Makalah Kearipan Lokal Cianjur

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Kearifan Budaya Lokal 

Cianjur

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dariIbu Ima Halimah, S.Pd.,
selaku Guru Mata Pelajaran Sosiologi

Disusun Oleh:
Wida Restiani
Wiwin Komala
Yati Rohmayati
Putri Kamila

KELAS XII A
MA AL-FAJAR KALAPADUA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas
Sosiologi dengan judul "Kearipan Lokal Daerah Cianjur".
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada guru Sosiologi kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Bantarujeg, Februari 2020

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Sejarah Singkat Daerah Cianjur....................................................................3
B. Sistem Teknologi dan Alat Produksi............................................................4
C. Sistem Pengetahuan......................................................................................6
D. Mata Pencaharian..........................................................................................7
E. Sistem Religi...............................................................................................10
F. Sistem Kemasyarakatan..............................................................................10
G. Sistem Bahasa.............................................................................................14
H. Sistem Kesenian..........................................................................................15
BAB III PENUTUP..............................................................................................16
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia disebut sebagai Negara kepulauan. Pulau–pulau
di Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dengan banyaknya
pulau–pulau di Indonesia, maka lahirlah berbagai kebudayaan yang berbeda
pula. “Bhineka tunggal ika” sudah menjadi slogan Negara Indonesia, yang
artinya berbeda tapi tetap satu. Slogan ini didasari oleh beragamnya suku dan
kebudayaan di Indonesia. Ada puluhan, bahkan ratusan daerah yang memiliki
kebudayaan berbeda tersebar di seluruh Indonesia. Sudah sepantasnya lah kita
sebagai warga negara Indonesia memelihara kekayaan dan keragaman budaya
di negeri sendiri, karena kalau bukan kita sendiri yang melestarikannya, maka
lama kelamaan kebudayaan itu akan terhapus dan tergantikan dengan budaya
glogalisasi. Bila hal itu terjadi, maka tidak ada lagi yang membedakan negara
Indonesia dengan negara-negara lain di dunia.
Jawa Barat merupakan salah satu propinsi terbesar di Indonesia. Di
dalamnya terdapat banyak daerah dengan kebudayaan berbeda. Cianjur
merupakan salah satu wilayah terluas di Jawa Barat. Kebudayaan pokoknya
dalah kebudayaan Sunda, sama seperti kebanyakan daerah di Jawa Barat.
Namun ada yang membedakan budaya Sunda Cianjur dengan budaya Sunda
Jawa Barat. Ideologi dan kehidupan para leluhur di Cianjur sedikit banyak
telah melahirkan kebudayaan Sunda yang khas, yang hanya berlaku di daerah
Cianjur. Melalui uraian ujuh unsur budaya Cianjur, kita bisa melihat
persamaan juga perbedaan budaya Sunda daerah Cianjur dengan budaya
Sunda pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan unsur-unsur kebudayaan pada kebudayaan Cianjur?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bahasa pada kebudayaan Cianjur.
2. Untuk mengetahui sistem teknologi dan alat produksi pada kebudayaan
Cianjur.
3. Untuk mengetahui sistem mata pencaharian pada kebudayaan Cianjur.
4. Untuk mengetahui sistem kemasyarakatan pada kebudayaan Cianjur.
5. Untuk mengetahui sistem pengetahuan pada kebudayaan Cianjur.
6. Untuk mengetahui sistem religi pada kebudayaan Cianjur.
7. Untuk mengetahui kesenian pada kebudayaan Cianjur.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Daerah Cianjur


Cianjur merupakan salah satu kabupaten di wilayah Propinsi Jawa
Barat yang berpenduduk 1.931.840 jiwa pada tahun 2003 dengan laju
pertumbuhan penduduk 1,48%. Letak Cianjur sangat strategis karena dilintasi
jalur jalan negara antara Jakarta-Bandung. Luas wilayah 350.148 Ha dan
secara administrative Pemerintahan terdiri dari 26 kecamatan, 388 desa dan 6
kelurahan.
Sebelah utara wilayah Cianjur berbatasan dengan wilayah kabupaten
Bogor dan Purwakarta, sebelah barat berbatasan dengan wilayah Sukabumi,
sebelah timur berbatasan dengan wilayah kabupaten Bandung dan Garut,
sebelah selatan berbatasan dengan samudra Indonesia.

Lambang daerah Cianjur


Simbol daerah Cianjur, memiliki arti sebagai berikut.
Perisai, melambangkan ketangguhan fisik dan mental.
Warna dasar kuning emas, melambangkan kehidupan yang abadi.
Gunung segitiga berwarna hijau, melambangkan kesuburan.
Hamparan warna biru menunjukkan air yang melambangkan kesetiaan
dan ketaatan.
Dua tangkai padi bersilang masing-masing berbutir 17 melambangkan
keentraman dan dinamika kehidupan masyarakat yang dijiwai semangat
Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Simpul pita berwarna kuning emas, melambangkan sufat persatuan dan
kesatuan.
Motto Sugih Mukti, melambangkan kesejahteraan.

3
Secara geografis , Kabupaten Cianjur dapat dibedakan dalam tiga
wilayah pembangunan yakni wilayah utara, tengah dan wilayah selatan.
1. Wilayah Utara
Meliputi 16 Kecamatan : Cianjur, Cilaku, Warungkondang,Gekbrong,
Cibeber, Karangtengah, Sukaluyu, Ciranjang, Bojongpicung, Mande,
Cikalongkulon, Cugenang , Sukaresmi, Cipanas, Pacet dan Haurwangi.
2. Wilayah Tengah
Meliputi 9 Kecamatan : Sukanagara, Takokak, Campaka, Campaka Mulya,
Tanggeung, Pagelaran, Leles, Cijati dan Kadupandak.
3. Wilayah Selatan
Meliputi 7 Kecamatan : Cibinong, Agrabinta, Sindangbarang, Cidaun ,
Naringgul, Cikadu dan Pasirkuda.

B. Sistem Teknologi dan Alat Produksi


Kota Cianjur mempunyai berbagai macam peralatan hidup yang
diturunkan sebagai warisan budaya sejak zaman dulu. Alat-alat yang
digunakan untuk kelangsungan hidup masyarakat Cianjur banyak macamnya,
diantaranya berupa senjata, peralatan rumah tangga seperti alat penyimpanan
padi, lentera, dan juga kursi bambu. Selain itu, Cianjur juga memproduksi
makanan khas yang berasal dari berbagai daerah di Cianjur, seperti beras
pandan wangi, tauco, dan manisan.
1. Beras Pandanwangi
Beras Pandan Wangi yaitu beras asli Cianjur merupakan satu-
satunya beras terbaik yang tidak ditmukan di daerah lain dan sudah
menjadi trademark Cianjur dari masa ke masa. Beras ini berasal daripadi
bulu varietas local. Karena nasinya yang beraroma pandan, maka padi dan
beras ini sejak tahun 1973 terkenal dengan sebutan “Pandanwangi”.
2. Tauco dan Manisan Cianjur
Makanan Cianjur yang sangat khas adalah tauco, yang dibuat dari
bahan kacang kedele, diolah sedemikian rupa sehingga setelah dimasak

4
dan dicampur dengan cabe rawit menjadi teman makan yang enak
dilengkapi dengan lalaban, makanan khas Sunda.
3. Lentera Gentur
Lentera gentur dibuat dari kuningan dan bahan kaca berwarna
dengan desain yang artistik merupakan salah satu kerajinan rakyat Cianjur
yang sudah terkenal, berlokasi di Kecamatan Warungkondang.
4. Kerajinan Bambu dan Keramik
Kursi dan meja yang dibuat dari bambu merupakan hasil karya
pengrajin Cianjur yang terkenal ke seluruh daerah di Indonesia. Kerajinan
keramik yang berlokasi di kecamatan Ciranjang.
5. Kecapi dan Suling
Kacapi Suling merupakan perangkat waditra Sunda yang terdapat
hampir di setiap daerah di Tatar Sunda. Waditranya terdiri dari Kacapi
dan Suling. Kacapinya terdiri dari Kacapi Indung atau Kacapi Parahu atau
Kacapi Gelung. Selain disajikan secara instrumentalia, Kacapi Suling juga
dapat digunakan untuk mengiringi Juru Sekar yang melantunkan lagu
secara Anggana Sekar atau Rampak Sekar. Lagu yang di sajikannya di
antaranya : Sinom Degung, Kaleon, Talutur dan lain sebagainya. Laras
yang di pergunakannya adalah laras Salendro, Pelog atau Sorog.
6. Kujang Senjata Tradisional
Kujang adalah warisan budaya Sunda pra-modern dan merupakan
senjata, ajimat, perkakas atau multifungsi lainnya. Kujang diakui sebagai
senjata tradisional masyarakat Jawa Barat (Sunda) dan mempunyai
kekuatan magis. Beberapa peneliti menyatakan bahwa istilah Kujang
berasal dari kata Kudihyang dengan akar kata Kudi dan Hyang. Kudi
diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai
kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala. Sedangkan
Hyang dapat disejajarkan dengan pengertian Dewa dalam beberapa
mitologi, namun bagi masyarakat Sunda Hyang mempunyai arti dan
kedudukan diatas Dewa. Secara umum, Kujang mempunyai pengertian

5
sebagai pusaka yang mempunyai kekuatan tertentu yang berasal dari para
Dewa.
7. Rumah adat Sunda
Indonesia yang terdiri atas berbagai suku, tentunya mempunyai
bentuk dan nama rumah adat sendiri. Masing-masing rumah adat
mempunyai fungsi dan manfaat yang hampir sama, yaitu sebagai tempat
tinggal, namun ada pula yang dijadikan tempat keramat. Bahan bangunan
yang digunakan untuk membuat rumah adat, baik di Jawa Barat maupun
di daerah lainnya, umumnya terdiri atas bahan alami, seperti kayu,
bambu, ijuk, daun kepala, sirap, batu maupun tanah. Selain itu, bangunan
rumah adat pun biasanya jarang langsung menempel ke tanah (berlantai
tanah). Hal ini untuk sirkulasi angin, juga menghindari binatang (binatang
buas maupun melata). Khusus di tanah Parahyangan, rumah adat biasanya
dibangun di atas tanah sekitar 40-60 cm dengan menggunakan batu.

C. Sistem Pengetahuan
Kearifan para leluhur Tatar Cianjur sangat mewarnai pandangan hidup
dan memberi arah perjalanan peradaban masyarakat Tatar Sunda pada
umumnya, serta masyarakat Cianjur khususnya. Sehingga sejak dulu
masyarakat Cianjur mempunyai filosofi yang melambangkan aspek
keparipurnaan, yaitu:
1. Maos (membaca)
Bisa dijabarkan dalam tiga kategori MACA (membaca untuk
mengetahui, memaknai, mengarifi dan mengaktualisasikannya dalam
perilaku keseharian), dalam wacana Sunda ada tiga kemampuan MACA,
yaitu:
a. Maca Uga dina Waruga = mampu memahami kualitas diri sendiri,
kontemplasi, instropeksi diri.
b. Maca Uga Waruga Jagat = mampu memahami keadaan lingkungan
hidup makro. Menafakuri aya-ayat Kauniah.

6
c. Maca Uga dina Aksara = mampu memahami ilmu pengetahuan yang
tertulis dalam aksara/bahasa.
2. Ngaos (mengaji Al-Qur’an)
Dalam idiomatika Sunda NGAOS selalu diartikan dengan membaca
Al-Qur’an atau mengaji. Setelah mampu “Ngaos” maka akan tumbuh
“Ngartos” (mengerti) dan insya-Alloh akan berujung pada “Rumaos”
(sadar diri).
3. Mamaos (menembang, bersenandung tembang Sunda/Cianjuran)
Diartikan sebagai berkemampuan untuk bersenandung dalam wanda
tembang Sunda/Cianjuran. Bila dikaji dengan cermat, ternyata Tembang
Sunda/Cianjuran mengandung falsafah hidup yang sangat tinggi baik
dalam irama, ornamen lagunya maupun lirik susastranya. Tembang
Sunda Cianjuran telah menjadi karya seni klasik bernilai falsafah teramat
tinggi.
4. Maenpo (silat)
Disebut pula kemampuan untuk bersilat, pencak silat, ameng. Po
berasal dari bahasa Cina poo = balas, membalas, saling balas; sebab
dalam bersilat akan “saling balas” yaitu menyerang dan mempertahankan
“tangtungan”. Salah satu peninggalan budaya luhur dari masyarakat
Cianjur adalah Maenpo atau pencak silat.
5. Ngibing (menari tradisional)
Ngibing atau ngigel, atau berarti menari. Kemampuan untuk
memperlihatkan keselarasan etika, melatih keindahan bahasa tubuh
(kinestetika) dengan harmoni kehidupan. Dikenal idiomatik Sunda yaitu
NGIGELAN JEUNG NGIGELKEUN JAMAN, yaitu mampu
menyelaraskan diri dengan kehidupan global-mondial tanpa kehilangan
jati diri.

D. Mata Pencaharian
Kabupaten Cianjur beriklim tropis dengan curah hujan per tahun rata-
rata 1000 sampai 4000 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 150 per tahun.

7
Dengan iklim tropis tersebut menjadikan kondisi alam Kabupaten Cianjur
subur dan mengandung keanekaragaman kekayaan sumber daya alam yang
ptensial sebagai modal dasar pembangunan dan investasi yang menjanjikan.
Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan holtikultura, peternakan,
perikanan dan perkebunan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat.
Keadaan itu ditunjang dengan banyaknaya sungai kecil yang dapat
dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian.
Lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Cianjur di sektor
pertanian yaitu sekitar 52,00 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap
tenaga kerja adalah sektor perdagangan yaitu sekitar 23,00 %. Sektor
pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten
Cianjur yaitu sekitar 42,80 % disusul sektor perdagangan sekitar 24,62%.
Sebagaimana daerah beriklim tropis, maka di wilayah Cianjur utara
tumbuh subur tanaman sayuran, teh dan tanaman hias. Di wilayah Cianjur
Tengah tumbuh dengan baik tanaman padi, kelapa dan buah-buahan.
Sedangkan di wilayah Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija, perkebunan
teh, karet, aren, cokelat, kelapa serta tanaman buah-buahan. Potensi lain di
wilayah Cianjur Selatan antara lain obyek wisata pantai yang masih alami dan
menantang investasi.
Sebagai daerah agraris yang pembangunananya bertumpu pada sektor
pertanian, kabupaten Cianjur merupakan salah satu daerah swa-sembada padi.
Produksi padi pertahun sekitar 625.000 ton dan dari jumlah sebesar itu telah
dikurangi kebutuhan konsumsi lokal dan benih, masih memperoleh surplus
padi sekitar 40 %. Produksi pertanian padi terdapat hampir di seluruh wilayah
Cianjur.
Kecuali di Kecamatan Pacet dan Sukanagara. Di kedua Kecamatan
ini, didominasi oleh tanaman sayuran dan tanaman hias. Dari wilayah ini pula
setiap hari belasan ton sayur mayur dipasok ke Jabotabek.
Cianjur memiliki fauna khas yaitu ayam pelung. Ke-khas-an ayam
pelung ini adalah suara kokoknya yang berirama, lebih merdu dan lebih

8
panjang dibanding ayam jenis lainnya. Secara genetika ayam pelung
mempunyai beberapa perbedaan, yaitu
1. Badan: Besar dab kokoh (jauh lebih berat / besar dibanding ayam lokal
biasa)
2. Cakar: Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih
3. Pial: Besar, bulat dan memerah
4. Jengger: Besar, tebal dan tegak, sebagian miring dan miring, berwarna
merah dan berbentuk tunggal
5. Warna bulu: Tidak memiliki pola khas, tapi umumnya campuran merah
dan hitam ; kuning dan putih ; dan atau campuran warna hijau mengkilat.
Di Cianjur terdapat dua peternakan dan pembibitan ayam pelung yang
cukup besar, yaitu di daerah kecamatan Warungkondang dan di
Bojongherang.
Pengembangan usaha perikanan air tawar dan laut di Kabupaten
Cianjur cukup potensial. Baik untuk usaha berskala kecil maupun
besar. Beberapa faktor pendukungnya adalah : jumlah penduduk yang relatif
besar serta tersedianya lahan budi daya ikan air tawar dan ikan laut. Usaha
pertambakan ikan dan penangkapan ikan laut memiliki peluang besar di
wilayah Cianjur selatan, khususnya di sepanjang pantai Cidaun hingga
Agrabinta. Di wilayah ini, mulai dirintis dan di kembangkan pertambakan
budi daya udang. Sedangkan budi daya ikan tawar terbuka luas di cianjur
utara dan cianjur tengah. Di wilayah ini terdapat budi daya ikan hias,
pembenihan ikan, mina padi, kolam air deras dan keramba serta usaha jaring
terapung di danau Cirata, yang sekaligus merupakan salah satu obyek wisata
yang mulai berkembang.
Sementara itu, potensi perkebunan di Kabupaten Cianjur cukup besar
dimana sekitar 19,4 % dari seluruh luas merupakan areal perkebunan . Selama
in dikelola oleh Perkebunan Besar Negara (PBN) seluas 10.709 hektar,
Perkebunan Besar Swasta (PBS) sekitar 20.174 hektar dan Perkebunan
Rakyat (PR) seluas 37.167 hektar. Peningkatan produksi perkebunan,
terutama komoditi teh cukup baik. Produktivitas teh rakyat mampu mencapai

9
antara 1.400 - 1.500 kg teh kering per hektar. Sedangkan yang di kelola oleh
perkebunan besar rata-rata mencapai di atas 2.000 kg per hektar.
Selain dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan,
masyarakat di daerah tertentu juga menggantungkan hidupnya pada sektor
pariwisata. Daerah Pacet sebagai primadona Pariwisata Cianjur memiliki
objek-objek wisata yang menarik antara lain objek wisata Pendakian Gunung
Gede, Kebun Raya Cibodas, Taman Mandala Kitri untuk kegiatan
perkemahan Pramuka dan Remaja, Kota Bunga, serta Taman Bunga
Nusantara. Di kecamatan Cikalongkulon terdapat objek wisata Ziarah Makam
Dalem Cikundul, yakni makan Bupati perama sekitar abad 17. Di kecamatan
Mande terdapat objek wisata Danau Cirata yang juga kawasan perikanan
Sistem Jaringan Terapung. Cianjur juga memiliki kawasan pantai di Cianjur
Selatan yang jaraknya sekita 120 km dari ibukota Cianjur.

E. Sistem Religi
Masyarakat Cianjur sebagian besar berpenduduk muslim yang sangat
agamis dan memegang teguh norma-norma agama, ini dibuktikan dengan
lahirnya program Gerbang Marhamah yang merupakan kependekan dari
Gerakan Pembangunan Masyarakat Berakhlakul Karimah. Program ini lahir
pada tanggal 1 Muharam 1422 atau tanggal 26 Maret 2001 dalam rangka
meningkatkan pembangunan akhlak sebagai tolak ukur utama yang akan
menentukan baik buruknya kehidupan uma manusia. Lahirnya Gerbang
Marhamah dilatarbelakangi oleh komitmen yang mulia dari segenap jajaran
aparat dan masyarakat umat Islam di Kabupaten Cianjur atas potensi umat
Islam yang demikian besar ditunjang oleh keberadaan berbagai
prasarana/sarana peribadatan yang tersebar sampai ke pelosok desa.

F. Sistem Kemasyarakatan
1. Perkawinan Adat Pengantin Sunda
Adat Sunda merupakan salah satu pilihan calon mempelai yang ingin
merayakan pesta pernikahannya. Khususnya mempelai yang berasal dari

10
Sunda. Adapun rangkaian acaranya dapat dilihat berikut ini.
a. Nendeun Omong, yaitu pembicaraan orang tua atau utusan pihak pria
yang berminat mempersunting seorang gadis.
b. Lamaran. Dilaksanakan orang tua calon pengantin beserta keluarga
dekat. Disertai seseorang berusia lanjut sebagai pemimpin upacara.
Bawa lamareun atau sirih pinang komplit, uang, seperangkat pakaian
wanita sebagai pameungkeut (pengikat). Cincin tidak mutlak harus
dibawa. Jika dibawa, bisanya berupa cincing meneng, melambangkan
kemantapan dan keabadian.
c. Tunangan. Dilakukan ‘patuker beubeur tameuh’, yaitu penyerahan
ikat pinggang warna pelangi atau polos kepada si gadis.
d. Seserahan (3 - 7 hari sebelum pernikahan). Calon pengantin pria
membawa uang, pakaian, perabot rumah tangga, perabot dapur,
makanan, dan lain-lain.
e. Ngeuyeuk seureuh (opsional, Jika ngeuyeuk seureuh tidak dilakukan,
maka seserahan dilaksanakan sesaat sebelum akad nikah.)
1) Dipimpin pengeuyeuk.
2) Pengeuyek mewejang kedua calon pengantin agar meminta ijin
dan doa restu kepada kedua orang tua serta memberikan nasehat
melalui lambang-lambang atau benda yang disediakan berupa
parawanten, pangradinan dan sebagainya.
3) Diiringi lagu kidung oleh pangeuyeuk
4) Disawer beras, agar hidup sejahtera.
5) dikeprak dengan sapu lidi disertai nasehat agar memupuk kasih
sayang dan giat bekerja.
6) Membuka kain putih penutup pengeuyeuk. Melambangkan
rumah tangga yang akan dibina masih bersih dan belum ternoda.
7) Membelah mayang jambe dan buah pinang (oleh calon
pengantin pria). Bermakna agar keduanya saling mengasihi dan
dapat menyesuaikan diri.

11
8) Menumbukkan alu ke dalam lumpang sebanyak tiga kali (oleh
calon pengantin pria).
f. Membuat lungkun. Dua lembar sirih bertangkai saling dihadapkan.
Digulung menjadi satu memanjang. Diikat dengan benang kanteh.
Diikuti kedua orang tua dan para tamu yang hadir. Maknanya, agar
kelak rejeki yang diperoleh bila berlebihan dapat dibagikan kepada
saudara dan handai taulan.
g. Berebut uang di bawah tikar sambil disawer. Melambangkan
berlomba mencari rejeki dan disayang keluarga.
h. Upacara Prosesi Pernikahan
1) Penjemputan calon pengantin pria. Sebelum acara akad nikah
dimulai, terlebih dahulu diadakan upacara penjemputan calon
pengantin pria. Hal ini adalah sebagai adat sopan santun atau
tatakrama yang telah menjadi kebiasaan umum, yaitu adanya
saling menghargai. Untuk persiapan penjemputan, orang tua calon
pengantin wanita membentuk panitia yang terdiri dari dua kelom-
pok, yaitu:
Kelompok I terdiri dari: 1. Seorang membawa payung
dan lengser; 2. Seorang membawa baki berisi mangle atau
rangkaian bunga melati sebagai kalung. 3. Dua mojang membawa
tempat lilin. 4. Dua mojang membawa bokor berisi perlengkapan
upacara sawer dan nincak endog. 5. Dua bujang sebagai
pengawal (gulang-gulang)/ jagasatru.
Kelompok II terdiri dari:
a) Para mojang (dara atau gadis) dan bujang remaja berbaris di
sisi kanan kiri pintu halaman yang akan dilalui oleh
rombongan calon pengantin pria sampai ke depan pintu rumah.
b) Rombongan calon pengantin pria tiba, kemudian mereka
dijemput di luar halaman oleh rombongan yang dipim-
pin lengser.

12
Pembawa payung segera memayungi calon pengantin pria dengan
didampingi oleh dua gulang-gulang. Di sebelah depannya lagi
seorang dayang berjalan membawa baki yang berisi kalungan
bunga. Paling depan ialah lengser yang biasanya berjalan sambil
menari dengan diiringi oleh alunan gamelan degung.
Mereka berjalan bersama-sama menurut irama gamelan menuju
pintu halaman rumah. Di pintu gerbang halaman rumah,
rombongan berhenti sebentar. Orang tua calon pengantin wanita
telah siap berada di sana. Setelah calon pengantin pria datang, ibu
calon pengantin wanita mengalungkan bunga kepada caIon
menantunya. Selanjutnya rombongan bergerak lagi sambil di-taburi
aneka ragam bunga oleh para mojang dan bujang yang berderet di
kedua sisi jalan.
Dengan didampingi oleh calon mertuanya, pengantin pria dibawa
masuk ke ruangan akad nikah dan dipersilakan duduk di kursi yang
telah disiapkan. Selanjutnya pembawa acara mempersilakan kedua
orang tua calon pengantin, saksi, petugas dari Kantor Urusan
Agama serta beberapa orang tua dari kedua belah pihak yang di-
anggap perlu, untuk duduk di tempat yang telah disediakan. Calon
pengantin wanita dipersilakan duduk di samping calon suaminya
yang selanjutnya segera dilanjutkan upacara Akad Nikah.
2) Ngabageakeun, ibu calon pengantin wanita menyambut dengan
pengalungan bunga melati kepada calon pengantin pria, kemudian
diapit oleh kedua orang tua calon pengantin wanita untuk masuk
menuju pelaminan.
3) Akad nikah, petugas KUA, para saksi, pengantin pria sudah
berada di tempat nikah. Kedua orang tua menjemput pengantin
wanita dari kamar, lalu didudukkan di sebelah kiri pengantin pria
dan dikerudungi dengan tiung panjang, yang berarti penyatuan
dua insan yang masih murni. Kerudung baru dibuka saat kedua
mempelai akan menandatangani surat nikah.

13
4) Sungkeman,
5) Wejangan, oleh ayah pengantin wanita atau keluarganya.
6) Saweran, kedua pengantin didudukkan di kursi. Sambil
penyaweran, pantun sawer dinyanyikan. Pantun berisi petuah
utusan orang tua pengantin wanita. Kedua pengantin dipayungi
payung besar diselingi taburan beras kuning atau kunyit ke atas
payung.
7) Meuleum harupat, pengantin wanita menyalakan harupat
dengan lilin. Harupat disiram pengantin wanita dengan kendi air.
Lantas harupat dipatahkan pengantin pria.
8) Nincak endog, pengantin pria menginjak telur dan elekan sampai
pecah. Lantas kakinya dicuci dengan air bunga dan dilap
pengantin wanita.
9) Buka pintu. Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya
jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah.
Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin
masuk menuju pelaminan.

G. Sistem Bahasa
Bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Cianjur adalah Basa
Sunda Lemes, atau bahasa sunda yang halus. Masyarakat Cianjur dikenal
sangat santun berbahasa, dari semua tingkatan bahasa sunda atau yang
dikenal sebagai undak usuk basa dalam bahasa sunda, masyarakat
menggunakan tingkat bahasa yang paling halus dan sopan. Dalam bahasa
sunda, tidak lah sama untuk berbicara kepada yang lebih tua, lebih muda,
sebaya, lebih rendah maupun tinggi status sosialnya, juga kepada binatang.
Berbicara kepada binatang merupakan tingkatan bahasa yang paling kasar.
Dengan arus globalisasi seperti saat ini berbagai upaya dilakukan
untuk tetap melestarikan bahasa sunda yang merupakan warisan para leluhur
Jawa Barat, salah satunya adalah dengan dimasukannya mata pelajaran
bahasa sunda menjadi muatan lokal (mulok), tidak menjadi pelajaran

14
tambahan seperti yang terjadi sekarang ini. Begitu pun jam pelajarannya
ditambah. Upaya lainnya dalam bentuk pagelaran lomba sastra sajak sunda,
ngadongeng, presenter berbahasa sunda, dan lainnya. Dan setiap tanggal 21
Juli, yang merupakan Hari Jadi Cianjur, masyarakat Cianjur diharuskan
menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa sunda demi mempertahankan
keseragaman bahasa.

H. Sistem Kesenian
1. Tembang Cianjuran
Di tempat kelahirannya, Cianjur, sebenarnya nama kesenian ini
adalah mamaos. Dinamakan tembang Sunda Cianjuran sejak
tahun 1930-an dan dikukuhkan tahun 1962 ketika diadakan Musyawarah
Tembang Sunda sa-Pasundan di Bandung. Seni mamaos merupakan seni
vokal Sunda dengan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan
atau rebab.
2. Seni Rengkong
Rengkong merupakan salah satu kesenian tradisional yang
diwariskan oleh leluhur masyarakat Sunda. Kesenian ini muncul sekitar
tahun 1964 di Kabupaten Cianjur.
3. Kuda Kosong Sebagai Simbol Keperkasaan
Pawai “kuda kosong” yang sejak dulu digelar pada setiap upacara
kenegaraan Cianjur, punya maksud untuk mengenang sejarah perjuangan
para Bupati Cianjur tempo dulu. Saat Cianjur dijabat Bupati R.A. Wira
Tanu seorang Dalem Pamoyanan R.A.A. Wiratanudatar II, bupati
diwajibkan menyerahkan upeti hasil palawija kepada Sunan Mataram di
Jawa Tengah.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kebudayaan di Cianjur memiliki tujuh unsur. Unsur pertama yaitu
unsur bahasa, dimana masyarakat Cianjur menggunakan bahasa sunda yang
halus dalam kesehariannya. Unsur yang kedua yaitu teknologi dan alat
produksi. Misalnya senjata tradisional kujang yang sekarang sudah beralih
fungsi menjadi pajangan dan benda pusaka. Selain itu Cianjur juga memiliki
makanan khas seperti beras Pandan Wangi, manisan Cianjur dan tauco. Unsur
yang ketiga yaitu sistem mata pencaharian, yang di dominasi oleh sektor
pertanian.
Unsur yang keempat yaitu sistem kemasyarakatan. Di Cianjur
masyarakat masih menganut sistem-sistem adat seperti sistem
perkawinannya. Unsur yang kelima yaitu sistem pengetahuan, dimana
masyarakat Cianjur telah mewarisi pandangan hidup para leluhurnya, yaitu
Ngaos, Maos, Mamaos, Maenpo, dan Ngibing. Unsur Keenam yaitu sistem
religi yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Cianjur.
Unsur Ketujuh yaitu kesenian. Kota Cianjur memiliki banyak
kesenian dan tradisi yang masih sering dijumpai pada zaman modern ini.

B. Saran
Menurut pendapat saya, kebudayaan yang dimiliki Cianjur sangatlah
beragam dan potensial. Sudah selayaknya generasi muda mulai mencintai dan
melestarikan segala kekayaan dan potensi yang tersedia di Cianjur. Karena
kebudayaan tersebut merupakan warisan dari para leluhur yang tidak boleh
dihilangkan. Oleh sebab itu, masyarakat serta pemerintah harus turut berperan
serta dalam melestarikan kebudayaan Cianjur. Saat ini pemerintah Cianjur
sudah melakukan upaya yang cukup untuk melestarikan budaya Cianjur,
hanya seharusnya lebih ditingkatkan lagi intensitasnya, sehingga rasa cinta
generasi muda pada daerahnya tidak akan mudah luntur.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kurrnia, Ganjar. Deskripsi kesenian Jawa Barat. Bandung : Dinas Kebudayaan &


Pariwisata Jawa Barat. 2003.
Drs.Ade Nendang R.J.A. Babad Menak-menak Sunda - Sajarah Bopati-bopati
Cianjur. M.Hum. UNPAS, 1995.
Galba, Sindu. Kesenian Tradisional Masyarakat Cianjur. 2007.
Tim Seksi Kebudayaan. Deskripsi Seni Tradisional Reak. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Cianjur. 2002.
Wiratmadja, Abung S. Mengenal Seni Tembang Sunda. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Daerah TKI Jawa Barat. 1998.
Potensi dan Pesona Cianjur. Pemerintah Kabupaten Cianjur. 2003.
Website pemerintah kota Cianjur [http://cianjurkab.go.id/Ver.2.0/index.php]
http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
http://www.silatindonesia.com/
www.westjavatourism.com

17

Anda mungkin juga menyukai