TAUHID Dalam Ekonomi
TAUHID Dalam Ekonomi
TAUHID Dalam Ekonomi
Tauhid
Dosen Pengampu :
Oleh :
Linatul Uyun
YOGYAKARTA
1439/ 2017
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Pengertian Tauhid................................................................................................5
B. Pengertian Ekonomi.............................................................................................7
1. Ekonomi Syariah..............................................................................................8
2. Ekonomi Kapitalis............................................................................................9
3. Ekonomi Sosialis...............................................................................................9
C. Pendekatan Islam terhadap Ekonomi...............................................................10
D. Hubungan Maqashid Syariah dengan Ekonomi..............................................12
1. Pengertian Maqashid Syariah.......................................................................12
2. Maqashid Syariah dan Ekonomi...................................................................13
E. Membangun Ekonomi dengan Prinsip Tauhid................................................15
BAB III............................................................................................................................19
PENUTUP.......................................................................................................................19
Kesimpulan.................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam Memiliki tiga pondasi pokok, yaitu iman, islam, dan ihsan. Dalam
era kontemporer ini, iman sering disebut dengan teologi, ilmu kalam, aqidah,
ataupun tauhid. Adapun Islam, sering diistilahkan dengan syariat atau fiqih.
Sedangkan ihsan sendiri terkadang diistilahkan dengan tasawuf atau akhlaq. Iman
atau tauhid itu sendiri merupakan unsur utama dalam agama islam. Ia merupakan
ilmu yang bersifat global, sedangkan ilmu-ilmu yang lain bersifat parsial atau
cabang dari ilmu tauhid itu sendiri. Sehingga ilmu-ilmu lain yang bersifat parsial
itu harus dilandasi dengan ilmu tauhid yang bersifat global.
Ilmu tauhid sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang ketuhanan dan
segala sesuatu yang berkaitan dengannya, seperti sifat-sifat Allah atau yang
lainnya. Adapun dalam konteks islam sendiri, tauhid dimaksudkan untuk
mengesakan Allah SWT, atau menisbatkan hanya kepada Allah, atau bisa juga
diartikan sebagai penyerahan diri yang bulat terhadap kehendak Allah, baik
menyangkut ibadah ataupun muamalah, dalam rangka menciptakan kehidupan
yang sesuai dengan kehendak Allah SWT. Tauhid menjadi dasar seluruh konsep
dan aktifitas umat islam, baik dalam ibadah, juga dalam bermuamalah, seperti
dalam hal ekonomi, politik sosial maupun budaya.
Nilai-nilai tauhid dalam beribadah, tampak jelas dan merupakan sesuatu yang
lumrah, karena ibadah sendiri pasti didasari oleh keimanan kepada Allah SWT.
Berbeda halnya dengan bermuamalah, kebanyakn justru tidak menampakkan
sedikitpun nilai-nilai tauhid yang ada pada dirinya. Padahal seharusnya umat
islam tidak hanya tekun dalam beribadah, tetapi harus benar dalam bermuamalah.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana peran tauhid dalam
ilmu atau kegiatan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
Tauhid adalah inti ajaran Islam, bahkan juga inti ajaran semua agama samawi.
Para Nabi dan Rasul silih berganti diutus Allah ke muka bumi sesungguhnya
bertugas untuk menyampaikan paham tauhid ini. Tauhid –dalam banyak
tempat di tulis tawhid-merupakan kata benda kerja (verbal noun) sebuah
derivasi atau tashrif dari kata-kata “wahid” yang artinya “satu” atau “esa.”
Pengertian tauhid dalam bahasa arab, merupakan mashdar (kata suatu benda
dari sebuah kata kerja) berasal dari kata wahhada. yang dimaksud
wahhadasyai’a berarti menjadikan sesuatu itu menjadi satu. Sedangkan
menurut ilmu syariat mempunyai arti mengesakan terhadap Allah dan segala
hal yang merupakan kekhususan-Nya. Maka makna harfiah tauhid adalah
“menyatukan,” atau “mengesakan.” Bahkan dalam makna generiknya juga
digunakan untuk arti mempersatukan hal-hal yang terserak-serak atau
terpecah-pecah.
Tauhid asma’ wa shifat. Maksud dari hal ini adalah pengesaan terhadap Allah
‘Azza wa Jalla dengan nama dan sifat-sifat yang jadi milik-Nya.Tauhid ini
mewakili dua hal yaitu ketetapan dan kenafian, berarti kita harus menetapkan
nama-nama dan sifat-sifat bagi Allah seperti halnya yang ditetapkan bagi diri-
Nya. Juga agar kita tidak membuat sesuatu yang sama dengan Allah terhadap
nama dan sifat-Nya. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:
“ Tidak ada satupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.”
Seiring dengan perkembangan sejarah, nama ilmu ini juga berkembang dan
memiliki ciri-ciri tersendiri. Berikut adalah beberapa ilmu yang masih terikat
denga ilmu tauhid:
1. Ilmu ‘aqaid. Aqa’id adalah jamak dari akidah. Kata ini telah menjadi
bahasa Indonesia dan ditulis dengan akidah. Artinya simpul. Dari kata
ini juga lahir kata aqadyang bermakna perjanjian atau kontrak.
2. Ilmu Uhsuluddin. Kata Ushuluddin terdiri dari dua kata, ushul berasal
dari kata asal dan a-din. Secara sederhana kata ushuluddin
diterjemahkan dengan dasar-dasar agama atau pokok-pokok agama.
Bisa juga diartikan dengan asas-asas agama. Pada awalnya yang
dimaksud dengan ilmu ini adalah ilmu tauhid. Sehingga keduanya
menjadi identik. Belakangan yang masuk ke dalam bidang Ilmu
ushuluddinadalah ilmu yang mempelajari dasar-dasar agama. Yang
termasuk ke dalam ilmu-ilmu ushuluddin adalah Ulum Al-Qur’an atau
Tafsir, ulum al-Hadits, pemikiran dalam Islam seperti Teologi atau
Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawwuf.
3. Ilmu Kalam. Kata kalam diambil dari salah satu sifat Allah yaitu kalam
Allah yaitu Al Qur’an. Dalam sejarah Islam, persoalan kalam Tuhan
pernah diperdebatkan dikalangan mutakallimun. Oleh sebab itu,
dimensi logika sangat kental dalam diskursus ilmu kalam. Berbeda
halnya dengan ilmu tauhid yang lebih bersifat normatif. Jika
mempertahankan isu-isu yang menjadi bahan perdebatan dikalangan
mutakallimun, kita dapat merasakan kuatnya dimensi logika dalam
argumentasi-argumentasi yang mereka kemukakan. Perhatikanlah
ketika mereka berdebat tentang sifat Allah, perbuatan Allah, qadar atau
takdir sampai persoalan Al-Qur’an.
4. Theology. Nama ilmu ini berasal dari khazanah Barat. Theology terdiri
dari dua kata, theo yang artinya Tuhan dan logos yang artinya ilmu.
Theology dengan demikian bermakna ilmu tentang ketuhanan.1
B. Pengertian Ekonomi
Ekonomi adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan setiap tindakan atau
proses yang bersangkut paut dengan penciptaan barang atau jasa yang dibuat
untuk memenuhi kebutuhan manusia.2
1
H. Abdul Halim Hasan Al-Islahiyah Binjai, JURNAL PERSPEKTIF EKONOMI DARUSSALAM
Volume 2 Nomor 1, Maret 2016, h. 69.
2
Winardi, Kamus Ekonomi (Bandung: Mandar Maju, 1989), cet.ke-9.
1. Ekonomi Syariah
Sedangkan ekonomi islam atau ekonomi syariah menurut Dr. Muhammad bin
Abdullah Al Arabi, adalah kumpulan prinsip-prinsip umum tentang ekonomi yang
diambil dari Al Quran juga Sunnah, juga pondasi ekonomi yang dibangun atas
dasar pokok-pokok tersebut dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan dan
waktu. Berikut merupakan beberapa karateristik ekonomi islam, antara lain:
3
Q.S. Al Baqarah: 143
2. Ekonomi Kapitalis
3. Ekonomi Sosialis
Adapun perbedaan antara Ekonomi Islam dengan Ekonomi Sekuler dapat kita
perhatikan dalam tabel di bawah ini :
4
Abdullah Abdul Husain At Tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar, dan Tujuan, (Yogyakarta:
Magistra Insania Press, 2004).
Ditinjau dari Segi Ekonomi Islam Ekonomi Sekuler
Ekonomi islam yang digali dari Al Quran dan As sunah, jika diaplikasikan secara
baik maka akan sangat berperan penting dalam masyarakat. Ekonomi islam
sendiri bertujuan untuk membumikan syariat islam dalam perekonomian suatu
masyarakat, membebaskan masyarakat muslim dari belenggu barat yang
menganut sistem kapitalis, menghidupkan nilai-nilai islami dalam seluruh
kegiatan ekonomi dan menyelamatkan moral umat dari faham materialism-
hedonisme.5
5
Dr. Rozalinda, M.Ag, Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2014).
Adapun dalam pengembangan ilmu ekonomi islam, ada beberapa langkah yang
dapat dilalui yaitu, :
Nilai dasar kepemilikan dalam islam, yakni setiap manusia pasti berusaha
memenuhi kebutuhan sehari-hari serta berusaha dan bekerja untuk
memperoleh kekayaan, namun dalam memperoleh kekayaan tersebut manusia
tidak dibebaskan begitu saja mengambil atau memanfaatkan sesuatu. Oleh
karena itu islam membuat aturan-aturan tertentu, karena semua pasti ada yang
halal dan haram, maka dalam perekonomian tetap dicantumkan prinsip-prinsip
islam.
Aktivitas ekonomi dalam islam tidak hanya persoalan material saja tetapi
juga spiritual dan moral merupakan hal yang sangat penting. Islam melihat
aktivitas ekonomi adalah salah satu cara untuk menciptakan maslahah
menuju falah(kebahagiaan dunia dan akhirat). Oleh karena itu upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya konsumsi yang dilakukan oleh seseorang
muslim akan sangat erat hubunganya dengan etika dan norma dari
konsusmsi itu sendiri.7
6
Eko Suprayitno, Pendekatan Ekonomi Makro Islam, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2005).
7
Sumar’in, S.Ei, M.S.I, Sebuah Pendekatan Ekonomi Mikro Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2013).
D. Hubungan Maqashid Syariah dengan Ekonomi
Secara etimologi maqashid syari’ah terdiri dari dua kata, yaitu maqashid
dan syariah. Maqashid adalah bentuk jamak dari Maqshud yang berarti
tujuan. Adapun Syariah bisa dikatakan sebagai jalan menuju arah sumber
kehidupan.8 Beberapa ulama’ terdahulu mengemukakan beberapa pengertian
tentang maqashid syariah, antara lain:
Imam Ghazali :
Ahmad Al Rasyuni :
8
Dr. Ika Yunia Fauzia, Lc, M.E.I dan Dr. Abdul Kadir Riyadi, Lc, M.S.Sc, Prinsip Dasar
Ekonomi Islam Prespektif Maqashid Al Syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014),
h. 41.
“ Tujuan umum ketika Allah menetapkan hukum-hukumNya Adalah untuk
mewujudkan kemaslahatan manusia dengan terpenuhinya kebutuhan yang
dharuriyah, hajiyah, dan tahsiniyah.”9
Begitu halnya dalam aspek atau bidang ekonomi, bahwa setiap hukum-
hukum atau syariah dalam ekonomi yang ditetapkan Allah, memiliki alasan
dan tujuannya. Dalam bidang ekonomi sendiri islam memiliki sistem
ekonomi yang secara fundamental berbeda dari sistem-sistem yang tengah
berjalan. Ia memiliki akar dalam syariat yang membentuk pandangan dunia
sekaligus sasaran-sasaran dan strategi (maqashid syariah) yang berbeda
dengan sistem-sistem sekuler yang menguasai dunia saat ini. Sasaran-
sasaran yang dikehendaki islam secara mendasar, bukan materiil.
9
ibid, h. 43.
10
H. Abdul Halim Hasan Al-Islahiyah Binjai, JURNAL PERSPEKTIF EKONOMI DARUSSALAM
Volume 2 Nomor 1, Maret 2016, h. 69.
Tujuan-tujuan syariat (maqashid syariah) mengandung semu yang
dibutuhkan manusia untuk merealisasikan falah dan hayatan thayyibah
dalam batas-batas syariat. Adapun dalam pandangan Al Quran, filsafat
fundamental dari ekonomi islam adalah tauhid. Karena hakikat tauhid itu
sendiri adalah penyerahan diri yang bulat kepada kehendak illahi, baik
menyangkut ibadah maupun muamalah, dalam rangka menciptakan pola
kehidupan yang sesuai dengan kehendak Allah. Tauhid menjadi dasar
seluruh konsep dan aktifitas umat islam, baik ekonomi, politik, sosial,
maupun budaya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu poin yang menjadi dasar
perbedaan antara sistem ekonomi islam dengan ekonomi lainnya adalah
pada falsafahnya, yang terdiri dari nilai-nilai dan tujuan. Dalam ekonomi
islam, nilai-nilai ekonomi bersumber pada Al Quran dan hadits berupa
prinsip-prinsip universal. Jika sistem ekonomi lain hanya terfokus pada
hukum sebab akibat dari suatu kegiatan ekonomi, Islam lebih jauh
membahas nilai-nilai dan etika yang terkandung dalam setiap kegiatan
ekonomi tersebut. Nilai-nilai inilah yang selalu mendasari setiap kegiatan
ekonomi islam.
Dalam Islam, pelaku ekonomi akan terdorong untuk memproduksi barang dan
jasa berbasis maslahah dalam tiga tingkatan prioritas, yaitu dharuriyyat (hal-hal
yang mendasar), hajiyyat (segala kebutuhan yang melengkapi hal mendasar) dan
tahsiniyyat (segala hal yang memperbaiki atau memperindah hal mendasar).
Semakin tinggi prioritasnya, semakin besar nilai maslahah yang dikandungnya.
Prioritas dalam ekonomi Islam yang berbasis maslahah ini secara radikal berbeda
dari prioritas dalam ekonomi konvensial yang berbasis utility dan profit.
Maqashid memiliki peran penting dalam alokasi dan distribusi sumber daya. Hal
ini dikarenakan keimanan memberi dampak signifikan terhadap hakikat, kuantitas
dan kualitas kebutuhan material dan non-material manusia beserta cara
pemuasannya. Iman juga berfungsi sebagai filter moral yang akan mengkontrol
self-interest dalam batas-batas social-interest. Sedangkan jiwa, akal dan keturunan
adalah kebutuhan moral, intelektual dan psikologis manusia yang sangat penting.
Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini akan menciptakan pemenuhan yang
seimbang terhadap semua kebutuhan hidup manusia dan juga akan berpengaruh
signifikan terhadap variabel-variabel ekonomi yang penting, seperti konsumsi,
tabungan dan investasi, lapangan kerja dan produksi, serta distribusi pendapatan.
Nilai-nilai syariah dalam perspektif mikro yang menekankan pada integritas dan
prudensialitas dalam membangun perekonomian dengan prinsip tauhid ada
beberapa kriteria dasar sebagai berikut:
Nilai-nilai syariah dalam perspektif makro menekankan pada sumbangan riil pada
kesejahteraan social melalui implementasi beberapa norma sebagai berikut:
12
Said Agil Husin Al-Munawwar,Rini M.sumarno Soewandi, Bangunan Ekonomi yang
Berkeadilan.
Tipologi Modernis-spiritual
Sayang
Adil
Empati
Peduli
Dsb
3. Spiritual Kesalehan Ihsan Proses Manusia, alam
spiritual Cinta dan Tuhan
Taqwa
Dsb
Meskipun upaya semacam ini tidaklah mudah,namun dengan kembali kepada satu
dasar pemahaman bahwa realitas ekonomi yang telah mapan selama ini adalah
hasil konstruksi manusia,karena melibatkan manusia dalam proses
konstruksinya,maka dengan menghadirkan aspek-aspek lain yang lebih sempurna
niscaya akan mampu menggoyahkan kemapanannya. Ia (realitas) bisa dirubah dan
bisa mengubah (Polama, 1994 dan Veegar,1993)13
13
Muhammad, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syari’ah,
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pandangan dunia yang dimulai dari konsep ke-Tuhanan atau keesaan Tuhan akan
berimplikasi kepada kegiatan kehidupan manusia didunia secara keseluruhan. Ada
tuntutan bahwa apapun bentuk formulasi atau konsep ekonomi yang dirumuskan
harus terjaga dalam kerangka kebenaran tauhid., dan ada keyakinan pula bahwa
ada pertanggungjawaban yang harus dijalani yang pada akhirnya oleh setiap
pelaku ekonomi dari setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan. Kebenaran dalam
konsep tauhid adalah mutlak milik Allah SWT.
M. Umer Chapra, Dr, Islam dan Tantangan Ekonomi, ( Depok: Gema Insani
Press, Cet.1, 2000)