Askep Skabies

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ ASUHAN KEPERAWATAN SKABIES”

DISUSUN OLEH

NAMA : Ardhita Violina Gatra Putri

NIM : ( G2A019069)

KELAS : 5B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah ini alhamdulillah tepat pada
waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada rasul yang mulia, Muhammad
shallaullahu ‘alaihi wasallam.
Penyusunan makalah ini dilakukan dengan mengambil referensi dari berbagai sumber,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempuruna, karena keterbatasan referensi
baik dari buku, maupun dari (internet).
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk hasil yang
lebih baik. Harapan saya semoga makalah ini bermanfaat terutama bagi penulis dan untuk semua
yang membaca.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensititsasi terhadap
sarcoptes scabiei var huminis dan produknya. Sinonim dari penyakti ini adalah kudis.
Penyakti scabiei merupakan penyakti menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabiei tersebut,
kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau
berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 cm.
Akibatnya, penyakti ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan udem yang disebabakan
oleh garukan.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian scabies
2. Menjelaskan etiologi scabies
3. Menjelaskan manifestasi klinis scabies
4. Menjelaskan patofisiologi scabies
5. Menjelaskan penatalaksanaan scabies
6. Menjelaskan asuhan keperawatan scabies
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang menyebabkan
iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal
dan merusak kulit penderita. (Soedarto, 1992).
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh investasi
kutu sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan pada stratum korneum kulit,
terutama pada tempat predileksi (Wahidayat, 1998).
Scabies merupakan investasi kulit oleh kutu sarcoptes scabiei yang menimbulkan gatal.
Penyakit ini dapat ditemukan pada orang-orang miskin yang hidup dengan kondisi higiene
dibawah standar sekalipun juga sering tedapat diantara orang–orang yang sangat bersih. Scabies
sering dijumpai pada orang-orang yang seksual-aktif. Namun demikian, infestasi parasit ini tidak
bergantung pada aktivitas seksual karena kutu tersebut sering menjangkiti jari-jari tangan,
sentuhan tangan dan menimbulkan infeksi. Pada anak-anak, tinggal semalaman dengan teman
yang terinfeksi atau atau saling berganti pakaian dengannya dapat menjadi sumber infeksi.
Petugas kesehatan yang melakukan kontak fisik yang lama dengan pasien scabies dapat pula
terinfeksi.

B. Etiologi
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var homini. Kutu betina yang dewasa
akan membuat terowongan pada lapisan superfisial kulit dan berada disana selama sisa hidupnya.
Dengan rahang dan pinggir dan tajam perluas dari persendian kaki depannya, kutu tersebut akan
memperluas terowongan dan mengeluarkan telurnya 2 hingga 3 butir sehari sampai selama 2
bulan. Kemudian kutu betina itu mati. Larva (telur) menetas dalam waktu 3 hingga 4 hari dan
berlanjut hingga stadium larva serta nimfa menjadi bentuk kutu dewasa dalam tempo sekitar 10
hari.
Cara penularan (transmisi) penyakit penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak
langsung :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan sekseual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.

C. Manifestasi klinik
Pasien dengan skabies memiliki gejala-gejala yang sangat khas. Ini berbeda dengan penyakit
kulit yang lain. Oleh karena itu perawatan harus memahami secara benar gejala tersebut :
1. Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas tungau lebih tinggi
pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat hospes dalam keadaan tenang atau tidak
beraktvitas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah keluarga,
biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
3. Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat predileksi; berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya adalah kulit dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan
ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna pria (pria),
dan perut bagian bawah. Pada bayi, dapat mengenai telapak tangan dan kaki.
4. Ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.

D. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi
kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan leh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya
papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

E. Penatalaksanaan
Kepada pasien agar diminta mandi dengan air yang hangat dan sabun guna
menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit dibiarkan kering benar
serta menjadi dingin.
Preparat skabisida, seperti lindane (Kwell) atau krotamiton (krim dan lotion Eurax),
dioleskan tipis-tipis pada seluruh permukaan kulit mulai dari leher kebawah dengan hanya
meninggalkan daerah muka dan kulit kepala (yang pada scabies tidak terkena). Obat itu
dibiarkan selama 12 hingga 24 jam dan sesudah itu, pasien diminta untuk membasuh dirinya
sampai bersih. Aplikasi obat satu kali sudah dapat memberikan efek kuratif, tetapi disarankan
agar terapi tersebut diulang sesudah 1 minggu kemudian.
· Pasien perlu mengetahui petunjuk pemakaian ini karena pengolesan skabisida segera
sesudah mandi dan sebelum kulit mengering serta menjadi dingin dapat meningkatkan absorbsi
perkuatan skabisida sehingga berpotensi untuk menimbulkan gangguan sistem saraf pusat seperti
serangan kejang.

F. Asuhan keperawatan
Pengkajian
Data yang perlu dikaji adalah :
1. Biodata, perlu dikaji secara lengkap untuk umur, penyakit scabies bisa menyerang semua
semua kelompok umur baik anak-anak maupun dewasa bisa terkena penyakit ini, tempat, paling
sering dilingkungan yang kebersihannya kurang dan padat penduduknya, seperti asrama dan
penjara.
2. Keluhan utama, biasanya klien datang keluhan gatal dan ada lesi pada kulit.
3. Riwayat penyakit sekarang, biasanya klien mengeluh gatal terutama malam hari dan timbul
lesi berbentuk pustula pada sela-sela jari tangan, telapak tangan, ketiak, areola mamae, bokong
atau perut bagian bawah. Untuk menghilangkan gatal biasanya penderita menggaruk lesi tersebut
sehingga dapat ditemukan adanya lesi tambahan akiat garukan.
4. Riwayat penyakit dahulu, tidak ada penyakit lain yang dapat menimbulkan skabies kecuali
kontak langsung atau tidak langsung dengan penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga, pada pasien skabies, biasanya ditemukan anggota keluarga lain,
tetangga atau juga teman yang menderita, atau mempunyai keluhan dan gejala yang sama. Oleh
karena itu, dalam melakukan pengkajian/anamnesis, perawat perlu menanyakannya secara
lengkap.
6. Psikososial, penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, daan cemas dengan adanya lesi
yang berbentuk pustula. Mereka biasanya menyembunyikan daerah-daerah yang terkena lesi
pada saat interaksi sosial.
7. Pola kehidupan sehari-hari, penyakit skabies terjadi karena higiene pribadi yang
buruk/kurang (kebiasaan mandi, cuci tangan, dan ganti baju yang tidak baik). Pada saat
anamnesis perlu ditanyakan secara jelas tentang pola kebersihan diri klien maupun keluarga.
Dengan adanya rasa gatal dimalam hari, tidur penderita seringkali terganggu. Lesi dan bau yang
tidak sedap, yang tercium dari sela-sela jari atau telapak tangan akan menimbulkan gangguan
aktivitas dan interaksi sosial.
8. Pemeriksaan fisik, pada inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk papula, pustula,
vesikel, urtikaria, dll. Garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder. Pada daerah predileksi ditemukan terowongan kecil, sedikit meninggi, berkelok-kelok,
berwarna putih keabu-abuan, panjang kira-kira 10 mm. Pada beberapa kasus, ditemukan bau
yang tidak sedap/amis.

Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan pruritus
2. Gangguan pola tidur b/d pruritus/gatal
3. Gangguan citra diri b/d penampilan dan respon orang lain
4. Risiko tinggi infeksi b/d lesi
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan

Intervensi
Dx I : Kerusakan integritas kulit b/d lesi dan pruritus
Tujuan : setelah di lakukan tindakan 3x24 jam diharapkan :
lapisan kulit klien terlihat normal : dengan kriteria evaluasi :
1. Integritas kulit yang bak dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit.
3. Perfusi jaringan baik

Intervensi :
1. Berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingkungan yang kurang
menyenangkan.
2. Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun.
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan.

Dx II : Ganguan pola tidur b/d pruritus/gatal


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan :
1. Klien dapat menjelaskan faktor-faktor penghambat atau pencegah tidur
2. Klien dapat mengidentifikasi teknik untuk mempermudah tidur

Intervensi :
1. Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang keberhasilan tidur
2. Beri penjelasan pada klien dan keluarga penyebab gangguan pola tidur
3. Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan

Dx III : Gangguan citra diri b/d penampilan dan respon orang lain
Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan : klien tidak mengalami gangguan
dalam cara penerapan citra diri dengan kriteria evaluasi :
1. Mengungkapkan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
2. Mengakui dan memantapkan kembali sistem dukungan yang ada

Intervensi :
1. Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran, pandangan
dirinya
2. Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan.

Dx IV : Risiko tinggi infeksi b/d lesi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam diharapkan : tidak terjadi risiko infeksi dengan
kriterian hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Menunjukan perilaku hidup sehat

Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
2. Monitro kerentanan terhadap infeksi
3. Batasi pengunjung bila perlu
4. Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat
5. Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah meninggalkan
pasien.
6. Ajarkan cara menghindari infeksi

Ansietas b/d perubahan status kesehatan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan : klien tidak cemas lagi
dengan kriteria hasil :
1. Klien tidak resah
2. Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyataan
3. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala kecemasan
Intervensi :
1. Identifikasi kecemasan
2. Gunakan pendekatan yang menenangkan
3. Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi ketakutan
4. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
5. Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
G. PATWAYS KEPERAWATAN
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang menyebabkan
iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit didalam epidermis sehingga menimbulkan gatal-gatal
dan merusak kulit penderita. (Soedarto, 1992).
Penyebab dari scabies adalah sarcoptes scabiei var hominCara penularan (transmisi)
penyakit ini ada dua macam, yaitu secara langsung dan tidak langsung :
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
hubungan sekseual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Manifestasi klinis
3. Pruritus nokturna, yakni gatal pada malam hari. Ini terjadi karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas, dan pada saat hospes dalam keadaan tenang atau
tidak beraktvitas.
4. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok. Misalnya, dalam sebuah keluarga,
biasanya seluruh anggota keluarga dapat terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, misalnya asrama atau penjara.
5. Adanya lesi yang khas, berupa terowongan (kurnikulus) pada tempat predileksi; berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm. Pada ujung
terowongan ditemukan papul atau vesikel. Tempat predileksinya adalah kulit dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipatan
ketiak bagian depan, areola mamae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia eksterna pria (pria),
dan perut bagian bawah. Pada bayi, dapat mengenai telapak tangan dan kaki.
6. Ditemukannya tungau merupakan penentu utama diagnosis.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penulisan makalah ini adalah agar kita selalu
menjaga kesehatan yaitu misanya dengan mandi minimal 2x sehari kemudian, selalu berhati-hati
dengan orang yang menderita penyakit menular salah satunya adalah scabies.
DAFTAR PUSTAKA

Loetifa Dwi Rahariyani. 2008. Buku sjsr asuhan keperawatan dengan sisitem integumen. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan medikal bedah edisi 8. Jakarta : EGC
MIND MAPPING

Anda mungkin juga menyukai