Laporan Hasil Kegiatan Survey Larva Anopheles SP Anto Ira

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL KEGIATAN SURVEY LARVA ANOPHELES SP

DI WIAYAH KERJA KKP KELAS 1 MAKASSAR

TAHUN 2022

A. PENDAHULUAN

Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit di Indonesia telah


teridentifikasi terutama terkait dengan penyakit menular tropis (tropical
diseases), baik yang endemis maupun penyakit menular potensial wabah.
Mengingat beragamnya penyakit-penyakit tropis yang merupakan penyakit
tular Vektor dan zoonotik, maka upaya pengendalian terhadap Vektor dan
Binatang Pembawa Penyakit menjadi bagian integral dari upaya
penanggulangan penyakit tular Vektor, termasuk penyakit-penyakit zoonotik
yang potensial dapat menyerang manusia.
Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang dan
secara geografis terletak pada daerah tropis, tentunya mempunyai risiko
tinggi akan berjangkitnya penyakit – penyakit tular vektor yang masih menjadi
prioritas utama bagi masalah kesehatan masyarakat diantaranya Demam
Berdarah Dengue (DBD), chikungunya, Filariasis (Penyakit kaki gajah) dan
malaria.
Malaria merupakan salah satu penyakit tular vektor yang sangat luas
distribusi dan persebarannya di dunia, terutama daerah tropis dan subtropis.
Data statistik WHO menyebutkan bahwa diperkirakan sekitar 3,2 milyar
populasi di dunia beresiko terkena malaria, tercatat 198 juta kasus malaria,
dimana 78% terjadi pada anak usia < 5 tahun, dengan 584.000 diperkirakan
meninggal secara global, 90% kematian terjadi di Sub Sahara Afrika dan
pada tahun 2014 terjadi transmisi malaria di 97 negara ( WHO,2014 ).
Keberadaan Kantor Kesehatan Kelas I Makassar dituntut mampu
menangkal risiko kesehatan yang mungkin masuk melalui orang, alat angkut,
barang termasuk kontainer dari negara lain dengan melakukan tindakan
tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan. Hal demikian dilaksanakan
guna mengantisipasi ancaman penyakit global serta permasalahan kesehatan
masyarakat yang merupakan masalah darurat yang menjadi perhatian dunia.
Oleh karena itu KKP mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan
pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular
potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah
kerja pelabuhan/ bandara dan lintas batas, serta pengendalian dampak
kesehatan lingkungan.
Kegiatan pengendalian vektor merupakan salah satu bentuk upaya
kewaspadaan dini terhadap faktor risiko timbulnya wabah penyakit tular
vektor yang secara epidemiologi penyakit tular vektor berhubungan dengan
lalu lintas internasional. Untuk mendukung hal tersebut maka perlu dilakukan
survey jentik Anopheles. Sp sebagai upaya Pencegahan dan pengendalian
penyakit di Wilayah Bandar Udara.

B. TUJUAN
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan nyamuk anopheles sp dimana
data ini dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian vektor anopheles

C. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan pelakanaan survey tingkat kepadatan lalat ini dilaksanakan pada :

Petugas : Ira riswana (P219007)

Achiriyanto (P219004)

Hari : senin

Tanggal : 31 februari 2022

Waktu : 08 :51 – 10:00

Tempat : KKP KELAS 1MAKASSAR

D. ALAT DAN BAHAN


-Gayung/timba
- wadah
-botol 100ml
-thermometer
-anemometer
-refratormeter
-paper cup
-formulir
-papan alas
-masker
-senter
E. STANDAR BAKU MUTU

Standar baku mutu indeks habitat larva Anopheles sp diatur dalam


Pearaturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun 2017 Tentang Standar Baku Mutu
Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor dan Binatang
Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya.

NILAI BAKU
MUTU
VEKTOR PARAMETER SATUAN UKUR
Persentase habitat
Larva Anopheles. sp Indeks habitat perkembangbiakan yang <1
positif larva
Keterangan :
Indeks habitat adalah persentase habitat perkembangbiakan yang positif
larva, dihitung dengan cara jumlah habitat yang positif larva dibagi dengan
jumlah seluruh habitat yang diamati dikalikan dengan 100%.

Jumlah habitat positif larva


Indeks Habitat = X 100 %
jumlah seluruh habitat yang diamati

Cara menghitung kepadatan jentik per ciduk sesuai buku pedoman survey
entomologi malaria dan pedoman vektor malaria di Indonesia :

Jumlah jentik yang didapat


Kepadatan jentik =
Jumlah cidukan yang dilakukan
F. HASIL KEGIATAN
Berikut adalah hasil survei larva anopheles sp. yang dilakukan pada 7 titik yang berbeda
yang dianggap sebagai sumber perkembang biakan anopheles sp, di Wilayah Kantor
Kesehatan kelas 1 Makassar.

TABEL 1
HASIL SURVEY LARVA NYAMUK ANOPHELES SP DIWILAYAH KANTOR
KESEHATAN KELAS 1 MAKASSAR
31 JANUARI 2022
NO TIPE LINGKUNGAN FISIK JUMLAH KEBERADAAN
HABITAT PH SALINITAS AIR CAHAYA SUHU CIDUKAN JENTIK
1 Kolam 7,6 0% 963 lus 30.00C 30 -
2 genangan 7,9 0% 846 lux 27,70C 10 ada
3 genangan 7,8 0% 343 lux 28,20C 10 ada
4 genangan 7,9 0% 1160 lux 29,00C 10 -
0
5 genangan 7,9 0% 1096 lux 29,4 C 10 -
6 genangan 9,3 0% 1288 lux 28,7 C
0
10 ada
7 rawa 8,1 0% 767 lus 30,3 10 -

Berdasarkan Tabel 1. Hasil cidukan untuk Wilayah kantor kesehatan kelas

makassar dapat diketahui bahwa ada beberapa tempat yang keberadaannya

terdapat jentik. Lingkungan fisik mempengaruhi tempat perkembangbiakan nyamuk

anopheles sp, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah air. Curah hujan berperan

pada tersedianya air sebagai tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi rawa dan

genangan air. Faktor lain yang mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk adalah

lingkungan kimia yang terdiri dari derajat keasaman, salinitas dan oksigen terlarut.

Derajat keasaman air, nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses biokimiawi suatu

perairan, sebagian besar biota akuatik menyukai nilai pH sekitar 7-8.

Pemetaan Survey larva nyamuk anopheles sp di Wilayah Kerja kkp kelas 1 makassar
Ket:

Titik 1 : keberadan air : tetap/ permanen

Pergerangan air : tergenang/diam

Keteduhan : sebagian

Kondisi air : keruh

Keberadaan vegetasi air : ada

Posisi vegetasi air : terendam dan mengapung

Alga : -

Predator : serangga

Titik 2 : keberadan air : sementara

Pergerangan air : tergenang/diam

Keteduhan : sebagian

Kondisi air : keruh

Keberadaan vegetasi air : tidak ada

Posisi vegetasi air : -

Alga : -

Predator : serangga

Titik 3 : keberadan air : sementara

Pergerangan air : tergenang/diam

Keteduhan : total

Kondisi air : keruh


Keberadaan vegetasi air : ada

Posisi vegetasi air : terendam dan mengapung

Alga : -

Predator : serangga

Titik 4 : keberadan air : sementara

Pergerangan air : tergenang/diam

Keteduhan : total

Kondisi air : keruh

Keberadaan vegetasi air : ada

Posisi vegetasi air : terendam dan mengapung

Alga : -

Predator : -

Titik 5 : keberadan air : sementara

Pergerangan air : tergenang/diam

Keteduhan : total

Kondisi air : keruh

Keberadaan vegetasi air : ada

Posisi vegetasi air : terendam dan mengapung

Alga : -

Predator :-

Titik 6 : keberadan air : sementara

Pergerangan air : tergenang/diam

Keteduhan : total

Kondisi air : keruh

Keberadaan vegetasi air : ada


Posisi vegetasi air : mengapung

Alga : -

Predator : -

Titik 7 : keberadan air : sementara

Pergerangan air : tergenang/diam

Keteduhan : total

Kondisi air : keruh

Keberadaan vegetasi air : ada

Posisi vegetasi air : mengapung

Alga : -

Predator : -

G. PEMBAHASAN

Jentik Anopheles sp. tidak memiliki sifon namun memiliki palmate-hair yang
memiliki bentuk yang khas serta memiliki posisi mendatar saat berada di permukaan
air. Jentik Anopheles sp. ini identik dengan bulu clypeus dalam tidak berambut dan
bulu kipas dengan daun yang panjang dan bulu kipas pada ruas abdomen I tidak
sempurna, jarang dengan lembaran-lembaran yang bergerigi lebih dari enam. Ciri lain
yang dapat dilihat dari jentik Anopheles sp. yaitu memiliki corong pernafasan yang
berbentuk seperti spirakel pada abdomen ke delapan dan saat berada di tempat
perindukan tampak mengapung sejajar dengan permukaan air.
Jentik Anopheles sp. berada dalam air dan mengalami empat masa pertumbuhan
(instar). Jentik instar I berlangsung selama 1 hari, instar II berlangsung selama 1 - 2
hari, instar III dan IV berlangsung selama 2 - 3 hari. Instar tersebut memiliki ukuran
yang berbeda-beda, kemudian setiap terjadi pergantian instar maka terjadi pula
pergantian kulit. Pergantian kulit pada instar I, II, III belum bisa dibedakan antara
jantan dan betina, namun pada instar IV sudah sudah berubah menjadi kepompong.
Jentik Anopheles sp. kemudian berkembangbiak pada air jernih yang belum banyak
tercemar dan belum banyak kontak dengan tanah. Tempat berkembangbiak yang
disukai oleh nyamuk Anopheles sp. umumnya pada genangan air tawar atau air asin,
kolam yang banyak di tumbuhi tanaman air, rawa-rawa, persawahan, saluran irigasi,
muara sungai yang alirannya tidak deras, dan kolam kecil yang berisi air hujan.
Keberadaan jentik dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisik dan lingkungan
biologi. Keberadaan jentik Anopheles sp. ini dapat pula dipengaruhi oleh lingkungan
fisik seperti suhu, kelembaban udara serta tempat yang menjadi perindukan jentik itu
sendiri. Keberadaan jentik juga dipengaruhi oleh lingkungan biologi seperti
keberadaan predator jentik pada tempat perindukan serta keadaan tanaman air, selain
itu, kejernihan air perindukan kedalaman air dan perindukan dapat pula menjadi
faktor penting dalam keberadaan jentik dilingkungan .
Suhu ideal bagi kehidupan larva Anopheles sp. yaitu berkisar antar 26 - 30o C, karena
suhu dapat mempengaruhi kadar oksigen terlarut yang berperan penting dalam
kelangsungan hidup larva. Suhu yang rendah akan mempengaruhi kelarutan oksigen
ekstrim bagi larva Anopheles sp. itu sendiri sehingga tidak dapat berkembangbiak
dengan baik bahkan akan mengalami kematian. Jentik nyamuk Anopheles sp. hidup
pada kepermukaan air kurang dari 1 meter, sehingga tidak ditemukan jentik pada
kedalaman 1 meter .

H. KESIMPULAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya nyamuk Anopheles sp di wilayah bandara
adalah curah hujan,genangan air, suhu air, kedalaman air, Arus air, kelembapan udara,
lokasi, sinar matahari, pH, salinitas air, oksigen terlarut, tumbuhan dan hewan air.

Mengetahui Makassar, 05 februari 2022


Kordinator kantor kelas 1 makassar
Kasie. Pengendalian Vektor dan
Binatang Penular Penyakit
DOKUMENTASI
TEMPAT BERKEMBANG BIAK ANOPHELES
Rawa Pegunungan Persawahan

Pantai Daerah Berlumpur Parit

ALAT DAN BAHAN

No
Alat Gambar Kegunaan
.

Digunakan untuk
menyimpan sampel
1. Botol Vial
jentik setelah dilakukan
pengambilan pada titik

Digunakan untuk
menerangi agar dapat
2. Senter
mendeteksi jentik lebih
mudah
Digunakan untuk
mengambil dan
3. Pipet Ukur memindahkan sampel
dari satu wadah ke
wadah yang lain

Digunakan untuk
4. Timba
cidukan

Digunakan untuk
melabeli botol agar
5. Label
diketahui lokasi
pengambilannya

6. Pulpen Alat untuk menulis

Digunakan untuk
menilai tempat
7. Form Penilaian
perkembangbiakan
nyamuk
Kegunaan untuk
.8 thermometer mengukur ph air

Kegunaan Untuk
mengukur cahaya
.9 anemometer

.10 refratormeter Kegunaaan untuk


mengukur salinitas
air

Anda mungkin juga menyukai