Tugas Makalah Pa Gulam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PERAWATAN LUKA

Diajukan Untuk Memenuhui Salah Satu Tugas Mata Kuliah Literatur Keperawatan
Dosen Pengampu : Ghulam Ahmad, S.Kep,. M.Kep

Oleh :
Kudus Abdul Aziz
C1AB21011

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KOTA SUKABUMI
KOTA SUKABUMI
2022
Kata Pengantar

Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang.
“PERAWATAN LUKA ”

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik,
namun penulis pun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya.

Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi
teknik penulisan, maupun dari isi, maka penulis memohon maaf dari berbagai
pihak seperti dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan untuk
dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama.

Sukabumi, April 2022

Kudus Abdul Aziz


Daftar Isi

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah 2
………………………………………………………
C. Tujuan 2
…………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Tanda Infeksi Pada Luka ……………………………………………… 3
B. Jenis Mikroba Pada Luka 6
……………………………………………….
C. Diagnosis Terjassinya Infeksi Luka 7
…………………………………….
D. Desifeksi Luka dan Teknik Aseptic alam Perawatan Luka …………… 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 11
……………………………………………………………..
B. Saran …………………………………………………………………... 11
Daftra Pustaka 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau
pembedahan. Luka bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan, dan lama penyembuhan.

Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap


organisme inang, dan bersifat paling membahayaka inang (Brunner & Suddarth,
2002). Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki
inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang.
Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik,
gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. respons inang terhadap
infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen dikategorikan sebagai
organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mancakup
bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid (Somantri, 2007).

Tanda-tanda infeksi pada luka di kulit, terdapat beberapa ciri-ciri luka di


kulit mengalami infeksi, antara lain: Muncul nanah atau cairan dari luka kulit di
sekitar luka kemerahan, ada benjolan kecil dengan kerak kekuningan di bagian
atasnya, luka terasa nyeri setelah beberapa hari, badan tidak enak Bagian yang
terluka membengkak setelah beberapa hari, demam atau suhu tubuh di atas 38
derajat celsius, kelenjar di dagu, leher, ketiak, atau selangkangan bengkak, luka
belum sembuh setelah 10 hari.

Beberapa penelitian menunjukkan adanya beberapa macam kuman


berbeda yang diisolasi dari pasien yang tinggal di area dengan geografis berbeda
(Hadadi et al., 2014; Akhi et al., 2015). Mikroorganisme penyebab radang
adalah golongan kuman piogenik. Kelompok kuman piogenik terdiri dari banyak
spesies yang tersebar luas di tubuh manusia. Diantaranya yang paling umum
adalah : Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus
pyogenes.
Diagnosis terjadinya infeksi pada luka yaitu dengan : Pemeriksaan tanda
vital, pemeriksaan fisik umum, penilaian adanya infeksi, penilaian terhadap
terjadinya kerusakan struktur di bawah luka.

Desinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen kecuali


spora kuman dengan cara fisik atau kimia, dan dilakukan terhadap benda mati,
termasuk ruangan. Bahan anti mikroba yang telah ditemukan memiliki
keefektifitasan yang bermacam (Chatim,1994) dalam (Alsen, Sihombing , 2014).

Teknik aseptik merupakan metode penjagaan yang digunakan dalam


setiap tindakan yang membawa resiko masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh pasien (Hinchliff, 1999). Teknik aseptik dimulai dari cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan pasien, penempatan alat yang tepat, penggunaan alat
yang tepat selama ganti balut dan adanya komunikasi selama pelaksanaan ganti
balut perawat dan pasien (Brunner & Suddath, 2002).

B. Rumusan Masalah
1. Apasa saja tanda infeksi pada luka ?
2. Jenis mikroba apa saja yang terdapat pada luka ?
3. Bagaimana diagnosis terjadinya infeksi pada luka ?
4. Bagaimana desinfeksi luka dan teknik aseptik dalam perawatan luka ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tanda infeksi pada luka
2. Untuk mengetahui jenis mikroba yang terdapat pada luka
3. Untuk mengetahui diagnosis terjadinya infeksi pada luka
4. Untuk mengetahui bagaimana desinfeksi luka dan teknik aseptik dalam
perawatan luka
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanda Insfeksi Pada Luka

Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap


organisme inang, dan bersifat paling membahayaka inang (Brunner & Suddarth,
2002). Organisme penginfeksi, atau patogen, menggunakan sarana yang dimiliki
inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada akhirnya merugikan inang.
Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat berakibat pada luka kronik,
gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian. respons inang terhadap
infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen dikategorikan sebagai
organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih luas, mancakup
bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid (Somantri, 2007)

Luka terutama yang terbuka memiliki risiko untuk terinfeksi oleh bakteri
atau kotoran. Bila tak segera ditangani, infeksi luka dapat menghambat proses
penyembuhan dan bahkan menimbulkan berbagai komplikasi yang berbahaya.
Infeksi luka bisa terjadi karena adanya pengendapan mikroorganisme dari
paparan lingkungan luar di area luka. Mikroorganisme seperti kuman dan bakteri
ini kemudian menggandakan diri dan masuk ke dalam luka.

Tanda-tanda infeksi pada luka di kulit, terdapat beberapa ciri-ciri luka di


kulit mengalami infeksi, antara lain:

1. Muncul nanah atau cairan dari luka kulit di sekitar luka kemerahan
2. Ada benjolan kecil dengan kerak kekuningan di bagian atasnya
3. Luka terasa nyeri setelah beberapa hari
4. Badan tidak enak Bagian yang terluka membengkak setelah beberapa
hari
5. Demam atau suhu tubuh di atas 38 derajat
6. Celsius Kelenjar di dagu, leher, ketiak, atau selangkangan bengkak
7. Luka belum sembuh setelah 10 hari.

Infeksi lokal yang klasik dapat ditandai dengan :


1. Peningkatan slough
Slough, juga merupakan jenis jaringan nekrotik, merupakan material lunak yang
terdiri atas sel-sel mati, berwarna kekuningan dan menutupi luka. Dapat berbentuk
seperti serabut/ benang yang menempel di dasar luka.Slough harus dibedakan dari
pus, di mana slough tetap menempel di dasar luka meski diguyur air, sementara pus
akan terlarut bersama air. Slough merupakan predisposisi infeksi dan
menghambat penyembuhan luka.
2. Eksudat berlebih disertai perubahan warna dan konsistensi
Eksudat atau cairan luka atau drainage adalahakumulasi cairan yang
dikeluarkan oleh luka yang terdiri dari serum, debris selular, bakteri, dan
leukosit (Baranoski dan Ayello, 2012).
Pengkajian eksudat juga termasuk memeriksa warna dan
konsistensinya dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Serous, eksudat bening atau kuning pucat yang berisi plasma cair
b. Sanguineous (bloody), eksudat berisi darah segardengan konsistensi
kental atau cair. Eksudat ini biasanya sering terjadi pada luka akut.
c. Serosanguineous (hemoserous), eksudat berisi plasma dan sel darah
merah dengan konsistensi kental atau cair.
d. Purulen, eksudat mengandung sel darah putih, organisme hidup/mati,
warna kuning, hijau atau coklat sebagai tanda infeksi serta dengan
konsistensi kental atau cair berbuih dan berbau. Eksudat ini sering
ditemui pada luka kronis.
e. Menurut Bates-Jensen (1997) membagi jumlah eksudat menjadi :

Volume Efek pada luka


Tidak ada Jaringan luka kering
(None)
Lembab Jaringan luka lembab
(Scant)
Sedikit Jaringan luka basah, kelembaban merata pada luka, cairan
(Small) sekitar 25% dari dressing
Sedang Jaringan luka jenuh (saturasi), kelembaban mungkin merata
(Moderate) atau tidak pada luka, cairan sekitar 25-75% dari dressing
Banyak Jaringan luka sangat basah, cairan sekitar membasahi seluruh
(copious) dressing atau merembes

3. Jaringan granulasi pucat


Jaringan granulasi adalah penanda dari kesehatan luka. Itu adalah tanda fase
proliferatif dari penyembuhan luka dan biasanya akhir dari penutupan luka.
Jaringan granulasi berkembang dari pembuluh darah kecil dan jaringan ikat
ke rongga luka. Jaringan granulasi sehat berwarna merah jambu pucat atau
kekuningan, mengkilat dan terlihat seperti tumpukan kelereng.Jika disentuh
terasa kenyal, tidak nyeri dan tidak mudah berdarah meski dalam jaringan
granulasi terdapat banyak pembuluh darah baru.Jaringan granulasi yang
berwarna merah terang dan mudah berdarah menunjukkan terjadinya infeksi.
4. Kemerehan dan hangat sekitar luka
Jaringan rusak akan berespon pengeluaran histamin dari sel mast dan
ditambah mediator lainnya yang akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah di sekeliling area cedera. Vasodilatasi tersebut mengakibatkan aliran
darah akan lebih banyak menuju ke area cedera, sehingga menjadi merah dan
teraba hangat.
5. Nyeri atau nyeri tekan
Jaringan rusak akibat cedera akan mengenai ujung saraf bebas, sehingga
mengeluarkan mediator nyeri seperti prostaglandin, serotonin dan lainnya.
Mediator nyeri tesebut akan dibawa ke otak untuk dipersepsikan sebagai
sensasi nyeri.
6. Bau yang tidak sedap
Odor atau bau pada luka atau pada cairan luka (eksudat) dapat menandakan
adanya pertumbuhan mikroorganisme pada luka. Karakteristik bau pada luka
akan bervariasi tergantung pada kelembaban luka, organisme, dan jumlah
jaringan mati (Bryant dan Nix, 2007). Menurut Haughton dan Young (1995),
bau dapat dikaji dengan Odour Assessment Scoring Tool yang dibagi
menjadi empat skor, yaitu :

Skor Pengkajian
Kuat Bau ketika memasuki ruangan (6-10 kaki atau 2-3 meter dari
klien) dengan dressing utuh tidak di buka
Moderate Bau ketika memasuki ruangan (6-10 kaki atau 2-3 meter dari
klien) dengan dressing sudah di buka
Ringan Bau tercium ketika berada di dekat klien dengan balutan di
buka
Tidak ada Tidak ada bau walaupun ada di samping klien dengan balutan
yang sudah di buka

7. Luka semakin meluas

Tanda infeksi lokal ini harus dipastikan dengan pemeriksaan kultur eksudat, sehingga
dapat ditentukan bakteri yang tumbuh di luka dan menentukan antibiotik yang tepat atau
sensitif terhadap bakteri.

B. Jenis Mikroba Pada Luka

Komplikasi yang timbul dari infeksi kulit dan jaringan lunak karena
Staphylococcus aureus merupakan masalah klinis yang utama. Hal ini
dikarenakan tingginya kejadian infeksi dan munculnya strain kuman resisten
antibiotik secara luas. Oleh karena itu kuman yang menghasilkan leukosidin
disebut sebagai kuman piogenik (Qureshi et al., 2004). Luka infeksi pada
permukaan kulit mudah di kolonisasi oleh berbagai macam organisme
(Matsuura, 2013; Anvarinejad, 2015).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya beberapa macam kuman
berbeda yang diisolasi dari pasien yang tinggal di area dengan geografis berbeda
(Hadadi et al., 2014; Akhi et al., 2015). Mikroorganisme penyebab radang
adalah golongan kuman piogenik.

(Singh et al. 2013). Ada 3 jenis bakteri penyebab infeksi terbanyak,


misalnya di RSU Bangladesh bakteri teridentifikasi adalah Pseudomonas sp.,
Staphylococcus epidermidis dan Escherichia coli (Alsaimari dan Mezaal, 2009).
Di RS M. Djamil Padang didapatkan Klebsiella sp., Staphylococcus aureus, dan
Enterobacter aglomerans, sedangkan di RS Moewardi Surakarta didapatkan
bakteri penyebabnya adalah Enterobacter sp., Pseudomonas sp., dan Proteus sp.
(Raihana, 2011) dalam (Warganegara, et al, 2012).

Infeksi piogenik menyebabkan beberapa penyakit umum, diantaranya


impetigo, osteomyelitis, sepsis, artritis septik, spondylodiscitis, otitis media,
sistitis dan meningitis. Infeksi piogenik menghancurkan neutrophil melalui
pelepasan leukosidin sehingga terbentuk abses. Haltersebut merupakan ciri khas
infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus (Miller and John, 2011).
Kelompok kuman piogenik terdiri dari banyak spesies yang tersebar luas di
tubuh manusia. Diantaranya yang paling umum adalah

a. Staphylococcus aureus
b. Staphylococcus epidermidis
c. Streptococcus pyogenes

C. . Diagnosis Terjadinya Infeksi Luka


1. Pemeriksaan tanda vital
2. Pemeriksaan fisik umum : bertujuan mencari tanda adanya faktor komorbid,
seperti :
a. Inspeksi mukosa konjungtiva dan bibir (mengetahui kemungkinan
anemia).
b. Menilai status gizi (mengetahui adanya malnutrisi atau obesitas).
c. Pemeriksaan neurologi (reflex dan sensasi – mengetahui kemungkinan
neuropati).
d. Pemeriksaan kardiovaskuler (menilai oksigenasi jaringan dan
kemungkinan adanya penyakit vaskuler perifer).
3. Penilaian adanya infeksi :
a. Gejala dan tanda umum : demam, malaise, limfadenopati regional
b. Gejala dan tanda lokal : edema, eritema, rasa nyeri, peningkatan suhu
lokal, gangguan fungsi.
4. Penilaian terhadap terjadinya kerusakan struktur di bawah luka :
a. Pembuluh darah :
1) Cek pengisian kapiler : adakah pucat atau sianosis, apakah suhu area
di distal luka teraba hangat.
2) Cek pulsasi arteri di distal luka.
3) Jika terdapat perdarahan, dinilai apakah perdarahan berasal dari
kapiler, vena atau arteri. Dilakukan penanganan sesuai dengan
sumber perdarahan.
b. Saraf :
1) Lakukan penilaian status motorik (kekuatan otot, gerakan) dan fungsi
sensorik di distal luka.
2) Penilaian status sensorik harus selalu dilakukan sebelum tindakan
infiltrasi anestesi.
c. Otot dan tendo :
Kerusakan tendo dapat dinilai dengan inspeksi, akan tetapi tetap
harus dilakukan penilaian terhadap range of motion dan kekuatan
dari tiap otot dan tendo di sekitar luka.
d. Tulang :
Dinilai adakah fraktur (terbuka atau tertutup) dan dislokasi.

Diagnosis kepawatan yang muncul yaitu:

1. Nyeri akut
Nyeri akut memiliki faktor yang berhubungan dengan cedera ( bilogis, zat
kimia, fisik, maupun psikologis. Dapat mengakibatkan perubahan nafsu
makan, tekanan darah, frekuensi jantung, pernapasan diaforesis, perilaku
distraksi, gelisah, menangis , mata kurang bercahaya, meringis, melindungi
daerah nyeri, persepsi nyeri, menghindari nyeri, gangguan tidur, ungkapan
nyeri.
2. Kerusakan Integritas Kulit
Faktor yang berhubungan dengan integritas kulit adalah faktor mekanis
( robekan/kulit), medikasi zat kimia, radiasi imbilisasi dan lain-lain. Dapat
mempengaruhi adanya kerusakan lapisan kulit, gangguan permukaan kulit,
invasi struktur tubuh
3. Kerusakan integritas jaringan
Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
( robekan/ kulit), gangguan sirkulasi, iritasi zat kimia dan lain-lain.
Mempengaruhi kerusakan jaringan.

Diagnosis Infeksi luka operasi (ILO) sebagai salah satu infeksi


nosokomial ditegakkan atas dasar adanya nanah, rasa nyeri, serta kemerahan
pada luka bekas operasi, dan pada biakan dari pus tersebut didapatkan berbagai
bakteri sebagai penyebab infeksi, baik bakteri Gram positip maupun Gram
negatip (Suparman, 2006) dalam (Warganegara,et al, 2012).

D. Desinfeksi Luka Dan Teknik Aseptic Dalam Perawatan Luka


Desinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen kecuali
spora kuman dengan cara fisik atau kimia, dan dilakukan terhadap benda mati,
termasuk ruangan. Bahan anti mikroba yang telah ditemukan memiliki
keefektifitasan yang bermacam (Chatim,1994) dalam (Alsen, Sihombing , 2014).
Teknik aseptik/asepsis adalah segala upaya yang dilakukan untuk
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar
akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda
hidup atau benda mati.

Teknik aseptik menurut Ellis, et al (1999) yaitu:

1. Menata Area Steril


2. Membuka Bungkusan Steril
3. Menambahkan Alat- Alat Dalam Area Steril
4. Menambahkan Cairan
5. Menggunakan Sarung Tangan Steril
6. Merawat Luka

Selain itu terdapat juga perawatan luka dengan menggunakan teknik


aseotip,salah satu tanaman yang berkhasiat obat dikenal dan digunakan oleh
masyarakat ialah tanaman Jambu Biji (Heinnermen, 2003). Senyawa dalam daun
Jambu Biji yang berupa flavonoid, eugenol, tanin dan terpenoid mempunyai
efek antibakteri dengan merusak struktur membrannya (Akiyama, 2001).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Jeffi W. Ekoputro (2011) yaitu


ekstrak etanol dari daun Jambu Biji mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus. Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan
penurunan jumlah koloni seiring dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun
Jambu Biji yaitu pada konsentrasi 1%, 1,5%, 2%, dan 2,5%. Kadar Bunuh
Minimum (KBM) dari ekstrak daun Jambu Biji sebesar 3%.

Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan


yang disertai abses bernanah. Luka merupakan proses hilang atau rusaknya
sebagian jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana
secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang (Kaplan dan
Hentz, 1992).

Berdasarkan aktivitas antibakteri yang dimiliki daun Jambu Biji maka


perlu dikembangkan suatu sediaan farmasi untuk mempermudah
penggunaannya. Salah satu sediaan farmasi yang dapat mempermudah
penggunaannya ialah gel. Dipilih sediaan gel karena kemampuan penyebarannya
baik pada kulit dan pelepasan obatnya juga baik (Voigt, 1994) dalam (Apono, et
al, 2014).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka terutama yang terbuka memiliki risiko untuk terinfeksi oleh bakteri
atau kotoran. Bila tak segera ditangani, infeksi luka dapat menghambat proses
penyembuhan dan bahkan menimbulkan berbagai komplikasi yang berbahaya.
Infeksi luka bisa terjadi karena adanya pengendapan mikroorganisme dari
paparan lingkungan luar di area luka. Mikroorganisme seperti kuman dan bakteri
ini kemudian menggandakan diri dan masuk ke dalam luka.

B. Saran
Ketika akan melakukan perawatan luka, lakukan teknik septik dengan
tepat yaitu dimulai dari cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien,
penempatan alat yang tepat, penggunaan alat yang tepat selama ganti balut agar
terhindar dari terjadinya infeksi pada luka pasien dan adanya komunikasi antara
perawat dengan pasien selama pelaksanaan ganti balut.
DAFTAR PUSTAKA

Alsen, Sihombing , M. (2014). Infeksi Luka Operasi.

Apono, Yamlean, Supriatni, J. V. (2014). UJI EFEKTIVITAS SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL DAUN
JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA YANG TERINFEKSI
BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUSPADA KELINCI (Orytolagus cuniculus).

Apriani, D. G. (2019). TINGKAT KEPATUHAN TIM BEDAH TERHADAP PRINSIP ASEPSIS DI RUANG
OK IGD RSUP SANGLAH DENPASAR. Jurnal Medika Usaha, 2(1), 13-17.

Budiana, I., & Nggarang, K. F. (2019). PENERAPAN TEKNIK AEPTI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
DI RUANG BEDAH RSUD KABUPATEN ENDE. JURNAL KEPERAWATAN TERPADU, 1(2),
56-64.

Morison, M. J. (2004). MANAJEMEN LUKA. Jakarta: EGC.

Sarkum, Hartoyo, M., & Utomo, T. A. (2013). Pengaruh engelolaan Teknik Aseptik Pada
Penanganan Luka Terbuka Stadium II-III Terhadap Kejadian infeksi Di Rumah Sakit
Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak. Pengaruh Pengelolaan Teknik Aseptik, 9(1), 474-
481.

Warganegara, Apriliana,Ardiansyah, E. (2012). IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA


OPERASI(ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN
RSAM DI BANDAR LAMPUNG.

Wijaya, I. M. (2018). PERAWATAN LUKA DENGAN PENDEKATAN MULTIDISIPLIN . Yogyakarta:


Penerbit ANDI.

Anda mungkin juga menyukai