagi rumah sakit atau apotek. Persediaan obat merupakan harta paling besar bagi
sebuah rumah sakit atau apotek. Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan
yang kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi rumah sakit atu
evaluasi harus dilaksanakan terhadap seluruh proses tata kelola sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai ketentuan yang berlaku
(Permenkes, 2016)
Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai masukan untuk pihak rumah sakit
guna penyusunan perencanaan dan pengambilan keputusan. Pelaksanaan
monitoring dan evaluasi (monev) dapat dilakukan secara periodik dan berjenjang
Nilai dari kegiatan ini dapat berupa ketepatan perencanaan yang idealnya adalah
100% dari kebutuhan dan persentase obat rudak dan kadaluarsa adalah 0%
(Kemenkes, 2010).
Al-Qur’an dan hadist merupakan suatu pedoman atau petunjuk hidup bagi
kita sebagai makhluk Allah SWT, dapat pula sebagai pokok ajaran Islam serta
peringatan dan pelajaran bagi manusia. Ada begitu banyak hadis yang
baik. Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk mencapainya ialah dengan
melakukan pengorganisiran dengan baik. Hal ini sesuai dengan perkataan dari
Artinya:
pekerjaan yang baik tercipta karena adanya pengorganisasian yang baik pula.
Sesuatu yang dilakukan asal-asalan dan tanpa organisir yang baik biasanya tidak
begitu banyak ayat-ayat yang mengajak kita melakukan pekerjaan dengan baik
Terjemahnya :
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”(QS.Al-Insyirah/94:7-8)
(Kementerian Agama RI, 2014).
kita melakukannya dengan sungguh-sungguh dan hanya kepada Allah Swt. lah
kita menyerahkan segala urusan yang telah kita lakukan. Selain itu, Allah Swt.
berkhianat dalam menunaikan amahanya. Seperti dalam QS. (4: 58), Allah Swt.
menyatakan bahwa:
65
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”(QS. An
Nisaa’/4: 58)(Kementerian Agama RI, 2014).
Ayat ini memberi peringatan yang berperspektif manajerial karena amanah
sangat peduli dengan profesionalisme. Karena itu pula, ketika Nabi Muhammad
pentingnya amanah juga disampaikan oleh Allah SWT dalam QS. (23: 8) yang
menyatakan:
Terjemahnya:
“Dan (sungguh beruntung) orang yng memelihara amanah-amanah dan
janjinya”(QS. Al-Mu’minun/23: 8)(Kementerian Agama RI, 2014).
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu
tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsip utama dalam
66
Terjemahnya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang
tersusun kokoh (QS. Ash-Shaff /61: 4) (Kementerian Agama RI, 2014).
Kokoh memiliki makna adanya sinergitas yang rapi antara bagian yang
satu dengan yang lainnya. Dalam manajemen hal ini sesuai dengan sebuah sistem
yang terjadi untuk pengelolaan obat yang berlangsung secara bersiklus, dimana
baik antar sistem seperti input dan proses yang saling berkaitan satu dengan yang
juga saling berkaitan serta saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Oleh
karena itu, jika sesuatu pekerjaan dilakukan dengan baik dan rapi maka akan
Dalam ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar,
sebuah contoh dari perencanaan yang memakai waktu selama lima belas tahun,
sebagaimana yang dilakukan Nabi Yusuf AS yang meliputi peningkatan
67
menghadapi krisis kelaparan dan kekeringan yang terjadi di Mesir dan sekitarnya
(Harmonika, 2017).
Dalam Al-Qur’an juga diterangkan pada QS. (59: 18) yang menyatakan:
Terjemahnya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Hasyr/59: 18) (Kementerian
Agama RI, 2014).
Kaitan antara perencanaan dengan ayat di atas yaitu setiap orang
pekerjaan agar apa yang dikerjakan sesuai dengan apa yang diharapkan, banyak
melakukan sesuatu tanpa perencanaan. Suatu hal yang direncanakan saja belum
tentu akan berjalan mulus sesuai dengan harapan dan mungkin akan mengalami
pelaksanaannya.
diperbuat untuk menghadapi hari Kiamat. Ayat ini memberi pesan kepada orang-
orang yang beriman untuk memikirkan masa depan. Dalam bahasa manjemen,
pemikiran masa depan yang dituangkan dalan konsep dan sistematis ini disebut
68
(Harmonika, 2017).
Thabrani, berbunyi:
Artinya:
SWT. Sebenarnya manajemen dalam arti mengatur selaga sesuatu agar dilakukan
dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang juga diisyaratkan dalam ajaran
Islam. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
Artinya:
optimal. Oleh karena itu, dalam segala sesuatu yang kita kerjakan harus
dilakukan secara optimal, baik, benar dan tuntas. Hal ini dapat diterapkan dalam
kegiatan manajemen logistik yang bersiklus agar output yang dihasilkan dapat
J. Kerangka Konseptual
sistem pengelolaan yang terdiri dari 3 bagian yaitu input, proses dan output yang
menjadi suatu rangkaian yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Input
pengelolaan terdiri dari SDM, anggaran, sarana dan prasarana, serta kebijakan
prosedur /SOP. Proses dari pengelolaan obat terdiri dari perencanaan, pengadaan,
Sedangkan output dari pengelolaan obat ialah tersedianya persediaan obat yang
efektif dan efisien. Dengan demikian, kerangka konsep yang dapat digambarkan
Instalasi Farmasi
Manajemen
Logistik
Perencanaan
SDM Pengadaan
Anggaran Penyimpanan/ Tersedianya
Sarana & Pemeliharaan persediaan obat
Prasarana Pendistribusian yang efektif dan
Prosedur Penghapusan efisien
Pengendalian
Keterangan:
: Variabel Dependen
: Variabel Independen
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
mendalam.
B. Pendekatan Penelitian
dokumen.
2. Sampel
eksklusi yakni:
71
72
a. Kriteria inklusi :
Sudirohusodo Makassar
b. Kriteria eksklusi :
1) Yang tidak bersedia menjadi informan
D. Besar Sampel
penelitian merupakan orang yang dapat memberikan informasi mengenai hal yang
memiliki wewenang dalam manajemen logistik obat di instalasi farmasi RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
1. Kesesuaian (appropriatness)
sistem pengelolaan persediaan obat seperti pendidikan, jabatan, lama kerja dan
pengalaman.
73
2. Kecukupan (adequacy)
jelas. Artinya data yang diperoleh harus dapat menggambarkan seluruh kejadian
Sudirohusodo, diantaranya:
1. Informan kunci
diteliti.
2. Informan utama
3. Informan pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini yaitu staf pelaksana
pengelolaan obat.
1. Wawancara/ interview
apa yang dikemukakan oleh informan serta merekam saat melakukan wawancara.
74
2. Observasi
pengelolaan logistik obat, kondisi tempat atau lokasi, serta benda-benda yang
Sudirohusodo Makassar.
3. Dokumentasi
kemudian dicatat pada lembar observasi. Telaah dokumen dilakukan sebagai data
pendukung penelitian agar hasil yang disajikan lebih valid dan lebih lengkap,
sehingga paparan yang dihasilkan akan lebih akurat dan dapat
F. Instrumen Penelitian
kepada informan, selain itu peneliti juga melakukan observasi langsung pada
kegiatan pengelolaan obat dan telaah dokumen. Instrument yang digunakan pada
penelitian ini antara lain pedoman wawancara, telaah dokumen, lembar observasi,
alat tulis, perekam suara dan kamera. Pedoman wawancara, lembar observasi dan
alat kesehatan Departemen Kesehatan tahun 2010 dan beberapa referensi terkait
terdapat dalam transkip tidak semuanya digunakan dalam penelitian, untuk itu
1. Credibility
a. Perpanjangan Pengamatan
b. Meningkatkan Kecermatan dalam Penelitian
c. Triangulasi
1) Triangulasi Sumber
2) Triangulasi Teknik
3) Triangulasi Waktu
2. Transferability
3. Dependability
4. Confirmability
Rumah Sakit.
satu rumah sakit kelas A yang ada di Kota Makassar. RSUP Dr. Wahidin
Tamalanrea, Kota Makassar. Rumah sakit ini memiliki motto “Dengan Budaya
memiliki prinsip untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia tanpa
1. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo
a. RAMAH (Kindness)
Sikap dan tutur kata yang manis, berpraduga positif, dan berbudi bahasa
77
78
b. PEDULI (Empaty)
dengan tuntas.
c. PROFESIONAL
f. INOVASI (Inovativ)
Jenis pelayanan yang terdapat di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
1) Pelayaan Medis Gawat Darurat yang meliputi gawat darurat bedah, gawat
bencana oleh tim BSB (Brigade Siaga Bencana) serta Tim Siaga untuk
3) Kamar Operasi
4) CT Scan
5) Radiodiagnostik lainnya
d. Pelayanan Penunjang
a) Instalasi Farmasi
d) Fisioterapi
b) Laundry
c) CSSD
d) IPSRS
e) Pengolah limbah padat. Cair dan gas (IPAL & Mesin Incenarator untuk
membakar sampah)
f) Instalasi forensic dan pemulasaran jenazah
4. Struktur Organisasi
Makassar (Terlampir)
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Informan
Informan dalam penelitian ini berjumlah 9 (sembilan) orang, yang terdiri
dari seorang yang menjabat sebagai kepala instalasi farmasi merupakan informan
sediaan farmasi, alkes & BMHP yang juga sebagai informan utama, dan beberapa
staf yang bekerja di depo farmasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
sebagai informan pendukung. Data informan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Koordinator
Apoteker/S2
IF-2 52 Tahun Perempuan Perencanaan, Adm 29 Tahun
Farmasi
& Umum
Koordinator
Apoteker/S2 Pengeloaan sediaan
IF-3 53 Tahun Perempuan 30 Tahun
Farmasi Farmasi, Alkes &
BMHP
Penanggung Jawab
IF-4 51 Tahun Perempuan Apoteker 30 Tahun
Depo Farmasi
Penanggung Jawab
IF-5 36 Tahun Perempuan Apoteker 9 Tahun
Depo Farmasi
Penanggung Jawab
IF-6 38 Tahun Perempuan Apoteker 16 Tahun
Depo Farmasi
Penanggung Jawab
IF-7 43 Tahun Perempuan Apoteker 20 Tahun
Depo Farmasi
Penanggung Jawab
IF-8 46 Tahun Laki-Laki Apoteker 22 Tahun
Depo Farmasi
Penanggung Jawab
IF-9 53 Tahun Perempuan Apoteker 30 Tahun
Depo Farmasi
2. Pengelolaan obat di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar
pengelolaan obat dilakukan oleh sumber daya manusia (SDM) yang ada di
instalasi farmasi dan bertanggung jawab atas manajemen pengelolaan obat yang
bersiklus untuk memenuhi kebutuhan logistik obat rumah sakit yang akan di
depo/unit pelayanan.
perhatikan, diantaranya ialah input pengelolaan obat yang terdiri dari Sumber
daya manusia (SDM), anggaran, sarana dan prasarana serta prosedur dalam
pengendalian.
Tabel 4.2 Hasil Matriks Wawancara
1. INPUT
persediaan obat
82
b. Anggaran
83
memadai dalam melaksanakan proses diperlukan seperti troli untuk pelayanan ke pasien rawat inap, rak/lemari penyimpanan obat, microphone
pengelolaan persediaan obat? di depo tertentu, komputer, printer, ruangan gudang yang tidak seharusnya di lantai 2 dan beralaskan
papan yang ditumpuk tegel, clean room, laminar air flow untuk depo yang melakukan
pembuatan/pencampuran obat steril
3. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana Kondisi sarana dan prasana masih baik untuk menunjang pengelolaan obat hanya saja proses kalibrasi
yang dimiliki dalam kegiatan pengelolaan tidak rutin dilakukan oleh RS karena membutuhkan aloksi dana yang cukup besar.
persediaan obat?
d. Prosedur
VARIABEL HASIL EMIK
1. Apakah terdapat prosedur kerja dalam Iya,terdapat SOP untuk setiap kegiatan pengelolaan obat mulai dari perencanaan, penerimaan,
proses pengelolaan obat? penyimpanan, pendistribusian penghapusan, pengambilan ke jejaring, dll.
2. Apakah SOP yang ada sudah efektif iya sudah efektif, namun SOP dalam perencanaan yang masih di kaji untuk memperbaiki kekurangan
dalam pengelolaan persediaan obat? yang ada.
3. Apakah SOP sudah dilakukan dengan baik Kegiatan dalam pposes pengelolaan obat masih belum dilakukan secara maksimal karena masih terdapat
untuk setiap kegiatan? kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan SOP yang sudah di tetapkan seperti pelaporan perencanaan
dan barang yang terkadang lewat dari tanggal 25, proses pencampuran lebih dari 1 resep obat steril
dalam 1 LAF, serta pemberian copy resep pada pasien karena persediaan yang tidak ada.
84
2. PROSES
a. Perencanaan Obat
VARIABEL HASIL EMIK
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses Perencanaan di RSWS melibatkan semua pennggung jawab depo farmasi, koordinator perencanaan, dan
perencanaan obat? kepala instalasi farmasi.
2. Bagaimana proses perencanaan kebutuhan Proses perencanaan dimulai dari tiap penanggung jawab depo menginput permintaan kebutuhan tiap
persediaan obat yang dilakukan instalasi bulannya paling lambat tanggal 25, kemudian koordinator perencanaan menarik data tiap bulan pada
farmasi RSWS Makassar? tanggal 26. Selanjutnya akan dikumpulkan, dipilih yang dibutuhkan, dilihat pemakaian bulanannya,
kemudian dihitung kebutuhan obat dengan perhitungan tertentu seperti stok pengaman 10-20%, Lead
time, rata-rata dan sebagainya yang selanjutnya dibuatkanlah pelaporan, tiap triwulan yang kemudian di
berikan kepada kepala instalasi untuk di periksa, jika sesuai maka akan di teruskan ke pengadaan namun
jika tidak, maka akan di koreksi oleh koordinator perencanaan.
3. Apakah ada metode khusus yang Metode yang digunakan dalam perencanaan adalah metode konsumsi
digunakan dalam proses perencanaan
tersebut? Jika ada, metode apa itu?
4. Kapan perencanaan penentuan kebutuhan Perencanaan di mulai penginputan data permintaan paling lambat tanggal 25 di akhir bulan yang akan
obat dilakukan? Jenis obat apa saja yang direkapitulasi sehingga awal bulan berikutnya sudah ada laporan permintaan.
termasuk dalam perencanaan? Untuk jenis obatnya ialah obat yang ada di formularium rumah sakit. formularium rumah sakit mencakup
85
didalamnya ialah semua obat generic, semua obat yang ada di e-catalog, semua obat yang ada di
formularium nasional dan obat-obat usulan SMF (anak, bedah, jantung, brain center, dan lan-lain)
5. Apakah perencanaan kebutuhan obat yang Perncanaan obat di RSWS sudah cukup efektif walaupun terkadang ada obat yang stagnan ataupun stock
dilakukan selama ini sudah efektif? Jika out. Hal tersebut dikarenakan kurang komunikasi antara user dan distributor yang kehabisan stok atau
tidak, apa masalah yang terkait? lambat memasukkan barang.
6. Adakah kendala dalam proses Kendala dalam perencanaan kebutuhan obat adalah keterlambatan user dalam menginput data ke sistem
perencanaan kebutuhan obat? rumah sakit.
b. Pengadaan Obat
VARIABEL HASIL EMIK
1. Bagaimana proses penganggaran dalam Daftar kebutuhan obat yang terlah di setujui oleh kepala instalasi farmasi akan di bawa ke direktorat
kegiatan pengadaan obat? medik kemudian diteruskan ke tim pengadaan. Tim pengadaan ada ULP (Unit Layanan Pengadaan) yang
melayani pemesanan dibawah 200 juta dan PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) untuk pemesanan diatas
200 juta. Kemudian untuk obat yang termasuk dalam e-catalog akan di upload ke LKPP (Lembaga
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah) dan obat non e-catalog di upload ke LPSE ( ). Untuk
tahap berikutnya akan di upload juga ke aplikasi SKA (Sistem Keuangan Akuntansi) dan keluarlah
dalam bentuk surat pesanan. Selanjutnya ketika pesanan sudah datang akan di terima oleh PPB (Panitia
Pemeriksa Barang) di gudang farmas. Pemeriksaan yang harus di cek oleh PPB diantaranya kesesuaian
No. Registrasi, No. Batch, elektronik BPOM, expired date obat yang masuk minimal 2 tahun, MSDSnya,
86
serta kesesuaian fisik obat dengan faktur. Selanjutyan PPB akan upload ke SKA bahwa telah menerima
faktur nomor tertentu. Kemudian akan di upload juga di SIM RS agar semua petugas di gudang bisa cek
dan tersedia laporan penerimaan yang membuktikan adanya obat yang masuk.
Selain berasa dari pembelian, pengadaan di IF RSWS juga berasal dari kementrian kesehatan yang
disebut hibah program serta ada yang berasal dari sumbangan/hibah lainnya.
2. Bagaimana ketersediaan obat yang Ketersediaan obat masih dalam kategori baik walaupun tidak semua jenis obat sudah tersedia karena
diusulkan pada saat perencanaan dalam memang terjadi dipihak distributor.
proses pengadaan?
3. Apakah obat yang diterima telah Masih belum, kekosongan masih sering terjadi karena ketidaksediaan di tingkat PBF. Kebijakannya ialah
mencukupi kebutuhan 1 periode kedepan? melakukan peminjaman ke rumah sakit jejaring aau membuat daftar perencanaan tambahan.
Jika tidak, apakah ada kebijakan pihak
rumah sakit/ IF untuk mengatasinya?
4. Apakah pernah terjadi pemesanan ulang Pemesanan ulang sebenarnya tidak pernah dilakukan jika dalam artian stok yang telah dipesan untuk
dalam satu periode pengadaan? Jika ya, kebutuhan 1 periode mengalami kehabisan stok. Pemesanan ulang yang terjadi di RSWS hanya karena
bagaimana langkah-langkh pemesanan pihak distributor tidak dapat memnuhi permintaan sehingga pemesanan dilakukan ke distributor yang
ulang obat tersebut? lainnya.
5. Apakah obat yang dipesan baik saat Tidak, obat datang secara bertahap 2-3 kali datang baru full 100% dari total yng dipesan.
pengadaan awal ataupun pemesanan ulang
selalu datang tepat waktu?
87
6. Apakah ada kendala atau masalah dalam Kendala dalam proses pengadaan diantaranya, alokasi dana yang tidak mencukupi, kekosongan obat di
proses pengadaan obat? distributor, keterlambatan distributor memasok obat, kurangnya komunikasi antara user, dan masih
terdapat obat yang tidak termasuk dalam e-catalog sehingga pemesanan harus melalui jalur regular.
c. Penyimpanan Obat
88
narkotika, lemari pendingin, AC untuk efisiensi dan efektifitas pengerjaan.
ruangan bahan tertentu, dll)
5. Bagaimana keamanan obat yang di Untuk keamanan di gudang farmasi sudah terjamin karena ruangan di awasi oleh CCTV 24 jam,
simpan di gudang farmasi RSUP Dr. diberlakukan akses terbatas dan pintu gudang selalu dalam keadaan tertutup.
Wahidin Sudirohusodo Makassar?
d. Pendistribusian Obat
89
di kasih tinggal di depo, 1 untuk laporan ke rumah sakit dan 1 yang warna kuning untuk arsip gudang.
3. Siapa saja yang terlibat dan bertanggung Yang bertanggug jawab utama ialah koordinator pengelolaan sediaan farmasi, alkes dan BMHP. Namun
jawab dalam proses distribusi obat? untuk pendistribusian ada penanggung jawab masing-masing depo yang telah di beri mandat.
Untuk orang yang terlibat ialah petugas gudang yang bertugas melayani permintaan masing-masing
depo, kurir dan petugas atau penanggung jawab depo, serta 1 orang saksi dari petugas gudang.
4. Apakah ada kendala yang terdapat pada Kendala dalam proses pendistribusian ialah tenaga kurir yang masih kurang sehingga proses
proses pendistribusian obat? pendistribusian agak menumpuk dan lambat. Kedua terkadang terdapat ketidaksesuaian antara jumlah
obat yang tercatat di komputer dengan stok fisik obat.
e. Penghapusan Obat
90
pemusnahan atau penghapusan baik dengan cara di tanam maupun dibakar.
3. Apakah ada kendala dalam proses Tidak terdapat kendala dalam proses penghapusan, hanya saja perizinan yang memakan waktu cukup
penghapusan obat? Jika iya, jelaskan? lama.
f. Pengendalian Obat
2. Bagaimana proses pengendalian yang Pengendalian dilakukan dengan membatasi obat yang masuk di RSWS, hanya obat yang sesuai dengan
dilakukan oleh instalasi farmasi RSUP Dr. formularium rumah sakit; perencanaan obat dilakukan dengan metode tertentu agar pengadaan lebih
Wahidin Sudirohusodo Makassar? efisien, obat yang mendekati tanggal kadaluarsa diupayakan melakukan penggantian ke distributor, obat
yang stagnan kita komunikasikan sehingga bisa diedarkan.
91
92
1) SDM
Sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi RSUP Dr. Wahidin
departemen atau bagian yang dikoordinatori oleh seorang memiliki latar belakang
pendidikan apoteker.
Pendidikan (minimal)
Apoteker Apoteker 28 orang
Tenaga Teknis
S1 Farmasi, D3 Farmasi 123 orang
Kefarmasian (TTK)
Administrasi S1 Farmasi 5 orang
mengelola persediaan obat di IF RSWS pada tahun 2019 berjumalah 163 orang
penanggung jawab depo dan 7 orang kurir farmasi. Jumlah ini berkurang dari
akibat menumpuknya pekerjaan serta proses pencatatan pada kartu stok yang tidak
pada saat pengeluaran obat namun dilakukan nanti pada saat terdapat waktu luang.
Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan beberapa informan yang
kutipan wawancaranya:
tidak ada jadi yahh masih kuranglah untuk SDMnya. Itu juga masih belum
dihitung beban kerja kegiatan baru disini,, eee,, yang pengimputan online
karena kerjaan disini menumpuk jadi yah,, mereka di pasang di sini dulu
toh…”(IF-2)
berupa SOP yang telah dilakukan peneliti, peran petugas gudang farmasi dalam
antara lain:
a) Menerima barang yang datang dari supplier dan menata barang di masing-
wawancara bersama informan sudah sesuai dengan prosedur yang ada. Akan
tetapi ada sedikit perbedaan dengan hasil observasi, dimana ada beberapa kegiatan
jawabnya, ketersediaan sarana dan prasarana merupakan salah satu hal yang
penting dan perlu diperhatikan. Dari hasil observasi di instalasi farmasi RSWS
Dari hasil obervasi dan telaah dokumen yang berupa SOP deskripsi kerja
hasil perencanaan dan pengelolaan obat di setiap bulannya melalui sistem rumah
sakit serta deskripsi tahapan saat masuk dan keluarnya obat dari gudang farmasi.
Tablel 4.5 Hasil Observasi dan Telaah Dokumen Kebijakan (SOP) IF RSWS
No. Pernyataan Observasi Keterangan
a. Proses
obat yang dibutuhkan dalam sebulan ditambahkan dengan stok pengaman (buffer
stock) dan stok waktu tunggu (lead time). Penentuan kebutuhan ini kemudian
obat ialah koordinator perencanaan, administrasi & umum dan tim pengadaan
(ULP) namun karena di anggap terlalu rumit maka biasanya koordinator
98
Dalam hal penerimaan barang, pernyataan dalam wawancara didukung oleh hasil
distributor ingin pengantarkan obat diluar jam kerja. Hal ini kadang memaksa
petugas bekerja overtime jika obat yang ingin dipasok bersifat cito.
penghapusan yang dilakukan di IF RSWS sudah sesuai satu dengan yang lainnya,
hanya saja tenaga kerja dalam proses pendistribusian masih kurang sehingga
Untuk proses pengendalian obat, hasil observasi dan telaah dokumen yang
tenaga pekerja di iF RSWS sendiri dan juga komunikasi antar tenaga medis
b. Output
Sudirohusodo Makassar
garis besar ketersediaan obat sudah sesuai kebutuhan, akan tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa masih ada beberapa obat yang tidak tersedia baik di depo
pelayanan maupun stok di gudang farmasi instalasi farmasi RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo. Hal ini biasanya disebabkan karena alokasi dana yang tidak
mencukupi, permintaan yang tinggi serta kekosongan yang memang terjadi dari
pihak supplier atau distributor. Jika di lihat dari segi kualitas, sejauh ini kualitas
obat-obat yang ada di instalasi farmasi RSUP Dr. Wahidin sudirohusodo sudah
baik, hanya saja agar memaksimalkan mutu obat-obatan sebaiknya obat di berikan
farmasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo sejauh ini sudah baik karena terdapat
akses masuk ke gudang juga tidak terbuka umum dan gudang pun di lengkapi
“…di dalam itu ada cctv, untuk memantau,, kemudian kita melaksanakan
petugas gudang tidak boleh memsuki area tempat,, pintu gudang harus
selalu dlam keadaan tertutup…” (IF-1)
harus melewati office gudang dulu toh,, jadi ketahuan siapa-siapa yang
masuk, di gudang juga,, kalau bukan petugas gudang atau yang tidak
berkepentingn tidak boleh masuk,, selain itu sudah ada cctv yang
memantau…” (IF-2)
C. Pembahasan
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai
evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup
(Kemenkes, 2010).
manajemen yang baik pula. Namun hal tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor
2010 bahwa untuk melihat efektifitas dari pengelolaan persediaan obat perlu
manajemen logistik dan proses pengelolaan itu sendiri. Faktor input terdiri dari
sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana, dan prosedur. Sementara
itu, proses dari pengelolaan persediaan obat yang perlu diperhatikan ialah mulai
kegiatan atau proses. Input memegang peran yang dalam suatu sistem karena jika
input tidak tersedia dengan baik, maka dapat menghambat kegiatan yang terjadi
dalam proses pada suatu sistem bahkan dapat menghambat suatu sistem untuk
rumah sakit harus dapat menyediakan input sesuai dengan peraturan dan pedoman
yang ada, salah satunya adalah pedoman yang dibuat Kemenkes Tahun 2010.
Menurut pedoman tersebut, terdapat beberapa hal yang perlu tersedia untuk
sumber daya manusia, anggaran, dokumen, prosedur serta sarana dan prasarana.
SDM merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam proses
bahwa jumlah SDM yang ada di IF RSWS ialah 163 orang dimana yang terlibat
jawab di depo farmasi yang membantu dalam perencanaan obat dan 7 orang yang
berkurang dari tahun sebelumnya yakni 38 orang, dimana terdapat seorang kurir
yang resign. Oleh karena itu menurut informan, SDM yang ada di IF RSWS
manusia dalam pengelolaan persediaan obat terdiri dari satu orang kepala instalasi
farmasi, satu orang kepala gudang, satu orang pengurus barang, dan satu orang
pelaksana dengan standar kuaifikasi menurut Kepmenkes RI Nomor
apoteker).
manusia yang berperan dalam pengelolaan obat di IF RSWS sudah sesuai, namun
jika dibandingkan dengan perhitungan analisis beban kerja maka jumlah SDM
yang ada sekarang ini belum memadai. Sedangkan untuk kualifikasinya sudah
sesuai dengan peraturan yang ada dan SOP yang terdapat di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar.
mengikutinya dan materi yang diberikan pun tidak spesifik terhadap proses
pengelolaan obat agar lebih efektif dan efisien sehingga dianggap masih perlu di
(2012), diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
persediaan obat karena membuat waktu kerja yang overtime pada petugas. Hal ini
tertunda. Selain itu sumber daya manusia yang masih kurang dapat membuat
dengan baik. Oleh karena itu perlu adanya proses rekrutmen dan seleksi lagi untuk
b) Anggaran
yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa tidak adanya anggaran khusus yang
disediakan oleh pihak rumah sakit yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan
sarana dan prasarana, dan lain sebagainya termasuk pada anggaran umum dengan
(2010) menyebutkan bahwa salah satu input yang perlu disediakan dalam
yang terdapat di gudang farmasi seperti perawatan AC, printer dan komputer.
Akan tetapi pengelolaan anggaran untuk pemeliharaan sarana dan prasarana dan
biaya peralatan yang ada. Kurang baiknya pemeliharaan terhadap gudang farmasi
dan peralatan yang terdapat didalamnya sering kali berakibat pada pendeknya
masa pakai peralatan tersebut, dan berdampak pada meningkatnya tambahan biaya
akan menjamin mutu persediaan dan memperpanjang masa pakai dari peralatan
105
tersebut. Jika terdapat obat ataupun alat yang rusak, maka dapat menghambat
kerja dari petugas dan manajemen harus memperbaiki alat tersebut dengan biaya
yang cukup besar serta waktu pengerjaan tertentu. Hal ini tentu dapat
menimbulkan kerugian bagi rumah sakit baik dalam hal biaya maupun kinerja
Adanya fasilitas yang lengkap merupakan salah satu faktor yang harus
dipenuhi oleh instansi yang melayani kegiatan pelayanan kesehatan karena dengan
Berdasarkan hasil peelitian yang di lakukan maka dapat diketahui bahwa fasilitas
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit harus didukung oleh sarana dan peralatan
menjamin lingkungan kerja yang aman untuk petugas dan memudahkan sistem
komunikasi rumah sakit, baik fasilitas utama dan fasilitas penunjang dalam
untuk sediaan steril, non steril, maupun cair untuk obat luar atau dalam. Fasilitas
pallet, Laminar Air Flow (LAF) dan lain sebagainya. Kendala lainnya ialah luas
ruangan yang digunakan dalam proses pengelolaan obat baik dalam kegiatan
No. 72 Tahun 2016 yang menyatakan bahwa luas ruangan minimal 2 (dua) kali
daerah kerja + peralatan, dengan jarak seyiap peralatan minimal 2,5 m. kendala
keterbatasan ruang gerak dan fasilitas penunjang juga membuat kurang efektifnya
d) Prosedur
suatu perangkat lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja atau
prosedur kerja tertentu. Oleh karena prosedur kerja yang dimaksud bersifat tetap,
dokumen tertulis.
telaah dokumen dan observasi maka dapat disimpulkan bahwa SOP yang ada
terkait dengan proses pengelolaan obat sudah dibuat secara singkat dan jelas agar
mudah dimengerti oleh para petugas. Hal ini sudah sesuai dengan Permenkes No.
kegiatan yang membuat pekerjaan harus ditunda dan pada akhirnya menumpuk.
Namun hal tersebut masih dapat teratasi dan tidak berpengaruh signifikan
adanya prosedur setiap tenaga kerja dapat mengetahui tugas, wewenang dan
tanggung jawab pekerjaan yang harus dilakukan sehingga dalam pengelolaan obat
dapat berjalan dengan baik dan dapat terhindar dari kesalahan, keraguan dan
a) Perencanaan
obat sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat waktu, tepat jumlah dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk
yang di bawahi oleh kepala instalasi farmasi. Jenis obat yang termasuk dalam
perencanaan di IF RSWS sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Dimana jenis
obat yang terdapat dalam daftar perencanaan ialah obat yang ada di formularium
rumah sakit. Formularium rumah sakit yang berlaku di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo mencakup didalamnya ialah semua obat generik, semua obat yang
ada di e-catalog, semua obat yang ada di formularium nasional dan obat-obat
usulan SMF (anak, bedah, jantung, brain center, dan lan-lain). Metode yang
out).
administrasi & umum ialah sebesar 10% sampai 20% dari persediaan yang ada.
sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh Utari (2014) di RS Zahirah
(buffer stock) sebesar 10% sampai 20% pada setiap kali melakukan perencanaan
pengaman.
Namun dalam hal perencanaan kebutuhan obat terdapat kendala yang biasa
di hadapi dimana terkadang masih terjadi stagnant maupun stock out karena
komunikasi antara user yang masih minim dan distributor yang kehabisan stok
atau lambat mengantar obat. Selain itu masalah yang juga dihadapi dalam
oleh krena itu ada beberapa obat yang sering kosong dan ada juga yang
perencanaan harus melihat dari segi konsumsi dan pola penyakit, karena dengan
menggunakan dua metode tersebut dapat menghitung jumlah kenjungan dan jenis
berdasarkan data rill konsumsi perbekalan farmasi periode lalu, dengan berbagai
ini karena kalau tidak justru mendukung pengobatan yang tidak rasional di rumah
sakit.
pola penyakit selain itu petugas lebih memperhatikan stok pengaman serta
melakukan cek stok secara berkala.
b) Pengadaan
dengan mutu yang baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses
berjalan lancar dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan ( Depkes,
2008).
diketahui bahwa proses pengadaan obat di Instalasi Farmasi RSUP Dr. Wahidin
111
prosedur yang ada di rumah sakit. Secara singkat proses pengadaan yang ada di
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dimulai dari daftar kebutuhan obat
yang telah di setujui oleh kepala instalasi farmasi akan di bawa ke direktorat
medik kemudian diteruskan ke tim pengadaan yakni ULP dan PPK, jika di setujui
RSWS juga berasal dari kementrian kesehatan yang disebut hibah program serta
RSWS selalu memperhatikan hal-hal yang wajib di cek sesuai dengan hal yang
perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
(2) Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS).
112
(3) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus
(4) Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu
(vaksin, reagensia, dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat
dipertanggung jawabkan.
mengantarkan obat ke rumah sakit atau obat yang dipesan tidak tersedia/ kosong
membutuhkan waktu tunggu obat yang semakin lama sehingga perhitungan dalam
perencanaan pun harus dikoreksi sedemikian rupa. Selain kendala tersebut, juga
komunikasi antara user sehingga terkadang ada resep yang tidak sesuai dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Tujuan
operasional yang berlaku dan sudah sesuai dengan peraturan yang berlakau namun
113
dalam pengaturan tata ruang penyimpanan masih peru diperbaiki karena gudang
IF RSWS belum menerapkan sistem satu lantai, penggunaan pallet pun masih
terbatas, dan masih terdapat penumpukan barang yang berada di dalam gudang
ialah disusun berdasarkan abjad, juga berdasar bentuk sediaan serta kestabilan
Hasil peneitian ini didukung oleh peraturan yang berlaku yakni menurut
Permenkes No. 72 Tahun 2016, Instalasi Farmasi harus dapat memastikan bahwa
obat disimpan secara benar dan diinspeksi secara periodik. Metode penyimpanan
dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan disusun
secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan BMHP yang penampilan dan penamaan yang
mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus
sebagai berikut: Kemudahan bergerak, sirkulasi udara yang baik, penempatan rak
kembali terhadap tata ruang penyimpanan sehingga penataan lebih rapi lagi,
penambahan pallet obat juga dibutuhkan agar sirkulasi udara obat lebih baik serta
gudang yang harusnya dibagun sesuai dengan standar agar pengelolan persediaan
d) Pendistribusian
sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Tujuan pendistribusian
unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan. Artinya, di rumah sakit itu
mungkin hanya satu IFRS tanpa depo/satrelit IFRS di beberapa unit pelayanan.
Sedangkan sistem desentralisasi dilakukan oleh beberapa depo/satelit IFRS di
sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi desentralisasi ini sama
dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruangan, hanya saja sistem
distribusi desentralisasi ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan
menerapkan sistem desentralisasi yaitu melalui depo atau satelit farmasi yang ada
di rumah sakit. jika stok obat yang ada di suatu depo atau saletil yang ada di
rumah sakit sudah sedikit atau hampir habis, maka pihak depo akan melakukan
permintaan ke gudang induk farmasi sesuai dengan hari yang ditentukan dan
115
disertai engan penginputan data permintaan pada sistem rumah sakit, yakni SIM
RS. Kemudian pihak gudang akan melakukan print out sebagau bentuk bukti
pemesanan obat, selanjutnya barang yang dipesan disiapkan dan dibalas dengan
menginput kembali ke SIM RS. setelah itu barang akan diantarkan pada depo
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya jumlah permintaan obat, jika jumlah obat
diminta, maka bisa dilakukan pendistribusian ke unit tersebut. Akan tetapi jika
obat yang diminta jumlahnya tidak memungkinkan untuk dilakukan
pendistribusian sesuai permintaan, maka obat yang disediakan oleh pihak gudang
hanya sedikit dan bahkan tidak dapat dilakukan distribusi karena obat yang
dipesan kosong.
oleh tenaga kerja yang telah diberi tanggung jawab sebagai kurir farmasi dan
pelaksanaannya pun sudah sesuai dengan SOP yang berlaku di rumah sakit. Akan
tetapi masih terdapat beberapa masalah atau kendala dalam proses pendistribusian
yakni tenaga kurir yang masih kurang sehingga proses pendistribusian agak
obat yang tercatat di komputer dengan stok fisik obat. Untuk menghindari hal
tersebut sebaiknya pihak rumah sakit melakukan perekrutan SDM dalam hal ini
e) Penghapusan
kaduluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
yang sudah tidak memenuhi syarat dikelola sesuai dengan standar yang berlaku.
obatan di IF RSWS dimulai dengan proses pembuatan daftar obat yang kadaluarsa
atau rusak oleh petugas gudang, dan di tanda tangai oleh kepala IF RSWS.
persetujuan dari 2 kementrian sudah diperoleh, maka pihak RSWS akan menyurat
sebagai saksi dalam proses pemusnahan atau penghapusan baik dengan cara di
tahapan pemusnahan obat terdiri dari : Membuat daftar sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan, menyiapkan
maka dapat diketahui bahwa proses penghapusan obat syang dilakukan oleh IF
RSWS sudah sesuai dengan SOP dan pearturan yang ada. Untuk menghindari
117
jumlah obat yang rusak atau expired date lebih banyak lagi, sebaiknya pihak IF
RSWS mengevaluasi stok obat yang slow moving dan melakukan koordinasi yang
lebih baik lagi dengan tenaga medis lainnya. Selain itu juga perlu dilakukan
evaluasi terhadap obat-obat yang sudah tidak direepkan lagi selama 3 bulan
berturut-turut.
f) Pengendalian
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam jumlah dan
waktu yang tepat serta dapat meminimumkan biaya total melalui penentuan apa,
persediaan farmasi yang ada di IF RSWS dilakukan dengan berbagai cara yang
sudah sesuai dengan SOP rumah sakit yang berlaku diantaranya seperti membatasi
obat yang masuk di IF RSWS yakni hanya obat-obatan yang sesuai dengan
formulrium rumah sakit, melalukan perhitungan tertentu (buffer stock dan lead
time) pada proses perencanaan, melakukan pergantian obat yang dekat expired
oleh pihak IF RSWS dimana hal ini berfungsi untuk memudahkan dalam
memonitor jumlah stok obat setiap harinya dengan pencatatan melalui kartu stok
118
yang berisikan data-data berupa tanggal dan jumlah obat masuk serta keluar,
kemudian data yang ada di kartu stok dicocokkan dengan jumlah fisik persediaan
obat yang ada pada rak/pallet penyimpanan dan juga mencocokkannya dengan
yaitu:
obat, pengembalian obat yang tidak digunakan dan pengendalian obat dalam
makan proses pengendalian yang dilakukan oleh IF RSWS sudah sesuai dengan
SOP yang berlaku dan sesuai dengan peraturan dalam pedoman perbekalan
farmasi. Hal yang perlu ditingkatkan ialah kedisiplinan user dalam melakukan
pengecekan stok obat serta lebih sering melakukan komunikasi baik antar sesame
tenaga kerja di IF RSWS maupun koordinasi dengan tenaga medis lainnya agar
3. Output
tercapainya ketersediaan obat-obatan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang
memadai serta sesuai dengan waktu yang dibutuhkan dengan biaya seredah-
rendahnya dan hasil yang optimal. Selain itu juga dimaksudkan agar tersedianya
persediaan yang ada tidak terganggu oleh keadaan-keadaan yang tidak diharapkan
119
sebagianya.
Dari hasil penetian yang dilakukan, maka secara garis besar dapat
namun masih terdapat beberapa obat yang terkadang tidak tersedia karena
disebabkan stok pada pihak distributor atau PBF mengalami kekosongan. Dari
hasil penelitian juga diketahui bahwa di kesesuaian obat yang direncanakan dan
stok obat yang ada pada suatu periode pengadaan hanya sebesar 39% saja. Selain
itu, di IF RSWS juga masih banyak obat yang mengalami kerusakan atau expired
date. Hal ini menandakan pengelolaan obat baik pada input maupun proses-proses
dalam pengelolaan obat masih harus di evaluasi agar manajemen pengelolaan obat
Data obat yang mengalami kerusakan ataupun expired date mulai tahun
2018 s/d Juni 2019 tercatat lebih dari Rp. 71.902.356,00 dan terdapat sejumlah
81.179 biji obat penelitian yang expired date. Untuk obat penelitian pihak rumah
sakit tidak mengalami kerugian karena obat-obat tersebut merupakan obat yang
pengadaannya berasal dari hibah pemerintah. Sedangkan obat yang pengadaannya
berasal dari pembelian rumah sakit mengalami kerusakan ataupun expired date
pada akhirnya banyak obat yang tidak digunakan sehingga penumpukan obat pun
tidak dapat terhindari. Hal ini tentu belum dikatakan efisien dan belum sesuai
standar yang dibuat oleh Kemenkes Tahun 2010 yang menyatakan bahwa
Menurut Aditama (2007) output adalah jumlah barang atau jasa yang
Dengan masih adanya obat yang mengalami kekosongan dan kadaluarsa, gudang
efisien agar kebutuhan obat di rumah sakit dapat terpenuhi dengan baik dan rumah
sakit tidak mengalami kerugian. Hal ini juga didukung pernyataan menurut
Badaruddin (2015) yang mengatakan bahwa output adalah barang atau jasa yang
digunakan. Bagusnya pencapaian output tidak lepas dari baiknya input yang
dimiliki, begitu juga sebaliknya apabila input yang dimiliki tidak baik, maka
belum sesuai dengan standar yang dibuat oleh Kemenkes Tahun 2010 yang
menyatakan bahwa persentase obat kadaluarsa dan rusak sebesar 0%. Berdasarkan
data yang diperoleh masih ada obat-obatan yang mengalami kekosongan dan
terdapat pula yang mengalami kerusakan maupun kadaluarsa. Hal ini terjadi
karena beberapa faktor diantaranya input dalam pengelolaan obat masih kurang
baik diantaranya sumber daya manusia yang belum memadai dan masih perlu
proses pengadaan obat saja, serta fasilitas yang belum memadai dalam proses
pengelolaan obat.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa
Sudirohusodo Makassar masih belum efektif dan efisien yang dapat dilihat dari
1. Input
berjumlah 33 orang, dimana jumlah ini belum sesuai jika dibandingkan dengan
beban kerja yang dimiliki serta SDM yang ada masih perlu diberikan pelatihan
dalam pengelolaan obat agar ketelitian dan kedisiplinan petugas pun lebih
meningkat lagi.
belum memadai.
dari ruang kantor, ATK, telpon, lemari biasa, lemari narkotika, lemari pendinngin,
AC, meja dan kursi, troli, lift daln lin-lin. Akan tetapi tata letak ruangan masih di
tidak efektif dan efisien utamanya adalah bangunan gudang farmasi yang berada
di lantai 2 dan beralaskan papan serta depo TPN / Obgyn yang terletak jauh di
sudut rumah sakit dengan peraturan dan luas ruangan yang tidak memenuhi
Wahidin Sudirohusodo Makassar sudah lengkap dan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
121
122
2. Proses
berdasarkan atas sistem FIFO/FEFO. Namun masih terdapat obat yang dibiarkan
timbun yang didampingi oleh pihak terkait sesuai SOP dan telah mendapat izin
tenaga medis lainnya untuk mengedarkan obat yang stagnant atau slow moving.
3. Output
jumlah dan jenis obat. Selain itu untuk obat yang rusak dan kadaluarsa pada tahun
2018 sampai dengan juni 2019 tercatat lebih dari Rp. 71.902.356,00 serta
sebanyak 81.179 biji obat penelitian yang tersusun di dalam 10 dos dan masih
123
idealnya obat yang rusak atau kadaluarsa menurut kemenkes RI (2010) ialah 0%.
B. Saran
yang ada di instalasi farmasi RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar untuk
masing-masing.
KEPUSTAKAAN
Aditama, Tjandra Yoga. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta:
UI-Press. 2007.
Anief, M. Apa yang Perlu Diketahui tentang Obat Edisi Ketiga.Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. 1997.
Badaruddin, Mahmud. Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat di Gudang
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Sekayu kabupaten Musi
Bayuasin Palembang Tahun 2015. Skripsi. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah. 2015.
Blocher, Edward J, dkk. Manajemen Biaya: Penekanan Strategis. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat. 2013.
Budiharjo, M. Panduan Praktis Menyusun SOP. Jakarta: Raih Asa Sukses. 2014.
124
125
PEDOMAN WAWANCARA
MANAJEMEN PENGELOLAAN LOGISTIK OBAT DI INSTALASI
FARMASI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Karakteristik Informan
Nama informan : ……………………………………………………………
Umur : ……………………………………………………………
Pendidikan : ……………………………………………………………
Jabatan : ……………………………………………………………
Masa kerja : ……………………………………………………………
Pertanyaan
INPUT
Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Apakah sumber daya manusia yang ada di instalasi farmasi sudah mencukupi
dan dapat menyelesaikan semua pekerjaan yang ada?
2. Bagaimana kualifikasi SDM terkait dengan pengelolaan logistik obat di
RSWS? Apakah sudah sesuai dengan peraturan atau SOP?
3. Apakah pernah dilakukan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan terkait dengan pengelolaan persediaan obat
Anggaran
1. Apakah ketersediaan sumber anggaran untuk pengelolaan obat RSWS lancar?
2. Darimana saja sumber anggaran dan bagaimana mekanisme pencairan
anggaran tersebut?
3. Apakah semua dana yang dikeluarkan digunakan hanya untuk pengadaan obat
saja? Jika tidak, untuk apa saja?
4. Apakah ada kendala atau masalah dalam proses penganggaran?
Sarana dan Prasarana
1. Fasilitas apa saja yang digunakan dalam proses pengelolaan persediaan obat di
instalasi farmasi RSWS Makassar?
128
129
PROSES
Perencanaan Obat
1. Siapa saja yang terlibat dalam proses perencanaan obat?
2. Bagaimana proses perencanaan kebutuhan persediaan obat yang dilakukan
instalasi farmasi RSWS Makassar?
3. Apakah ada metode khusus yang digunakan dalam proses perencanaan
tersebut? Jika ada, metode apa itu?
4. Kapan perencanaan penentuan kebutuhan obat dilakukan? Jenis obat apa saja
yang termasuk dalam perencanaan?
5. Apakah perencanaan kebutuhan obat yang dilakukan selama ini sudah efektif?
Jika tidak, apa masalah yang terkait?
6. Adakah kendala dalam proses perencanaan kebutuhan obat?
Pengadaan Obat
1. Bagaimana proses penganggaran dalam kegiatan pengadaan obat?
2. Bagaimana ketersediaan obat yang diusulkan pada saat perencanaan dalam
proses pengadaan?
3. Apakah obat yang diterima telah mencukupi kebutuhan 1 periode kedepan?
Jika tidak, apakah ada kebijakan pihak rumah sakit/IF untuk mengatasinya?
4. Apakah pernah terjadi pemesanan ulang dalam satu periode pengadaan? Jika
ya, bagaimana langkah-langkah pemesanan ulang obat terebut?
5. Apakah obat yang dipesan baik saat pengadaan awal ataupun pemesanan
ulang selalu datang tepat waktu?
130
LEMBAR OBSERVASI
Lokasi Observasi: Hari/Tanggal Observasi:
2. Dokumen
Hasil
No. Variable Observasi Ket.
Ya Tidak
1. Buku Harian Penerimaan Obat
2. Buku Harian Pengeluaran Obat
3. Kartu Induk Persediaan Obat
4. Kartu Stok Obat
5. Surat Perintah Mengeluarkan Barang (SPMB)
6. Surat Bukti Barang/Obat Keluar
7. Surat Kiriman Obat
131
132
Pengaturan Penyimpanan
Hasil Ket.
No. Variable Observasi
Ya Tidak
1. Obat diletakkan diatas rak/lemari penyimpanan
2. Obat disimpan dalam gudang/ ruang khusus
untuk obat, tidak dicampur dengan peralatan
lain.
3. Obat tidak diletakkan diatas lantai.
4. Obat tidak diletakkan menempel pada dinding.
5. Obat diletakkan sesuai metode FIFO/FEFO.
135
136
Lampiran 4
137
Lampiran 5
SURAT PERSETUJUAN
(INFORMED CONCENT)
Makassar .
Nama :
Umur :
Alamat/No HP:
Jenis Kelamin :
sebagai informan. Saya menyadari bahwa keikutsertaan diri saya pada pada
penelitian ini adalah sukarela. Saya setuju akan memberikan informasi yang
Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada
(Fathurrahmi) ( )
138
Lampiran 6
139
Lampiran 7
140
Lampiran 8
DOKUMENTASI PENELITIAN
A. Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
141
142
152