UAS - D3-13MD - Struktur Jembatan - Syahrul Satria Wibawa

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

NTSI 6013 STRUKTUR JEMBATAN


Dosen Pembina : Mohammad Sulton, S.T, M.T

UJIAN AKHIR SEMESTER

Oleh

OFF : D3-13MD

NAMA : Syahrul Satria Wibawa


NIM : 190523648052

PROGRAM S1 TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
SOAL
1. Sebutkan dan jelaskan, komponen struktur atas dan bawah dari jenis-jenis jembatan
berikut ini !
a. Jembatan gelagar
b. Jembatan Rangka
c. Jembatan Gantung
d. Jembatan Kabel

2. Diketahui Jembatan Rangka Baja WF :

1. Tebal Plat Lantai Kendaraan 30 cm (Beton Bertulang)


2. Tebal Aspal 5 cm, tanpa trotoar
3. Railing Ada di kanan dan Kiri Jembatan
4. Tebal Genangan Air 5 cm
5. Balok Memanjang dan Melintang dari Profil Baja WF (Ukuran Tentukan Sendiri)
6. Data yang Diperlukan (Tentukan Sendiri)
JAWAB
1.
a. Jembatan gelagar
Pada jembatan ini hanya terdiri dari satu girder, dengan box girder sekaligus
U/V Girder. Untuk metode pelaksanaan jembatan girder, perlu diketahui bahwa
jembatan girder adalah jembatan yang penyangga utamanya terdiri dari balok-
balok yang berbentuk seperti kotak berlubang. Box girder terdiri dari baja
struktural, beton atau komposit baja.
Girder seperti itu digunakan untuk jembatan penyeberangan, jembatan rel
kereta api dan jembatan jalan raya. Sebagian besar digunakan untuk jembatan
bentang panjang dimana berat sendiri jembatan harus dijaga seminimal
mungkin. Selain itu, juga digunakan untuk situasi yang membutuhkan
kekakuan torsi tinggi.
Untuk pemasangannya, diawali dengan adanya tiang yang digunakan sebagai
penyangga. Lalu, dengan bantuan crane, girder diletakkan di atas tiang. Proses
pengangkatan ini harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjatuh. Setelah
itu, dipasanglah besi atau stressing mengikuti bentuknya. Terakhir, besi yang
sudah dipasang tadi, disambung dan di cor sehingga bisa kokoh dan tidak
bergeser.

b. Jembatan Rangka
Pada jembatan ini penyusunan tiang yang berupa rangka dilakukan dengan
membentuk sebuah bangun segitiga. Adapun struktur-struktur truss diharuskan
untuk terhubung dan ditekankan kepada beban dinamis yang diterima oleh
jembatan. Portal Truss adalah sistem struktur portal yang bagian struktur
horizontalnya merupakan susunan rangka batang pada satu bidang tunggal.

Susunan rangka batang harus mengakomodasi kekakuan dan kekuatan dalam


sistem gaya tarik-tekan saja. Rangka batang akan menggunakan susunan
konfigurasi segitiga yang secara mekanik dapat memberikan efek kekakuan
dan kekangan (penahanan) yang tinggi.
Idealisasi dan asumsi pada struktur portal truss menggambarkan bahwa setiap
elemen hanya mampu menerima gaya tarik dan tekan saja. Konsekuensinya
adalah tipe sambungan pada sistem ini bersifat sendi. Dengan kondisi tersebut,
maka beban-beban akan terkonsentrasi pada titik-titik buhulnya (simpul).
Karena hanya mempertimbangkan gaya tarik-tekan saja, maka profil yang
biasa digunakan pada struktur portal truss ini adalah profil yang “tipis” seperti
profil kanal, siku, hollow tubular, dan rectangular.

c. Jembatan Gantung
Merupakan jembatan yang memiliki fungsi sebagai pemikul langsung dari
beban lalu lintas yang melewati si jembatan. Beban yang lewat di atas jembatan
akan di tahan oleh kabel penahan yang menjadikan 2 pasang menara serta dua
pasang blok angkur menjadi sebuah penumpu. Menara yang digunakan harus
didesain untuk mampu menahan aksial tekan dan lentur serta memiliki
stabilitas terhadap tekuk dan beban gempa statik ekuivalen.
Menara pada system jembatan gantung akan menjadi tumpuan kabel utama.
Beban yang dipikul oleh kabel selanjutnya diteruskan ke menara yang
kemudian disebarkan ketanah melalui pondasi. Dengan demikian agar dapat
menyalurkan beban dengan baik, perlu diketahui pula bentuk atau macam
menara yang akan digunakan. Bentuk menara dapat berupa portal, multistory,
atau diagonally braced frame sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar
.konstruksi menara tersebut dapat juga berupa konstruksi cellular yang terbuat
dari pelat baja lembaran, baja berrongga, atau beton bertulang. Tumpuan
menara baja biasanya dapat diasumsikan jepit atau sendi, sedangkan tumpuan
kabel di bagian atas menara, sering digunakan tumpuan rol untuk mengurangi
pengaruh ketidakseimbangan menara akibat lendutan kabel.
Dimensi dari blok angkur harus didesain sedemikian rupa sehingga memiliki
kapasitas yang lebih besar dari gaya pada kabel backstay menahan minimum
120 gaya tarik kabel backstay. Garis kerja gaya kabel, tanah dan gaya gravitasi
blok angkur harus bertemu pada satu titik tangkap agar tidak terguling. Blok
angkur harus tertanam dalam tanah asli.
d. Jembatan Kabel
Jembatan dengan struktur terbuat dari kabel baja yang kuat. Struktur utama dari
jembatan Cable stayed terdiri dari 3 (tiga) komponen utama yaitu : bagian
angker (anchored section), bagian bebas (freedom section) dan bagian antara
(transition section).
Struktur yang membentuk sebuah jembatan memiliki beragam komponen atau
bagian secara struktur. Diantaranya kabel, dek jembatan dan pilar. Penempatan
dek dilakukan dengan menggantungkan dengan memakai kabel prategang dan
diangkur pada tiang pilar.
Keseluruhan gaya gravitasi pada jembatan pada bagian dek jembatan dialihkan
pada tanah dengan menyalurkannya melalui kabel maupun tiang. Kabel
jembatan akan menerima gaya berupa tarikan sedangkan tiang harus
menanggung beban gaya tekan dengan kekuatan besar. Selain itu, harus
menerima efek kelenturan lain. Sebenarnya, komponen penting pada cable
stayed bridge meliputi, gelagar, menara dan sistem kabel
2.

 Data Jembatan :
Data dimensi jembatan secara ringkas adalah sebagai
berikut :

Panjang bentang jembatan, L : 20 m


Jumlah lajur : 4 Lajur
Lebar lajur : 2,25 m
Lebar jembatan : 10 m
Tebal pelat lantai, 𝑡 s : 300 mm
Jumlah gelagar : 6 buah
Jarak antar gelagar, S : 2000 mm

 Data Gelagar Baja Jembatan


Data profil 572 × 495 × 45 ×60
Tinggi, H : 572 mm
Lebar sayap, 𝑏ƒ : 495 mm
Tebal sayap, 𝑡 ƒ : 60 mm
Tebal badan, 𝑡 w : 45 mm
Luas, 𝐴 s : 80.320 mm2
Inersia, 𝐼 x : 4.290.000.000 mm4
Modulus Tampang, 𝑆x : 15.000.000 mm3

Gambar profil gelagar Gambar pofil diafragma


 Data Utilitas Jembatan
a. Trotoar :-
b. Perkerasan Lentur (Aspal):
Lebar : 9000 mm
Tebal : 50 mm
c. Hand Railling :
Lebar : 20 m
 Data Tambahan
𝛾c : 25 kN/m3
𝛾s : 77 kN/m3
𝛾b : 22 kN/m3
𝛾w : 9,81 kN/m3
𝑡a : 50 kN/m3
𝛾c 𝑡𝑟𝑜𝑡𝑜𝑎𝑟 : 24 kN/m3 Jarak
Gelagar ke Center Line :4m
Jar. Antar Gel. Memanjang : 2000
mm Tinggi Railing : 1000
mm
 Pembahasan
1. Beban Mati (𝑄 MS)
a. Berat Slab Beton (𝑄 MS1 )
𝑄 MS1 = 𝛾c . 𝑡 s . 𝑏E

= 25 . 0,3 . 2
= 15 kN/m
b. Berat Gelagar Baja (𝑄 MS2 )
𝑄MS2 = 𝛾s . 𝐴s. Jumlah gelagar memanjang + 5 Diafragma
= 77 . 0,8032 . 6 + 5. 6,72
= 70,703 kN/m
Besarnya beban mati total (𝑄 MS) yaitu sebesar :
𝑄 MS = 𝑄 MS1 + 𝑄 MS2

= 15 + 70,703
= 85,703 kN/m
Gaya geser yang terjadi (𝑉 MS)
𝑉 MS = 1⁄2 × 𝑄 MS × 𝐿
= 0,5 × 85,703 × 20
= 857,03 kN
Momen yang terjadi (𝑀 MS)
𝑀 MS = 1⁄8 × 𝑄 MS × 𝐿2
= 0,125 × 85,703 × 202
= 4285,15 kN/m

2. Beban Mati Tambahan (𝑄MA)


a. Perkerasan Aspal (𝑄 MA1)
𝑄 MA1 = 𝛾 b . 𝑡 b . 𝑏E

= 22 . 0,05 . 2
= 2,2 kN/m
b. Genangan Air (𝑄 MA2)
𝑄 MA = 𝛾v . 𝑡 a . 𝑏 E

= 9,81. 50 . 2
= 0,98 kN/m
c. Beban Mati Tambahan Lainnya
(𝑄MA2) (Contoh : Railing)
Ditetapkan :
𝑄 MA3 = 0,48 kN/m

Besarnya beban mati total (𝑄 MS) yaitu sebesar :


𝑄 MA = 𝑄 MA1 + 𝑄 MA2 + 𝑄 MA3

= 2,2 + 0,98 + 0,48


= 3,66 kN/m
Gaya geser yang terjadi (𝑉 MS)
𝑉 MA = 1⁄2 × 𝑄 MA × 𝐿
= 0,5 × 3,66 × 20
= 36,61 kN
Momen yang terjadi (𝑀 MS)
𝑀 MA = 1⁄8 × 𝑄 MA × 𝐿 2
= 0,125 × 3,66 × 202
= 183 kN/m

3. Beban lajur D
Besarnya beban terbagi rata yang diterima satu buah gelagar adalah:
𝑞 TD = 9 karena L < 30 m.

Pada arah memanjang, besarnya adalah:


𝑞 TD' = 𝑞 TD × 𝑏 E/2,75
= 9 . 2000 𝑥 10 –3/2,75
= 6,545 kN/m
Beban garis P yang bekerja terhadaparah memanjang jembatan
adalah sekitar:
𝑃 TD = 49 kN/m
𝑃 TD' = 𝑃 TD × 𝑏 E/2,75
𝑃 TD = 49 𝑥 2000 𝑥 10 –3/2,75
𝑃 TD' = 35,636 kN
Beban lajur D dengan pengaruh beban dinamis sebesar 40%, sehingga:

𝑞 TD' = 𝑞 TD' + 40% . 𝑞 TD

𝑞 TD' = 6,545 + 40% . 9


= 9,164 kN/m

𝑃TDF = 𝑃 TDF + 40% . 𝑃TD

= 35,636 + 40% . 49
= 49,891 kN

Karena pada soal tidak disebutkan besarnya beban T yang bekerja,


maka momen dan gaya geser lalu lintas digunakan 𝑀 TD dan 𝑉 TD
Momen yang terjadi akibat interaksi dari beban lajur D sebesar :
𝑀TD = (1⁄8 . 𝑞TD . 𝐿2) + (1⁄4 . 𝑃TDF . 𝐿)
= (1⁄8 .9,164. 252) + (1⁄4 .49,891. 25)
𝑀 TD = 707,636 kN.m
Gaya geser yang terjadi sebasar :
𝑉TD = (2 . 𝑞TD' . 𝐿2) + (1⁄2 . 𝑃TDF . )

= (1⁄2 .9,164. 252) + (1⁄2 .49,891)

𝑉 TD = 116,582 kN.m

4. Gaya Rem
FTB = 5% (q’TDL + P’ TD)
= 5% (6,545 𝑥 25 + 35,636)
= 8,327 𝑘𝑁
𝑒 = 1,8 + 0,05 + 0,25 + 0,572
= 2,672 𝑚

𝑀 TB = 𝐹 TB 𝑥 𝑒

= 8,327 𝑥 2,672
= 22,25 𝑘𝑁. 𝑚

5. Beban Angin
Perhitungan beban angin pada jembatan dilakukan pada dua keadaan, yaitu
keadaan ultimit dan batas daya layan. Beban ini juga memperhitungkan apabila
terdapat kendaraan yang berada pada jembatan, sehingga mengakibatkan
tambahan beban.
𝑑 = 1822 𝑚𝑚
𝑏 = 12000 𝑚𝑚
Untuk b/d = 12000/1822 = 6,586
1,25 − 1,5
𝐶w = 1,5+ (3,253 − 2) = 1,25
6−2
Luas bagian samping jembatan adalah:
𝐴b =𝑑𝑥𝐿
= 1822 𝑥 20
= 36,44

6. Beban Gempa
Koefisien Beban Gempa Horizontal:
𝐾n =𝐶𝑥𝑆
= 0.21 𝑥 3 = 0.63

Momen akibat berat sendiri dan berat mati tambahan


𝑀T = 𝑀 MS + 𝑀 MA

= 4468,15 𝑘𝑁. 𝑚
Momen yang terjadi akibat beban gempa adalah:
𝑙 = 1,2
𝑀 EQ = 𝐾h 𝑥 𝑙 𝑥 𝑀 T
𝑀EQ = 3283,457 𝑘𝑁. 𝑚

Gaya geser akibat berat sendiri dan berat mati tambahan:


𝑉T = 𝑉MS + 𝑉 MA

= 857,03 + 36,61
= 893,64 𝑘𝑁

Gaya geser yang terjadi akibat beban gempa


𝑉EQ = 𝐾h 𝑥 𝑙 𝑥 𝑉T

= 656,691 𝑘𝑁

Beban merata gelagar memanjang


qu = 𝑞MS + 𝑞 MA + 𝑞TD + 𝑞ew
= 85,703 + 3,66 + 9,164 + 0,233
= 98,76 𝑘𝑁/𝑚
Analisa Pembebanan Gelagar Melintang
qu = 98,76 𝑘𝑁/𝑚
Jarak Antar Gelagar Melintang = 5 m

Ra = Rb = P = 0,5 x qu x bE
= 0,5 𝑥 98,76 𝑥 5
= 246,9 𝑘𝑁

Beban P = 246,9 kN
Beban 2P = 2 𝑥 246,9
= 493,8 𝑘𝑁

Reaksi pada ujung-ujung gelagar melintang :


R = 0,5 x (P + 2P + 2P + 2P + 2P + P)
= 0,5 x (246,9 + 493,8 + 493,8 + 493,8 + 493,8 + 246,9)
= 1234,5 kN
Gambar Pembebanan pada Struktur Rangka Batangnya

Anda mungkin juga menyukai