Diktat Perancangan Struktur Beton Prategang
Diktat Perancangan Struktur Beton Prategang
Diktat Perancangan Struktur Beton Prategang
DISUSUN OLEH:
NURYANTO ST., MT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya, penyusunan Buku Ajar Struktur Beton Prategang dapat diselesaikan. Buku
Ajar ini disusun untuk menunjang proses belajar mengajar mata kuliah Beton Prategang
sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan lancar, serta pada akhirnya
tujuan instruksional umum dari mata kuliah ini dapat dicapai.
Diktat ini bukanlah satu-satunya pegangan mahasiswa untuk mata kuliah ini,
terdapat banyak buku yang bisa digunakan sebagai acuan pustaka. Diharapkan
mahasiswa bisa mendapatkan materi dari sumber lain.
Penulis menyadari bahwa diktat ini masih banyak kelemahan dan
kekurangannya. Oleh karena itu kritik dan saran pembaca dan juga rekan sejawat
terutama yang mengasuh mata kuliah ini, sangat kami perlukan untuk kesempurnaan
tulisan ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.
i
Perancangan Struktur Beton
Prategang Teknik Sipil Universitas
Gunadarma
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
1. PENDAHULUAN........................................................................................................01
2. PRINSIP DASAR TEORI BETON PRATEKAN.....................................................03
3. METODE PRATEGANG............................................................................................06
4. TAHAP PEMBEBANAN............................................................................................08
5. PERENCANAAN BETON PRATEGANG.................................................................08
6. MATERIAL BETON PRATEGANG..........................................................................12
7. KEHILANGAN GAYA PRATEGANG......................................................................18
8. TATA LETAK KABEL (TENDON) PRATEGANG...............................................50
9. PEENCANAAN UNTUK KEKUATAN LENTUR DAN DAKTALITAS.................53
10. BALOK KOMPOSIT.................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................iii
i
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
1. PENDAHULUAN
Seperti yang telah diketahui bahwa beton adalah suatu material yang tahan terhadap
tekanan, akan tetapi tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja adalah suatu material
yang sangat tahan terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan antara beton dan baja
dimana beton yang menahan tekanan sedangkan tarikan ditahan oleh baja akan menjadi
material yang tahan terhadap tekanan dan tarikan yang dikenal sebagai beton bertulang
( reinforced concrete ). Jadi pada beton bertulang, beton hanya memikul tegangan tekan,
sedangkan tegangan tarik dipikul oleh baja sebagai penulangan ( rebar ). Sehingga pada
beton bertulang, penampang beton tidak dapat efektif 100 % digunakan, karena bagian
yang tertarik tidak diperhitungkan sebagai pemikul tegangan.
bagian tekan
Hal ini dapat dilihat pada sketsa gambar
disamping ini. Suatu penampang beton
bertulang dimana penampang beton yang
c
b
gaya tarik karena beton tidak tahan terha-
Gambar 001 dap tegangan tarik.
Gaya tarik pada beton bertulang dipikul oleh besi penulangan ( rebar ). Kelemahan lain
dari konstruksi beton bertulang adalah bera t sendiri ( self weight ) yang besar, yaitu
2.400 kg/m3, dapat dibayangkan berapa berat penampang yang tidak diperhitungkan
untuk memikul tegangan ( bagian tarik ). Untuk mengatasi ini pada beton diberi tekanan
awal sebelum beban-beban bekerja, sehingga seluruh penampang beton dalam keadaan
tertekan seluruhnya, inilah yang kemudian disebut beton pratekan atau beton prategang
( prestressed concrete ).
Perbedaan utama antara beton bertulang dan beton
pratekan. Beton bertulang :
Cara bekerja beton bertulang adalah mengkombinasikan antara beton dan baja tulangan
dengan membiarkan kedua material tersebut bekerja sendiri-sendiri, dimana beton be-
kerja memikul tegangan tekan dan baja penulangan memikul tegangan tarik. Jadi de-
ngan menempatkan penulangan pada tempat yang tepat, beton bertulang dapat sekaligus
memikul baik tegangan tekan maupun tegangan tarik.
Betonpratekan :
Pada beton pratekan, kombinasi antara beton dengan mutu yang tinggi dan baja bermutu
tinggi dikombinasikan dengan cara aktif, sedangan beton bertulang kombinasinya secara
pasif. Cara aktif ini dapat dicapai dengan cara menarik baja dengan menahannya
kebeton, sehingga beton dalam keadaan tertekan. Karena penampang beton sebelum be-
ban bekerja telah dalam kondisi tertekan, maka bila beban bekerja tegangan tarik yang
terjadi dapat di-eliminir oleh tegangan tekan yang telah diberikan pada penampang se-
belum beban bekerja.
0
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
0
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
4. Karena tidak terjadi retak pada beton prategang, maka baik baja penulangan dan
baja prategang akan lebih terlindungi terhadap bahaya korosi, sehingga akan lebih
cocok untuk struktur yang bertempat didaerah korosif.
5. Lendutan efektif untuk beban jangka panjang dapat terkontrol lebih baik pada beton
prategang penuh maupun prategang sebagian.
F F c.g.c c
c
Tendon konsentris
F + M. c
AI
GARIS NETRAL
+ =
y F + M. c AI
c M.y/I
F - M. c
F/A M.c/I AI
Gambar 002
Akibat diberi gaya tekan ( gaya prategang ) F yang bekerja pada pusat berat penampang
beton akan memberikan tegangan tekan yang merata diseluruh penampang beton
sebaesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tsb.
0
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Akibat beban merata ( termasuk berat sendiri beton ) akan memberikan tegangan tarik
dibawah garis netral dan tegangan tekan diatas garis netral yang besarnya pada serat
terluar penampang adalah :
M .c
Tegangan lentur : f =
I
Dimana : M : momen lentur pada penampang yang ditinjau
c : jarak garis netral ke serat terluar penampang
I : momen inersia penampang.
Kalau kedua tegangan akibat gaya prategang dan tegangan akibat momen lentur ini di-
jumlahkan, maka tegangan maksimum pada serat terluar penampang adalah :
a. Diatas garis netral :
fTotal =
F M .c tidak boleh melampaui tegangan hancur beton.
A+ I
b. Dibawah garis netral :
F
fTotal = M.
A c 0 tidak boleh lebih kecil dari nol.
I
Jadi dengan adanya gaya internal tekan ini, maka beton akan dapat memikul beban
tarik. Konsep Kedua :
Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton Mutu Tinggi.
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu beton prategang
merupakan kombinasi kerja sama antara baja prategang dan beton, dimana beton mena-
han betan tekan dan baja prategang menahan beban tarik. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut :
q q
C C
T T
Gambar 003
Pada beton prategang, baja prategang ditarik dengan gaya prategang T yang mana
membentuk suatu kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk melawan mo-
men akibat beban luar.
Sedangkan pada beton bertulang biasa, besi penulangan menahan gaya tarik T akibat
beban luar, yang juga membentuk kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk
melawan momen luar akibat beban luar.
0
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Konsep Ketiga :
Sistem Prategang untuk Mencapai Keseimbangan Beban.
Disini menggunakan prategang sebagai suatu usaha untuk membuat keseimbangan gaya-
gaya pada suatu balok. Pada design struktur beton prategang, pengaruh dari pra- tegang
dipandang sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga batang yang mengalami
lendutan seperti plat, balok dan gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada
kondisi pembebanan yang terjadi.
Hal ini dapat dijelaskan sbagai berikut :
Kabel prategang dg.
lintasan parabola
F F
F F
Beban merata
wb
Gambar 004
Suatu balok beton diatas dua perletakan ( simple beam ) yang diberi gaya prategang F
melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang
yang terdistribusi secara merata kearah atas dinyatakan :
8.F.h
wb =
L2
Dimana : wb : beban merata kearah atas, akibat gaya prategang F
h : tinggi parabola lintasan kabel prategang.
L : bentangan balok.
F : gaya prategang.
Jadi beban merata akibat beban ( mengarah kebawah ) diimbangi oleh gaya merata
akibat prategang wb yang mengarah keatas.
Inilah tiga konsep dari beton prategang ( pratekan ), yang nantinya dipergunakan untuk
menganalisa suatu struktur beton prategang.
0
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
3. METHODE PRATEGANGAN
Pada dasarnya ada 2 macam methode pemberian gaya prategang pada beton, yaitu :
3.1. Pratarik ( Pre-Tension Method )
Methode ini baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum beton dicor, oleh
karena itu disebut pretension method.
Adapun prinsip dari Pratarik ini secara singkat adalah sebagai berikut :
KABEL ( TENDON ) PRATEGANG
ABUTMENT
LANDASAN
ANGKER
F F
(A)
BETON DICOR
F F
(B)
TENDON DILEPAS
GAYA PRATEGANG DITRANSFER KE BETON
F F
(C)
Gambar 005
Tahap 1 : Kabel ( Tendon ) prategang ditarik atau diberi gaya prategang kemu-
dian diangker pada suatu abutment tetap ( gambar 005 A ).
Tahap 2 : Beton dicor pada cetakan ( formwork ) dan landasan yang sudah dise-
diakan sedemikian sehingga melingkupi tendon yang sudah diberi ga-
ya prategang dan dibiarkan mengering ( gambar 005 B ).
Tahap 3 : Setelah beton mengering dan cukup umur kuat untuk menerima gaya
prategang, tendon dipotong dan dilepas, sehingga gaya prategang di-
transfer ke beton ( gambar 005 C ).
Setelah gaya prategang ditransfer kebeton, balok beton tsb. akan melengkung ke-
atas sebelum menerima beban kerja. Setelah beban kerja bekerja, maka balok be-
ton tsb. akan rata.
0
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
SALURAN TENDON
(A)
ANGKER
F F
GROUTING
(B)
(C) F F
Gambar 006
0
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Karena alasan transportasi dari pabrik beton kesite, maka biasanya beton prate-
gang dengan sistem post-tension ini dilaksanakan secara segmental ( balok dibagi-
bagi, misalnya dengan panjang 1 ∼ 1,5 m ), kemudian pemberian gaya prategang
dilaksanakan disite, setelah balok segmental tsb. dirangkai.
4. TAHAP PEMBEBANAN
Tidak seperti pada perencanaan beton bertulang biasa. pada perencanaan beton pra-
tegang ada dua tahap pembebanan yang harus dianalisa. Pada setiap tahap pembebanan
harus selalu diadakan pengecekan atas kondisi pada bagian yang tertekan maupun
bagian yang tertarik untuk setiap penampang.
Dua tahap pembebanan pada beton prategang adalah Tahap Transfer dan Tahap Service
( Layan ).
4.1. Tahap Transfer
Untuk metode pratarik, tahap transfer ini terjadi pada saat angker dilepas dan gaya
prategang direansfer ke beton. Untuk metode pascatarik, tahap transfer ini terjadi
pada saat beton sudah cukup umur dan dilakukan penarikan kabel prategang.
Pada saat ini beban yang bekerja hanya berat sendiri struktur, beban pekerja dan
peralatan, sedangkan beban hidup belum bekerja sepenuhnya, jadi beban yang
bekerja sangat minimum, sementara gaya prategang yang bekerja adalah
maksimum karena belum ada kehilangan gaya prategang.
4.2. Tahap Service
Setelah beton prategang digunakan atau difungsikan sebagai komponen struktur,
maka mulailah masuk ke tahap service, atau tahap layan dari beton prategang
tersebut. Pada tahap ini beban luar seperti live load, angin, gempa dll. mulai
bekerja, sedangkan pada tahap ini semua kehilangan gaya prategang sudah harus
dipertimbangkan didalam analisa strukturnya.
Pada setiap tahap pembebanan pada beton prategang harus selalu dianalisis terhadap
kekuatan, daya layan, lendutan terhadap lendutan ijin,nilai retak terhadap nilai batas
yang di-ijinkan. Perhitungan untuk tegangan dapat dilakukan dengan pendekatan kom-
binasi pembebanan, konsep kopel internal ( internal couple concept ) atau methode be-
ban penyeimbang ( load balancing method ), yang akan dibahas pada kuliah-kuliah
berikutnya.
08
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
0
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Sehingga untuk aksi design , momen, geser, puntir dan gaya aksial berlaku :
Mu Mn
Vu V n
Tu Tn
Pu Pn
Harga-harga Mu, Vu, Tu dan Pu diperoleh dari kombinasi pempebanan yang paling
maksimum, sedangkan Mn, Vn, Tn dan Pn adalah kapasitas penampang terhadap Momen,
Geser, Puntir dan Gaya Aksial.
Faktor Reduksi kekuatan menurut SNI 03 – 2874 – 2002 untuk :
Lentur tanpa gaya aksial ……………………………………….. : = 0,80
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur …………………….. : = 0,80
Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur : tulangan spiral … : =
0,70
: tulangan sengkang : = 0,65
Gaya geser dan Puntir ………………………………………….. : = 0,75
Untuk lebih memahami hal ini agar mempelajari sumbernya, yaitu SNI 0328742002
Desain untuk tahap batas kemampuan layan ( serviceability limit state ) harus diperhi-
tungkan sampai batas lendutan, batas retakan atau batasan-batasan yang lain.
Untuk batas kekuatan lentur ( bending stress limit ), suatu komponen struktur dianalisis
dari tahap awal ( beban layan ) sampai tahap batas ( beban batas/ultimate load ). Se-
dangkan untuk geser dan puntir , analisis dilakukan pada suatu tahap batas saja, karena
pada geser dan puntir batas dari kedua tahap tersebut tidak sejelas pada analisis lentur.
Karena kekuatan beton prategang sangat tergantung pada tingkat penegangan ( besarnya
gaya prategang ) maka dikenal istilah : Prategang Penuh ( fully prestressed ) dan
Prategang Sebagian ( partially prestressed ).
Untuk komponen-kompenen struktur dari beton prategang penuh, maka komponen ter-
sebut direncanakan untuk tidak mengalami retak pada beban layan, jadi pada komponen
tersebut ditetapkan tegangan tarik yang terjadi = nol ( tt = ts = 0 ).
Dimana : tt : tegangan tarik ijin pada saat transfer gaya prategang
ts : tegangan tarik ijin pada saat servis
Untuk kompomen struktur yang direncanakan sebagai beton prategang sebagian, maka
komponen tersebut dapat didesain untuk mengalami retak pada beban layan dengan
batasan tegangan tarik pada saat layan diperbolehkan maksimum :
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai umur beton ( benda uji ).
Umur Benda Beton ( hari ) 3 7 14 21 28 90 365
Pada konstruksi beton prategang biasanya dipergunakan beton mutu tinggi de-
ngan kuat tekan fc = 30 ∼ 40 MPa, hal ini diperlukan untuk menahan tegangan
tekan pada pengangkuran tendon ( baja prategang ) agar tidak terjadi keretakan-
keretakan.
Kuat tarik beton mempunyai harga yang jauh lebih rendah dari kuat tekannya. SNI
03 – 2874 – 2002 menetapkan untuk kuat tarik beton ts = 0,50 fc' sedang-kan
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Jenis-jenis lain tendon yang sering digunakan untuk beton prategang pada sitem
pre-tension adalah seven-wire strand dan single-wire. Untuk seven-wire ini, satu
bendel kawat teriri dari 7 buah kawat, sedangkan single wire terdiri dari kawat
tunggal.
Sedangkan untuk beton prategang dengan sistem post-tension sering digunakan
tendon monostrand, batang tunggal, multi-wire dan multi-strand. Untuk jenis post-
tension method ini tendon dapat bersifat bonded ( dimana saluran kabel diisi
dengan material grouting ) dan unbonded saluran kabel di-isi dengan minyak
gemuk atau grease. Tujuan utama dari grouting ini adalah untuk :
∼ Melindungi tendon dari korosi
∼ Mengembangkan lekatan antara baja prategang dan beton sekitarnya.
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Material grouting ini biasanya terdiri dari campuran semen dan air dengan w/c
ratio 0,5 dan admixe ( water reducing dan expansive agent )
Common Types from CPCI Metric Design Manual
Grade Size Nominal Dimension Mass
Tendon Type f pu Desig- Diameter Area ( kg/m
MPa nation ( mm ) ( mm2 ) )
1860 9 9.53 55 0.432
Seven - 1860 11 11.13 74 0.582
wire Strand 1860 13 12.70 99 0.775
1860 15 15.24 140 1.109
1760 16 15.47 148 1.173
1550 5 5.00 19.6 0.154
Prestressing 1720 5 5.00 19.6 0.154
Wire 1620 7 7.00 38.5 0.302
1760 7 7.00 38.5 0.302
1080 15 15.0 177 1.44
1030 26 26.5 551 4.48
Deformed 1100 26 26.5 551 4.48
Prestressing 1030 32 32.0 804 6.53
Bar 1100 32 32.0 804 6.53
1030 36 36.0 1018 8.27
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 1 :
Suatu balok beton prategang dengan mutu fc = 45 MPa, bentangan L = 10 m, memikul
beban hidup WL = 350 kg/m. Ukuran balok 20 x 60 cm dan diberi gaya prategang P te-
pat dipusat titik berat penampang balok, seperti sketsa dibawah ini.
A B x
h=
C
5.000 5.000 b = 200
PENAMPANG BALOK
Gambar 007
Hitung gaya prategang efektif yang diperlukan balok tersebut agar mampu memikul
beban hidup WL = 350 kg/m dengan catatan tidak diperbolehkan terjadi tegangan tarik
pada penampang beton.
Penyelesaian :
PropertiPenampang : Luas penampang Ac = b x h = 20 x 60 = 1.200 cm2
Momen inersia I = 112 b x h3 = 1 20 x 603 = 360.000 cm4
1
Jarak garis netral keserat terluar atas dan bawah
: ya = yb = ½ h = ½ x 60 cm = 30 cm
Beban mati ( berat sendiri balok ) : WD = 0,20 x 0,60 x 1,00 x 2.400 = 288 kg/m
Momen maksimum akibat beban mati :
MD = 18 WD L2 = 1 288 x 102 = 3.600 kgm
8
Momen maksimum akibat beban hidup :
ML = 1 WL L2 = 1 350 x 102 = 4.375 kgm
8
Momen maksimum akibat Beban Mati dan Beban Hidup :
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML = 1,2 3.600 + 1,6 4.375 = 11.350 kgm
Momen nominal yang dapat dipikul penampang :
M
Mn = I u = 11.350
= 14.187 kgm
0,80
Syarat tegangan tekan pada beton akibat beban mati dan beban hidup pada saat layan
yang di-ijinkan sesuai dengan SNI 03 – 2874 – 2002 ( halaman 11 ) adalah :
Tegangan tekan maksimum : fcu = 0,60 x fc = 0,60 x 450 kg/cm2 = 270 kg/cm2
Tegangan tarik pada soal ini tidak diperkenankan.
Agar hal ini dapat tercapai, maka diagram tegangan balok akibat beban mati, beban
hidup dan gaya prategang harus seperti ganbar 008 dihalaman berikut ini.
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Mn.ya Pe Mn.ya
I A + I
b
Mn.yb
Pe
I TEGANGAN TOTAL
PENAMPANG BALOK
TEG. AKIBAT TEG. AKIBAT
GAYA PRESTRESS MOMEN
Gambar 008
Pe
1.200 1.418.700 x30 = 0
360.000
1.418.700
P e = 1.200 x
x30 = 141.870 kg
360.000
Kontrol tegangan tekan pada serat atas balok :
Contoh Soal 2 :
Seperti pada contoh no. 1 diatas, tetapi titik kerja gaya prategang digeser kebawah sejauh
20 cm dari garis netral. Sekarang dengan gaya prategang efektif sebesar Pe = 143.240 kg,
maka hitunglah beban hidup yang dapat dipikul oleh balok prategang tersebut.
Penyelesaian :
Dengan digesernya garis kerja gaya prategang sejauh 20 cm dari garis netral, maka terjadi
eksentrisitas terhadap garis netral sebesar :
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
e = 20 cm
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
y My
Pe Me. ya Mn.ya
- +
Me. a n. a A I I
I I
- +
Me = Pe x e +
+
x x
+ + =
h
e
Pe
+ -
Me. yb
b
Kabel / Baja Pe / A I Mn.yb
Ttk. Kerja Gaya I TEGANGAN TOTAL
Prategang Prategang
PENAMPANG BALOK TEG. AKIBAT TEG. AKIBAT
GAYA PRESTRESS MOMEN BEBAN
Gambar 009
Tegangan pada serat bawah :
P
ft = e
+ Ac M e M n.
yb = 0 ( dalam soal ini tidak boleh terjadi teg. tarik ).
.yb
I
I
Me = Pe x e = 141.870 x 20 = 2.837.400 kgcm Momen akibat eksentrisitas
141.870 2.837.400 x30
ft = 1.200 + M n x30
360.000 360.000 = 0
30
118,23 + 236,45
Mn = 0
360.000
360.000
Mn = ( 118,23 + 236,45 ) x
30 = 4.256.160 kgcm
Check tegangan tekan pada serat atas balok :
P
fca = e M e . M n . ya
A y a + I
I
c
141.870
fca = 1.200 2.837.400 x30 4.256.160 x30
360.000 + 360.000
fca = 118,23 236,45 + 354,68 = 236,46 kg/cm2 fcu = 270 kg/cm2 OK
Mu = Mn = 0,80 x 4.256.160 = 3.404.928 kgcm = 34.049,28 kgm
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML = 34.049,28 kgm
34.049,28
ML = = 18,581 kgm
1,2x3.600
1,6
1 WL x L2 = 18.581
8
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
8x18.581
WL = 102 = 1.486 kg/m
Dari sini kelihatan bahwa dengan memberi eksentrisitas e = 20 cm, maka beban hidup
yang dapat dipikul balok meningkat dari 350 kg/m ( contoh 1 ) menjadi 1.486 kg/m
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
L L
Gambar 010
1
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Suatu balok panjang L diberi gaya prategang Pi yang garia kerjanya tepat di-
garis netral seperti gambar 010 diatas.
Akibat gaya prategang ini balok beton mengalami perpendekan dalam arah
axial ( searah panjang balok ).
Perpendekan balok beton :
L beton = P .L
I iI
Ac .Ec
Perpendekan kabel prategang :
Pi .L
L kabel =
Asp .Esp
L beton = L kabel
Pi .L
Pi .L
= As .Es
Ac .Ec
Pi Esp Pi Esp
= x =n
Asp Ec Ac Ec
Pi Pi Pi
Asp = n A Kehilangan tegangan pada kabel :
Asp
c
fp = n . fc ( 7.1.1 )
19
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Jika gaya prategang ditransfer ke beton, maka beton akan memendek ( per-
pendekan elastis ) dan di-ikuti dengan perpendekan baja prategang yang
mengikuti perpendekan beton tersebut. Dengan adanya perpendekan baja
prategang maka akan menyebabkan terjadinya kehilangan tegangan yang ada
pada baja prategang tersebut.
Tegangan pada beton akibat gaya prategang awal ( Pi ) adalah :
fc = Pi
Jika luas penampang kabel diperhitungkan
Ac
n.Asp
Sehingga kehilangan gaya prategang akibat perpendekan elastis dapat dirumus-
kan sebagai berikut :
n.Pi
fp = ( 7.1.2 )
Ac n. Asp
elastis Jika kabel prategang dipasang eksentris seperti gambar 011 dibawah ini
-
Tendon cgc
+
h
y
e
+
b Pi Pi .e.y
Ac I
Penampang
Tegangan Tegangan
Beton akibat Pi akibat Pi.e
Gambar 011
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 3 :
Suatu balok pratekan dengan sistem pratarik ( pretension method ) ukuran 25/60 cm.
Dipasang kabel prategang dengan lintasan ( trace ) lurus dan eksentrisitas 10 cm dari
garis netral ( cgc ). Gaya prategang awal P i = 30 ton, sedangkan mutu beton K 350
dan mutu kabel prategang G 270 dengan modu-lus elastisitas Esp = 2,03 x 106 kg/cm2.
Luas penampang kabel atau baja prategang Asp = 376 mm2.
Hitunglah kehilangan prategang akibat perpendekan elastis
beton. Penyelesaian :
Kabel Prategang
cgc
Pi Pi
h
b e
Gambar 012
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 4
Suatu balok prategang dengan sistem pasca tarik ( post tension ) ukuran
penampang 400 x 600 mm. Kabel prategang terdiri dari 4 bh kabel prategang
yang dipasang secara sentris dengan lintasan lurus dengan luas penampang
kabel masing-masing Asp = 195 mm2. Kabel prategang ditarik satu persatu
dengan tegangan sebesar 1.035 N/mm2.
Modulus elastisitas beton Ec = 33.000 N/mm2 dan modulus elastisitas kabel
prategang Esp = 200.000 N/mm2.
Hitunglah kehilangan prategang akibat perpendekan elastis
beton. Penyelesaian :
Luas penampang beton Ac = 400 x 600 = 240.000 mm2
Esp
n= 200.000
Ec = 33.000 = 6,06
Kehilangan prategangpadakabel1
Ini disebabkan oleh gaya prategang pada ketiga kabel lainnya
Gaya prategang pada ke 3 kabel :
Pi = 3 x Asp x fpi = 3 x 195 x 1.035 = 605.475 N
Kehilangan prategang pada kabel 1 dapat dihitung dengan persa-maan ( 7.1.4 )
n.Pi
I 6,06x605.475 = 15,29 N/mm2
fp1 = Ac = 240.000
Kehilangan prategangtendon 2
Kehilangan gaya prategang pada tendon 2 ini diakibat gaya prategang pada
kedua kabel pratengan yang ditarik kemudian.
Dengan cara yang sama seperti diatas dapat dihitung gaya prategang pada ke 2
tendon yang akan ditarik setelah tendon ke 2, yaitu :
Pi = 2 x 195 x 1.035 = 403.650 N
Kehilangan prategang pada kabel 2 :
6,06 x403.650
fp2 = = 10,19 N/mm2
240.000
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Kehilangan prategangtendon 3
Gaya prategang pada kabel ke 4 ( yang terakhir ditarik
) Pi = 1 x 195 x 1.035 = 201.825 N
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 5 :
Suatu balok prategang dengan sistem Post Tension ukuran balok 30 x 60 cm
mutu beton K 350. Kabel prategang dengan mutu G 270 terdiri dari 3 buah
kabel dengan trace lurus dan dipasang dengan eksentrisitas e = 20 cm dari cgc.
Diameter kabel prategang 1/2, dan modulus elastisitas baja prategang
adalah Es = 2,00 x 106 kg/cm2.
Kabel ditarik satu persatu dengan prategangan awal sebesar 13.230
kg/cm2. Hitunglah prosentasi kehilangan prategangan.
Penyelesaian :
Mutu beton K 350, jadi :
fc = 0,83 x 350 = 290,5 kg/cm2
Properti penampang :
cgc Ac = 30 x 60 = 1.800 cm2
0.6
1
2
Ec = 4.700 29,05 = 25.332 MPa
1 3
Kabel prategang Ec = 253.320 kg/cm 2
0.300 E 2.000.000
n = I s= = 7,90
Ec 253.320
Gambar 013
Sesuai dengan tabel dihalaman 14 diktat ini, maka untuk mutu G 270 dan
1/2 As = 98,71 mm2 ( untuk satu kabel )
Gaya pratekan awal ( untuk 1 kabel ) :
Pi = fpi x As = 13.230 x 0,9871 = 13.059 kg
Tegangan beton pada level/lokasi kabel :
P
fc = i P .e.y 13.059 13.059x20x20
+ Ac i
I = 1.800 + 540.000
fc = 7,26 + 9,67 = 16,93 kg/cm2
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Ec
Prosentase kehilangan prategang :
f p 200,62
ES = x 100 % = x 100 % = 1,52 %
f pi 13.230
Kesimpulan : Sama dengan pada contoh soal 4, kalau kehilangan prategangan
dihitung dengan persamaan ( 7.1.5 ) hasilnya akan selalu lebih besar.
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
e
ha
cgc 2
h
Kabel 2
e
1
A B
323
bb
Kabel 3
/ L
12
D 1
/2 L SECTION DSECTION A & B
fCrata2 f CD
f CA
Gambar 014
Ditumpuan ( A ) : fCA1 =
Pi Pi .eb .(ea ) Pi
+ =
Ac I
Ac Ditumpuan
A eksentrisitas kabel 2 eb = 0 cm
Tegangan beton akibat gaya prategang pada posisi kabel 1 rata-rata :
fc1 = [ fCA1 + 2 3 ( fCD1 – fCA1 ) ] karena lintasan kabel Parabola.
Sehingga kehilangan prategang pada kabel 1 :
fp1,2 = n fc1
Dimana : Pi = gaya prategang awal pada kabel 2
eb = eksentisitas kabel 1 dan 2 ditengah-tengah
bentangan ea = eksentrisitas kabel 1 ditumpuan A atau
B
fCD1 = tegangan beton pada level kabel 1 akibat gaya prate-
gang pada kabel 2 ditengah-tengah bentangan.
fCA1 = tegangan beton pada level kabel 1 akibat gaya prate-
gang pada kabel 2 ditumpuan A.
fc1 = tegangan beton rata-rata pada level kabel 1 akibat gaya
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
prategang dikabel 2.
fp1,2 = kehilangan prategang kabel 1 akibat gaya pratekan
pada kabel 2.
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
P
Ditumpuan ( A ) : fCA2 = i
A Eksetrisitas kabel 2 ditumpuan 0
c
2
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 6
Suatu konstruksi balok beton prategang dengan bentangan L = 10 m dan ukuran balok
b = 20 cm , h = 50 cm. Mutu beton K 350, sedangkan baja prategang mutu G 270 dan
methode prategang menggunakan pasca tarik ( post tension ). Tiap kabel terdiri dari 2
strand 1/2.
Lintasan ( trace ) kabel parabola, dengan posisi kabel sebagai berikut
: Ditengah-tengah bentangan
Kabel 1 dari serat/sisi bawah balok 15 cm
Kabel 2 dari serat/sisi bawah balok 10 cm
Kabel 3 dari serat/sisi bawah balok 5 cm
Ditumpuan balok
Kabel 1 dari serat/sisi bawah balok 35 cm
Kabel 2 dari serat/sisi bawah balok 25 cm
Kabel 3 dari serat/sisi bawah balok 5 cm
Hitunglah % ( presentase ) kehilangan prategang pada masing-masing kabel bila kabel
distressing secara bergantian mulai dari kabel 1,2 dan 3
Penyelesaian :
Kabel 1
Kabel 2
Kabel 3
cgc
C
A B
1/2 L = 5.000 1/2 L = 5.000
1
h
1
2 3
b3 b
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Ditumpuan A
P
fA1,3 = i Pi .e3 .y 25.701 25.701x(25 5) x(35 25) 2
1 = = 1,03 kg/cm
Ac I 1.000 208.333
Tegangan beton rata-rata : fc1,3 = fA1,3 + 2
3 ( fC1,3 – fA1,3 )
fc1,3 = 1,03 + 2
3
( 50,37 – 1,03 ) = 33,92 kg/cm2
Kehilangan prategangan pada kabel 1 akibat stressing kabel 3
fp1,3 = n . fc1,3 = 7,9 x 33,92 = 267,97 kg/cm2
Kehilangan prategang pada kabel 2
Ditengah bentang ( Titik C )
fC2,3 =
Pi P 25.701 25.701x(25 5)x(25 10) 2
.e3.y+2 i = + = 62,71 kg/cm
Ac I 1.000 208.333
Ditumpuan A P
fA2,3 = i Pi .e3.y 25.701 25.701x(25 5)(0) 2
= + = 25,70 kg/cm
2
Ac I 1.000 28.333
Tegangan beton rata-rata : fc2,3 = fA2,3 + 2
3 ( fC2,3 – fA2,3 )
fc2,3 = 25,70 + 2
3 ( 62,71 – 25,70 ) = 50,37 kg/cm2
Kehilangan prategangan pada kabel 2 akibat stressing kabel 3
fp2,3 = n . fc2,3 = 7,9 x 50,37 = 397,92 kg/cm2
ES2 = f p 2 397,92
x 100 % = x 100 % = 3,06 %
fp 13.020
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Ujung pendongkrakan
P1
P1
P1 P2
P1
P2
Kehilangan Gaya Prategang Tekanan Normal Akibat
Akibat Gesekan P1 Gaya Prategang
Gambar 016
Kehilangan Gaya Prategang total akibat geseran disepanjang tendon yang dipasang
melengkung sepanjang titik 1 dan 2 adalah :
L
P1 P2 = P1 =
R ( 7.2.1 )
L
Jadi : P1 P2 = P1
R
Untuk pengaruh gerakan/goyangan selongsong ( wobble ) seperti yang telah
dijelaskan di-atas, disubstitusikan : K L = . pada persamaan ( 7.2.1 ), sehingga
didapat :
P1 P2 = K L P1 ( 7.2.2 )
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
P1 P2 P1
=KL ( 7.2.3 )
Menurut SNI 03 – 2874 – 2002 kehilangan gaya prategang akibat geseran pada
tendon post tension ( pasca tarik ) harus dihitung dengan rumus :
( 7.2.4 )
Ps = Px e ( K Lx + )
Ps = Px ( 1 + K Lx + ) ( 7.2.5 )
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
( 7.2.6 )
Ps = Px . e ( t + p Lpa )
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 7
Suatu komponen struktur beton prategang dengan bentangan 18,30 m diberi gaya
prategangan dengan kabel/tendon yang dipasang melengkung seperti gambar di-
bawah ini.
0.
0.
A D
B C
5.353.803.805.35
18.30
Tentukan kehilangan gaya prategang total akibat geseran pada tendon, jika
koefisien geseran = 0,4 dan koefisien wobble K = 0,0026 per m.
Penyelesaian :
Segmen A– B ( Tendon lurus )
Tegangan dititik A : PA = 1,0
L = 5,35 m K L = 0,0026 x 5,35 = 0,014
PB
= K L = 0,014
PA
PA
Kehilangan gaya prategang :
PB – 1 = 0,014
Tegangan dititik B : PB = 1 – 0,014 = 0,986
Segmen BC ( Tendon melengkung )
L = 2 x 3,80 = 7,60 m
1 = 0,60
= 0,066 = 2 x 1 = 2 x 0,066 = 0,132
5,35
3,80
PC
PB = KL
PB
Kehilangan gaya prategang :
PC PB = ( K L + ) x PB
= ( 0,0026 x 7,60 + 0,4 x 0,132 ) x 0,986 = 0,072
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Tegangan dititik C : PC = PB – 0,072 = 0,986 – 0,072 = 0,914
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Cara penyelesaian diatas dihitung segmen per segmen, tetapi dapat pula dihitung
sekaligus seperti dibawah ini :
L = 5,35 + 3,80 + 3,80 + 5,35 = 18,3 m
= 0,132 ( sudah dihitung diatas )
Dengan menggunakan persamaan ( 7.2.3 )
PD PA
= K L = 0,0026 x 18,3 0,4 x 0,132 = 0,10 atau 10 %
PA
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 8
Suatu balok beton prategang pasca tarik dengan bentangan L = 15,20 m. Tendon
terdiri dari 10 ½ Baja ASTM A 416 Grade 270 ( lihat tabel halaman 14 ). Lintas-
an kabel berbentuk lingkaran R = 42 m dan eksentrisitas ditengah – tengah bentangan
e = 27,94 cm, seperti sketsa dibawah ini.
Gaya prategang awal Pi = 1.378 kN
0,279
Pi Pi
cgc
C
A B
1/2 L = 7,6001/2 L = 7,600
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Px A
1/2 Ps
B
Ps
Z
Ps (X)
Px - sP D C
L
1/2 X
Garis ABC adalah tegangan pada baja prategang ( tendon ) sebelum pengangkuran
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
dilaksanakan. Garis DB adalah tegangan pada tendon setelah pengangkuran tendon
dilaksanakan.
3
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
+ K X
Profil Tendon Gambar = X jika kurang dari L
X
Ep d
Linear Ps = KX X= K Px
Ps b
2a Ep d
Parabolis = 2 + K X= (2a/b +K ) Px
b 2
a
Ps Ep d
Melingkar X = ( /R + K ) Px
= R +K
Px
Ep d
Bentuk Lain = ( ZL ) P1
x
X= ( Z/L
)
z
L
X
Contoh Soal 9
Tentukan kehilangan tegangan akibat slip pada angkur, jika panjang tendon L = 3 m,
tegangan beton pada penampang fc = 1.035 N/mm2. Modulus elastisitas baja prate-
gang Es = 200.000 N/mm2 dan harga rata-rata slip adalah 2,5 mm.
Penyelesaian :
Perpanjangan kabel tendon total :
f
L= C 1.035
L = 200.000 x 3.000 = 15,53 mm
ES
Jadi prosentase kehilangan gaya prategang akibat slip diangkur :
2,5
ANC = x 100 % = 16,10 %
15,53
Contoh Soal 10
Suatu balok prategang sistem post-tension dengan lintasan kabel parabolis seperti
gambar sketsa dibawah ini.
TENDON PARABOLIK
0.
7,50 7,50
2.a 2
= + K= + 0,0025 = 0,0049
b 2 x0,15x0,45
7,502
Px = 1.200 N/mm2 = 1,2 x 109 N/m2
Ep = 195.000 N/mm2 = 1,95 x 1011 N/m2
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Px = 1.200 A
Ps
Ps
B Z = 151,4 MPa
Ps (X)
Ps =
Px - Ps = 1.048,6
D C
X = 12,88 m L = 15 m
X
2
Diagram diatas adalah diagram kehilangan tegangan akibat slip diangkur pada saat
pemindahan ( transfer ) gaya prategang.
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
f CR = cr . Es = I fc Es = IE
fcs
= fc n ( 7.4.2 )
Ec Ec
cr fc
= cr = . ce = .
ce
Ec
Es
n=
Ec
Dimana : : koefisien rangkak
cr : regangan akibat rangkak
ce : regangan elastis
Ec : modulus elastisitas beton
Es : modulus elastisitas baja prategang
fc : tegangan beton pada posisi/level baja prategang
n : angka ratio modular
Creep ( Rangkak ) pada beton ini terjadi karena deformasi akibat adanya te-
gangan pada beton sebagai fungsi dari waktu. Pada struktur beton prategang
creep ( rangkak ) mengakibatkan berkurangnya tegangan pada penampang.
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Untuk struktur dengan lekatan yang baik antara tendon dan beton ( bonded
members ) kehilangan tegangan akibat rangkak dapat diperhitungkan de-
ngan persamaan :
Es
fCR = Kcr I
( fci fcd ) ( 7.4.3 )
Ec
Dimana : fcp : tegangan tekan beton rata-rata pada pusat berat tendon
Kcr : koefisien rangkak, yang besarnya :
pratarik ( pretension ) : 2,0
pasca tarik ( post-tension ) : 1,6
Es : modulus elastisitas baja prategang
Ec : modulus elastisitas beton
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 11
Suatu balok beton prategang dimensi 250 x 400 mm dengan lintasan tendon berbentuk
parabola. Sketsa penampang balok ditengah-tengah bentangan seperti gambar dibawah
ini.
Modulus elastisitas beton :
Ec = 33.330 MPa
Modulus elastisitas baja prategang
2
: Es = 200.000 MPa
TENDON 5 Dia 12,7 mm
Tendon terdiri dari 5 buah kawat,
2
masing-masing dg. Diameter 12,7 mm
7 Posisi tendon ditengah-tengah
250 bentang seperti gambar disamping.
Tegangan tarik pada tendon akibat gaya prategang awal fi = 1.200 N/mm2. Regangan
elastis ce = 35 x 10 – 6 dan kosfisien rangkak = 1,6 maka :
Hitunglah kehilangan gaya prategang akibat creep ( rangkak ) dengan cara regangan
rangkak batas dan dengan cara koefisien rangkak.
Penyelesaian :
Perhitungan section properties penampang
Luas penampang beton : Ac = 250 x 400 = 100.000 mm2
Momen inersia : I = 1 250 x 4003 = 1,33 x 109 mm4
1 2 6 3
Section Modulus : W = 1
6 250 x 400 = 6,67 x 10 mm
Eksentrisitas tendon : e = ½ x 400 – 75 = 125 mm
Luas penampang total kabel prategang : Ap = 5 x ¼ 12,72 = 633,4 mm2
Gaya prategang awal :
Pi = Ap x fi = 633,4 x 1.200 = 760.080 N
Jadi tegangan beton ditengah-tengah bentangan balok
Pi Pi .e. y 760.080
760.080x125x125
f = + = + = 7,60 + 8,93 = 16,53 N/mm2
c A I 100.000 1,33x10 9
c
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh 12
Suatu simple beam prategang dengan sistem post tension bentangan 19,80 m.
Dimensi penampang ditengah-tengah bentangan seperti sketsa dibawah ini.
Tegangan tarik batas ( ultime tensile stress ) kabel prategang fpu = 1.862 N/mm2
Kosfisien rangkak ( creep coefficient ) Kcr = 1,6
Hitunglah prosentase kehilangan tegangan pada baja pratrgang akibat rangkak.
Penyelesaian :
Section Properties :
A = 400 x 600 = 240.000 mm2
I = 1 x 400 x 6003 = 7,20 x 109 mm4
1
2 6 3
W = 1
6 x 400 x 600 = 24 x 10 mm
Eksentrisitas tendon ditengh bentang : e = ½ x 600 – 100 = 200 mm
Kita ambil tegangan awal kabel prategang 75 % dari tegangan tarik batas prategang,
jadi :
fsi = 75 % x fpu = 75 % x 1.862 = 1.396,50 N/mm2
Momen akibat beban mati ( dead load ) :
Mg = 1
8 x 6,9 x 19,802 = 338,13 kNm
Momen akibat beban mati tambahan :
Ms = 18 x 11,6 x 19,802 = 568,46 kNm
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Tegangan beton pada pusat baja prategang ( tendon ) akibat gaya prategang :
TEKAN
P.e Mg
W W
TARIK TEKAN
y
neutral axis
6
TARIK
e
P
y
P.e2 Mg. e
P/A TEKAN W.y W. y
1
DIAGRAM TEGANGAN
DIAGRAM TEGANGAN
AKIBAT GAYA PRATEGANG
AKIBAT DEAD LOAD
P P.e2
fcp = + lihat diagram tegangan diatas.
A W.
y
2.758
2.758x2002 -2 -2 -2 2
fcp = + = 1,15 x + 1,53 x 10 = 2,68 x 10 kN/mm
240.000 24 x106 x300
10
Mg
f =
.e 338.130 = 9,39 x 10-3 kN/mm2 = 9,4 N/mm2 ( tegangan tarik )
=
x200
g
W.
y 24 x106 x300
Jadi tegangan beton di pusat tendon pada saat transfer gaya prategang :
fci = fcp fg = 26,8 – 9,4 = 17,4 N/mm2
Tegangan beton di pusat tendon akibat beban mati tambahan :
MS
fcd = ( ingat rumusnya sama dengan untuk Mg )
.e
W.
y
568.458x200
fcd = = 1,58 x 10-2 kN/mm2 = 15,80 N/mm2
24x106 x300
Kehilangan tegangan pada tendon akibat rangkak dapat dihitung dengan persamaan
( 7.4.3 ), diperoleh :
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
E
fCR = Kcr s ( fci fcd
) = 1,6 ( 17,40 – 15,80 ) = 16,04 N/mm2
Ec 189.750
30,290
Jadi presentase kehilangan tegangan pada tendon adalah:
f
CR = CR x 100 % = 16,04
fsi x 100 % = 1,15 %
1.396,50
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
( 7.5.2 )
fSH = sh . Ksh . Es
Dimana : fSH : Kehilangan tegangan pada tendon akibat penyusutan beton
Es : Modulus elastisitas baja prategang
sh : Susut efektif yang dapat dicari dari persamaan berikut ini :
V
= 8,2 x 10-6 1 0,06 ( 100 – RH ) ( 7.5.3 )
sh
S
V : Volune beton dari suatu komponen struktur beton prategang
S : Luas permukaan dari komponen struktur.beton prategang
RH : Kelembaban udara relatif
Ksh : Koefisien penyusutan, harganya ditentukan terhadap waktu antara
Akhir pengecoran dan saat pemberian gaya prategang, dan dapat di-
Pergunakan angka-angka dalam tabel dibawah ini.
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 13
Suatu komponen struktur berupa balok beton prategang. Gaya prategangan diberikan
setelah 48 jam setelah pengecoran beton. Kelembaban udara relatif 75 % dan ratio
voluma terhadap luas permukaan V/S = 3. Tegangan tarik batas ( ultimate tensile
stress ) baja prategang fpu = 1.862 N/mm2 dan modulus elastisitas baja prategang
adalah Es = 189.750 N/mm2
Hitunglah prosentase kehilangan gaya prategang akibat penyusutan beton :
Penyelesaian :
Gaya prategang diberikan 48 jam setelah pengecoran atau 2 hari setelah pengecoran,
jadi menurut persamaan ( 7.5.1a ) diatas, diperoleh :
Regangan susut sisa total :
200 x106
cs = t = 2 hari
log10 (t
2)
200x106
cs = = 0,00033
log10 (2 2)
Jadi kehilangan tegangan pada baja prategang akibat penyusutan beton dapat dihitung
dengan persamaan ( 7.5.1 ) sebagai berikut :
f SH = cs x Es = 0,00033 x 189.750 = 62,62 N/mm2
Kita ambil tegangan awal baja prategang 75 % dari tegangan batas kabel prategang,
jadi, tegangan awal :
fsi = 75 % x fpu = 75 % x 1.862 = 1.396,5 N/mm2
Jadi prosentase kehilangan tegangan pada baja prategang akibat penyusutan beton
adalah :
f
SH = 62,62
x 100 % = x 100 % = 4,48 %
SH
1.396,5
f si
Dari tabel koefisien susut ( Ksh ) untuk pemberian gaya prategang setelah 2 hari di-
peroleh : Ksh = 0,885 ( dengan interpolasi linear ), sehingga kehilangan tegangan
pada baja prategang adalah :
fSH = sh . Ksh . Es = 1,68 x 10-4 x 0,885 x 189.750 = 28,21 N/mm2
Jadi prosentase kehilangan gaya prategang :
f 28,21
SH = SH
x 100 % =
f si 1.396,5
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
x 100 % = 2,02 %
4
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
2xECS
RE = R 1 ( 7.6.2 )
f pi
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
e
c.g.c P ct
e cb
b
x
Gambar 018
Tegangan pada serat beton paling atas pada gambar 018 diatas :
P
fct = + IP.e.c
Ac ……… ( 8.1 )
t
Ic
Dimana : fct : tegangan pada serat beton paling atas.
e : eksentrisitas kabel prategang.
Ac : luas penampang beton.
Ic : momen inersia penampang beton.
ct : jarak serat beton paling atas ke garis berat ( cgc )
cb : jarak serat beton paling bawah ke garis berat ( cgc )
P : gaya prategang
Seperti telah diketahui didalam ilmu mekanika teknik :
Ic
r = Ac r : jari-jari inersia
P e.ct P
1 = 0 0. maka :
A r
r
A
c c
e.c r2
1 - t = 0 e =
r2 ct
Jadi batas paling bawah letak kabel prategang agar tidak terjadi tegangan tarik pada
serat paling atas beton adalah :
kb = r
2
……….. ( 8.2 )
ct
Tegangan pada serat beton paling bawah :
fcb = P P e.cb
P P.e.cb = P.e.cb =
Ac Ic r 2
.A 1 r
2
Ac c
A c
Tegangan pada serat beton paling bawah harus sama dengan nol :
e.cb
1+
r2 =0
2
- e = r tanda minus berarti posisi e diatas cgc
cb
Jadi batas paling atas letak babel prategang agar tidak terjadi tegangan tarik pada serat
paling bawah beton adalah :
kt = r
2
………...( 8.3 )
cb
Jadi : kt = kb = 12 = 16 h
1 .h
2
Inti ( Kern ) Dengan cara yang sama batas kiri dan kanan dapat di-
1 6 / b
tentukan yaitu sebesar 1/6 b
ct Selama gaya tekan pada beton C akibat prategangan
kt berada didalam inti ( kern ) tidak akan terjadi tegangan
h
kb
cb tarik pada serat beton terluar.
b
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Gambar 019
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
eb = amin + kb
Lengan momen akibat MT adalah amaks, sehingga :
MT
amaks =
Ini terjadi pada saat layan.
PE
Ini menunjukkan jarak minimum dibawah batas teratas daerah kern, dimana cgs harus
ditempatkan agar C – line tidak jatuh diatas garis teratas daerah kern.
C Line
Kalau ini dilakukan, maka tegangan
tarik pada serat terbawah tidak akan
terjadi .
C
Sehingga batas eksentrisitas atas :
cgc kt
a maks
et et = amakx - kt
cgsPE
Gambar 021
Tegangan tarik dengan nilai tertentu, biasanya di-ijinkan oleh beberapa peraturan
yang ada, baik pada saat transfer maupun pada kondisi beban layan. Jika ini
diperhitungkan, maka cgs dapat ditempatkan sedikit diluar batas eb dan et.
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
p f pu
fps = fpu 1 p
d ' ( 9.1 )
1 f c 'd p
Dimana : fps = tegangan pada tendon pada saat penampang mencapai kuat
nomi- nalnya ( MPa ).
fpu = kuat tarik tendon prategang yang disyaratkan ( MPa ).
fse = tegangan efektif pada baja prategang ( tendon ) sesudah memper-
hitungkan total kehilangan prategang yang terjadi ( MPa ).
p = suatu faktor yang memperhitungkan tipe tendon prategang
untuk f py
0,80 p = 0,55
f pu
untuk f
py
0,85 p = 0,40
f pu
f
untuk py 0,90 = 0,28
f p
pu
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
dp = jarak dari serat tekan terjauh kepusat tendon prategang
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Untuk menjamin terjadinya leleh pada tulangan non prategang, maka SNI
membatasi indeks tulangan sebagai berikut
1. Untuk komponen struktur dengan tulangan prategang saja :
0,36 = f ( 9.4 )
p ps
p 1 p
fc '
2. Untuk komponen struktur dengan tulangan prategang, tulangan tarik dan tu-
langan tekan non prategang :
d
p + ( - 0,36 1 ( 9.5.)
) d p
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
d fs Cs
As s a Cc
c
Zp = d p -
dp Grs. Netral
d d- d
Zs = d -
h Grs. Berat
Ap p i fps Tp
As
y fy Ts
b
Gambar 022
Dari keseimbangan :
Cs + Cc = Tp + Ts
h a h h h
+C d ' + T d ( 9.1.1 )
Mn = Cc s 2 s d + Tp p
2
2 2
2
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Tp (d p 12 a)
=
T (d 1 a) T (d 1 100 %
p p 2 s 2
a)
Bila merupakan Prategang Penuh ( tulangan non prategang tidak diperhitungkan ),
momen nominal hanya dipikul oleh baja prategang
Mn = Tp ( dp – ½ a )
Contoh Soal 14 :
Suatu balok beton prategang dengan penampang berbentuk I dengan system Bonded Pre–
stressing Tendon Mutu kabel prategang sesuai ASTM A 416 grade 270 sedangkan mutu
beton K 350. Jumlah kabel 1, jumlah kawat untaian 18 1/2 dalam kabel. Loss of
prestress 15 %. Bentangan balok 18 m, sedangkan posisi kabel ditengah-tengah bentang
berjarak 10 cm dari serat bawah penampang. Dimensi penampang seperti pada sketsa
dibawah ini, dan tulangan biasa ( non prategang ) tidak diperhitungkan.
Hitunglah momen batas yang dapat dipikul oleh penampang.
TENDON
1
150
5
TENDON
1
C 450 100
Penyelesaian :
Mutu kabel G 270 Tegangan tarik batas fpu = 18.900 kg/cm2
Luas penampang kabel : Ap = 18 bh x 98,71 mm2 = 1.777 mm2
Tegangan tarik yg di-ijinkan pada tendon :
fs = fi = 0,70 x fpu = 0,70 x 18.900 = 13.230 kg/cm2
Kehilangan tegangan ( loss of prestress ) 15 %, maka :
Tegangan tarik efektif tendon : fse = 0,85 fi = 0,85 x 13.230 = 11.245,50 kg/cm2
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Mutu Beton K 350 fc = 0,83 x 350 = 290,5 kg/cm2 = 29,05 MPa 30 MPa 1 =0,85
Perhitungan Tegangan Tarik Nominal Kabel Prategang :
Karena tegangan efektif : fse = 11.245,50 kg/cm2 0,5 fpu = 0,5 x 18.900 = 9.450 kg/cm2,
maka tegangan nominal dapat dihitung dg. persamaan ( 9.1 ) SNI 03 – 2874 – 2002
Karena : fpy = 0,85 fpu p = 0,4
dp = ( 17,5 + 55 + 17,5 ) – 10 = 80 cm
Rasio kabel prategang :
Ap 17,77
= = = 0,00494
p
bxd 45x80
p
GRS. BERAT
C = 0,85 x 290,5 x a x 45
150
550
C = 11.111,63 a kg
P
Karena keseimbangan, maka : C = P
1
450
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
285.056,57
11.111,63 a = 285.056,57 a =
11.111,63 = 25,65 cm
a
c= = 25,65
1 = 30,18 cm hf = 17,50 cm
0,85
Jadi ternyata letak garis netral dibawah flens, ini berarti balok I murni
Sehingga asumsi diatas tidak benar.
GRS. NETRAL
b - bwb - bw
0,85 fc 220,85 fc bw 0,85 fc
450
C1
hf C2
c
a
bw
=
550175
dp - 1/2
dp GRS. BERAT
dp -
150
P1 P2
1
450 b
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
BALOK KOMPOSIT
Didalam praktek dilapangan, pada umumnya balok beton prategang ( precast )
dikombinasikan dengan plat ( konstruksi lantai ) yang dicor setempat, sehingga kombinasi
plat dan balok merupakan suatu konstruksi komposit.
Balok prategangnya pada umumnya berbentuk I. Setelah balok prategang dipasang pada
posisinya, kemudian form work untuk plat dipasang seperti pada gambar dibawah ini.
PLAT LANTAI BETON
PENULANGAN PLAT
STEK
Gambar 023
Setelah rangka dan papan formwork terpasang, kemudian penulangan plat lantai dipasang
sesuai gambar perencanaan. Setelah penulangan selesai dipasang baru pengecoran lantai
dilaksanakan. Didalam skesa gambar diatas tidak diperlukan perancah ( penopang ) untuk
memikul pelat lantai yang akan dicor, tetapi memanfaatkan balok prategang yang telah di-
pasang lebih dahulu untuk menopang formwork. Untuk menahan geseran horisontal antara
balok prategang dan pelat beton pada balok prategang dipasang stek-stek yang akan ber-
fungsi sebagai shear connector.
PLAT LANTAI BETON
PENULANGAN PLAT
STEK
BALOK PRATEGANG
PRECAST
TIANG PERANCAH
Gambar 024
Pada gambar 025 diatas, formwork dan balok prategang precast disangga oleh tiang-tiang
perancah untuk pelaksanaan pengecoran plat lantai. Perancah dan formwork baru dibong-
kar setelah pelat beton cukup kuat untuk memikul beban.
5
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Pada kedua methode diatas perlakuan beban pada balok prategang precast sangat berbeda,
yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Methodetanpaperancah :
1. Padasaat transfer gayaprategang: Konstruksi belum berlaku sebagai komposit
Beban yang harus dipikul balok : a. Berat sendiri balok ( g )
b. Gaya prategang awal ( Pi )
2. Padasaatpengecoran plat sampaicuring : Konstruksi belum berlaku sebagai komposit
Beban yang harus dipikul balok : a. Berat sendiri balok ( g )
b. Berat sendiri plat cor setempat ( gc )
c. Berat formwork ( gfw )
d. Gaya prategang efektif ( PE )
c. Beban-beban lain ( beban konstruksi ) yang di-
perkirakan terjadi pada saat pelaksanaan pe-
ngecoran ( gk ).
3. Padasaat layan : Konstruksi berlaku sebagai komposit
Beban yang harus dipikul balok : a. Berat sendiri balok ( g )
b. Berat sendiri plat cor setempat ( gc )
c. Beban finishing seperti keramik ( gedung ),
la- pisan perkerasan asphalt ( untuk jembatan
).
d. Beban hidup ( gL ).
Catatan :
Tegangan-tegangan yang diperhitungkan sebagai balok komposit hanya akibat :
Beban mati tambahan seperti finishing dan Beban Hidup
Methodedenganperancah :
1. Padasaat transfer gayaprategang : Konstruksi belum berlaku sebagai komposit
Tegangan yang terjadi akibat : a. Berat sendiri balok ( g ).
b. Gaya prategang awal ( Pi ).
2. Padasaatpengecoran plat sampaicuring : Konstruksi belum berlaku segabai komposit
Karena disangga perancah praktis balok tidak memikul beban.
Sama seperti diatas, pada tahap 1 dan 2 konstruksi belum bersifat sebagai komposit.
3. Padasaat layan : Konstruksi bersifat komposit
Tegangan yang terjadi akibat : a. Berat sendiri balok ( g ).
b. Berat pelat beton ( gc ).
c. Beban mati tambahan seperti finishing ( gfs )
d. Gaya prategang efektif ( PE ).
e. Beban hidup ( gL ).
Catatan :
Tegangan-tegangan yang diperhitungkan sebagai balok komposit adalah akibat :
Berat plat cor setempat, Beban mati tambahan ( finishing ) dan Beban Hidup.
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Pada saat bekerja sebagai balok komposit ( composite action ) lebar flens ( pelat ) efektif
dapat ditentukan sebagai berikut :
BE BE
tf
b Bo Bo Bo
Gambar 025
SNI 03 – 2847 – 2002
Balok Tengah : BE ¼ L }
BE Bo } ambil yang terkecil
BE 8 tf }
Balok Tepi : BE 1
1 L }
BE ½ Bo + b } ambil yang terkecil
BE 6 tf }
Properti Penampang Komposite :
Balok prategang komposit diasumsikan elastis pada beban kerja, sehingga akibat momen
lentur distribusi regangannya linear sepanjang penampang. Karena disini ada 2 ( dua ) ma-
cam material yang berbeda yang disatukan yang mempunyai harga modulus elastisitas
yang berbeda, maka tegangan yang berbeda akan terjadi pada regangan yang sama. Untuk
mengatasi perbedaan ini, salah satu elemen ditransformasikan kedalam elemen fiktif yang
mempunyai harga modulus elastisitas yang sama.
Seperti gambar 026 diatas untuk balok tengah, pelat dengan tebal t f dan lebar BE ditransfor-
masikan menjadi penampang ekuivalen dengan tebal/tinggi tf dan lebar transformasi BTR,
dimana :
BTR = BE E
Pelat
= BE . nc
EBalok
Dimana : BTR : Lebar penampang transformasi.
BE : Lebar efektif
EPelat : Modulus Elastisitas Pelat
EBalok : Modulus Elastisitas Balok
nc : Rasio modulus elastisitas pelat dan modulus elastisitas balok.
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 15
Suatu konstruksi jembatan komposit diatas 2 tumpuan ( simple beam ) dengan bentangan
L = 25 m, dan jarak antara balok induk B = 1,85 m seperti gambar dibawah .
LAPISAN ASPAL
TEBAL RATA-RATA 7,5 cm
PLAT BETON 20 cm
COR SETEMPAT
DIAFRAGMA
COR SETEMPAT
BALOK INDUK BETON
PRATEGANG PRECAST
PONDASI SUMURAN
2 Ø 300 cm,
KEDALAMAN = 200 cm
25.000
POTONGAN MEMANJANG
0.150 0.150
1.000 7.000 1.000
LAPISAN ASPAL
TEBAL RATA-RATA 7,5 cm PLAT BETON 20 cm
CL
COR SETEMPAT
POTONGAN MELINTANG
Gambar 026
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Pelat Beton cor setempat : K 225 fc = 0,83 x 225 = 186,75 kg/cm2
Wc = 2.400 kg/m3 ( untuk beton normal )
EPelat = 0,043 w 1,5 fc ' = 0,043 2.4001,5 18,675
c
EPelat = 21.848,20 MPa = 218.482 kg/cm2
E 218.482
Ratio modulus elastisitas : n Pelat = = 0,665
c
EBalok 328.491
Perhitungan Live Load :
Sesuai RSNI T – 02 – 2005 beban hidup untuk balok jembatan ( Beban D ) seperti skesa
dibawah ini :
p kN/m
ARAH LALU LINTAS
q kPa
BEBAN MERATA
( BTR )
Gambar 027
Lebar lajur ditetapkan 2,75 m
1. Beban merata(BTR) :
Untuk bentangan L 30 m q = 9 kPa = 900 kg/m2
900
Beban per m lebar jembatan q = = 327,27 kg/m
2,75
Beban hidup merata per m panjang balok induk tengah
qL = 327,27 x B = 327,27 x 1,85 = 605,45 kg/m
2. Beban garis (BTG) :
Intensitas beban garis ditetapkan p = 4,9 kN/m = 4.900 kg/m
Beban titik untuk balok induk tengah : PL = B x p = 1,85 x 4.900 = 9.065 kg
Faktor Beban Dinamis ( FBD ) :
Sesuai pasal 6,6 RSNI T – 02 – 2005 besarnya FBD untuk L 50 m adalah 40 %
Jadi momen total akibat beban hidup ditengah-tengah bentangan :
ML = 18 x qL x L2 + ( 1 + FBD ) x ¼ x PL x L
ML = 1
8 x 605,45 x 252 + ( 1 + 0,40 ) x ¼ x 9.065 x 25 = 126.619,53 kgm
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Estimate Penampang :
Yp
35
7
1
1
22
17
yt
3
1
Xp grs. berat prefab. Xp
yb
4 4
2
5
1
65
Yp
Gambar 028
164.492,950
yb 3.167,50 = 51,93 cm yt = 125 – 51,93 = 73,07 cm
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Ac = 3.167,50 cm2
I
S
xp 5.496.313 I 5.496.313 75.219,83
105.840,80 S
xp cm3
b
cm3
yb 51,93 t
yt 73,07
Perhitungan Properti Penampang Komposit
Lebar pelat effektif sesuai SNI 03 – 2847 – 2002 untuk balok induk tengah :
BE ¼ L = ¼ x 25 = 6,25 m = 625 cm
BE Bo = 1,85 m = 185 cm
BE 8 tf = 8 x 20 = 160 cm
Diambil yang terkecil : BE = 160 cm
Untuk penampang transformasi : BTR = nc x BE = 0,665 x 160 = 106,4 cm.
BTR = 106,4
20
ytc
yt grs. berat komposit
65
Gambar 029
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
ybc
451.768,28
5.295,5 = 85,31 cm ytc = 125 – 85,31 = 39,69 cm
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
4
Luas ( cm2 ) Jarak ke pus at berat I ( cm4 ) Io Ixc ( cm )
Bagian
A y ( cm ) A y2 ( cm4 ) Io + I
Pelat 2,128.00 49.69 5,254,237 70,933 5,325,170
Balok 3,167.50 33.38 3,529,306 5,496,313 9,025,619
Total 5,295.50 Ixc 14,350,788
I I xc 14.350.788
S 14.350.788 = 168.219 cm3 S 361.572 cm3
xc
bc
yb 85,31 tc
yt 39,69
Perhitungan Berat Sendiripada saat layan :
∑ Berat balok : 0,317 x 1,00 x 2.500 = 792 kg/m
∑ Berat pelat : 1,85 x 0,20 x 1,00 x 2.400 = 888 kg/m
∑ Berat aspal : 0,075 x 1,85 x 1,00 x 2.240 = 311 kg/m
gD = 1.991 kg/m
Dimensi diafragma ( diestimasi ) = 30 x 102,50
cm Panjang diafragma : l = 1,85 – 0,17 = 1,68 m
Berat diafragma : PD = 0,30 x 1,025 x 1,68 x 2.400 = 1.239,84
kg Perhitungan Momen akibat Berat Sendiri :
PD PD PD PD PD
gD
C
A B
0.006 L0.006 L
1/8 L1/8 L
1/4 L
GARIS PENGARUH Mc
0.300 6.250 6.250 6.250 6.250 0.300
L = 25.000
Gambar 030
0,80
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
ytc TEKAN
yt c.g.c
c.g.c
ybc
e
y
b TARIK
Ap
Fbs
Gambar 031
Sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002 Tegangan yang di-ijinkan pada saat layan :
2
Tegangan tarik ijin pada serat bawah : Fbs = ½ fc ' = ½ 373,50 = 9,66 kg/cm
Tegangan tekan ijin pada serat atas : Fts = 0,60 fc = 0,60 x 373,50 = 224,10 kg/cm2
Kita tetapkan e = 36 cm dari c.g.c
Pada saat komposite ec = ybc – (yb – e ) = 85,31 – ( 51,93 – 36 ) = 69,38 cm
Tegangan tarik pada sisi bawah :
P
Fbs = E + PE xec M n
A Sbc - Sbc
PE
9,66 = + PE x69,38 37.196.851
3.167,50 168.219 168.219
9,66 = 0,00032 PE + 0,00041 PE – 221,12
9,66 221,12
PE 0,00032 0,00041 = 316.137 kg
Tegangan tekan pada sisi atas :
P
Fts = E PE x69,38 M n
A Stc + Stc
PE
224,12 = PE x69,38 37.196.851
3.167,50 361.572 + 361.572
224,12 = 0,00032 PE 0,00019 PE + 102,88
224,12 102,88
PE 0,00032 0,00019 = 935.154 kg
6
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
TARIK
yt
TEKAN
c.g.c
grs. berat prefab.
e
yb
TENDON Fbi
PRATEGANG
DISTRIBUSI TEGANGAN SAAT TRANSFER
Gambar 032
Momen luar yang bekerja hanya akibat berat sendiri balok dengan tumpuan diujung-ujung
balok :
MG = 1 792 25,602 = 64.881,64 kgm
8
Tegangan tekan pada serat bawah :
fbi = Pi M
Pi
366.811 366.811x36 6.488.164
A + xe
G
= 3.167,50 + 105.840,80 105.840,80
Sb
Sb
fbi = 115,80 + 124,76 61,30 = 179,26 kg/cm2 0,60 x 373,50 = 224,10 kg/cm2 OK
Tegangan tarik pada serat bagian atas :
fti = Pi St MG
Pi + = 366.811 366.811x36 75.219,83
A xe St 3.167,50
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
6.48 8.16 4 75.21 9,83
+
fti = 115,80 175,55 +86,26 = 26,51 kg/cm2 ( tekan ) 224,10 kg/cm2 OK
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
150.00
6 x 12
98
6 x 12
6 x 12
2 x 6/12
168.00
185.00
Gambar 033
Berat volume kayu : = 750 kg/m 3
qD
C
A B
0.006 L 0.006 L
1/4 L
GARIS PENGARUH M c
0.300
0.300
L = 25.000
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Gambar 034
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
ytc TEKAN
yt c.g.c
c.g.c
ybc
e
yb TARIK
Ap
Fbs
Gambar 035
PE = 0,85 x Pi = 0,85 x 366.811 = 311.789 kg
Tegangan pada serat bawah :
P PE xec M n 311.789 311.789 x69,38 37.196.851 2
fbc E S = 168.219 168.219 = 5,9 kg/cm
A Sb bc 3.167,50
c
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Dimana : fps : tegangan pada tendon saat penampang mencapai kuat nominalnya ( MPa )
fpu : kuat tarik tendon yang disyaratkan ( MPa )
p : suatu faktor bila :
f py
f pu 0,80
p = 0,55
f py
0,85
f pu
p = 0,40
f py
0,90
f pu
p = 0,28
fpy : kuat leleh baja prategang ( MPa )
1 : suatu faktor yang besarnya :
untuk fc 30 MPa 1 = 0,85
30 fc 55 MPa 1 = 0,85 – 0,008 ( fc - 30 )
fc 55 MPa 1 = 0,65
fc : kuat tekan beton ( MPa ).
d : tinggi effekif penampang komposit ( jarak dari serat tekan terjauh dari
ga- ris netral komposit kepusat tulangan tarik non prategang ).
dp : jarak dari serat tekan terjauh kepusat tendon prategang.
= '. f y
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
c
f' ' ' s
A
b.d
As : luas penulangan tarik non prategang
As : luas penulangan tekan non
prategang
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 16
Suatu balok prategang komposite diatas dua tumpuan dengan bentangan L = 16,5 m dan
jarak antar balok B = 2,5 m, seperti sketsa dibawah ini.
1
100 TENDON
1
6
100
900
300 300 300
1
1
1
2.5002.500
Gambar 038
Balok dari beton prategang pracetak dengan fc = 40 MPa, sedangkan plat lantai dicor se-
tempat dengan fc = 35 MPa. Tendon 14 12,7 mm dengan fpu = 1.720 MPa ditempatkan
12,5 cm dari sisi bawah balok pracetak ditengah-tengah bentangan.
Tentukan kekuatan lentur batas dari penampang
tersebut. Penyelesaian :
Luas penampang baja prategang : Ap = 14 x ¼ 1,272 = 17,73 cm2
Penentuan lebar efaktif plat lantai
BE ¼ L = ¼ x 16,5 = 4,125 m
BE B = 2,50 m
BE 16 hf + bf = 16 x 0,15 + 0,30 = 2,70 m
Diambil yang paling kecil : BE = 2,50 m
Mutu beton plat : fc = 35 MPa EPlat = 4.700 35 = 27.805,57 MPa
Mutu beton balok pracetak : fc = 40 Mpa EBalok = 4.700 40 = 29.725,41 MPa
E 27.805,57
n = plat = 0,935
Ebalok 29.725,41
=
Lebar plat penampang transformasi : BTR = n x BE = 0,935 x 2,50 = 2,34 m
0,85 fc
BTR = 2.340
C dp = ( 90 + 15 ) – 12,5 = 92,5 cm
150
17,73
150 a p = A p =
GRS. NETRAL BTR .d p 234 x92,5
600
100
p = 0,00082
Z
T
150 125
300
Ap
fps Karena penampang sudah di-
Transformasikan ke balok, maka
PENAMPANG TRANFORMASI mutu beton semua disamakan de-
Gambar 039 ngan mutu beton balok :
fc = 40 MPa 30 MPa
1 = 0,85 0,008 ( fc 30 ) = 0,85 0,008 ( 40 30 ) = 0,77
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Sesuai dengan SNI T – 12 – 2004 pasal 4.4.3.2.1, untuk semua strand dan tendon baja
fpy = 0,85 fpu p = 0,40
Tegangan tendon pada saat penampang mencapai kuat nominal :
f f p f pu d
ps pu 1 '
f d
p 1 c
'
p
Karena baik penulangan tarik maupun penulangan tekan non prategang tidak diperhitung-
kan untuk memikul beban, maka :
= 0 dan = 0
0,40 1720
f 0,00082 = 1.688,49 MPa
ps 17201 0,77
40
T = Ap x fps = 17,73 x 16.884,90 = 299.369,28 kg
Diasumsikan a tf = 15 cm
C = 0,85 fc BTR a = 0,85 x 400 x 234 x a = 79.560 a kg
Dari keseimbangan gaya :
H = 0 C = T
79.560 a = 299.369,28
299.369,28
a=
79.560 = 3,76 cm tf = 15 cm Asumsi sudah benar
Lengan momen : Z = dp – ½ a = 92,5 – ½ x 3,76 = 90,62
cm Momen nominal penampang :
Mn = T x Z = 299.369,28 x 90,62 = 27.128.844,15 kgcm = 271.288,44 kgm
Jadi kekuatan lentur batas dari penampang :
Mu = . Mn = 0,80 x 271.288,44 = 217.030,75 kgm
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
V .S
I .b
Dimana : : gaya geser horisontal
V : gaya geser pada penampang yang ditinjau
S : statis momen penampang terhadap garis berat
I : momen inersia penampang
b : lebar bidang kontak
Av = Vu
. f y .
Dimana : Av : luas penulangan geser yang diperlukan
: faktor reduksi kekuatan ( = 0,85 )
fy : tegangan leleh dari tulangan geser.
: kosfisien geser, dimana besarnya :
Untuk beton yang dicor pada balok beton pracetak = 0,10
Untuk beton yang dicor pada metal/baja sheet bergelombang = 0,70
7
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 17
Jika pada contoh soal 16 ( halaman 72 ) dipergunakan besi ulir dengan tegangan leleh
jy = 390 MPa untuk shear connector ( tulangan geser horizontal ), maka rencanakan shear
connectornya.
Penyelesaian :
qu
L = 16,5 m
Gambar 040
Dari perhitungan pada contoh soal 17 didapat momen maksimum yang dapat dipikul oleh
penampang : Mu = 217.030,75 kgm.
Mu = 1 qu L2
8
Jadi beban merata ( termasuk berat sendiri ) yang dapat dipikul konstruksi adalah :
8.M u 8x217.030,75 = 6.377,40 kg
qu L2 16,52
Gaya geser maksimum : Vu = ½ qu L = ½ x 6.377,40 x 16,5 = 52.613,55 kg
Sesuai dengan SNI 03 – 2874 – 2002
Vu
Tegangan geser horisontal :
.b.d
Dimana : b = 10 cm, diambil tebal webnya karena tulangan geser ( shear connector)
ditanam sampai di webnya, jadi tidak hanya di flens balok.
d = ( 90 + 15 ) – 5 = 100 cm, tinggi effektif balok komposit, dihitung da-
ri serat tertekan paling atas kepusat tulangan tarik non prate-
gang, disini jarak pusat tulangan tarik tsb. dari sisi bawah ba-
lok diperhitungkan 5 cm.
52.613,55
0,85x10x100 61,90 kg/cm2
Untuk shear connector dicoba dengan D
13 As = 2 x ¼ d2 = 2 x ¼ 1,32 = 2,65
cm2 Jarak shear connector :
fy 3.900 x2,65
s s
.A 10 x61,90 = 16,69 cm diambil s = 15 cm
bx
Jadi shear connector dipakai : D13 – 15
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
fa fa fa
t + + -
ya
ka c.g.c kb c.g.c
h c.g.s Balok Pracetak
yb e C C
- za - zb
Pi +
Pe
fb fb fb
( A )( B )( C )
Gambar 041
Pada gambar 041 diatas suatu struktur komposit terdiri dari balok prategang pracetak dan
plat beton yang dicor ditempat. Pada umumnya mutu beton pracetak lebih tinggi dari mutu
plat beton yang dicor ditempat, sehingga disini ada 2 material dengan modulus elastisitas
yang berbeda bekerja sama dalam memikul beban.
Tahapan-tahapan analisa :
Gambar 041 A
Tahap ini pada saat transfer gaya prategang, jadi tegangan-tegangan yang timbul pada pe-
nampang diakibatkan oleh : Gaya prategang awal ( Pi )
Momen akibat berat sendiri balok pracetak ( MG
) Tegangan Tekan padasisibawah balok Pracetak
fb = Pi Pi xe MG
Tanda – ( minus ) tekan dan + ( positip ) tarik
A Sb Sb
Tegangan Tarik padasisi atas balok Pracetak
fa = P Pi xe MG
i
A Sa Sa
Dimana : Pi : gaya prategang awal
A : luas penampang bruto balok pracetak
e : eksentrisitas tendon terhadap pusat berat balok pracetak ( c.g.c
) Sa : modulus penampang ( section modulus ) atas balok pracetak
Sb : modulus penampang ( section modulus ) bawah balok pracetak
MG: momen akibat berat sendiri balok pracetak
I I
Sa = dan Sb =
ya yb
I : momen inersia penampang balok pracetak
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Disini momen luar MG di-imbangi oleh internal momen kopel Pi x za atau C x za. Selama
posisi C berada dibawah batas kern bawah kb, maka pada serat atas ( sisi atas ) balok
pracetak akan terjadi tegangan tarik. Jika posisi C tepat berada pada batas bawah kern k b
tegangan tarik pada sisi atas = 0. Besarnya lengan kopel momen z a tergantung pada besar-
kecilnya MG. Tegangan tarik pada sisi atas balok pracetak diperbolehkan asal tidak
melampaui tegangan tarik yang di-ijinkan sesuai code atau peraturan yang dipergunakan
untuk perencanaan ( ACI atau SNI ).
Demikian pula untuk tegangan tekan pada sisi bawah balok pracetak fb tidak diperboleh-
kan melebihi tegangan tekan yang di-ijinkan.
Gambar 041 B
Tahap ini sesaat setelah transfer gaya prategang selesai, jadi pada tahap ini kehilangan gaya
prategang sudah harus diperhitungkan. Tegangan-tegangan yang timbul pada balok prace-
tak diakibatkan oleh : Gaya prategang efektif ( Pe )
Momen akibat berat sendiri balok pracetak ( MG )
Tegangan Tekan padasisibawah balok Pracetak
Pe Pe .e M G
fb =
A Sb Sb
Tegangan Tarik padasisi atas balok Pracetak
Pe Pe .e M G
fa =
A Sa Sa
Gambar 041 C
Tahap pekerjaan plat lantai yang dicor setempat. Disini pekerjaan plat diperhitungkan
tanpa perancah, jadi disini belum terjadi composite action.
Tegangan pada balok pracetak yang diakibatkan oleh momen akibat berat plat yang dicor
ditempat ( MP ) adalah :
Tegangan Tarik padasisi bawah balok Pracetak :
MP
fb =
Sb
Tegangan Tekan padasisiatas balok Pracetak :
M
fa = I P
Sa
Dimana : Mp : momen akibat berat plat yang dicor ditempat.
Catatan :
Disini berat formwork tidak diperhitungkan karena tegangan-tegangan ini akan dijumlah-
kan dan dikontrol terhadap tegangan yang di-ijinkan secara total pada saat layan dimana
pada saat tersebut formwork sudah dibongkar. Tetapi bila berai formwork tersebut cukup
signifikan perlu dikontrol tersendiri pada saat setelah tahap pengecoran selesai apakah te-
gangan pada balok pracetak ada yang melebihi tegangan yang di-ijinkan.
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
BTR = n . BE
Plat cor ditempat fa fa 0,85 fc
Cu
t - - f a
ya C
ka c.g.c -
c.g.c ze
z
e kb
yb h
c.g.s + Pe Pe
+ fps
fb fb
Balok Pracetak
P P .e M M M ( y 't)
f = Ae Se S G S P SI a ( III )
a a a c
Dari ketiga persamaan diatas I, II, III dikontrol agar tegangan yang terjadi fb, fa dan f
tidak melampaui tegangan yang di-ijinkan oleh code ( ACI dan SNI ) yang dipergunakan
dalam desain.
Untuk pengecoran plat yang menggunakan penyokong atau perancah, persamaan menjadi :
Tegangan Tarikpadaserat bawahbalok Pracetak
Pe Pe .e M G M S
fb = (A)
A Sb Sb Sb '
Tegangan Tekan padaseratatasbalok Komposit
M
fa = S
(B)
Sa'
Tegangan Tekan padaseratatasbalok Prategang
P P .e M M ( y 't)
f = Ae Se S G SI a (C)
a a c
Dalam hal ini MS adalah momen yang diakibatkan oleh berat pelat lantai dengan finishing-
nya dan beban hidup diatas pelat lantai.
Sama seperti pada pengecoran yang tanpa perancah diatas, dari ketiga persamaan A, B dan
C dikontrol agar tegangan yang terjadi fb, fa dan f tidak melampaui tegangan yang di-
ijinkan oleh code ( ACI atau SNI ) yang dipergunakan dalam desain.
Gambar042F
Diagram tegangan dengan methode kekuatan batas untuk mengontrol kapasitas balok
dalam memikul momen.
Tegangan pada baja prategang saat balok mencapai kuat nominalnya ( f ps ) dapat dihitung
dengan rumus ( 9.1 ) pada halaman 62 diatas. Dengan luas penampang baja prategang yang
dipasang ( Ap ) dapat dihitung :
Pe = AP x fps
Diasumsikan a t dimana t = tebal plat yang dicor ditempat
Jadi : C = 0,85 fc BTR a
Ap . f ps
H = 0 C = Pe a =
0,85. f '.B
c TR
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Contoh Soal 19
Suatu jembatan simple beam dengan bentangan L = 25 m, jarak antara balok induk
prategang pracetak B = 1,80 m. Plat lantai yang dicor ditempat tanpa perancah tebalnya
adalah t = 25 cm, sedangkan lapisan perkerasan aspal tebal rata-rata 7 cm, sketsa seperti
gambar dibawah ini.
LAPISAN ASPHALT Mutu balok pracetak K 500 dengan
0.25 PLAT DICOR SETEMPAT berat wc = 2.500 kg/m3.
Mutu plat yang dicor ditempat K 250
de- ngan berat wc = 2.400 kg/m3.
Baja prategang dipergunakan :
h
0.
0.60
0.
300.250,00
yb = 4.700,00 = 63,88 cm dan ya = 135 – 63,88 = 71,12 cm
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
I I 10.080.087
Sa = 10.080.087 = 141.734 cm3 Sb =
= = 157.797 cm3
ya 71,12 yb 63,88
Btr = 1.20
ya
BALOK PRACETAK
Gambar 045
742.736,00
yb = 7.700,00 = 96,46 cm ya = ( 135 + 25 ) – 96,46 = 63,54 cm
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
I I
Sa = I c
= 23.040.427 = 362.613 cm3 Sb = I c
= 23.040.427 = 238.860 cm3
ya ' 63,54 yb ' 96,46
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
PLAT COR DITEMPAT
0. Btr = 1.20
20
yb
yb e
35
25
do Ap BALOK PRACETAK
60
Gambar 046
a
A S Sa Sa Ic
a
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
84
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
C
t a
2 Ø13 - 20 ya
ya c.g.c
c.g.c Z
1.
20
yb
yb e
35
15 25
fps T
2 Tendon @ 10 Ø12.5 BALOK PRACETAK
60 TEGANGAN THEORI KEKUATAN BATAS
Gambar 047
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
ps pu 1
'
f d
p 1
'
c p
p = Ap
B .d Ap = Ap-terpasang = 20 x 1,227 = 24,54 cm2
TR p
dp = 135 + 25 – 15 = 145 cm
p = 24,54
= 0,001394
120
x145
Karena baik penulangan tarik maupun penulangan tekan non prategang tidak diperhi-
tungkan untuk memikul beban, maka : = 0 dan = 0
0,40 1.860 2
0,001394
fps = 1.8601 0,758 = 1.798,66 MPa = 17.987
41,50 kg/cm
T = Ap x fps = 24,54 x 17.987 = 441.401 kg
Di-asumsikan a t = 25 cm C = 0,85 fc Btr a = 0,85 x 415 x 120 a
H = 0 C = T
0,85 x 415 x 120 a = 441.401
441.401
a = 0,85x415x120 = 10,43 cm t = 25 cm OK
Lengan momen Z = 135 + 25 – 15 – ½ x 10,43 = 139,8 cm = 1,398 m
Mn = T x z = 441.401 x 1,398 = 617.078 kgm
Momen maksimum yang dapat dipikul penampang :
Mu = Mn = 0,80 x 617.078 = 493.662 kgm
Aktual momen yang harus dipikul
: Maktual = MG + MP + MS
8
Perancangan Beton Prategang
Teknik Sipil Universitas
Maktual = 91.796,87 + 84.375 + 225.787,50 = 401.959,37 kgm Mu OK
8
Perancangan Struktur Beton
Prategang Teknik Sipil Universitas
DAFTAR PUSTAKA
Nawy, G.N. (2001). Beton Prategang (Suatu Pendekatan Dasar). Diterjemahkan oleh:
Suryoatmono. Penerbit ; Erlangga. Jakarta.
Budiadi. (2008). Desain Praktis Beton Prategang. Penerbit : Andi Yogyakarta.
SNI 03-2874-2002, Tata cara perencanaan struktur beton bertulang untuk bangunan
gedung, oleh Badan Standar Indonesia (BSN) 2002
Hadipratomo, W., ”Struktur Beton Prategang”, Nova Bandung, 1984.
iii