Laporan Fitri Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN UJIAN KOMPETENSI KEAHLIAN

(AGRISBISNIS TERNAK UNGGAS)

Oleh :

FITRI RAHMADHANI

SMK NEGERI 1 BAULA

2021 / 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala

rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Laporan Budidaya

Ternak Unggas tentang  “Pemeliharaan Ayam Broiler”.

Laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan

tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan Ternak. Laporan  ini telah diupayakan agar dapat

sesuai apa yang diharapkan  dan dengan terselesainya Laporan ini sekiranya bermanfaat bagi

setiap pembacanya. Laporan ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar

kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar

menjadi bahan pembelajaran.

Selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh

karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha

Esa, serta ucapan terima kasih kepada : Dosen Pembimbing dan Teman teman berkat

kerjasamanya sehingga Laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala

kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang

kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk laporan ini

selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga laporan yang penulis buat  ini mendapat ridho

dari Tuhan Yang Maha Esa


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………..

1.2 Tujuan ………………………………………………………………………………………

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ayam Boiler / Ayam Pedaging ……………………………………………………………

2.2. Persiapan Kandang ………………………………………………………………………...

2.3. Persiapan Brooding ………………………………………………………………………

2.4. Sanitasi Kandang ………………………………………………………………………….

2.5. Pakan – Minum ……………………………………………………………………………

2.6. Penerimaan atau pemasukkan DOC peralatan Kandang ………………………………….

2.7 Vaksinasi …………………………………………………………………………………..

2.8 Bobot Badan ……………………………………………………………………………….

2.9 Keragaman ………………………………………………………………………………...

2.10 Pemanenan ………………………………………………………………………………..

2.11 Pengambilan Sampel Darah ………………………………………………………………

2.12 Mengkarkas ……………………………………………………………………………….

2.13 Pemasaran …………………………………………………………………………………


BAB III. KESIMPULAN & SARAN

3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………………………..

3.2 Saran ………………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

    

       1.1       Latar Belakang

Peningkatan jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berdampak pada

peningkatan konsumsi produk peternakan (daging, telur, susu). Meningkatnya kesejahteraan

dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut

meningkatkan angka perminataan produk peternakan. Daging banyak dimanfaatkan

olehmasyarakat karena mempunyai rasayang enak dan kandungan zat gizi yangtinggi.Salah

satu sumber daging yangpaling banyak dimanfaatkan olehmasyarakat Indonesia adalah

ayam.Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan

ayam broiler, petelur afkir, dan ayam kampung.

Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak

dan merupakan komoditas unggulan.Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging

ayam menjadi sumber utama menu konsumen.Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di

pasar modern maupun tradisional.Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh

rumah potong ayam modern dan tradisional.Proses penanganan di RPA merupakan kunci

yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam

(RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang

memadai, namun tidak dapat dihindari adanyakontaminasi dan kerusakan selama prosesing

dan distribusi.
Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan pangan, menuntut

produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk meningkatkan kualitas

produknya.Walaupun kualitas karkas tergantung pada preferensi konsumen namun ada

standar khusus yang dijadikan acuan.Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan

standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu,

persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan

pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan.Untuk itu perlu ada

penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.

      1.2       Tujuan

Tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk mengetahui permasalahan-permasalahan

yang terjadi di peternakan ayam niaga pedaging, rumah potong ayam dan pasar yang

berkaitan dengan rendahnya kualitas karkas ayam niaga pedaging serta mencari solusi

pemecahannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

      2.1       Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish

dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil

daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan

sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Menurut Northe (1984)

pertambahan berat badan yang ideal 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300

gram per minggu.

Menurut Suprijatna et al. (2005) Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat

tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan

produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Siregar et al. (1980) bahwa ayam Broiler

dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging

yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan

ransum tinggi.

Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus

untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4

kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah

ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan

bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan
timbunan daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang

berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi

daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk

memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas

yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan

akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler

mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam

klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam

pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat

dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila

ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam

minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Anonimus, 1994).

Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu

yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat

dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan

memerlukan energy yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi

pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985). Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan

ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan

kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan

ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam

dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah
tidak efisien dibandingkan kenaikkan/penambahan berat badan, sehingga akan menambah

biaya produksi (Anonimus, 1994).

Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter

umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga

dipasarkan.

Ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang

kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu

semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia

dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu

pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta

peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.

Banyak strain ayam pedaging yang dipelihara di Indonesia. Strain merupakan

sekelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan

untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro,

Hybro (Suprijatna et al., 2005).

2.2.     Persiapan Kandang

Sebelum memulai pemeliharaan ayam, ada tahapan penting yang harus dilakukan oleh

peternak persiapan kandang, meliputi:

a. Pencucian Kandang
Setelah ayam ditransfer (pullet) kandang harus dibersihkan. Semua kotoran dikeluarkan jauh

dari lingkungan kandang. Demikian pula keluarkan seluruh peralatan di dalam kandang.

Semprot dengan insektisida, kemudian desinfeksi. Cuci semua bagian kandang dengan

detergen (100 gram/100 liter air) dan gunakan mesin semprot bertekanan tinggi.

Lakukan pengapuran kandang (10 kg kapur hidup dan 20 kg ammonium sulfat) pada

permukaan lantai seluas 100 m2. Tebarkan secara merata dan semprot dengan 100 liter air

pada permukaannya. Kemudian tutup tirai kandang dan semprot dengan formalin

(10%).Masukkan litter (alas kandang) yang telah disanitasi (dosis 10% formalin) dan

sebarkan merata. Penyebaran litter minimal ketebalannya 5 – 8 cm. jika litter dari serutan

kayu, gunakan 3 – 5 kg/ m2, sedangkan jika menggunakan sekam padi 2,5 – 4 kg/ m2.

b. Pencucian Peralatan

Setelah peralatan dikeluarkan dari kandang, cuci dengan detergen dan rendam dengan air

desinfektan (ucarsan/bromoquad/iodosept). Kemudian peralatan diangkat dan biarkan kering.

Setelah peralatan bersih dan kering, simpan di gudang peralatan. Lakukan fumigasi pada

peralatan kandang. Cuci pula tempat penampungan air dan bersihkan instalasi air minum.

Sebelum dilakukan penyebaran sekam, lakukan sanitasi dengan dosis 10% formalin (1:9) dan

sebar merata ke seluruh bagian kandang.

c. Pemasangan Tirai

Setelah kandang bersih dan litter telah disebar merata, pasang tirai dalam dan luar. Lakukan

penyemprotan dengan desinfektan (formalin 10%) ke seluruh bagian kandang. Setelah


kandang bersih, masukkan peralatan dan pasang tempat minum, baki DOC (bibit ayam) dan

gasolek (pemanas). Tiga hari sebelum DOC masuk, semprot kembali dengan formalin 10%.

2.3.      Persiapan Brooding

Periode Brooding

a. Tujuan Brooding

Tujuannya adalah untuk menyediakan lingkungan yang nyaman dan sehat secara efisien dan

ekonomis bagi anak ayam, untuk pertumbuhan optimal. Periode brooding sangat memerlukan

ketersediaan panas yang cukup pada minggu pertama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

adalah:

• Temperatur lantai kandang/litter.

• Perhatikan kondisi litter agar selalu kering (tidak basah/mengumpal).

• Pemberian pakan 5 – 8 kali/hari (pakan dan minum tersedia setiap saat).

• Berikan air minum ditambahkan dengan gula (1%).

• Pastikan minimal 95% dari populasi DOC temboloknya telah terisi pakan.

• Perhatikan intensitas dan distribusi cahaya.

Pada periode ini terjadi perkembangan sistem kekebalan tubuh dan gastrointestinal yang

cepat. Oleh karena itu, periode ini sangat menentukan performance akhir.

b. Persiapan Brooding

Sebelum anak ayam tiba, ada hal yang sangat penting yang sering diabaikan peternak, yaitu

menempatkan letak pemanas yang sesuai disertai dengan peralatan yanag memadai untuk
bisa memberikan kenyamanan bagi anak ayam. Untuk daerah dengan temperaturbrooding

pada malam hari tidak tercapai, disarankan menambah tirai dalam.

2.4.      Sanitasi Kandang

Sanitasi kandang berfungsi untuk mencegah penyakit berkembang. Sanitasi kandang


umumnya memang dilakukan setelah proses panen. Kandang disemprot dengan insektisida,
pada bagian atas litter dan bagian bawah dinding kandang. Air yang masih tersisa di dalam
bak penampung, pipa, dan nipple dikosongkan. Setelah itu, wadah dibersihkan dan
diklorinasi selama 4—6 jam agar endapan yang melekat pada wadah bisa terangkat dan larut.
Setelah itu, bilas hingga bersih.

Mencuci kandang

Selama proses pencucian kandang, Anda harus memastikan air bekas cucian tersebut
mengalir lancar ke aliran pembuangan agar tidak ada bekas air cucian yang tergenang di area
peternakan.

Pencucian kandang dilakukan pada seluruh bagian kandang, mulai dari atap hingga dinding
kandang. Pencucian dilakukan berkali-kali, pertama dengan air bersih, dilanjutkan dengan
deterjen dan didiamkan selama 1—2 jam, dan terakhir dibilas kembali dengan air bertekanan
tinggi. Setelah itu, kandang disiram dengan air panas dengan suhu 100°C. Kandang yang
sudah kering kembali disemprot dengan kapur ke seluruh bagian kandang.

Sanitasi seluruh peralatan kandang

Peralatan yang digunakan selama masa pemeliharaan juga perlu disanitasi, mulai dari tempat
pakan, minum, dan peralatan lainnya. Semua peralatan dicuci dan dicelupkan ke dalam
desinfektan. Anda perlu merendam peralatan apabila ada kotoran yang sulit dihilangkan.
Sikat dan bilas dengan air bersih, lalu keringkan di tempat yang tidak berdebu.

Sanitasi sarana pelengkap

Peralatan lain yang menunjang kerja petugas di dalam kandang juga perlu disanitasi, seperti
seragam kandang dan sepatu bot. Kontrol kondisi larutan desinfektan yang berada di dalam
bak, larutan tersebut biasanya digunakan untuk mencelupkan kaki dan berada di pintu masuk
area peternakan serta di depan kandang.
2.5.      Pakan dan Minum

Pemberian Pakan

Pemberian pakan bentuk crumble sangat penting untuk mencapai berat badan standar pada

minggu ke-5 atau sampai berat badan tercapai. Jumlah pakan diprediksikan 0 – 5 minggu:

840 gram. Pakan diberikan sedikit demi sedikit pada awal minggu tapi sesering mungkin.

Pemberian Air Minum

Pada dua hari pertama sebaiknya diberikan air hangat dengan temperatur >25oC, larutkan 1%

gula dan 2 gram vitamin C dalam satu liter air minum untuk 24 jam pertama. Pada dua

minggu pertama tempat minum harus dibersihkan 3 kali sehari dan setelah itu dibersihkan 2

kali sehari.

2.6.      Penerimaan Atau Pemasukkan DOC Peralatan Kandang

PEMASUKAN DOC

Hal pertama saat DOC datang adalah melakukan pengecekan terhadap

DOC. Ciri-ciri DOC yang baik adalah

1. Ukuran seragam

2. Cukup sering bersuara

3. Kaki berisi dengan bulu bersih dan mata yang nampak cerah

4. Lincah dan aktif mencari pakan dan minum

5. Tidak ada gangguan pernafasan atau gangguan penyakit lainnya

6. Dubur bersih dan tidak ada pasta putih

7. Berat tidak kurang dari 37g


Perlu diperhitungkan antara besaran brooder dengan jumlah DOC yang dimasukkan, jumlah

alat pemanas, jumlah tempat pakan dan minum. Apabila menggunakan chick guard sebaiknya

berbahan seng, dimana seng dapat memantulkan panas sehingga menambah kehangatan bagi

ayam.

Hal-hal per perlu dilakukan selama penyebaran DOC yaitu:

1. Saat DOC baru tiba disarankan untuk memberikan air gula guna memulihkan kembali

tenaga DOC selama perjalanan

2. Pakan dan air minum dikontrol agar selalu tersedia.

3. DOC yang jelek atau cacat langsung dikeluarkan. Sedangkan yang lemah dapat dibantu

minum dengan mencelupkan ujung paruh ke air gula.

4. Penyebaran dan tingkah laku DOC ,harus selalu diperhatikan dan diamati kondisinya

5. Pemanas untuk brooder harus diawasi

DOC yang kedinginan atau kepanasan akan cenderung diam dan meringkuk sehingga

konsumsi ransum akan menurun. DOC yang sehat dengan lingkungan yang nyaman akan

terlihat lincah dan aktif, kaki anak ayam basah dengan tubuh yang hangat. Setelah DOC

dipastikan dalam kondisi nyaman, lakukan evaluasi terhadap

tembolok (crop fill). Amati penyebaran dan tingkah laku DOC dalam chick guard. Konsumsi

ransum dikatakan baik bila minimal 75% sampel DOC temboloknya teraba kenyal dan lunak

yang mengindikasikan bahwa ayam sudah mengonsumsi cukup ransum dan juga air minum.
2.7.     Vaksinasi

Vaksinasi Ayam , Kerugian besar dalam produksi telur yang terjadi pada kebanyakan

peternakan disebabkan oleh gagalnya memvaksinasi terhadap penyakit Fowl fox dan

Newcastle. Jangan biarkan penyakit tersebut lepas dari penjagaan Anda. Vaksinasilah

sebelum terlambat. Beberapa minggu produksi akan hilang bila ayam betina yang tidak

divaksinasi terkena penyakit setelah mereka mulai bertelur.

Vaksinasi terhadap kedua penyakit tersebut di atas dapat dilakukan setiap saat setelah ayam

berumur 8 minggu. Jangan menunggu lebih lama setelah 8 minggu karena akan menghadapi

risiko besar atas kehilangan beberapa ayam. Untuk mencegah reaksi yang tidak diinginkan

akibat dari vaksin, pada saat divaksinasi ayam harus berada dalam keadaan sehat atau tidak

sedang terinfeksi parasit. Sekali vaksinasi hanya untuk satu jenis penyakit, sedangkan

vaksinasi untuk jenis penyakit lainnya dapat dilakukan kurang lebih 3 minggu sesudahnya.

Metode yang digunakan untuk memvaksinasi terhadap penyakit Fowl Pox dan Newcastle

adalah metode jaringan sayap. Metode ini sangat sederhana. Semua bulu di dekat siku dari

salah satu sayap dibuang sehingga jaringan kulit yang cukup luas kelihatan sebagai tempat

untuk penyuntikkan vaksin agar semua vaksin dapat dimasukkan pada ayam. Isi jarum vaksin

dengan obat vaksin dan suntikkan pada jaringan kulit tersebut. Proses vaksinasi selesailah

sudah. Yakinkan bahwa semua ayam yang belum pernah divaksinasi telah mendapat giliran.
2.8.      Bobot Badan

Standar Bobot Ayam Broiler

1 Umur 1 Minggu 

Bobot ideal untuk 7 hari atau 1 minggu pertama berkisar pada 4,5-4,75 kali dari bobot awal
ayam masuk ke kandang (Chick In). 

Contoh kasusnya seperti ini: 

Saat ayam DOC pertama kali masuk ke kandang (Chick In) dengan bobot 36 gram, maka
ekspektasi dalam kurun waktu 1 minggu, ayam DOC berhasil mencapai bobot 160-170 gram
per-ayam sebagai standar. 

2 Umur 2 Minggu

Pada umur 14 hari, bobot ideal ayam ada pada 2,4 kali dari bobot minggu pertama. Jika ayam
berhasil mencapai bobot tersebut, berarti menunjukan bahwa pondasi ayam dalam
pembelahan sel dan pembesaran sel sudah berlangsung optimal. 

Contoh kasusnya seperti ini: 

Dalam waktu 1 minggu, bobot ayam berada di angka 165 gram, maka ekspektasi bobot ayam
pada minggu kedua berkisar pada 390-400 gram per-ayam sebagai standar bobot ayam secara
keseluruhan. 

3 Umur 3 Minggu Pertama dan Seterusnya

Jika performa baik bobot ayam tetap dijaga semenjak minggu pertama hingga minggu kedua,
maka di minggu ketiga bobot ayam diperkirakan baiknya mencapai kurang lebih bobot 1 kg
dan pada minggu keempat, mencapai bobot kurang lebih 2 kg. 

Bagaimana jika bobot ayam kurang atau lebih dari standar? 

Apabila bobot ayam di bawah standar, maka peternak harus secepatnya melakukan evaluasi
dan perbaikan terhadap manajemen kandang, suhu dalam kandang, pemberian pakan pada
ternak, atau bahkan hal-hal lain yang memungkinkan ayam tidak nyaman. 

Namun apabila bobot ayam melebihi standar pada minggu pertama hingga minggu kedua,
maka ini salah satu pondasi awal yang sangat perlu untuk dipertahankan dengan
meningkatkan performa komponen-komponen yang mendukung pertumbuhan ternak.

Parameter keberhasilan usaha ternak ayam broiler 

1. Angka FCR lebih rendah daripada jumlah pakan, dapat dikatakan juga jumlah pakan yang
dihabiskan sesuai dengan jumlah daging yang dihasilkan
2. Angka kematian ternak rendah, yaitu di bawah 5% secara keseluruhan
3. Tingginya angka Indeks Performa (IP) peternak ayam broiler 
Semakin tinggi IP peternak ayam, berarti performa ternak yang semakin baik pula. 

2.9 Keragaman

Tujuan dari Uniformity adalah mendapatkan kelompok ayam yang seragam sesuai kurva

pertumbuhan normal. Pertumbuhan ayam tidak hanya tergantung dari jumlah pakan yang

diberikan, namun tergantung juga pada:

a. Kualitas pakan

b. Suhu kandang

c. Status kesehatan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Rendahnya berat badan dan jeleknya keseragaman akan menyebabkan produksi menjadi

rendah.Timbang ayam mulai umur 1 minggu yang dilakukan pada sore hari. Lakukan seleksi

tiap hari hingga umur 10 minggu. Target pencapaian berat badan umur 10 minggu (830-870

gram), 13 minggu (1100-1140 gram) dan 15 minggu (1270-1320 gram). Keseragaman

seharusnya dimonitor pada 4 minggu dan 15 minggu. Delapan puluh lima persen (85%) ayam

harus berada pada berat yang standar.

Jika uniformity <85% saat umur 6 minggu, lakukan grading total.

Pisahkan kelompok ayam (grading) berdasarkan berat badan. Jika keseragaman standar tidak

etrcapai, lakukan program pemberian pakan yang lebih intensif (memperpanjang pakan pre-

starter) atau culling pada umur 10 minggu.


2.10. Pemanenan

·         Hasil Utama, untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging

ayam

·         Hasil Tambahan, usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran

kandang dan bulu ayam.

·      Pasca Panen

1.  Stoving

Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya ditempatkan di

kandang penampungan (Houlding Ground)

2. Pemotongan

Pemotongan ayam dilakukan dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan

atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus,

tidak mudah tercemar dan mudah busuk.

3. Pengulitan atau Pencabutan Bulu

Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 0C).

Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan

membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.

4. Pengeluaran Jeroan

Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan.

Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan

terpisah.
5. Pemotongan Karkas

Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua

jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah

dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.

2.11.      Pengambilan Sampel Darah

Vena Pectoralis ; Pengambilan sampel darah pada ayam di lakukan pada vena pectoralis.

Pembuluh darah ini terletak pada bagian bawah sayap ayam.

2.12      Mengkarkas

Mengkarkas ayam ras pedaging adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala,

kaki, darah, bulu serta organ dalam (Abubakar dkk, 1991). Karkas ayam dibedakan menjadi

karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi dengan darah, alat tubuh

bagian dalam, kepala dan kaki. Karkas ini yaitukarkas kosong segar yang diisi dengan hati,

jantung dan rempela yang telah dibersihkan. Persentase karkan sering digunakan untuk

menilai produksi ternak daging.

Pada survey ini tahapan pencacahan ternak (dalam hal ini ayam ras pedaging)

dilaksanakan sebagai berikut:

-Ayam ras pedaging sebelum dipotong harus dalam kondisi sehat;

-Ayam ras pedaging yang akan dipotong ditimbang dengan timbangan digital

untuk mengetahui berat hidupnya.Ayam ras pedaging yang telah ditimbang berat hidupnya,

selanjutnya dibawa ke tempat pemotongan. Pemotongan dilakukan dengan cara menyayat


leher ayam ras pedaging dengan pisau tajam, sehingga ayam ras pedaging langsung mati.

Darah binatang yang disembelih harus benar-benar dialirkan sebelum kepalanya dipotong.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengeluarkan semua darah yang menjadi tempat

berkembang biaknya mikroorganisme. Urat syaraf tulang belakang tidak boleh dipotong

terlebih dahulu, karena dapat merusak syaraf fiber yang berhubungan dengan jantung

selama proses penyembelihan sehingga menyebabkan penghentian detak jantung, maka darah

akan tetap menggenang dalam pembuluh darah, daging menjadi mudah busuk dan tidak sehat

untuk dikonsumsi. Setelah ayam ras pedaging mati, kemudian ayam ras pedaging cabut

bulunya lalu dikeluarkan jeroannya

2.13.      Pemasaran

Strategi dan Cara Pemasaran Ayam Broiler Supaya Laris

1. Melakukan Penghematan Biaya Operasional Kandang. ...


2. Mengetahui Kisaran Harga di Pasaran. ...
3. Membangun Hubungan Baik dengan Para Pelaku Usaha. ...
4. Pemasaran Langsung ke Tempat Usaha. ...
5. Menggunakan Sistem Eceran. ...
6. 7 Daya Tarik Industri Peternakan Ayam Broiler.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

      3.1.   Kesimpulan

Ayam merupakan salah satu ternak yang potensial di daerah kita,dilihat dari segi

konsumsi masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam sangat tinggi

karena hamper setiap hari dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu peluang

bisnis yang sangat menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh – sungguh.

Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh terhadap

peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat memuaskan. Dalam

arti kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan mendapatkan kepuasan

batin dan itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas usaha yang kita tekuni.

     

3.2.   Saran

Semoiga laporan ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak ayam

baik bagi pemula maupun yang professional.


DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2011 Pendahuluan. http://micksihite.blogspot.com/p/laporan-semester-
praktikum-produksi.html

Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler).
Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.

Fadillah. R, 2007. Sukses Berternak Ayam Broiler. PT.Agromedia Pustaka:. Ciganjur.

Kartini. 2011. Kandungan Zat Pakan Jagung. http://putramegatawang.com/kandungan-zat


pakan-jagung.html.

R, 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia pustaka:


Jakarta

Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta

Rasyaf. M, 1994. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya: Jakarta

Sugandi, 1978. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Pedaging Strain MB 202-p Periode Starter–
Finisher. PT. Janu Putro Sentosa: Bogor

Anda mungkin juga menyukai