Cover-Bab IIIhh
Cover-Bab IIIhh
Cover-Bab IIIhh
OLEH:
OLEH:
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan,
Dr.Eng.M.Islamy Rusyda,ST.,MT.
NIDN.0824017501
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
Mengetahui,
2
iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam naskah tugas akhir ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah di tulis atau di publikasikan oleh orang lain, kecuali naskah
yang tertulis yang dikutip dan disebutkan dalam daftar pustaka.
3
v
4
5
MOTO HIDUP
6viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya
Sumbawa Barat Mineral, yang dilakukan dari bulan Juni 2021 sampai dengan Juli
Muhammadiyah mataram.
3. Bapak Fariz Primadi Hirsan, ST.,MT selaku wakil Dekan Fakultas Teknik
4. Bapak Dr. Aji Syailendra Ubaidillah, ST., M.Sc selaku ketua program studi
5. Bapak Joni Safaat Adiansyah, ST., M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing I
Barat Mineral
9. Bapak Geovana Restu Perkasa selaku admin Safety PT. Sumbawa Barat
Mineral.
ix
iii
10. Rekan-rekan Mahasiswa tambang Universitas Muhammadiyah Mataram
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karna itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang
Mataram,Agustus 2021
Penulis
xiv
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PERTAMBANGAN DI PT. SUMBAWA BARAT MINERAL
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
ABSTRAK
xi
v
PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)
PERTAMBANGAN DI PT. SUMBAWA BARAT MINERAL
KABUPATEN SUMBAWA BARAT
PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
xiii
vii
3.4 Hazard Identification Risk Assessment Determinant
xiv
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor. 13 Tahun 2003 pasal
87, Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu hal penting yang
harus diterapkan oleh semua perusahaan. Menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor. 463/MEN/1993 Tentang Pola Gerakan Nasional Membudayakan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa Kesehatan dan Keselamatan kerja
merupakan suatu upaya perlindungan yang ditunjukan agar tenaga kerja dan orang
lainnya ditempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat,
serta agar setiap sumber produksi dapa digunakan secara aman dan efisien.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sendiri juga diartikan sebagai suatu kegiatan
yang menjamin terciptanya suatu pekerjaan yang aman, dan terhindar dari suatu
gangguan fisik maupun mental dimana melalui pembinaan, pelatihan, pengarahan
serta kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari pekerja dan pembinaan memberi
bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintahan
maupun dari perusahaan itu sendiri (Mathis dan Jackson, 2006).
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada industri pertambangan
akhir-akhir ini terus berkembang seiring dengan teknologi dalam bidang industri
pertambangan. Kemajuan tersebut telah mengakibatkan munculnya berbagai
macam persoalan. Selain itu dampak industri pertambangan yang semakin
komplek juga telah menjadi perhatian banyak orang. Hal ini terbukti dari
banyaknya tekanan yang datang dari masyarakat luas terhadap pengelolaan dan
kehadiran pertambangan ditengah-tengah kehidupan mereka. Munculnya
persaingan yang ketat antar industri pertambangan, sering dikaitkan dengan
berbagai isu masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat digunakan
sebagai alat dalam memasuki pasar dunia. Dengan semakin maju dan
berkembangnya kegiatan pertambangan yang diiringi dengan kemajuan teknologi
serta semakin intensifnya penggunaan tenaga kerja tambang, maka semakin besar
risiko.
1
Pertambangan merupakan kegiatan yang memiliki resiko tinggi dalam
kaitannya dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Data dari Kementerian
Energi dan Sumberdaya Mineral seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1 terlihat
bahwa angka kecelakaan berat tertinggi pada periode tahun 2012-2020 terjadi
pada tahun 2019 dengan 105 kejadian. Hal menarik yang dapat disimpulkan juga
adalah terjadinya penurunan kecelakaan ringan, namun kecelakaan dengan
klasifikasi berat dan mati umumnya mengalami kenaikan.Karakteristik
pertambangan yang memiliki resiko kerja tinggi tentu memerlukan pengelolaan
yang baik agar potensi resiko tidak menimbulkan kerugian terhadap manusia,
properti, dan lingkungan. Pengelolaan resiko yang baik dan efektif akan juga
memberikan nilai tambah terhadap peningkatan produksi.
Sumber: https://modi.esdm.go.id/kecelakaantambang
Gambar 1.1 Kecelakaan Tambang Periode 2012-2020
2
melakukan analisa terhadap penerapan manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pertambangan sehingga judul Tugas Akhir ini adalah “Penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pertambangan di PT. Sumbawa Barat
Mineral Kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat”.
3
Sumbawa Barat-Nusa Tenggara Barat
Waktu : Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan mulai tanggal 02
Juni sampai tanggal 31 Juli 2021
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PT. Sumbawa Barat Mineral pada awalnya, PT. Indotan Sumbawa Barat
meperoleh IUP dari Bupati Sumbawa Barat No. 602 Tahun 2010 dengan luas
31.204 Ha, selanjutnya pada tanggal 8 Agustus 2014 PT. Indotan Sumbawa Barat
memperoleh IUP Operasi Produksi dengan Nomor 732 (KW.
3.7.52.07.2.06.2014.001) seluas 24.722 Ha untuk jangka waktu 20 tahun. Pada
tanggal 6 November 2018, PT. Indotan Sumbawa Barat memperoleh surat dengan
Nomor : 503/086-XI/03/IUP-OP/DPMPTSP/2018 mengenai Perubahan Atas
Keputusan Bupati Sumbawa Barat Nomor 732 tahun 2014 tentang Persetujuan
Peningkatan IUP Eksplorasi menjadi IUP Operasi Produksi. Pada tanggal 29 Juli
2019, PT. Indotan Sumbawa Barat memperoleh persetujuan perubahan nama
perusahaan menjadi PT. Sumbawa Barat Mineral dari Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, provinsi Nusa Tenggara Barat dengan nomor:
540/03-814/DPM-PTSP/2019.
5
sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 2014. Nomor: 503/094/IUP
OP/DPMPTSP/2019 tentang Pemberian Ijin Usaha Pertambangan Operasi
Produksi.
PT. Sumbawa Barat Mineral telah memiliki struktur organisasi dengan KTT
yang telah resmi disahkan oleh KAIT ( kepala inspektur tambang ) melalui surat
Nomor: 05/X/PTSBM/KTT/2020. Posisi KTT merupakan posisi tertinggi di site
dengan dibantu oleh pengawas operasional, pengawas teknis, dan PJO dari
beberapa perusahaan kontraktor yang telah memiliki ijin (IUJP). Jumlah karyawan
PT. Sumbawa Barat Mineral saat ini berjumlah 4 orang dan total karyawan
kontraktor berjumlah 135 orang. Dalam periode eksplorasi lanjutan ini, PT.
Sumbawa Barat Mineral melalui kontraktor pengeboran menggunakan 2 (dua)
mesin pengeboran dengan tipe Duralite 1000 dengan kapasitas mencapai
1000meter pengeboran inti berukuran NQ. Mesin bor dioperasikan oleh PT. Major
Drilling Indonesia (Gambar 2.1). Selain itu, PT. SBM juga menggunakan alat
angkut berupa 1 (satu) helicopter untuk memindahkan mesin bor dan
6
pengangkutan logistik dari area helipad yang ada dilokasi coreshed menuju ke
tempat lokasi pengeboran yang ada diarea gunung samoan dan gunung raboya,
yang dimana helicopter ini di dioperasikan oleh PT. Sayap Garuda Indah (SGI)
dan 1 (satu) unit crane truck yang berfungssi memindahkan material berat sert
mengangkutnya menuju area yang dituju, crane truck ini dioperasikan oleh PT.
Major Drilling Indonesia seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1- Gambar 2.3.
7
Gambar 2.2 Sarana Transportasi-Helicopter
8
2.2 Tahapan Kegiatan di PT Sumbawa Barat Mineral
Pengeboran merupakan tahapan kegiatan terpenting dalam kegiatan
eksplorasi yang tujuan utamanya adalah mengambil dan merekam data geologi
pada titik-titik pengeboran yang telah direncanakan. Hasil dari pengeboran
(drilling) berupa contoh batuan (core) yang selanjutnya akan dilakukan uji
kandungan mineralnya.
Sebelum melakukukan pengeboran ada tahapan pembersihan lahan (land
clearing) yang dilakukan guna bertujuan sebagai tempat untuk dilakukannya
pengeboran (drilling). Dalam melakukan pembersihan lahan terdapat beberapa
tahapan yang harus dilakukan sesuai dengan Standar Operasional Procedur (SOP)
Nomor dokumen: D-SPL-SOP-04 sebagai berikut:
1. Melaksanakan ketentuan mengenai keselamatan kerja.
2. Menyiapkan dan memastikan peralatan kerja dan alat keselamatan kerja
berfungsi dengan baik dan aman, alat di gunakan sesuai prosedur.
3. Tempat Pengerjaan land clearing sudah ditetapkan.
4. Rencana kerja disusun agar pekerjaan dapat diselesaikan sesuai jadwal yang di
tetapkan
5. Melakukan koordinasi secara efektif kepada pihak terkait pekerjaan land
clearing.
6. Melakukan land clearing sesuai prosedur.
2.3 Genesa Bahan Galian
Sumber daya mineral merupakan bagian dari sumber daya alam atau biasa
disebut juga dengan bahan galian, proses pembentukannya berlangsung sangat
lama. Genesa bahan galian adalah ilmu yang mempelajari
pertumbuhan/pembentukan serta asal usul bahan galian.Berdasarkan UU PMB
Nomor 4 Tahun 2009, Tgl 12 Januari 2009, genesa bahan galian emas (Au),
mineral emas di alam bijihnya dapat diperoleh sebagai emas murni (Native Gold),
biasanya emas terdapat dalam cebakan pada berbagai macam batuan seperti
batuan sedimen, batuan beku, dan batuan metamorf. Emas adalah jenis logam
yang memiliki banyak nilai tambah lebih dari logam-logam lain. Emas
pembentukannya berhubungan dengan naiknya solusi sisa magma ke atas
9
permukaan yang dikenal dengan istilah solusi hidrotermal. Suatu cebakan bijih
hasil proses hidrotermal dalam pembentukan harus melalui tiga proses yang
termasuk proses diferensiasi, migrasi, dan akumulasi (pengedapan). Proses
perbedaan berlangsung pada magma, jadi pada suatu sumber magama akan
terbentuk berbagai macam mineral-mineral baru. Proses perbedaan ini diakibatkan
oleh kristalisasi, gravitasi,pemisahan cairan, dan asimilasi.
Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui
rekahan-rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (intrusi).
Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang yang
menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan
bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan samping
(country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal.
Endapan pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik
tapi umumnya granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan
beberapa muskovit dan biotit.
Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses
pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah
dingin dan encer. Cirri khas endapan hidrotermal adalah urat yang
mengandung sulfida yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan
(fracture) atau celah pada batuan semula.
2.4 Lokasi Penelitian
Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan lokasi PT. Sumbawa Barat
Mineral yang beralamatakan di Jln. Raya Taliwang-Maluk, RT03 RW03
Lingkungan Kokar Dalam, Kel.Telaga Bertong, Kecamatan Taliwang, Kabupaten
Sumbawa Barat - Nusa Tenggara Barat. Serta memiliki proyek mapping serta
bengeboran eksplorasi di Gunung Samoan dan Raboya di Kecamatan Taliwang.
Lokasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan jalur darat dari pusat kota
Provisnsi Mataram menuju pelabuhan Kayangan Lombok Timur menempuh jarak
kurang lebih 93 km ke arah timur. Kemudian dilanjutkan dengan penyebrangan
laut menggunakan kapal Ferry menuju pelabuhan Poto Tano selama kurang lebih
10
2 jam perjalanan, dan dilanjutakn dari Poto Tano menuju Kecamatan Taliwang ke
arah selatan dengan menempuh jarak kurang lebih 32 km.
Gambar 2.4 Peta Infrastruktur dan Koordinat Titik Bor Blok Samoa Reboya
Sumber : PTSBM,2021
2.5 Iklim dan Cuaca
11
musim, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah
Sumbawa Barat berlangsung pada bulan-bulan April–Oktober dengan bulan
terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim penghujan biasanya terjadi pada
bulan-bulan November–Maret dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah
hujan bulanannya lebih dari 250 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah
Simbawa Barat berkisar antara 1.200–1.600 mm per tahun dengan jumlah hari
hujan berkisar pada 90 hingga 130 hari hujan per tahun (AMDAL 2021).
2.6 Topografi
Ketinggian di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat berkisar antara 0 – 1.730
mdpl. Keadaan topografi wilayah kabupaten ini cukup bervariasi, mulai dari datar
sebesar 11,8% dari luas wilayah Sumbawa Barat, bergelombang sebesar 8,8% dari
keseluruhan luas wilayah kabupaten ini, curam sebesar 28,9% dari luas Kabupaten
Sumbawa Barat, hingga sangat curam sebesar 50,3% dari total luas wilayah
Sumbawa Barat. Kondisi topografi yang datar sebagian besar dimanfaatkan untuk
kegiatan pertanian dan permukiman, sementara kondisi topografi yang semakin
curam merupakan kawasan hutan yang berfungsi sebagai pelindung kawasan
disekitarnya yang lebih rendah.
Dilihat dari jenis lahan, Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari tanah
persawahan (wetland) dan tanah kering. Jenis lahan tanah persawahan memiliki
luas lahan sebesar 9.705 Ha dari luas wilayah Kabupaten Sumbawa Barat.
Sementara itu, jenis lahan tanah kering mempunyai luas lahan sebesar 175.197 Ha
dari total luas wilayah Kabupaten Sumbawa Barat. (Badan Pusat Statistik, 2021).
12
BAB III
DASAR TEORI
13
kecelakaan kerja akibat aktivitas kerja di lingkungan kerja, dan menjaga
kesehatan fisik dan mental. Hal tersebut merupakan tanggung jawab penuh
manajemen perusahaan dan partisipasi seluruh karyawan dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja.
3.2 Unsur dan Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pertanbangan
Dalam mendukung dan menciptakan kondisi yang aman ketika melakukan
pekerjaan maka diperlukanlah unsur-unsur dan juga prinsip yang berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Adapun unsur dari keselamatan dan kesehatan Kerja menurut Sutrisno dan
Ruswandi (2007) adalah sebagai berikut :
a. Ketersedian kelengkapan APD (Alat Pelindung Diri) di tempat kerja.
b. Memiliki emergency plan management.
c. Memiliki Prosedur yang relevan sesuai dengan jenis pekerjaan dan resiko
yang ada.
d. Adanya tempat kerja yang sesuai dengan standar SSLK (Syarat-Syarat
Lingkungan Kerja) antara lain tempat kerja yang steril dari debu, kotoran,
asap rokok, uap, gas, radiasi, getaran mesin dan peralatan, kebisingan,
tempat kerja aman dari arus listrik, lampu penerangan cukup memadai,
ventilasi dan sirkulasi udara yang nyaman, serta adanya aturan kerja dan
keperilakuan.
e. Adanya penunjang kesehatan jasmani dan rohani di tempat kerja.
f. Adanya sarana dan prasarana yang lengkap di tempat kerja.
g. Adanya kesadaran dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja.
Melindungi sumber daya manusia, mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja akibat aktivitas kerja di lingkungan kerja, dan menjaga kesehatan
fisik dan mental. Hal tersebut merupakan tanggung jawab penuh manajemen
perusahaan dan partisipasi seluruh karyawan dalam pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja.
Adapun prinsip dari Keselamatan dan KesehatanKerja menurut Sutrisno dan
Ruswandi (2007) meliputi:
14
a. Aspek hygiene, yang meliputi kesehatan dan kebersihan pribadi makanan,
minuman, serta pakaian.
b. Aspek sanitasi, yang meliputi pengadaan air bersih, pengadaan tempat
sampah, merawat dan menyimpan peralatan, serta penataan lingkungan.
c. Aspek lingkungan kerja, yang meliputi kegiatan mengantisipasi penyebab
dari penyakit ataupun kondisi fisik di lingkungan kerja, kondisi kimia,
kondisi biologi, dan kondisi psikologi kerja.
3.3 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja merupakan peristiwa yang tidak diinginkan, tidak
direncanakan, tidak terkontrol, dan juga tidak diperkirakan sebelumnya dimana
dapat mengganggu efektivitas kerja seseorang. Perusahaan memegang peranan
penting dalam pengendalian kecelakaan kerja, karena jika terjadi kecelakaan kerja
tidak hanya karyawan atau pekerja yang mengalami kerugian, namun perusahaan
juga akan mengalami kerugian yang lebih besar.
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 mengenai Keselamatan
Kerja, disebutkan bahwa kecelakaan kerja merupakan suatu kejadian yang tidak
diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur
dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia
ataupun harta benda.
Menurut (OHSAS 18001, 2007) ruang lingkup kecelakaan yaitu :
a. Kecelakaan (Accident) Suatu kecelakaan atau insiden yang menyebabkan
cedera, sakitpenyakit atau kematian.
b. Hampir Celaka (Near miss) Suatu kecelakaan atau insiden yang tidak
menyebabkan cidera, sakit penyakit atau kematian atau bisa disebut dengan
kejadian berbahaya.
c. Keadaan Darurat Keadaan yang dapat menimbulkan akibat yang tidak dapat
diprediksi. Di Indonesia terdapat regulasi yang mewajibkan pekerja
melaporkan kejadian kecelakaan 2 kali 24 jam setelah kecelakaan terjadi.
15
Keselamatan Kerja dan Undang-Undang No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial
tenaga kerja. Tujuan diwajibkannya melaporkan kecelakaan kerja untuk
mengurangi resiko kerugian pada perusahaan yang diakibatkan ongkos yang
dikeluarkan untuk membiayai kerusakan atau orang yang celaka akibat kerja di
tempat kerja, agar pekerja yang bersangkutan mendapatkan hak dalam bentuk
jaminan dan tunjangan. Untukmencegah kecelakaan serupa, semua faktor-faktor
penyebab dihilangkan terutama faktor dominan. Analisis kecelakaan kerja
merupakan usaha untuk mencari penyebab kecelakaan, mencegah kecelakaan
serupa, dan diperlukan sistem statistik kecelakaan.
3.4 Hazard Identification Risk Assessment Determinant Control (HIRADC)
Menurut Purnama (2020) HIRADC merupakan sebuah metode mencegah
atau mengurangi kecelakaan kerja. HIRADC merupakan cara untuk menentukan
jenis kegiatan kerja kemudian menentukan sumber bahayanya sehingga resiko
didapatkan. Kemudian penilaian risiko dan pengendalian risiko akan dilakukan
untuk mengurangi bahaya di setiap pekerjaan. Menurut (OHSAS 18001 : 2007)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan HIRARC yaitu :
1. Hazard atau bahaya.
2. Risk atau risiko.
3. Penentuan untuk pengendalian bahaya dan risiko (harus mempertimbangkan
hirarki dari pengendalian : eliminasi, substitusi, isolasi, engineering control,
dan penandaan/peringatan/administrative control).
4. Perubahan dari manajemen.
5. Pencatatan dan dokumentasi dari kegiatan HIRADC.
6. Tinjauan berkelanjutan.
3.5 Potensi Bahaya
Dalam lampiran pertaa Kepdirjen Minerba 185.K. Tahun 2019 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Pelaksnaan,
Penilaian, dan Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral
dan Batubara mensyaratkan untuk dilakukan manajemen resiko dan identifikasi
terhadap sumber sumber bahaya, area yang terpapar bahaya, dan kosekuensi dari
16
bahaya tersebut. Beberapa jenis klasifikasi bahaya antara lain adalah sebagai
berikut:
Bahaya Biologis
Contohnya seperti bakteri, virus, jamur, serangga, tumbuhan dan binatang
Bahaya Fisik
Contohnya seperti suara bising, getaran, pencahayaan, radiasi, termperatur
dan tekanan
Bahaya Kimia
Contohnya seperti alkohol, H2S, CH4, dan lain lain
Bahaya Ergonomi
Contohnya seperti phisical stresses yang disebabkan oleh pekerjaan yang
terlalu keras (overexertion), kelelahan (fatigue), tenaga berlebikan ( excessive
force), beban yang yang terlalu berat (overload)
Bahaya Mekanis
Contohnya yang terkait dengan mesin berputar (permesinan)
Bahaya Psikologi
Contohnya seperti intimidasi, trauma, pola gilir kerja, pola promosi,
pengorganisasian kerja.
Bahaya Tingkah Laku
Contohnya seperti ketidakpatuhan, kurang keahlian, tuga baru/tidak rutin,
percaya diri berlebihan (overconfident)
Bahaya Kelistrikan
Contohnya seperti pemasangan kawat/kabel
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor 02/PRT/M/2018, disebutkan bahwa potensi bahaya
merupakan kondisi atau keadaan baik pada orang, peralatan, mesin, pesawat,
instalasi, bahan, cara kerja, sifat kerja, proses produksi, dan lingkungan kerja yang
berpotensi untuk menimbulkan gangguan, kerusakan, kerugian, kecelakaan,
kebakaran, peledakan, pencemaran dan juga penyakit akibat kerja (PAK).
Sedangkan menurut Tarwaka (2008), potensi bahaya merupakan suatu keadaan
yang memungkinkan atau berpotensi terjadinya kejadian kecelakaanberupa
17
cedera, penyakit, kematian, kerusakan ataupun kemampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah ditetapkan.
3.6 Jenis-Jenis Bahaya
Pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 5 Tahun 2018 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja disebutkan bahwa terdapat 5
(lima) faktor yang dapat menyebabkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dari aktivitas
pekerja, diantaranya:
1. Faktor Fisika Faktor fisika merupakan faktor yang mana dapat
mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat fisika, salah satunya
disebabkan oleh penggunaan mesin, peralatan, bahan dan kondisi
lingkungan di sekitar tempat kerja, dimana dapat menyebabkan gangguan
dan penyakit akibat kerja pada tenaga kerja yang berupa iklim kerja,
kebisingan, getaran, radiasi, gelombang mikro, radiasi ultraviolet (UV),
radiasi medan magnet statis, tekanan udara serta pencahayaan.
2. Faktor Kimia Faktor Kimia sendiri merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas tenaga kerja yang bersifat kimiawi, dimana
disebabkan oleh penggunaan bahan kimia serta turunannya di sekitar tempat
kerja yang dapat menyebabkan penyakit pada tenaga kerja, yang meliputi
kontaminan kimia di udara berupa gas, uap serta partikulat.
3. Faktor Biologi Faktor biologi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas tenaga kerja yang bersifat biologi dimana disebabkan oleh makhluk
hidup yaitu hewan, tumbuhan dan produknya serta mikroorganisme yang
dapat menyebabkan penyakit akibat kerja.
4. Faktor Ergonomi Faktor ergonomi merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi aktivitas tenaga kerja, dimana disebabkan oleh
ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang berupa cara kerja, posisi kerja,
alat kerja, serta beban angkat terhadap tenaga kerja.
5. Faktor Psikologi Faktor psikologi merupakan faktor yang mempengaruhi
aktivitas tenaga kerja, dimana disebabkan oleh hubungan antara personal di
tempat kerja, peran serta tanggung jawab terhadap pekerjaan.
18
3.7 Tujuan dan Aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja menurut Kondarus dalam Dahlawy
(2008), memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai dari input, proses,
maupun output. Kegiatan yang dimaksud dapat berupa kegiatan produksi di
dalam industri maupun di luar industri.
b. Menerapkan program keselamatan dan kesehatan untuk meningkatkan
kesejahteraan.
c. Menghilangkan resiko terjadinya kecelakaan dan penyakit yang timbul
akibat pekerjaan.
d. Menciptakan efisiensi dan menekan biaya.
e. Meningkatkan jumlah konsumen, meningkatkan omset penjualan, dan
meningkatkan jaminan perlindungan bagi para pekerja.
Menurut Anoraga (2005) yang mengemukakan bahwa aspek-aspek dari
keselamatan dan kesehatan kerja meliputi :
Lingkungan kerja merupakan tempat dimana individu atau karyawan
melakukan aktivitas kerja. Dalam hal ini lingkungan kerja melibatkan
kondisi kerja seperti ventilasi, suhu, pencahayaan dan situasi.
Alat dan bahan kerja merupakan hal utama yang dibutuhkan oleh
perusahaan untuk menghasilkan barang. Saat memproduksi barang, alat
kerja yang digunakan oleh pekerja dalam proses produksi sangatlah penting,
selain itu adalah bahan bahan utama yang akan dijadikan barang.
Cara kerja, setiap bagian produksi memiliki cara kerja yang berbeda-beda
yang dimiliki setiap karyawan. Cara-cara yang biasa dianut setiap karyawan
saat melakukan semua aktivitas pekerjaan, seperti menggunakan
peralatanyang ada dan menggunakan perlindungan diri secara tepat.
3.8 Sekilas Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara, yang
selanjutnya disebut SMKP Minerba, adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselamatan
pertambangan yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan,
19
dan keselamatan operasi pertambangan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan (K3 Pertambangan) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui upaya pengelolaan
keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja, dan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. Keselamatan Operasi Pertambangan (KO
Pertambangan) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
operasional tambang yang aman, efisien, dan produktif melalui upaya, antara lain
pengelolaan sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana,
pertambangan, pengaman instalasi kelayakan sarana prasarana, instalasi dan
peralatan pertambangan, kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi laporan hasil
kajian teknis.
Ada 4 (empat) Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara, yaitu :
a. Meningkatkan efektivitas Keselamatan Pertambangan yang terencana,
terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
b. Mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian
berbahaya.
c. Menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, dan
produktif.
d. Menciptakan tempat keja yang aman, sehat, nyaman, dan efisien untuk
meningkatkan produktivitas.
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara memiliki beberapa elemen yaitu sebagai mana uraian dibawah ini :
1. Kebijakan
2. Perencanaan
3. Organisasi dan personel
4. Implementasi
6. Evaluasi dan Tindak Lanjut
7. Dokumentasi
8. Tinjauan manajemen
20
3.9 Tahapan Kajian
Dalam sub bab ini dibahas tentang tahapan pelaksanaan kajian di PT
Sumbawa Barat Mineral. Rangkaian pelaksanaan Kerja Praktik yang akan
dilaksanakan di PT Sumbawa Barat Mineral ditunjukkan oleh diagram alir berikut
21
1. Pengumpulan data dan verifikasi datadan cek jawaban responden
2. Pemberian skor yaitu memberikan skor pada setiap jawabanresponden untuk
setiap item.
3. Ananlisis data yaitu: menganalisi data yang sudah di kelompokan
berdasarkan variabel penelitian sesuai masalah yang di bahas dengan
hipotesis yang di ajukan sehingga bisa mengarah pada pengambilan
keputusan.
4. Penyajian data yaitu: mendeskripsikan data yang telah di olah dan di analisis
dalam bentuk uraian dan penyajian tabel-tabel, sehingga permasalahan yang
di bahas dan di gambarkan secara jelas
5. Pengujian hipotesis yaitu pengujian terhadap hipotesis yang di ajukan
dan di uji menurut perhitungan statistik.
3.12 Pengolahan Data
Data yang telah didapat kemudian dikumpulkan dan dikelompokkan
menurut urutan kegiatan, kemudian diolah dan diteliti sehingga akan disajikan
dalam bentuk laporan, tabel, atau grafik, setelah itu akan didapat rumusan-
rumusan, antara lain untuk mengetahui :
a. Kondisi front kerja dan lingkungan sekitar.
b. SOP Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT Sumbawa Barat Mineral
c. Faktor penyebab kecelakaan.
22