Chapter 4 Dan 5 Pertemuan 10

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI KULIAH

ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

“Weiss, J.W. (2014; ch. 4 & 5)”

Oleh Kelas Reguler 2 / HA :


Rahma Rizka Resita 216020302111001
Sinta Ustantini 216020300111007

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB IV
KORPORASI DAN PEMANGKU KEPENTINGAN EKSTERNAL: TATA KELOLA
PERUSAHAAN: DARI RUANG RAPAT KE PASAR

4.1 Mengelola Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Pasar


Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merupakan bentuk pertanggungjawaban
perusahaan terhadap lingkungan sekitar, pimpinan perusahaan berkomitmen dengan
menggunakan pendekatan stakeholder untuk melayani tujuan yang lebih luas, selain untuk
kepentingan ekonomi dan keuangan juga untuk melayani kepentingan lingkungan dan
masyarakat. Mengelola tanggungjawab sosial perusahaan di pasar dengan beragam
kepentingan tidaklah mudah, sebagai contoh kasus para eksekutif TJX harus berurusan tidak
hanya dengan pelanggan mereka sendiri, tetapi juga dengan bank (dalam gugatan class
action), perusahaan kartu kredit, media, competitors, dan distributor serta reputasi mereka
sendiri.
Tanggungjawab sosial perusahaan di pasar akan dimulai dengan apa yang menjadi dasar
filosofis dan etis dari CSR dan keputusan etis yang diputuskan perusahaan. Banyak orang
yang percaya bahwa etika dan tanggungjawab sosial merupakan hal yang penting, tetapi tidak
sepenting kinerja perusahaan. Hal ini memicu perdebatan antara kinerja, keuntungan, dan
“melakukan hal yang benar” sehingga yang muncul ke permukaan tidak hanya yang berkaitan
dengan tanggung jawab sosial perusahaan, tetapi juga di bidang politik dan perdebatan etika
pribadi dan profesional.
4.1.1 Teori Pasar Bebas dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Secara garis besar dalam teori pasar bebas menyatakan tujuan utama dari bisnis adalah
keuntungan. Pelanggan memiliki kebebasan untuk memilih apa yang mereka inginkan dan
menolak apa yang tidak mereka inginkan. Pasar bebas membutuhkan kondisi tertentu untuk
aktivitas bisnis dengan tujuan untuk membantu masyarakat, adapun kondisi yang dimaksud
yaitu:
1. Mempertahankan moral untuk memungkinkan perusahaan terus beroperasi serta
mencegah terjadinya kegiatan illegal seperti pencurian, penipuan, dan pemerasan.
2. Tingkat persaingan yang tinggi.
3. Informasi yang relevan dan tersedia untuk semua orang dibutuhkan dalam bertransaksi
bisnis.
4. Mencerminkan akurasi dari seluruh biaya produksi.
4.1.2 Masalah dengan Teori Pasar Bebas
Terdapat beberapa kontroversi atas asumsi pasar bebas terhadap hubungan
stakeholders dan konsumen, terlihat dari argumen di bawah ini:
1. Tidak sedikit terjadi perbedaan pendapat antara stakeholder dan konsumen, seperti dalam
hal keputusan perusahaan besar menghabiskan jumlah dana yang cukup besar pada
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis, dan menciptakan suatu produk. Namun,
beberapa berpendapat untuk memanipulasi permintaan dari pembeli yang ditargetkan.
2. Ketidakjujuran perusahaan dalam menginformasikan keandalan produk, kemungkinan
bahaya produk, dan penggunaan produk yang tepat kepada konsumen dipertanyakan.
3. Terdapat produk gagal yang tetap dijual di pasaran merupakan suatu hal yang patut
dipertanyakan dimana tanggung jawab moral, hukum, dan ekonomi serta keamanan
produk.

4.2 Mengelola Tanggungjawab Perusahaan dengan Pemangku Kepentingan Eksternal


4.2.1 Perusahaan Sebagai Pemangku Kepentingan Sosial dan Ekonomi
Melalui pendekatan manajemen, stakeholders menganggap perusahaan sebagai
sesuatu yang legal dari kumpulan individu dan kelompok. CEO dan tingkatan manajer
tertinggi ditugaskan untuk memaksimalkan keuntungan bagi pemilik dan pemegang saham.
Pengurus direksi bertanggung jawab atas pengawasan direksi, strategi, dan akuntabilitas dari
karyawan yang terdapat dalam perusahaan. Untuk menyempurnakannya maka perusahaan
harus menanggapi beragam kebutuhan, hak, dan permintaan yang sah dari stakeholders.
Karena untuk bertahan dan berhasil perusahaan juga harus menanggapi hukum, sosial, politik,
dan tuntutan lingkungan dari pemangku kepentingan.
Sebuah penelitian berpendapat bahwa, “menggunakan sumber daya perusahaan untuk
isu sosial tidak berhubungan dengan pemangku kepentingan utama yang kemungkinan tidak
menghasilkan nilai untuk kepentingan pemegang saham”. Penelitian ini tidak menganjurkan
perusahaan menahan diri aktifitas philantropis. Lebih daripada itu “penekanan pada nilai
kreativitas pemegang saham saat ini tidak harus menerangkan sebagai pendatang biaya atas
pendapatan pemangku kepentingan utama.” Hal ini bukan merupakan kontradiksi, melainkan
pilihan pemimpin yang membutuhkan keseimbangan ekonomi dan prioritas moral.
4.2.2 Kontrak Sosial : Mati Atau Sangat Dibutuhkan
Pendekatan manajemen perusahaan didasari oleh konsep dari kontrak sosial. Kontrak
sosial adalah rangkaian peraturan dan asumsi tentang pola sikap antar elemen sosial. Beberapa
kontrak sosial sudah tertanam dalam adat masyarakat. Kontrak sosial antara perusahaan
dengan pemangku kepentingannya seringkali berdasarkan pada kesepakatan yang mutlak dan
tegas.
4.2.3 Keseimbangan Antara Etika Motivasi dan Kepatuhan
Program etika sebagai bagian dari kontrak sosial, adalah keperluan motivator dalam
organisasi. Penelitian menyarankan bahwa permasalahan program etika melebihi program
kepatuhan dari beberapa dimensi etika seperti kepedulian terhadap isu, pencarian saran,
laporan kejahatan, pembutan keputusan, dan komitmen perusahaan. Hubungan bisnis
berdasarkan pada kepercayaan mutu dan prinsip etika yang digabungkan dengan hasil dalam
penghasilan jangka panjang bagi perusahaan, pemangku kepentingan dan pemegang saham.
Jika pemimpin perusahaan dan perusahaan mereka sepakat untuk melakukan aksi illegal,
pembayar pajak akan menghentikan pembayarannya. Terdapat keseimbangan yang
dipertahankan antara regulasi eksternal dan regulasi internal berdasarkan pada kepercayaan
masyarakat terhadap perusahaan.
4.2.4 Etika Convenantal
Konsep etika convenantal berhubungan dengan kontrak sosial dan berpusat pada
pendekatan manajemen stakeholder. Etika convenantal berfokus pada hubungan kepentingan
antara bisnis, pelanggan, dan stakeholder. Konsep ini menerapkan prinsip “penjual harus
peduli” tidak hanya “pembeli harus peduli”. Berikut moral dasar dan kekuatan sosial
perusahaan sebagai stakeholders, menurut Keith Davis yaitu dengan menerapkan lima hal
yang dilakukan dalam kegiatan respon sosial:
1. Bisnis mempunyai peran sosial “pengawasan sumber penghasilan masyarakat. Sejak
masyarakat mempercayakan bisnis beserta penghasilannya, bisnis harus bijak dalam
melayani segala bentuk kepentingan.
2. Bisnis harus menjalankan dua sistem langkah terbuka dengan pembukaan penerimaan dari
pendapatan masayarakat dan membuka penyingkapan atas operasinya kepada
masayarakat.
3. Biaya sosial serta manfaat dari aktifitas, produk, atau pelayanan harus melalui
penghitungan dan pertimbangan.
4. Biaya sosial dari akatifitas, produk, dan pelayanan harus ditanggung. Sehingga
masyarakat tidak perlu membayar atas pengaruh yang ditimbulkan di masyarakat.
5. Institusi bisnis harus terlibat dalam komptensinya dimana terdapat kebutuhan sosial utama.
4.2.5 Perusahaan Philantropi
Perusahaan philantropi sebagai bagian penting dari peran perusahaan sebagai “warga
negara yang baik” dalam lingkup global, nasional, dan lokal. Publik berharap perusahaan
berkontribusi dan memberikan timbal balik kepada komunitas yang mendukung perusahaan.
4.2.6 Mengelola Profitabilitas dan Tanggung Jawab Stakebolders : Reputasi
Reputasi adalah salah satu aset terkuat dalam menetapkan menajemen perusahaan.
Terdapat respon sosial yang dapat menguntungkan perusahaan yaitu reputasi, portofolio
keberhasilan investasi sosial, serta kemampuan untuk menarik perhatian karyawan

4.3 Mengelola dan Menyeimbangkan Tata Kelola Perusahaan, Kepatuhan dan


Peraturan
Proses membangun reputasi yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan beserta tim
diantaranya melalui peningkatan produktivitas, kepercayaan, serta tanggungjawab moral
terhadap lingkungan, menguasai pasar dan mengantisipasi pesaingnya. Namun sama seperti
halnya konsep di pasar bebas tidak semua para stakeholders dan konsumen dalam bertransaksi
bisnis bersikap disiplin. jujur dan adil. Penegakan kedisiplinan tidak hanya melindungi yang
tidak bersalah akan tetapi memungkinkan perusahaan untuk terus berperan dan berkembang
sesuai dengan aturan hukum. Salah satu regulasi yang muncul yaitu Sarbanes-Oxley Act
Ringkasan dari Undang-Undang Sarbanes-Oxley menunjukkan bahwa ketentuan federal yang
didirikan untuk memberikan pengawasan, akuntabilitas, dan penegakan pelaporan keuangan
benar dan akurat di perusahaan publik. Beberapa isu utama termasuk (1) kurangnya
perusahaan publik yang independen untuk mengawasi audit; (2) konflik kepentingan dalam
perusahaan yang berfungsi sebagai auditor dan konsultan manajemen untuk perusahaan; (3)
CEO dan CFO bertanggung jawab untuk laporan keuangan; (4) melindungi whistle-blower;
(5) kode etik pejabat keuangan; dan (6) reformasi lainnya.

4.4 Peran Badan Hukum dan Peraturan dan Kepatuhan Perusahaan


Peran dari hukum dan regulasi legal system dalam menjalankan pengaturan bisnis
memiliki lima tujuan yaitu:
1. Pengaturan kompetisi,
2. Perlindungan konsumen,
3. Promosi keadilan dan keamanan,
4. Perlindungan lingkungan,
5. Etika dan pemenuhan program untuk menghalangi dan melaksanakan dengan maksud
menghindari kesalahan.
Setiap perusahaan membutuhkan regulasi, hal ini dikarenakan regulasi dirancang untuk
melindungi dan mencegah kriminal, kerugian, monopoli dan pengaruh buruk perusahaan.
4.5 Mengelola Isu dan Krisis Eksternal: Pelajaran dari Masa Lalu (Kembali ke Masa
Depan?)
Dengan meninjau beberapa krisis besar yang terjadi pada tahun 1970-an sampai dengan
saat ini dan beberapa sudah dapat diselesaikan. Dari kasus tersebut dapat diketahui bahwa
pimpinan perusahaan dengan stakeholders haruslah berjalan seimbang sesuai dengan
peraturan hukum dan peraturan internal perusahaan. Ketika perusahaan gagal untuk mengatur
diri mereka sendiri dan tidak mampu memberikan keadilan dan tindakan koperatip atas
kegagalan mereka sendiri maka dibutuhkan peran serta pemerintah dalam menanganinya.
Sebagai contoh permasalahan yang muncul antara tahun 1971 dan 1974, lebih dari 5.000
tuntutan hukum atas produk yang diajukan oleh wanita akibat mengalami kerusakan
ginekologi parah dari AH Robins Perusahaan Dalkon Shield, sebuah alat kontrasepsi
intrauterine. Meskipun perusahaan tidak memproduksi kembali, ia membayar lebih dari $ 314
juta untuk menyelesaikan 8.300 tuntutan hukum. Juga menetapkan $ 1,75 miliar untuk
menyelesaikan klaim yang sedang berlangsung. Perusahaan menghindari tanggung jawabnya
terhadap pelanggan dengan tidak melakukan penarikan produk selama sembilan tahun setelah
masalah itu diketahui.
BAB V
TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN, STAKEHOLDER KONSUMEN,
DAN LINGKUNGAN

5.1 Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Konsumen Stakeholders


Konsumen merupakan pemangku kepentingan bisnis yang paling penting, dengan
demikian kepentingan konsumen harus paling utama saat mendesain bisnis, mengantarkan,
dan melayani produk bisnis kepada konsumen. Namun sayangnya, masih banyak produsen
yang menempatkan konsumen pada posisi yng beresiko tinggi. Terjadi pelanggaran etika yang
dilakukan para pelaku bisnis saat melayani konsumen. Hal ini bisa dilihat dari berbagai kasus
yang belakangan ini terjadi, salah satunya adalah produsen yang memproduksi obat Merck
VIOXX (diduga), ban Bridgestone / Firestone pada Ford Explorer, produk tembakau dan
rokok yang mengandung nikotin, Ford Pinto, mainan bercat hitam, dan banyak contoh
lainnya.
5.1.1 Tanggung Jawab Perusahaan dan Hak Konsumen
Sebagai suatu solusi dalam menanggulangi masalah pelanggaran etika terhadap
konsumen, Majelis Perserikatan Bangsa-Bangsa menyediakan kerangka kerja untuk
memperkuat kebijakan perlindungan konsumen nasional di seluruh dunia yakni
1. Hak atas keselamatan: Dilindungi dari produk, proses produksi, dan layanan yang
berbahaya bagi kesehatan atau kehidupan.
2. Hak untuk diberi informasi: Diberikan fakta yang diperlukan untuk membuat pilihan yang
tepat, dan dilindungi dari iklan dan pelabelan yang tidak jujur atau menyesatkan.
3. Hak untuk memilih: Untuk dapat memilih dari berbagai produk dan layanan, ditawarkan
dengan harga yang kompetitif, dengan jaminan kualitas yang memuaskan.
4. Hak untuk didengar: Mempunyai kepentingan konsumen yang diwakili dalam pembuatan
dan pelaksanaan kebijakan pemerintah, dan dalam pengembangan produk dan layanan.
5. Hak atas pemenuhan kebutuhan dasar: Memiliki akses terhadap barang dan jasa dasar
yang esensial, makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, pendidikan dan
sanitasi yang memadai.
6. Hak untuk ganti rugi: Menerima penyelesaian klaim yang adil, termasuk kompensasi atas
keliru, barang jelek atau layanan yang tidak memuaskan.
7. Hak atas pendidikan konsumen: Memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk membuat pilihan informasi dan keyakinan tentang barang dan jasa
sambil menyadari hak dan tanggung jawab konsumen dasar dan bagaimana bertindak
terhadapnya.
8. Hak atas lingkungan yang sehat: Hidup dan bekerja di lingkungan yang tidak mengancam
kesejahteraan generasi sekarang dan masa depan.
Dari perspektif etis, perusahaan memiliki tanggung jawab dan kewajiban tertentu
terhadap konsumen mereka di masyarakat. Kewajiban untuk menginformasikan kepada
konsumen dengan jujur dan sepenuhnya tentang konten, tujuan, dan penggunaan produk atau
layanan, kewajiban untuk tidak salah menggambarkan atau menahan informasi tentang
produk atau layanan yang akan menghalangi pilihan bebas konsumen, kewajiban untuk tidak
memaksa atau mengambil keuntungan yang tidak semestinya dari pembelian konsumen dan
pemilihan produk melalui ketakutan atau tekanan atau dengan cara lain yang membatasi
pilihan rasional, kewajiban untuk mengambil "perawatan hati" untuk mencegah cedera atau
kecelakaan yang mungkin terjadi pada suatu produk (dalam rancangan dan produksi atau
penggunaannya) dapat menimbulkan pada konsumen.
Terkait dengan hak yang disajikan di atas, konsumen juga memiliki "kontrak sosial"
mereka yang tersirat dengan perusahaan. Adapun hak konsumen sebagai berikut:
1. Hak atas keselamatan - untuk dilindungi dari komoditas berbahaya.
2. Hak memilih bebas dan rasional - untuk bisa memilih antara produk alternative
3. Hak untuk mengetahui-memiliki akses mudah ke informasi yang benar yang dapat
membantu dalam pemilihan produk.
4. Hak untuk didengar - untuk menyediakan partai yang akan mengakui dan bertindak atas
keluhan yang dapat dipercaya tentang ketidakadilan mengenai produk dan transaksi
bisnis.
5. Hak untuk mendapatkan kompensasi - memiliki sarana untuk menerima kompensasi atas
kerugian yang dilakukan terhadap seseorang karena produk yang salah atau untuk
kerusakan yang dilakukan dalam transaksi bisnis.
Hak-hak ini juga dibatasi oleh prinsip dan kondisi pasar bebas.
5.1.2 Lembaga Perlindungan Konsumen dan Hukum
Karena pasar yang tidak sempurna dan kegagalan pasar, konsumen dilindungi sampai
batas tertentu oleh undang-undang federal dan negara bagian di Amerika Serikat. Lima tujuan
pembuat kebijakan pemerintah terhadap konsumen meliputi: memberikan konsumen
informasi yang andal tentang pembelian, undang-undang untuk melindungi konsumen
terhadap produk berbahaya, memberikan undang-undang untuk mendorong penetapan harga
yang kompetitif, undang-undang untuk mempromosikan pilihan konsumen, melindungi
privasi konsumen.

5.2 Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Periklanan


Iklan merupakan cara yang digunakan perusahaan dalam memperkenalkan produknya
kepada konsumen serta secara tidak langsung menarik hati konsumen untuk membelinya.
Tanggung jawab etis perusahaan dalam periklanan adalah menginformasikan dan meyakinkan
pemangku kepentingan dengan cara yang tidak menipu.
5.2.1 Etika dan Periklanan
Masalah etis timbul bilamana perusahaan menargetkan iklan dengan cara manipulatif,
tidak jujur, subliminal, dan memaksa untuk pembeli rentan seperti anak-anak dan minoritas.
Selain itu, memasukkan bahan kimia berbahaya ke dalam produk tanpa memberi tahu pembeli
adalah iklan yang menipu. Penggunaan nikotin dan bahan adiktif tembakau dalam rokok
adalah iklan yang menipu. Pertanyaan berikut bisa digunakan oleh perusahaan periklanan dan
konsumen untuk mengukur etika iklan: Apakah konsumen diperlakukan sebagai alat untuk
mencapai tujuan atau sebagai akhir? Hak siapa yang dilindungi atau dilanggar dengan sengaja
dan tidak sengaja? Apakah konsumen diperlakukan adil atau tidak? Apakah kesejahteraan
masyarakat dan kesejahteraan bersama dipertimbangkan? Serta adakah pihak yang
dilecehkan?
5.2.2 Federal Trade Commission (FTC) dan Periklanan
Federal Trade Commission (FTC) dan Departemen Tenaga Kerja (DOL) adalah badan
federal di Amerika Serikat yang ditunjuk dan didanai untuk memantau dan menghilangkan
iklan palsu dan menyesatkan ketika peraturan perusahaan tidak digunakan atau gagal.
Undang- undang FTC melarang iklan yang tidak adil atau menipu dalam media apa pun.
5.2.3 Pro dan Kontra dari Iklan
Periklanan adalah bagian dari strategi bisnis. Tidak semua iklan yang ditampilkan
menipu. Dngan demikian muncul pro dan kontra tentang iklan, misalnya dlam pernyataan
berikut yang mendukung atau pro iklan, “Periklanan memperkenalkan orang dan
mempengaruhi mereka untuk membeli barang dan jasa. Tanpa iklan, konsumen tidak
mengetahui produknya.
5.2.4 Argumen Melawan (Dipertanyakan) Periklanan
Selain pihak yang pro akan iklan, adapula pihak yang kontra atau melawan
(mempertanyakan) periklanan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut : “iklan sering
melewati garis tipis yang ada di antara bajingan dan tipuan”, “iklan menceritakan setengah
kebenaran, menyembunyikan fakta, dan dengan sengaja menipu dengan keuntungan, bukan
kesejahteraan konsumen, dalam pikirannya”.
5.2.5 Iklan dan Kecepatan Bebas
Berikut adalah tes empat langkah yang dikembangkan oleh Justice Lewis F. Powell Jr.
dan digunakan untuk menentukan iklan layak ditampilkan atau tidak
1. Apakah iklan itu akurat, dan apakah itu mempromosikan produk yang sah?
2. Apakah kepentingan pemerintah dalam melarang atau membatasi pidato komersial
penting, tidak penting, dan substansial?
3. Apakah usulan pembatasan pidato komersial membantu pemerintah dalam mencapai
tujuan kebijakan publik?
4. Apakah pembatasan pemberitaan komersil yang diusulkan terbatas hanya untuk mencapai
tujuan pemerintah?
5.2.6 Paternalisme, Manipulasi, Atau Pilihan Bebas
Kontrol paternalistik; pemerintah, mengatur apa yang konsumen dapat dan harus dengar
dan lihat dari iklan yang disajikan produsen. Idealnya, perusahaan harus berusaha memberi
tahu konsumen secara penuh dan jujur saat menggunakan teknik nonmanipulasi dan persuasif
untuk menjual produk mereka-dengan asumsi produk tersebut aman dan bermanfaat bagi
kesehatan dan keselamatan konsumen.

5.3 Kontroversial, Masalah dalam Periklanan: Internet, Anak-Anak, Tembakau dan


Alkohol
5.3.1 Perikalanan dan Internet
Internet merupakan sarana baru yang menguntungkan bagi produsen dalam
mengiklankan dan memasarkan produknya. Sarana ini terbukti cukup ampuh, namun di sisi
lain produsen yang tak beretika akan menjadikan media online ini sebagai tempat untuk
menipu konsumen. Masalah lainnya yaitu perdebatan tentang apakah legislasi dan undang-
undang kongres dapat menghentikan spyware dan spam internet. Serta memperhatikan konten
yang disajikan dalam iklan karena akan mempengaruhi pola pikir dan pola tingkah anak
apabila iklan ataupun tayangan yang disajikan berbau hal-hal seperti pornografi, alcohol,
rokok dan sebagainya.
5.3.2 Kontroversi Tembakau Terus Berlanjut dan Iklan Alkohol
Iklan tembakau dan alkohol yang terus menghadapi kontroversi tentunya menjadi suatu
hal besar bagi dunia periklanan. Banyaknya konsumen dan tenaga kerja di bidang tembakau
dan alcohol, kemudian menjadikan sulit untuk menutup bisnis ini. Solusinya adalah semua
pihak baik pemerintah, produsen maupun konsumen bekerjasama untuk menjaga
keseimbangan lingkungan, walaupun secara etis hal ini sebenarnya masih belum diterima
secara baik.

5.4 Mengelola Keselamatan Produk dan Kewajiban Bertanggung Jawab


Mengelola keamanan produk harus menjadi prioritas nomor satu untuk perusahaan.
Dalam produksi produk, produsen harus menjaga kualitas produk, keamanan, dan tanggung
jawab.
5.4.1 Seberapa Aman? Etika Keamanan Produk
Konsumsi terhadap beberapa produk menimbulkan dampak hingga kematian, seperti
merokok. Kejadian seperti ini mengharuskan produsen menambhakan biaya dalam produksi
untuk keselamatan konsumen, karena harga yang dibayarkan oleh seorang konsumen
sebenarnya sudah termasuk harga keselamatannya setelah menggunakan produk.
5.4.2 Mengatur Keamanan Produk
Kongres mengeluarkan Undang-Undang Keamanan Produk Konsumen 1972, yang
menciptakan Komisi Keamanan Produk Konsumen, untuk meminimalisir terjadinya dampak
negative setelah konsumsi produk. Komisi ini bertugas menetapkan aturan keamanan produk
serta pemberian hukuman terhadap produk yang membahayakan konsumen.
5.4.3 Departemen Urusan Konsumen dan Penarikan Produk
Banyak perusahaan secara aktif dan bertanggung jawab memantau kepuasan pelanggan
dan masalah keamanan mereka. Sejumlah perusahaan menggunakan pesan teks ponsel untuk
menambahkan lebih banyak interaktivitas ke iklan dan dukungan konsumen mereka. Banyak
perusahaan secara agresif dan sukarela mengingat produk dan suku cadang yang rusak saat
mereka menemukannya atau diberi tahu tentang produk tersebut. Hal ini dilakukan sebagai
langkah etis produsen dan juga karena secara ketat diawasi oleh Departemen Urusan
Konsumen dan Penarikan Produk.
5.4.4 Dokumentasi Permintaan Produk
Siapa yang harus membayar efek dari produk yang tidak aman, dan berapa yang harus
mereka bayar? Siapa yang menentukan siapa yang bertanggung jawab? Apa batasan hukuman
dan kompensasi dari pertanggungjawaban produk? Untuk membuktikan kebersalahan
produsen seorang konsumen harus membuktikan tiga hal berikut (1) cedera terjadi, (2) cedera
akibat cacat produk, dan (3) produk yang cacat dikirim oleh produsen yang dituntut.

5.5 Tanggung Jawab Korporasi dan Lingkungan Hidup


Besarnya pelecehan lingkungan tidak hanya oleh industri tetapi juga oleh aktivitas
manusia dan proses alam, telah membangun kesadaran internasional akan perlunya
melindungi lingkungan.
5.5.1 Sebagian besar Masalah Lingkungan yang Signifikan
Polusi Udara Beracun Lebih banyak orang terbunuh, diperkirakan, dengan polusi udara
(emisi knalpot mobil dan cerobong asap) daripada oleh crashe lalu-lintas yang disebut gas
rumah kaca terdiri dari polutan karbon monoksida, ozon, dan partikel ultrafine yang disebut
partikulat.
5.5.2 Rekomendasi untuk Manajer
Dewan direksi, pemimpin bisnis, manajer, dan profesional harus mempertimbangkan
tentang keselamatan lingkungan dalam berproduksi.

Anda mungkin juga menyukai